Di susun Oleh:
Anton Cahyadi
16416248201018
A. Latar Belakang
Di kawasan yang prevalensi infeksi VHB tinggi, infeksi terjadi pada awal
masa kanak-kanak baik secara vertical maupun horizontal. Oleh karena itu,
kebijakan utama tata laksana VHB adalah memotong jalur transmisi sedini
mungkin. Vaksinasi universal bayi baru lahir merupakan upaya yang paling
efektif dalam menurunkan prevalensi VHB dan KHS.
B. Tujuan
1. Untuk memahami bagaimana konsep dasar tentang vaksin hepatitis B dan
manfaat melakukan vaksinasi hepatitis B.
2. Untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap tubuh dengan cara melakukan
vaksinasi hepatitis B.
3. Untuk mengetahui keuntungan jangka panjang dari melakukan vaksinasi
hepatitis B .
C. Manfaat
1. Memahami bagaimana konsep dasar tentang vaksin hepatitis B dan
manfaat melakukan vaksinasi hepatitis B.
2. Menumbuhkan rasa peduli terhadap tubuh dengan cara melakukan
vaksinasi hepatitis B.
3. Mengetahui keuntungan jangka panjang dari melakukan vaksinasi
hepatitis B .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Vaksin
Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang
menjadi penyebab penyakit yang bersangkutan, yang telah dilemahkan atau
dimatikan, atau diambil sebagian, atau mungkin tiruan dari kuman penyebab
penyakit, yang secara sengaja dimasukkan ke dalam tubuh seseorang atau
kelompok orang, yang bertujuan merangsang timbulnya zat antipenyakit tertentu
pada orang-orang tersebut. Sebagai akibatnya, maka orang yang diberi vaksin
akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan (Achmadi, 2006).
Vaksin berasal dari kata vaccinia atau vacca yang berarti sapi dalam
bahasa Latin.Sebutan vaksin diberikan oleh Louis Pasteur untuk mengingatkan
jasa Edward Jenner, yang semula menggunakan istilah variolation atau
memberikan virus sapi atau cacar sapi atau cowpox untuk tujuan memperoleh
kekebalan terhadap smallpox atau cacar pada manusia.Memberikan vacca atau
vaksin disebut vaksinasi.Karena vaksin ditujukan untuk memperoleh kekbalan
atau imunitas, maka disebut juga sebagai imunisasi (Achmadi, 2006).
1. Vaksin yang telah dilemahkan (attenuated live vaccine) yaitu vaksin yang
terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih antigenik akan tetapi
tidak patogenik.
2. Vaksin yang telah dimatikan (killed vaccine or inactivated vaccine)yaitu
vaksin yang tidak patogenik dan tidak berkembang baik dalam tubuh.
3. Vaksin rekombinan yaitu vaksin yang susunannya memerlukan
epitoporganisme yang patogen.
4. Vaksin subunit yaitu vaksin yang berasal dari bagian (komponen)
organismenya, misalnya kapsul bakteri.
5. Vaksin polisakarida (konjugat) yaitu vaksin yang bentuknya terdiri dari
rantai panjang molekul-molekul gula yang membentuk kapsul bakteri.
6. Vaksin toksoid yaitu vaksin yang dibuat dari toksin kuman tetapi tidak
toksis, namun dapat merangsang pembuatan antibodi.
Gejala hepatitis B bisa berkisar dari tidak ada, ringan atau parah. Selama
dua sampai empat minggu sebelum hati terlibat, seseorang yang terkena hepatitis
B bisa mengalami hilangnya selera makan, mual, muntah, demam, keletihan dan
gejala-gejala seperti flu. Ini bisa dilanjutkan dengan tanda-tanda bahwa hati
sedang terinfeksi, termasuk air kemih berwarna gelap, jaundice (kulit tampak
kuning), demam, tinja pucat, gatal dan hati yang membesar serta nyeri tekan.
C. Vaksin Hepatitis B
Vaksin komersial yang beredar pertama kali ialah vaksin HBsAg plasma
derived pada awal decade 1980. Meskipun menunjukkan imunogenitas serta
efikasi protektif yang sangat baik, vaksin ini kurang diterima secara luas karena
kekhawatiran (yang tidak terbukti) akan adanya agen infeksi di dalamnya.
Tabel 1. Produsen, Jenis, Cara Pemberian, Dosis dan Interval Pemberian Vaksin
Hepatitis B
Dewasa 20 mcg
Dewasa 20 mcg
Jadwal vaksinasi yang diberikan pada oang-orang tersebut yaitu pada hari
ke-0, hari ke-7 dan hari ke-21. Pemberian vaksin ini akan memberikan kekebalan
sekitar 1 bulan. Dosis booster harus diberikan dalam satu tahun.Jika individu
sebelumnya telah mendapat seri vaksin hepatitis B, vaksinasi tidak diperlukan
lagi.
Kedua vaksin ini aman dan imunogenik walaupun diberikan pada saat
lahir karena antibody anti-HBsAg ibu tidak mengganggu respon terhadap vaksin.
Lebih dari 90% anak yang rentan megembangkan respon antibodi protektif
(dengan titer lebih dari 10µ/ml) pasca tiga dosis vaksin, sedangkan efektifitas
vaksin untuk mencegah pengidap kronis pada kebanyakan anak yng dipelajari
selama lebih dari 10 tahun, lebih dari 90%.
Bayi dan ibu pengidap HBsAg positif berespon kurang baik terhadap
vaksin karena vaksinasi sering baru diberikan setelah infeksi terjadi.Efektifitas
vaksin untuk mencegah pengidap Hepatitis B kronis pada bayi-bayi ini berkisar
antara 75-95%.Pemberian satu dosis imunoglobulin hepatitis B (hepatitis B
immunoglobulin, HBIG) pada saat lahir dapat sedikit memperbaiki efektivitasnya,
tetapi HBIG tidak selalu tersedia di kebanyakan negara-negara berkembang di
samping harganya yang relative mahal.
Reaksi berat yang dapat terjadi setelah dilakukan vaksin hepatitis B, antara
lain:
1. Kejang
2. Trombositopenia
3. Hypotonic Hyporesponsive Episode (HHE)
4. Persistent inconsolable screaming yang merupakan rekasi yang bersifat
self-imiting dan tidak merupakan masalah jangka panjang
5. Anafilaksis yaitu kejadian yang berpotensial menjadi fatal tetapi dapat
disembuhkan tanpa dampak jangka panjang.
Reaksi-rekaksi yang terjadi tersebut bersifat ringan dan biasanya hilang setekah 2
hari.Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai
kejang.
1. Rasa sakit pada area suntikan, yang berlangsung satu atau dua hari: terjadi
pada satu dari sebelas anak dan remaja serta satu dari empat orang dewasa.
2. Demam ringan sampai menengah: pada satu dari empat belas anak dan
remaja serta satu dari seratus orang dewasa.
3. Reaksi alergi yang serius, yang bisa termasuk ruam, suara napas
mengdengking, pucat, lemah, denyut jantung yang cepat, pusing dan sulit
bernapas: sangat jarang terjadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Vaksinasi hepatitis B dapat secara efektif menurunkan angka pengidap
maupun angka virus Hepatitis B (VHB).
2. Vaksinasi hepatitis B dapat menurunkan insiden karsinoma hepatoseluler
(KHS) dan penyakit kanker hati.
3. Vaksinasi hepatitis B rekombinan DNA mempunyai efek proteksi jangka
panjang sehingga tidak diperlukan dosis penguat secara periodik bagi
responden.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa kesehatan dan tenaga kesehatan
a. Melakukan sosialisasi kepada mahasiswa akan pentingnya melakukan
vaksinasi hepatitis B agar dapat mengetahui bahayanya.
b. Melakukan vaksinasi hepatitis B sesegera mungkin untuk mencegah
terinfeksinya penyakit hepatitis B.
2. Bagi masyarakat
a. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas akan pentingnya
melakukan vaksinasi hepatitis B agar dapat mengetahui bahayanya.
b. Melakukan vaksinasi hepatitis B yang dilakukan oleh kader kesehatan
setempat.
c. Menyarankan kepada ibu-ibu yang akan melahirkan untuk
memberikan vaksin hepatitis B setelah anaknya dilahirkan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, J. B. S. B., Lusi, R. A., Verawati, Sitorus, R., Utami, R. C. B., Dameria,
K. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Cave, S., Mitchell, D. 2001. Yang Orangtua Harus Tahu Tentang Vaksinasi pada
Anak.Alih bahasa: Purwoko, S. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.
Mulyani, N. S., dan Rinawati, M. 2013. Imunisasi untuk Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wahab, A. Samik, dan Julia, M. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit
Imun. Jakarta: Penerbit Widya Medika.