0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia. Islam masuk ke Indonesia bersamaan dengan budayanya dari Arab, sehingga awalnya masyarakat sulit membedakan antara ajaran Islam dan budaya Arab. Para wali menyebarkan ajaran Islam di Indonesia dengan mengintegrasikannya ke dalam budaya setempat, sehingga nilai-nilai Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia. Islam masuk ke Indonesia bersamaan dengan budayanya dari Arab, sehingga awalnya masyarakat sulit membedakan antara ajaran Islam dan budaya Arab. Para wali menyebarkan ajaran Islam di Indonesia dengan mengintegrasikannya ke dalam budaya setempat, sehingga nilai-nilai Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia. Islam masuk ke Indonesia bersamaan dengan budayanya dari Arab, sehingga awalnya masyarakat sulit membedakan antara ajaran Islam dan budaya Arab. Para wali menyebarkan ajaran Islam di Indonesia dengan mengintegrasikannya ke dalam budaya setempat, sehingga nilai-nilai Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia.
Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam
masuk dan berkembang dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran Islam dan mana budaya barat yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana( Q. S. Ali Imran: 1)” “kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia( Q.S. AL-Anbiya: 107).
Sehingga disimpulkan bahwa kebudayaan Islam adalah kejadian atau
peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa, dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam. Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rosul yaitu memberikan bimbingan kepada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaan tidak lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti “sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak”
Dalam perkembangannya kebudayaan Islam perlu dibimbing oleh wahyu
dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Disini Agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau berperadaban Islam. Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama disini semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan persoalannya sendiri, disini sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan wahyu Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi Rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam. Mengawali tugas utamanya, Nabi meletakkan dasar-dasar perkembangan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam ketika dakwah Islam keluar dari jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian melahirkan budaya Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal. Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran Islam. Seolah-olah apa yang dilakukan orang Arab tersebut mencerminkan ajaran Islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia.
Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia para da’i
mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai Islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti dalam upacara-upacara, adab dan penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa Arab AL- Quran sudah banyak masuk dalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran Islam.
Sesungguhnya kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat
kami dan kami perintahkan kepadanya: “keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari- hari Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda -tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur (brahim: 5 )”
Abdullah bin Umar mengatakan bahwa kaum jahiliyah biasa berpuasa
pada hari-hari Asyura (10 Muharram) dan Rasulullah SAW beserta kaum muslimin pun mempuasainya sebelum difardukan puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan difardukan, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Asyura itu satu di antara hari -hari Allah. Siapa mau berpuasa silahkan, bagi yang tidak mau pun tidak mengapa(. R. Muslim)”
Banyak tradisi masyarakat Indonesia yang bernuansa Islami, biasanya
tradisi tersebut dilaksanakan untuk memperingatihari besar umat Islam, seperti misalnya perayaan sekaten yang diselenggarakan untuk menyambut maulid Nabi, ada juga perayaan yang dimaksudkan untuk memperingati perjuangan penyebaran ajaran Islam seperti perayaan tabuik di Pariaman (Sumatera Barat) yang diselenggarakan pada tanggal 10 muharam.