Anda di halaman 1dari 74

Penanganan Vertigo: dari

Bukti ke Praktek Klinis


Paola Gnerre, Carlotta Casati, Mariella Frualdo, Maurizio
Cavalleri, Sara Guizzeti
 Vertigo merupakan satu bentuk gejala, bukanlah satu diagnosis.
 Dengan demikian, keberadaan akan gejala “tidak mampu berdiri”
ABSTRAK dapat memiliki bentuk diagnosis yang beragam karena berbagai
penyebab otologis, neurologis, dan penyebab-penyebab medis
lainnya
 Vertigo (dari bahasa Latin yang berbunyi verto atau berputar)
mengindikasikan satu simtomatologi klinis yang dicirikan oleh
perasaan tidak enak, dimana pasien penderitanya akan merasa
tubuhnya bergerak/ berputar pada saat mereka diam (vertigo
subjektif) atau dimana pasien penderitanya merasa benda-benda
Pendahuluan atau ruangan disekitar nya bergerak atau berputar (vertigo
objektif).
 Vertigo merupakan satu bentuk gejala, bukanlah satu entitas
diagnosis, dan diagnosis serta penanganan yang efektif dimulai
dengan memahami apa yang direpresentasikan oleh gejala.
 Vertigo dapat menjadi satu komponen dari kondisi pusing yang
dialami oleh pasien, pusing tidaklah spesifik dan dapat
diakibatkan oleh gangguan hampir seluruh sistem organ.
 Dengan demikian, keberadaan akan gejala “tidak mampu berdiri”
mencakup berbagai kemungkinan diagnosis yang terkait dengan
Pendahuluan penyebab otologis, neurologis, dan penyebab-penyebab medis
lainnya.
 Gangguan-gangguan vaskular diketahui dapat menyebabkan
pusing yang kemudian disertai pingsan sebagai akibat dari
disritmia jantung, hipotensi ortostatik, pengaruh obat, dan
penyebab-penyebab lain.
 Penyebab-penyebab pusing yang bersifat vestibula dapatlah
disebabkan oleh lesi-lesi tepi yang mempengaruhi syaraf vestibula
atau labirin, atau juga dapat disebabkan oleh keterlibatan/
Pendahuluan peranan lintasan vestibula pusat.
 Penyebab vestibular dapat bersifat paroksimal atau disebabkan
karena defisit vestibular unilateral atau bilateral tetap.
Tipe pusing

Vertigo Ilusi gerakan, yang umumnya terasa berputar atau ruangan/


barang-barang terasa/ terlihat berputar

Prasinkop/ Sensasi seperti mau pingsan


Tabel 1. pra-pingsan
Tipe Pusing
Disekulibrium/ Ketidakseimbangan tubuh ketika berdiri atau duduk
limbung

Pening Gejala seperti kebingungan, berasa seperti tidak “connect”


dengan lingkungan
 Pusing diketahui telah menyebabkan 5,6 juta kunjungan pasien ke
klinik di Amerika Serikat per tahunnya.
 Vertigo merupakan gejala yang umum terjadi dan diketahui telah
dialami oleh 20% sampai 30% dari populasi umum.
 Tingkat insiden tahunan untuk gejala ini adalah sekitar 3,1%,
sedangkan tingkat prevalensinya setingkat 22,9%. Juga, 4% dari
seluruh presentasi di bagian penanganan gawat darurat dari tahun
Epidemiologi 1995 sampai 2004 adalah gejala vertigo atau pusing.
 Gejala pusing merupakan salah satu penyebab absen di dalam
pekerjaan karena sakit (0,9% pada wanita dan 0,7% pada pria),
dan kondisi ini juga menjadi penyebab yang signifikan akan
pensiun karena disabilitas (23% wanita, dan 24% laki-laki).
Gangguan perifer diketahui menyumbangkan angka persentase
24-43% dari seluruh pasien yang mengalami pusing di Bagian
Penanganan Gawat Darurat (ED/ Emergency Department), yang
dimana penyebab utamanya adalah vertigo vestibular.
Vertigo Subjektif Vertigo Objektif

Penyebab
Vertigo  Vertigo terjadi karena ketidaksimetrisan pada sistem vestibular
akibat kerusakan atau disfungi labirin, syaraf vestibular, atau
struktur vestibular pusat pada batang otak. Dengan demikian,
secara konvensional, penyebab-penyebab vertigo dibagi dengan
berdasarkan pada asalnya: sentral/ pusat atau tepi/ perifer.
Penyebab vertigo
Vertigo periferi/ tepi (labirin,
Vertigo pusat (sistem syaraf pusat) Lainnya
syaraf vestibular)
Penyakit umum yang terkait

Vestibulopati akut: neuritis TIA (serangan iskemik sementara)


Tabel 2. vestibular atau labirintitis atau stroke jika sistem

Penyebab vertebrobasilar terdampak


Penyakit Meniere Vertigo migrain
Vertigo Vertigo paroksismal posisional Multipel sklerosis
jinak
Fistula perilimpatik Tumor sudut serebelopontin
Erosi kholesteatoma
Herpes zoseter oticus/ cacar api

Otosklerosis
SSP menerima Labirin kanan dan Perbedaan kiri-kanan
kiri saling bergantian
sinyal dari labirin pada aktifitas syaraf
tereksitasi dan
kanan dan kiri terinhibisi ke delapan

Gerakan/
vertigo
Penyebab Perbedaan kiri-kanan
Vertigo palsu/ spurius yang
diakibatkan karena
Vertigo dapat juga disebabkan:
gangguan vestibular
• Kanal-kanal semisirkular,
tepi unilateral
• Otolit (utrikula dan sakula),
• Syaraf vestibular yang
dikenal sebagai vertigo
perifer/ tepi, otologis, atau
vestibular.
 BPPV
 Penyakit Meniere (MD/ Meniere’s disease)
 Sindrom dihisens kanal superior
 Labirintitis
Penyebab
 Vertigo visual
Vertigo Perifer  Semua penyebab inflamasi (demam pilek, influenza, dan infeksi
bakteri)
 Keracunan bahan kimia (contohnya: aminglikosida)
 Trauma fisik (contohnya: fraktur pada tulang tengkorak).
 Pusing karena gerakan (atau juga mabuk kendaraan) terkadang
diklasifikasikan sebagai penyebab vertigo perifer.
 Para pasien penderita vertigo perifer umumnya akan
merepresentasikan ketidakseimbangan tubuh dengan tingkat
Vertigo Perifer keparahan ringan sampai sedang, mual, muntah, hilang atau
berkurangnya daya pendengaran, tinitus, telinga serasa penuh,
dan nyeri pada telinga.
 Lesi-lesi pada kanal auditori internal diketahui memiliki hubungan
dengan lemah wajah ipsilateral.
 Vertigo pusat adalah vertigo yang disebabkan karena penyakit
yang berasalah dari sistem syaraf pusat (CNS/ central nervous
Vertigo Central system).
 Vertigo pusat dapat disebabkan oleh perdarahan atau gangguan
dan iskemik ke serebelum, nuklei vestibular, dan hubunganya dengan
Penyebabnya batang otak.
 Beberapa penyebab lain diantaranya adalah tumor CNS, infeksi,
trauma, dan multipel sklerosis.
Vertigo perifer/ tepi dan vertigo sentral

Karakteristik Perifer/ tepi Sentral

Tingkat keparahan Parah Ringan

Tabel 3. Awal kemunculan Tiba-tiba Perlahan

Vertigo Perifer Durasi Dalam hitungan detik Dalam hitungan minggu


sampai menit sampai bulan
dan Vertigo
Central Posisional Ya Tidak

Melelahkan Ya Tidak

Gejala-gejala terkait Auditori Neurologis dan visual

Nistagmus terkait Horisontal Vertikal


Benign Paroxysmal Positional Vertig0 (BPPV)
Pendahuluan
 BPPV merupakan gangguan klinis umum yang dicirikan oleh
kekambuhan singkat vertigo yang dipengaruhi oleh perubahan
posisi kepala, seperti ketika mendongak, membalikan badan di
tempat tidur, atau meluruskan tubuh setelah menekuk.
Gangguan-  BPPV merupakan penyebab paling umum akan vertigo
kambuhan, dengan tingkat prevalensi seumur hidup yang
gangguan mencapai 2,4%. BPPV seringnya dialami oleh individu dengan
rentang usia antara 50 – 55 tahun, namun tingkat insiden untuk
Perifer kondisi ini dapat mencapai 10% pada individu lanjut usia (80
tahun).
 Pada individu lebih muda dapat juga mengalami BPPV sebagai
akibat trauma pada kepala
 Wanita lebih sering mengalami kondisi ini, yaitu dua kali lipat lebih
sering jika dibandingkan dengan laki-laki dan hal ini jarang sekali
dialami oleh anak-anak.
Benign Paroxysmal Positional Vertig0 (BPPV)
 BPPV merupakan satu bentuk vertigo posisional.
Vertigo posisional didefinisikan sebagai sensasi seperti
berputar yang diakibatkan oleh perubahan posisi
Gangguan- kepala relatif terhadap gravitas.
gangguan  Karakterisasi bentuk vertigo posisional khusus ini yaitu
Perifer jinak dan paroksismal.
Jinak, menunjukan bahwa BPPV tidaklah disebabkan karena
gangguan CNS yang serius
Paroksismal, menunjukkan bahwa vertigo yang muncul
bersifat cepat dan tiba-tiba.
 BPPV yang tidak terdiagnosis dan yang tidak ditangani mungkin
dapat menyebabkan gangguan fungsional, gangguan kesehatan,
dan penurunan kualitas hidup.
 Diagnosis klinis cepat untuk BPPV dapatlah menghindarkan
penderitanya dari tindakan pemeriksaan yang sebenarnya tidak
diperlukan, dan ketika sudah terdiagnosis, maka tindakan
Gangguan- penanganan yang cepat, mudah, dan efektif dapatlah dicapai
gangguan pada >90% kasus.
 Hampir dari seluruh BPPV adalah bersifat idiopatik atau tidak
Perifer diketahui penyebabnya. Beberapa penyebab dapat diatribusikan
pada 40% dari seluruh kasus dan mencakup:
i) cedera kepala;
ii) degenerasi spontan labirin;
iii) kondisi pasca pengidapan penyakit virus; iv) penyakit telinga-
tengah kronis.
Benign Paroxysmal Positional Vertig0 (BPPV)
Klasifikasi
 Klasifikasi BPPV dapatlah didasarkan pada lokasi anatomik
ataupun etiologinya.
 Kanal atau saluran semisirkunal yang paling umum terlibat adalah
Gangguan- kanal posterior (85-95%), terkadang kanal lateral, dan kanal
gangguan superior (lebih jarang terjadi). Pada beberapa kasus, kondisi ini
bahkan dapat melibatkan lebih dari satu kanal pada saat yang
Perifer bersamaan (0,4%).
 BPPV kanal semisirkular posterior didiagnosis ketika pasien
melaporkan riwayat vertigo yang dipicu dengan perubahan posisi
kepala relatif terhadap gravitasi, ketika dilakukannya pemeriksaan
fisik, nistagmus dipicu oleh manuver Dix-Hallpike.
Benign Paroxysmal Positional Vertig0 (BPPV)
Patogenesis
 Teori kupulitiasis
Gangguan- Berpendapat bahwa pendegenerasian membran otolitik utrikular yang
terjadi setelah trauma, iskemia, infeksi, dan gangguan-gangguan lain
gangguan pada organ vetibular dapatlah menyebabkan pelepasan otokonia yang
terdeposit pada semisirkular posterior (PSSC/ posterior semicircular).
Perifer Hal ini merubah gravitasi spesifik kupula, yang dengan demikian akan
mengkonversi nya menjadi reseptor gravitasi dan memicu nistagmus
rotatori pada perubahan posisi kepala yang cepat.
Benign Paroxysmal Positional Vertig0 (BPPV)
Patogenesis

Gangguan-  Teori kanalolitiasis


Mengajukan bahwa debris/ sisa-sisa otokonial terapung bebas pada
gangguan PSSC, bukan menempel pada kupula. Perubahan cepat pada posisi
kepala diketahui dapat menyebabkan gerakan debris/ sisa-sisa bekuan
Perifer otokonial ini ke arah bawah, dan memicu aliran endolimfatik dan
defleksi kupular yang menyebabkan ciri-ciri umum akan BPPV.
Tertundanya waktu di dalam pengagregasian otokonial yang terapung
bebas menjadi gumpalan dapatlah menjadi ciri periode yang laten
pada BPPV.
Manuver Dix Hallpike
1. Pasien diposisikan duduk, dan pemeriksa berdiri di belakang pasien, namun
cenderung mendekati ke sisi telinga yang akan diuji.
2. Pemeriksa secara perlahan memutar kepala pasien 45 derajat ke sisi yang
diperiksa dengan menempatkan tangan pada tiap sisi wajah pasien. Rotasi ini
mensejajarkan kanal semisirkular posterior yang sudah diuji dengan bidang
sagital pasien.
3. Ketika menjaga supaya kepala tetap berotasi 45 derajat, pemeriksa pun
menggerakan pasien dengan cepat namun terkendali ke posisi berbaring
Diagnosis dengan posisi telinga yang diuji di tetap di bagian bawah, dan kemudian secara
perlahan mengekstensi kepala pasien diatas tepian tempat tidur. Selama
manuver, mata pasien harus tetap terbuka dan disuruh untuk memandang
BPPV hidung atau kening pemeriksa ketika pemeriksa mengobservasi latensi, arah,
dan durasi nistagmus yang terpicu.
4. Pasien kemudian dikembalikan ke posisi duduk. Dan setelah istirahat sebentar,
manuver pun diulang pada sisi tubuh sebaliknya. Sisi yang memunculkan hasil
positif pengujian, maka sisi tersebutlah yang terdampak.
5. Hasil uji dengan manuver Dix-Hallpike dengan hasil negatif tidaklah berarti kita
dapat memastikan bahwa diagnosis BPPV kanal posterior tidaklah diidap
pasien. Karena nilai prediktif negatif yang rendah pada penggunaan manuver
Dix-Hallpike, maka uji manuver ini perlu untuk diulang pada kunjungan
berikutnya untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menghindari hasil negatif
keliru.
 BPPV merupakan penyakit yang umum, yang biasanya akan
sembuh secara spontan atau disembuhkan dengan cara manuver
pemposisian kanalit di dalam penanganan rawat jalan. Namun
demikian, pada beberapa kasus (1,7%), kondisi ini juga dapat
dimanifestasikan sebagai masalah yang bersifat kronis atau
kambuhan.
 Dua tipe manuver diketahui efektif untuk penanganan BPPV kanal
Penanganan posterior: yaitu prosedur pemposisian-ulang kanalit (CRP/ canalith
repositioning procedure) – yang juga dikenal dengan nama
manuver Epley – dan manuver liberatori (yang juga dikenal
dengan istilah manuver Semont).
 Penangaan dengan pemposisian ulang kanalit yang dikenal
sebagai CRP pertama ditemukan/ dirancang oleh Epley pada
tahun 1992.
 Melalui serangkaian perubahan posisi kepala, CRP menggerakan
kanalit dari kanal semisirkular posterior ke vestibula, yang dengan
demikian akan meredakan stimulus dari kanal semisirkular yang
menyebabkan vertigo pada kasus BPPV.
 CRP merupakan tindakan penanganan yang paling umum
dilakukan pada penanganan rawat jalan oleh dokter setelah
mengkonfirasi diagnosis BPPV kanal posterior. Para pasien
haruslah diberitahu bahwa mual, muntah (kadang-kadang), dan/
atau kemunculan sensasi seperti terjatuh dapat terjadi selama
Penanganan CRP.
 Manuver liberatori Semont untuk kupulolitiasis dicirikan dengan
gerakan yang sangat cepat seperti pasien yang digerakan pada
gerakan salto dari posisi Dix-Hallpike dependen ke sisi berlawanan
melalui duduk.
 Kecepatan gerakan diperlukan karena inersia dan gavitasi akan
berfungsi untuk menghilangkan partikel yang melekat ke kupula
dan untuk mencegah partikel yang terjatuh kembali ke ampula.
Manuver ini bersifat agresif dan berpotensi berbahaya bagi pasien,
khususnya pada mereka yang memiliki masalah mobilitas.
 Penyebab paling umum kedua vertigo pada populasi umum adalah
APB, yaitu satu bentuk vestibulopati periferi akut dan kondisi ini
dianggap diakibatkan oleh infeksi virus atau aktivas-ulang virus
herpes simpleks yang mempengaruhi ganglion vestibular, syaraf
vestibula, labirin, atau kombinasi dari ini semua. Kondisi ini umumnya
terjadi setelah episode flu.
 Fakta yang ada menunjukkan bahwa gangguan ini seringkai memiliki
Labirintitis/ sifat menular pada saat epidemik, dan dapat menyerang beberapa
anggota keluarga, yang dimana kondisi ini seringkali terjadi pada
neuritis musim semi dan awal musim panas.
 Dari temuan ini, kita dapat berkesimpulan virus dapatlah menjadi
vestibular penyebab. Inflamasi dan gangguan vaskular juga dapatlah menjadi
penyebab.
 Gejala yang muncul dapatlah berupa vertigo yang berkepanjangan,
mual, muntah, dan limbung selama beberapa hari atau minggu.
Beberapa pasien ada yang mengalami pusing dan limbung non-
spesifik residual selama berbulan-bulan. Ketika labirin terdampak,
gejala-gejala yang menyerang sistem pendengaran pun dapat
muncul.
 Diagnosis membutuhkan pemeriksaan oleh dokter dan uji kalorik.
Berdasarkan tampilan nistagmus, nilai positif di dalam uji dorong-
kepala, dan hasil negatif pada pemeriksaan neurologis, dokter pun
umumnya akan yakin dengan diagnosis vetibulopati periferi/ tepi
Labirintitis/ unilateral.
 Elektronistagmografi, jika tersedia, dapatlah menunjukkan kondisi
neuritis susut vestibular (yaitu: hipoeksitabilitas kalorik unilateral), namun
vestibular tindakan ini biasanya jarang dibutuhkan. Saat ini, pemeriksaan uji
virus (analisis serologis atau kultur) tidaklah direkomendasikan,
karena tidaklah terdapat hubungan kausal antara infeksi virus dan
sindrom vestibular.
 Hampir dari seluruh pasien akan sembuh dari neuritis vestibular,
bahkan jika tidak dilakukan penanganan sekalipun.
 Antiemetik dan supresan vestibular dapatlah diberikan kepada
pasien, namun harus segera dihentikan dalam beberapa hari
karena penggunaan jangka panjang nya dapat mengganggu
proses kompensasi vestibular pusat.
Labirintitis/
 Beberapa kelas obat utama yang digunakan untuk gejala-gejala
neuritis vertigo akut diantaranya mencakup antihistamin, obat
antikolinergik, obat anti dopaminergik, dan obat-obatan
vestibular peningkat asam ɣ-aminobutirik (GABAergic).
 Obat-obatan ini tidaklah bersifat ‘menghilangkan’, namun cuma
meredakan tingkat keparahan gejala-gejala vertigo. Respon
terhadap obat sangatlah bergantung pada dosis, jadi jika dosis
awal tidaklah efektif, maka dosis yang lebih tinggi haruslah
dicoba.
 Program latihan vestibular umumnya mencakup latihan yang
dirancang untuk meningkatkan stabilitas okular dan
keseimbangan.
 Ketika nistagmus terjadi pada pasien, maka pasien pun harus
mencoba menangani nya dengan memfiksasi semua posisi
pandangan. Ketika nistagmus hilang, latihan koordinasi mata dan
Labirintitis/ kepala dapatlah dimulai (contohnya dengan memandang satu
target pandangan sambil menggerakan kepala dari sisi ke sisi atau
neuritis dari atas ke bawah). Gerakan terkombinasi mata dan kepala
vestibular adalah dengan merubah arah pandangan secara cepat dari satu
target pandang ke satu target pandang lainnya dapatlah berguna.
 Prognosis untuk gangguan ini adalah baik, walaupun demikian,
gangguan dengan tingkat intensitas sedang sulit disembuhkan,
dalam bentuk vertigo posisional, terkadang paroksismal, atau
gangguan-gangguan keseimbangan jika melakukan gerakan tiba-
tiba.
 Di dalam pemeriksan pasien penderita sindrom vestibular akut,
adalah penting untuk tidak melewatkan penyebab sentral, seperti
contohnya batang otak, stroke serebral, atau perdarahan, yang
dimana hal ini dapatlah mengancam jiwa penderitanya.
 Memang, tanda-tanda sentral yang definitif tidaklah selalu ada,
Labirintitis/ dan beberapa pasien dapat mengalami sindrom vestibular sentral
neuritis akut (pseudoneuritis vestibular) yang diakibatkan karena stroke
fosa posterior.
vestibular  Pada kasus-kasus sindrom vestibular pusat, pemeriksaan
diagnostik lebih lanjut (contohnya; pencitraan resonansi magnetik
[MR] dan sonografi Doppler) dan penanganan (contohnya
trombolisis) akan dibutuhkan.
 Penyakit Meniere merupakan gangguan telinga dalam yang
dicirikan dengan episode kambuhan vertigo rotasional, yang
umumnya kondisi ini memiliki hubungan dengan perubahan
progresif fluktuatif pada pendengaran, khususnya pada frekuensi
rendah (di stage/ stadiuma awal), telinga yang terasa penuh, dan
tinitus.

Penyakit  Penyakit ini merupakan penyebab vertigo episodik yang paling


umum, yang disertai dengan pengurangan kemampuan
Meniere pendengaran secara fluktuatif.
 Beberapa hal telah diidentifikasi sebagai penyebab penyakit ini:
faktor-faktor ekstrinsik (inflamasi, trauma, otosklerosis,
autoimunitas, gangguan endokrin, dan lain-lain) yang berinteraksi
dengan faktor-faktor intrinsip developmental dan geneik
(dapatan, primer atau sekunder), dan semua ini telah menjadi
dasar untuk menjelaskan MD.
 Riwayat alaminya adalah remisi spontan pada 60 sampai 80%
pasien, sedangkan 10 sampai 20% diketahui terus menderita
karena kemunculan gejala.
 Setelah tinitus dan senasi rasa penuh di telinga, vertigo akan
dialami oleh pasien secara kambuhan yang diiringi dengan
penurunan kemampuan pendengaran secara perlahan, perubahan
kemampuan pendengaran ini dapat terjadi selama atau sebelum
Penyakit serangan, atau juga dapat bersifat konstan.
Meniere  Pada hampir dari seluruh kasus, diketahui bahwa umumnya satu
telinga saja yang terdampak, namun dampak terhadap kedua
telinga juga dapat terjadi pada 15 persen pasien.
 MD umumnya muncul pada usia 20 dan 50 tahun. Penyakit ini
dapat menyerang tanpa membedakan laki-laki dan perempuan,
dengan kata lain dapat diidap oleh pria dan wanita dalam tingkat
prevalensi yang sama.
 Hidrops endolimfatik saat ini secara luas diterima sebagai substrat
patologis, namun tidaklah semua hidrop dapat bersifat progresif
atau dapat secara klinis bermanifestasi.
 Hidrops endolimfatik diakibatkan oleh disfungsi pada mekanisme
produksi/ absorpsi endolimfa, yang utamanya disebabkan karena
Penyakit gangguan aktifitas absortif duktus dan kantung endolimfatik.
Meniere  Diagnosis MD dilakukan dengan eksklusi kondisi-kondisi lain, dan
pemeriksaan riwayat klinis pasien secara seksama merupakan
panduan yang paling penting untuk melahirkan diagnosis yang
tepat.
 Kriteria yang digunakan untuk menentukan pengidapan MD
adalah: kemuculan minimal dua episode vertigo dengan durasi
minimal 20 menit, dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan
audiometri sehingga pasien akan diketahui apakah dirinya
mengalami kehilangan pendengaran sensorineural atau tidak,
tinitus atau sensasi penuh pada telinga selama terjadinya episode
Penyakit serangan, dan pemastian bahwa pasien tidak memiliki penyebab
lain yang dapat memicu vertigo.
Meniere  Penangan medis untuk MD adalah empirik dan mencakup
penggunaan obat sedatif vestibular dan anti-emetik, seperti
diazepam dan prometazine (selama serangan akut). Diet rendah
garam, penggunaan diuretik (contohnya: amiloride), vasodilator,
dan penghindaran akan konsumsi kafein, semuanya dilakukan
untuk profilaksis.
 Beberapa reviu sistematis telah menunjukkan bahwa gentamicin
intra-timpanik akan berguna di dalam penanganan penyakit ini
dengan tingkat keparahan tinggi.
 Tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
Penyakit ketika setelah dilakukannya terapi medis, penyakit yang diderita
tetap memburuk dan gejala-gejala yang muncul semakin parah.
Meniere  Pada para pasien yang mengalami gejala parah, bedah kantung
endolimpatik atau bedah ablasi (neurektomi vestibular, dan
labirintektomi) dapatlah dipertimbangkan.
 Pada sindrom dihisens kanal semisirkular, tulang yang menjadi
dasar bagi aspek atas kanal semisirkular superior menjadi tipis
atau bahkan tidak ada, yang demikian dapat memungkinkan
tekanan tertransmisikan ke telinga dalam.
 Vertigo dapat terpicu oleh batuk, bersin, dan manuver Valsava.
Para pasien penderitanya dapat mengalami mual dan
Dihisens kanal ketidakstabilan selama episode singkat vertigo. Sindrom ini
tampaknya disebabkan oleh fenomena hidrolik kecil pada telinga
semisirkular bagian dalam. Ketika vibrasi suara ditransmisikan dari membran
timpanik ke jendela oval, stap pun beraksi seperti piston,
superior mendorong kedalam perilimfa telinga dalam.
 Cairan tidaklah dapat dikompresi, dan jika terjadi gerakan kecil
pada cairan sekalipun, maka terjadi pergerakan kompensatori di
dalam sistem. Pada koklea, gerakan ke arah luar membran jendela
bundar akan menyeimbangkan gerakan stap ke arah dalam pada
jendela oval. Gelombang tekanan bergerak melalui perilimfa skala
vestibuli dan skala timpani ke membran jendela bundar.
 Pada koklea, gerakan ke arah luar membran jendela bundar akan
menyeimbangkan gerakan stap ke arah dalam pada jendela oval.
Gelombang tekanan bergerak melalui perilimfa skala vestibuli dan
skala timpani ke membran jendela bundar.
 Normalnya, jendela oval dan jendela bundar merupakan dua
bukaan satu-satunya pada sistem hidrolik telinga dalam. Kanal-
kanal semisirkular dapat merepresentasikan sistem yang tertutup
Dihisens kanal secara hidrolik, dan tidaklah terapat gerakan cairan yang
substansial pada kanal-kanal semisirkular ketika stap bervibrasi
semisirkular sebagai respon terhadap suara.

superior  Namun demikian, jika terdapat penciptaan jendela ketiga pada


salah satu kanal semisirkular, kemurnian hidrolik adalah
terkorupsi, dan gerakan dapat terjadi.
 Ketika stap mendorong ke dalam, penutupan jendela ketiga ini
akan mendorong ke luar. Hal ini menyebabkan sedikit gerakan
perilimfa. Gerakan atau gelombang tekanan ini pada perilimfa
tamapkan mengkompresi endolimfa di dalam kanal semisirkular
membranosa.
 Otak akan menginterpretasikan gerakan endolimfa sebagai
gerakan tubuh, dan pasien pun akan merasa pusing.
 Sindrom ini dapat merepresentasikan satu dari beberapa
penyebab hilang pendengaran yang diakibatkan karena
Dihisens kanal ketidaknormalan di dalam labirin di lokasi yang lebih sentral dari
semisirkular jendela oval.
 Dengan demikian, sindrom dihisens kanal semisurkular superior
superior dapat dianggap sebagai kemungkinkan diagnostik untuk hilang
pendengaran konduktif, bersamaan dengan penyebab-penyebab
lainnya seperti contohnya otosklerosis.
Vertigo yang berkaitan dengan migrain
 Migrain vestibular (VM/ vestibular migraine) dapatlah
menyebabkaan serangan vertigo kambuhan yang disebabkan oleh
migrain.
Gangguan-  VM diketahui menyerang pada lebih dari 1% populasi umum,
sekitar 10% pasien di klinik yang mendapatkan penanganan
gangguan karena pusing, dan setidaknya 9% pasien di klinik yang
menangani migrain.
sentral  Kondisi ini merupakan gangguan utama yang dapat menyerupai
MD pada stage/ stadium awalnya, dan beberapa penelitian telah
berfokus pada lebih tingginya prevalensi migrain pada para pasien
penderita MD, yaitu dapat mencapai sekitar 43% dan 56%,
sedangkan tingkat prevalensi di populasi normal adalah 10%.
 Secara klinis, VM muncul dengan serangan spontan atau vertigo
posisional yang berlangsung dari mulai hitungan detik sampai
hitungan hari.
 Episode vertigo terjadi pada sekitar seperempat pasien, dan pada
Vertigo yang beberapa pasien, vertigo dapat menjadi satu-satunya gejala.
Gejala-gejala yang menyertai migrain seperti contohnya sakit
berkaitan kepala, fonofobia, fotofobia atau aura umum muncul, namun
tidak harus selalu dialami pasien.
dengan  Gejala-gejala koklea diketahui memiliki hubungan dengan migrain
migrain vestibular, namun biasanya bersifat ringan dan non-progresif.
Selama serangan akut, dokter akan menemukan nistagmus
spontan pusat atau nistagmus posisional, dan juga hipofungsi
vestibular unilateral.
 Yang paling mengkhawatirkan dari penyebab sentral pusing adalah
kejadian iskemik akut pada fosa posterior. Gejala dan tanda yang
muncul adalah beragam tergantung pada lokasi gangguan iskemik.
 Vertigo merupakan salah satu gejala awal pada 48% pasien penderita
stroke, namun stroke dapat terdiagnosis pada kurang dari 5% pasien
yang mepresentasikan atau mengeluhkan gejala pusing.
Stroke dan  Tingkat persentase yang kecil akan para pasien penderita iskemia
insufisiensi basilar vertebral dapat muncul dengan vertigo, yang dimana hal ini
disebabkan oleh iskemia pada distribusi arteri vestibular anterior,
vertebrobasilar yaitu satu cabang dari arteri serebelar inferior depan (AICA/ anterior
inferior cerebellar artery). Arteri kecil ini berperfusi (menyemburkan) ke
SCC anterior dan lateral serta utricul maculae, dan menghindarkan
koklea. Sejauh pemeriksaan klinis dilakukan, refleks vestibula-okular
(VOR) akan normal kecuali sistem vestibular periferal terlibat (infarksi
di dalam pons-AICA dorsolateral). Lesi-lesi selektif pada lintasan
vestibular sentral dapatlah menyebabkan nistagmus spontan: tidak
seperti nistagmus spontan dari lesi-lesi vestibular periferi/ tepi, lesi-
lesi vestibular sentral tidaklah tersupresi dengan fiksasi.
 Sejauh pemeriksaan klinis dilakukan, refleks vestibula-okular
(VOR) akan normal kecuali sistem vestibular periferal terlibat
(infarksi di dalam pons-AICA dorsolateral). Lesi-lesi selektif pada
lintasan vestibular sentral dapatlah menyebabkan nistagmus
spontan: tidak seperti nistagmus spontan dari lesi-lesi vestibular
periferi/ tepi, lesi-lesi vestibular sentral tidaklah tersupresi dengan
fiksasi.
Stroke dan
 Hasil positif dari uji Romberg dapat ditemukan pada para pasien
insufisiensi dengan cacat/ usak proprioseptif dari ganglia akar dorsal atau
penyakit kolom dorsal.
vertebrobasilar  Uji gaya berjalan/ melangkah dapat dilakukan untuk meng-
assessment para pasien dengan cacat/ defek sentral, karena
biasanya gaya melangkah/ berjalan pada para pasien ini seringkali
terganggu. Gaya berjalan dapat spastik, ataksik, tersendat, atau
sulit melangkah.
 Struktur vestibular sentral dapat terperfusi oleh beberapa
pembuluh di dalam sistem basilar vertebral dengan beragam
tanda dan gejala yang muncul kemudian.
 Terdapat beberapa pendapat yang menjelaskan tentang
efektifitas dari penanganan vertigo yang diakibatkan oleh
gangguan-gangguan serebrovaskular, namun pendapat-pendapat
ini tidaklah memiliki bukti klinis yang kuat.
Stroke dan  Ondansetron mungkin cukup untuk menangani vertigo dan mual
insufisiensi parah akibat stroke. Pemberian coumadin dan tindakan
angioplasti transluminal stenois arteri vertebral, dan juga
vertebrobasilar terkadang aspirin dan ticlopidine diketahui cukup manjur untuk
menghentikan gejala vertigo sentral akibat insufisiensi arteri
vertebrobasilar. Beberapa penanganan yang mencakup
penurunan faktor-faktor resiko untuk penyakit serebrovaskular
dan penggunaan terapi antiplatelet.
 Serangan iskemik transien (TIA/ transient ischemic attack) akibat
iskemia vertebrobasilar dapat memicu gejala pusing yang tiba-
tiba dan biasanya dapat berlangsung beberapa menit.
 TIA seringkali memiliki hubungan dengan gejala-gejala insufisiensi
basilar vertebral (VBI/ vertebral basilar insufficiency) lainnya,
Serangan dimana yang paling umumnya adalah gangguan visual, terjatuh
karena tidak sadar, limbung, atau lemas.
iskemik  Sedikit pasien penderita VBI akan mempresentasikan vertigo,
yang mungkin disebabkan karena iskemia di dalam distribusi
transien/ arteri vestibular. Para pasien ini umumnya memiliki penyakit
serebrovaskular atau faktor-faktor resiko penyakit tersebut.
sementara Arteriografi MR dapatlah dilakukan untuk meng-assessment
pembuluh sirkulasi posterior, dan Doppler trankranium dapatlah
mendeteksi penurunan aliran pada arteri basilar.
 Penanganan yang dapat dilakukan diantaranya adalah penurunan
faktor-faktor resiko untuk penyakti serebrovaskular dan
penggunaan terapi antiplatelet.
 Multipel sklerosis, yang merupakan penyakit demielinasi yang
paling umum, seringkali memiliki kaitan dengan kemunculan
gejala pusing.
 Pada sekitar satu dari lima pasien penderita multipel skelrosis,
gejala awalnya adalah gangguan keseimbangan dan limbung.
Beberapa pasien dengan multipel sklerosis yang
Penyakit mempresentasikan gejala-gejala vestibular diketahui karena
terjadi keterlibatan zona entri akar syaraf kranium VIII. Juga, para
demielinasi pasien ini seringkali mengalami oftalmoplegia internuklir
 Para pasien ini dapat mengalami gejala pusing dan limbung, dan
mereka sering mengalami pandangan yang kabur dan diplopia
sementara. Diagnosis multipel sklerosis membutuhkan
pengidentifikasikan gejala-gejala neurologis yang berfluktuasi,
yang dapat muncul di waktu yang sulit diprediksi.
 Pemeriksaan MRI otak dapat sangat berguna untuk melahirkan
diagnosis multipel sklerosis. Walaupun hampir dari seluruh pasien
penderita pusing yang menderita multipel sklerosis akan
Penyakit mengalami berbagai tanda dan gejala akibat gangguan dari
berbagai lokasi pada sistem syaraf, namun keterlibatan zona entri
demielinasi akar bagian vestibular syaraf VIII dapatlah terjadi pada bentuk
yang sulit dibedakan dengan pada kasus neuritis vestibular.
 Neuroma akustik (yang dikenal dengan istilah schwanoma
vestibular) dan masa sudut serebellopontine lain pun dimasukan
di dalam kategori gangguan campuran karena keterlibatan dura,
batang otak, serebelum, dan syaraf-syaraf kranial lainnya
dapatlah menghasilkan temuan-temuan neurologis lain selain
temuan-temuan pada vestibular tepi dan koklea.
 Lebih jauh lagi, efek batang otak atau kompresi serebelar
Lesi masa dapatlah memunculkan tanda-tanda vestibular sentra yang
muncul dengan atau bersamaan dengan gangguan-gangguan
periferi/ tepi.
 Pasien penderita tumor sudut sereblopontin dapat mengalami
gejala-gejala limbung dan dan hal ini dapat merefleksikan luas
anatomik tumor. Manifestasi klinis klasik dari neurinoma akustik
kecil adalah tinitus unilateral awal dan hilangnya daya
pendengaran unilateral dengan tingkat keparahan ringan.
 Ketika tumor bertumbuh besar, maka pasien pun akan menyadari
bahwa gangguan daya pendengaran nya akan semakin buruk dan
dapat mengalami vertigo.
 Namun demikian, gejala vertigo yang dialami oleh pasien ini
umumnya terjadi tidak lama dan akan hilang yang kemudian
digantikan dengan gejala limbung ringan. Ketika tumor menjadi
besar, syaraf trigeminal dapat menjadi terkompresi dan
memunculkan berbagai gejala, seperti kebas, nyeri pada wajah,
dan neuralgia trigeminal.
Lesi masa  Ketika batang otak terkompresi, hidrosefalus akan terjadi yang
diiringi dengan sakit kepala dan berkurangnya/ hilangnya
kemampuan penghilatan. Jika tidak ditangani, pertumbuhan
tumor yang terus terjadi akan memperburuk disfungsi syara
kranium bawah, ataksia, hemiparesis, dan henti nafas.
 Gejala-gejala awal mencakup hilangnya kemampuan
pendengaran, tinitus, dan ketidakseimbangan tubuh/ limbung.
Gejala-gejala yang muncul di akhir laju penyakit mencakup sakit
kepala, gejala-gejala trigeminal, dan hidrosefalus.
 Gejala-gejala hipotensi ortostatik memiliki rentang yang
beragam, dari mulai sekedar kepala terasa ringan (pusing) ketika
berdiri dari posisi duduk atau tertidur sampai rasa lelah kronis,
keterlambatan mental, limbung, mual, dan pingsan.
 Beberapa penyebab umum untuk kondisi ini diantaranya adalah
penggunaan obat-obatan (diuretik, obat antihipertensi,
Hipotensi antidepresan trisiklik), terlalu lama istirahat total ketika sakit, dan
penyebab-penyebab neurogenik (neuropati otonomik akibat
ortostatik diabetes, amiloidosis, atrofi multi sistem, dan penyakit Parkinson).
 Diagnosis diasarkan pada kondisi turunnya tekanan darah
setingkat 20 mmHg atau lebih ketika pasien berdiri dan merasa
pusing. Penanganan dimulai dengan penghentian obat yang
berpotensi menyebabkan kondisi ini serta dilakukannya tindakan
rehidrasi jika diperlukan. Asupan garam dan cairan harus
ditingkatkan.
 Serangan panik merupakan satu gangguan ansietas yang
menyebabkan rasa takut atau ketidaknyamanan berlebihan yang
mencapai puncak intensitas nya dalam jendela waktu 10 menit;
serangan panik seringkali memiliki hubungan dengan pusing,
mual, sesak nafas atau rasa sesak pada dada, parestesia, dan
berkeringat.
Serangan  Serangan dapat terjadi tanpa aba-aba atau tidak dipengaruhi oleh
panik situasi tertentu. Ansietas kronis dapat juga muncul dibarengi
dengan pusing.
 Penghambat pelepasan-penyerapan serotonin selektif diketahui
diperbolehkan untuk digunakan penanganan serangan panik.
Alprazolam dapat digunakan hanya ketika serangan terjadi untuk
kasus serangan panik yang jarang terjadi.
 Trauma sistem syaraf sentral diketahui dapat menyebabkan pusing,
khususnya sebagai fitur dari sindrom pasca-sadar. Pusing pada kasus ini
seringkali tidaklah spesifik, dan asalnya sulit dipastikan. Mungkin, cedera
pada batang otak lah (bukan gegar otak) yang bertanggugjawab atas
kemunculan gejala pusing pada beberapa pasien.
 Peranan leher pada keseimbangan tubuh tidaklah boleh diabaikan.
Walaupun entitas diagnosis vertigo leher belumlah begitu dipahami dan
sulit didiagnosis secara pasti, namun sistem syaraf pusat haruslah
mengenali posisi kepala relatif terhadap torso/ batang tubuh untuk fungsi
vestibula-spinal yang normal. Semua cedera traumatik yang dapat
Vertigo leher mengganggu kemampuan sistem syaraf pusat untuk mengenali lokasi
kepala secara akurat relatif terhadap batang tubuh, seperti contohnya
cedera pada leher, diketahui dapat menyebabkan pusing dan limbung.
 Seringkali, pasien mengeluhkan pusing setelah mengalami cedera lecutan
pada leher. Para pasien ini juga akan mengeluhkan sensasi seperti
berenang pada kepala, atau sakit kepala, dan rentang gerakan leher
menjadi terbatas. Para pasien ini dapat juga mengalami nyeri alih pada
bahu dan wilayah skapula dan dapat mengalami kesulitan tidur karena
sakit pada leher. Diagnosis akan vertigo leher umumnya akan
merepresentasikan diagnosis eksklusi.
 Vertigo merupakan satu gejala, bukanlah penyakit, dan diagnosis
serta penanganannya yang efektif dimulai dengan memahami apa
Penanganan yang direpresentasikan oleh gejala yang muncul. Vertigo
pasien merupakan gejala yang umum yang dapat tergantung pada
penyebab periferi dan sentral serta dapat dialami oleh 20%
penderita sampai 30% populasi umum. Karena alasan ini, diagnosis dan
penanganan vertigo haruslah juga dikuasai oleh dokter ahli
vertigo: alasan penyakit dalam. Dengan demikian, tujuan dari hal ini adalah untuk
meningkatkan kesadaran tentang penanganan klinis vertigo
dan tujuan. melalui pemahaman yang lebih tentang diagnosis serta
penanganannya.
Pedoman-pedoman database yang digunakan:
 Scottish Intercollegiate Guidelines Network (SIGN) atau Jaringan
Pedoman Antar Perguruan Tinggi Skotlandia
 Institute for Clinical System Improvement (ICSI) atau Lembaga Untuk
Peningkatan Sistem Klinis
 National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) (bukti NHS)
Penanganan atau Lembaga Nasional Untuk Kemajuan/ Keunggulan Kesehatan dan
Klinis
vertigo:  Pedoman Nasional Cleringhouse
metodologi  Canadian Medical Association, CMA Infobase atau Asosiasi Medis
Kanada
 New Zealand Gudelines Group atau Kelompok Pedoman Selandia Baru
 National System Guidelines atau Pedoman Sistem Nasional
 Clinical Practice Guidelines Portal, atau Portal Pedoman Praktek Klinis
 eGuidelines
 Penelitian dilakukan oleh lima peneliti secara independen, dengan
menggunakan kata kunci vertigo, pusing, ketika situs mencakup
fungsi penelitian, dan pada kasus-kasus lain yang pedoman nya secara
manual disimpan di dalam database atau yang memiliki kaitan
dengan penyakit neurologis dan otologis. Hasil didapatkan secara
terpisah yang kemudian dibandingkan dan dibahas secara bersama-
sama.
Penanganan  Pedoman-pedoman yang didapat pun dievaluasi dengan
menggunakan instrumen AGREE (Penilaian Pedoman, Penelitian dan
vertigo: Evaluasi II) oleh 4 peneliti secara independen. AGREE II meng-
assessment kepatuhan dengan 23 persyaratan, memenuhi 6 domain
metodologi sebagai penjelasan tujuan, kejelasan, keterlibatan semua pemangku
kebijakan, pengembangan, aplikabilitas dan independensi editorial.
 Tiap peneliti pun menilai kepatuhan masing-masing persyaratan
dengan skor dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 7 (sangat setuju). Skor
yang ditentukan oleh tiap peneliti pun ditambahkan di dalam masing-
masing domain dan dilaporkan dengan skor tertinggi dan terendah di
dalam domain yang didasarkan pada jumlah persyaratan yang
disertakan dan jumlah pengevaluasi.
 Pedoman pertama (kriteria ketepatan ACR vertigo dan kondisi
hilang daya pendengaran) memiliki tujuan untuk mengevaluasi
ketepatan pemeriksan radiologis awal untuk para pasien penderita
vertigo dan hilang daya pendengaran, dan dengan demikian
hanya difokuskan pada satu aspek spesifik penanganan pasien
Penanganan penderita vertigo (skor 3,5).

vertigo: hasil  Pedoman kedua (Pedoman praktek kilni: vertigo posisional


paroksismal jinak) merupakan satu pedoman bagus (skor 5),
walaupun pedoman ini hanya difokuskan pada salah satu penyakit
yang dapat menyebabkan vertigo. Karena alasan ini, penanganan
vertigo yang berdasarkan bukti didapatkan juga melalui analisis
review dan artikel yang membahas tentang vertigo dan pusing.
Pendekatan
 Para pasien yang mengalami gejala pusing haruslah di-assessmen,
klinis untuk sehingga tipe gejala yang sensitif dapatlah diketahui. Kemudian,
dokter melalui pemeriksaan riwayat medis dan pemeriksaan fisik
para pasien pasien, harus dapat membedakan vertigo dari kondisi-kondisi lain
penderita seperti contohnya neuropati periferi, penyakit Parkinson, penyakit
jantung, atau ansietas/ kecemasan.
vertigo
 Riwayat merupakan bagian yang paling penting di dalam evaluasi pasien.
Ketika pasien mempresentasikan vertigo atau pusing, langkah pertama
adalah untuk dapat menggambarkan sifat gejala secara lebih tepat. Tabel 3
menunjukkan karakteristik-karakteristik yang membedakan antara vertigo
periferi dengan vertigo pusat. Kemudian, pemeriksaan riwayat yang seksama
dapatlah membedakan pusing samar dalam hal disekuilibrium, utamanya
masalah keseimbangan tubuh, dari sensasi subjektif pusing pada kepala dan
pada kasus ini kita harus menentukan apakah sensasi yang dirasakan oleh
pasien adalah pusing ataukah vertigo. Hipofungsi vestibular bilateral simetris
dapatlah menyebabkan masalah limbung, namun tidak menyebabkan
vertigo. Pemeriksaan riwayat haruslah berfokus pada fitur-fitur lain, termasuk
didalamnya apakah pusing yang dirasakan pasien bersifat paroksismal
Riwayat ataukah hanya terjadi satu kali?, bagaimana dengan durasi tiap episode?,
apakah terdapat faktor-faktor pemicu? dan gejala-gejala apa saja yang
menyertai gejala pusing. Riwayat anamnestik juga relevan untuk dievaluasi.
Infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi telinga, migrain, trauma pada
kepala, atau labirintitis, ansietas atau depresi, penggunaan obat-obatan,
intoksikasi alkohol akut, riwayat keluarga akan pengidapan penyakit Meniere
dapatlah dievaluasi. Kareana ambiguitas pada deskripsi yang dilakukan oleh
pasien akan gejala-gejala yang dirasakannya, diagnosis yang didasarkan pada
ciri gejala umumnya tidak reliabel. Terdapat tiga karakter di dalam evaluasi
riwayat pusing: waktu, gejala, dan situasi. Dengan dasar waktu, gejala, dan
situasi, adalah mungkin bagi dokter untuk membedakan antara berbagai
penyebab sakit kepala.
 Penyebab pusing dapatlah dibagi kedalam episode yang
berlangsung dalam hitungan detik, menit, jam, atau hari. Dengan
demikian, adalah perlu untuk mengevaluasi karakteristik dari
serangan dan episode pusing. Serangan akut pusing adalah dalam
periode ≤3 hari, sedangkan pusing kronis adalah lebih dari tiga
hari. Beberapa penyebab pusing singkat (dalam hitungan detik)
adalah mencakup BPPV dan hipotensi ortostatik, yang keduanya
Waktu umumnya dipicu oleh perubahan posisi. Serangan vertigo migrain
dan MD seringkali berlangsung dalam hitungan jam. Ketika
episode berlangsung singkat (dalam hitungan menit), maka
dokter perlu curiga jika si pasien mengalami serangan iskemik
sementara, walaupun memang episode serangan dalam hitungan
menit juga dapat disebabkan oleh migrain atau sejumlah kasus
lain.
 Adalah penting untuk bertanya kepada pasien tentang gejala-gejala
terkait. Pasien dapat saja mengalami gejala-gejala otologis (hilang/
berkurangnya daya pendengaran, luahan dari telinga, tinitus), dan/
atau gejala-gejala neurologis (sakit kepala, diplopia, gangguan visual,
disartria atau disfagia, parestesia, ataksia) dan/ atau gejala-gejala
otonomi umum (mual dan muntah, berkeringan, palpitasi) dan/ atau
gejala-gejala aura migrain (gejala visual atau penciuman). Pada kasus
gangguan vestibular, gejala-gejala fisik adalah tergantung pada
apakah lesi bersifat unilateral atau bilateral dan apakah gejala-gejala
Gejala tersebut bersifat akut, kronis, atau progresif. Hilang/ berkurangnya
daya pendengaran unilateral dan gejala-gejala aural lainnya (nyeri
pada kuping, tekanan, rasa penuh pada kuping) secara umum
disebabkan oleh hal yang terkait dengan sistem periferi/ tepi. Karena
lintasan auditori secara cepat menjadi bilateral pada saat memasuki
batang otak, lesi-lesi sentral sepertinya tidaklah mungkin untuk dapat
menyebabkan hilang/ berkurangnya daya pendengaran unilateral
(pada satu telinga). Gejala-gejala seperti contohnya pandangan
ganda, kebas, dan ataksia limbus dapatlah mengindikasikan bahwa
pasien mengalami gangguan pada batak otak ataupun lesi serebelum.
 Pengetahuan tentang situasi dan keadaan-keadaan yang dapat
memicu atau memperburuk tingkat gejala dapatlah membantu
dokter untuk menggambarkan mekanisme dibalik gejala pusing.
Jika diketahui bahwa gerakan dapat memperburuk gejala yang
dialami pasien, adalah penting untuk dapat membedakan apakah
gerakan yang dimaksud adalah gerakan kepala, gerakan tubuh,
perubahan postur, atau gerakan mata.
 Pusing dapat dipicu oleh sedikit gerakan saja, seperti contohnya
Situasi/kondisi berdiri karena hipotensi ortostik setelah berbaring selama minimal
10 menit, atau dapat terjadi setelah gerakan kepala vertikal atau
oblik, seperti contohnya berbaring, membalikan badan di atas
tempat tidur, atau duduk pada kasus BPPV. J
 ika pasien mengatakan bahwa dengan hanya menggerakan mata
saja (tanpa menggerakan kepala) dapat menyebabkan pusing (dan
tidak ada masalah atau gangguan akan gerakan mata, contohnya
ketidaksejajaran okular atau oftalmoparesis intranuklir), maka
pusing yang dialami pasien sepertinya disebabkan oleh ansietas.
 Lima unsur penting di dalam pemeriksaan klinis pasien penderita
pusing adalah tindakan assessment: VOR, nistagmus spontan,
Pemeriksaan nistagmus posisional, uji Romberg dan pemeriksaan gaya
berjalan.
 Nistagmus merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
gerakan mata bergantian yang lambat dan cepat. Para pasien
penderita neuritis vestibular akan memiliki pola nistagmus vestibular
tepi. Pada kondisi ini, pola vestibular tepi tidaklah bersifat direksional,
yang secara prinsip adalah pola nistagmus horisontal. Deskripsi ini
berarti bahwa nistagmus hanya terjadi pada satu arah saja.
Sebaliknya, nistagmus pandangan diw arah merupakan pola
nistagmus yang berkaitan dengan sistem syaraf pusat.
 Beberapa pola sistem syaraf pusat lain adalah nistagmus torsional
Nistagmus murni atau nistagmus vertikal spontan (umumnya nistagmus ke-
bawah). Dengan lesi vestibular tepi akut, satu-satunya pola nistagmus
Spontan yang dapat muncul adalah nistagmus arah tunggal.
 Pada presentasi pusing akut parah, semua pola lain haruslah dianggap
sebagai tanda sistem syaraf pusat. Ketika lesi akut muncul pada satu
sisi, input dari sisi yang lainnya tidaklah berlawanan. Akibatnya, mata
akan terdorong ke arah sisi lesi. Gerakan mata ini merupakan fase
lambat nistagmus. Ketika mata mencapai titik kritis pusat, otak akan
merespon dengan memerintahkan gerakan mata korektif untuk
menggerakan mata ke posisi semula. Ini merupakan fase nistagmus
cepat.
 Salah satu tes yang dapat dilakukan di sisi tempat tidur pasien,
yaitu uji dorong-kepala, saat ini telah menjadi unsur yang penting
di dalam evaluasi cepat pada presentasi pusing parah akut.
Pengujian ini memungkinkan pemeriksa dapat meng-assessment
Refleks VOR (refelks vestibula okular/ vestibule-ocular reflex) pada tiap sisi.
VOR merupakan komponen sistem vestibular yang memicu
Vestibula- gerakan mata sebagai respon terhadap stimulasi. VOR utuh akan
mengkompensasi gerakan kepala dengan menggerakan mata
Okular pada arah berlawanan dari gerakan kepala.
 Untuk menguji VOR dengan melakukan uji dorong kepala,
pemeriksa berdiri di depan pasien dan memegang/ merengkuh
kepala pasien dengan menggunakan dua tangan.
 Pasien pun diinstruksikan untuk fokus pada hidung pemeriksa,
dan kemudian pemeriksa memulai menggerakan kepala pasien
dengan cepat 5 sampai 10 derajat ke satu sisi.
 Ketika terdapat lesi VOR pada satu sisi, sebagaimana yang terjadi
dengan neuritis vestibular, maka gerakan mata korektif (gerakan
bola mata) yang kembali ke hidung pemeriksa terlihat setelah
kepala digerakan ke arah sisi yang terdampak. Sebaliknya,
berperan sebagai kendali internal, mata akan tetap pada target
Refleks setelah kepala didorong ke arah sisi yang normal karena VOR utuh
Vestibula- pada sisi tersebut.
 Alasan untuk gerakan bola mata korektif dengan lesi vestibular
Okular perifer adalah tertanam pada fisiologis sistem vestibular. Ketika
kepala digerakan secara cepat ke satu arah, refleks yang
menggerakan mata ke arah sisi berlawanan dihasilkan oleh sisi
dimana kepala digerakan ke arahnya.
 Dengan demikian, pasien penderita neuritis vestibular pada sisi
kiri akan mempresentasikan dengan nistagmus satu arah rentak
kanan spontan dan hasil uji dorong kepala nya akan menunjukkan
hasil positif dengan gerakan ke arah sisi kiri.
 Nistagmus posisional dan vertigo akan dapat di-assessment
selama uji Dix-Hallpike. Normalnya, tidaklah terdapat nistagmus
Nistagmus atau vertigo dengan manuver ini. Uji Dix-Hallpike positif akan
menyebabkan vertigo sementara dan nistagmus torsional, setelah
Posisional delay 30 detik, dengan kepala yang digerakan kearah telinga yang
terdampak.
 Pada uji Romberg, pasien diminta untuk berdiri dengan kedua kaki
yang sedikit terbuka/ terpisah, pertama dengan mata terbuka, dan
kemudian dengan mata tertutup. Kemudian pasien harus melipat
Uji Romberg lengannya didada selama 30 detik mata terbuka dan kemudian 30
detik mata tertutup. Uji Romberg dengan hasil posiitf adalah jika
pasien tetap stabil dengan mata terbuka dan kehilangan
keseimbangan dengan mata tertutup.
 Pasien harus diminta untuk berjalan dengan jarak sekitar 20 kaki
pada satu arah dan kemudian kembali. Fitur-fitur yang dapat
Gaya berjalan dilihat dari uji berjalan adalah kecepatan berjalan, lebar dasar,
panjang langkah, ayunan lengan, deviasi tubuh, dan halusnya
gerakan kepala.
 Penanganan vertigo terdiri dari tiga langkah:
i. Secara cepat mengidentifikasi masalah, jika vertigo yang
terjadi berkaitan dengan masalah syaraf periferi/ tepi (telinga
Penanganan bagian dalam atau syaraf vestibular);
Vertigo ii. Menentukan apakah pasien perlu dirawat di rumah sakit atau
dirujuk ke klinik spesialis;
iii. Memberikan penanganan awal.
Secara cepat
mengidentifikasi
 Dengan berdasarkan pada beberapa karakteristik (tingkat
jika masalah yang keparahan, awal kemunculan gejala, durasi, posisional,
terjadi berkaitan dampaknya yang melelahkan atau tidak, gejala-gejala terkait, dan
dengan syaraf tipe nistagmus), maka dokter akan dapat membedakan apakah
vertigo yang dialami oleh pasien disebabkan oleh syaraf central
periferi (telinga atau perifer/ tepi (Tabel 2 dan 3).
bagian dalam atau
syaraf vestibular)
 Penyebab yang umum akan kondisi vertigo adalah tidak bersifat
Menentukan serius yang dapat mengancam kesehatan, dan banyak dari kasus
vertigo akan sembuh dengan sendirinya.
apakah pasien
 Ketika vertigo diduga disebabkan oleh penyebab sentral, yang
perlu untuk didasarkan melalui hasil pemeriksaan riwayat dan klinis, maka
dirawat di rumah tindakan pemeriksaan dengan menggunakan modalitas
pencitraan haruslah dilakukan. Hanya pasien yang mengalami
sakit atau dirujuk dehidrasi parah (akibat muntah) atau jika pasien diduga
ke klinik spesialis mengalami masalah sentral (masalah pada syaraf pusat), maka
pasien harus dirawat di rumah sakit.
 Episode vertigo yang bersifat akut dan parah, tanpa melihat
penyebabnya, biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam
Memberikan 24-48 jam karena efek kompensasi batang otak.

penanganan  Selama fase akut, upaya suportif, istirahat di tempat tidur,


pemberian antiemetik, dan obat penyekat vestibular dapat
awal masalah diberikan untuk meredakan gejala. Sesegera penyebab vertigo
teridentifikasi (Gambar 1), pasien haruslah mendapat penanganan
penyakit yang memicu kemunculan vertigo (Tabel 4 dan 5)
Kelas obat Obat Pendosisan

Antihistamin Promethazine 12,5-25 mg secara oral intramuskular atau diberikan via


rektum setiap 4-12 jam

Behastine 4-6 mg 8 jam per hari

Tabel 4. Benzodiazepin Diazepam 2-10 mg diberikan secara oral atau intravena setiap 4-8

Penanganan jam

untuk vertigo Lorazepam 0,5-2 mg diberkan secara oral, secara intramuskular


atau endovena setiap 4-8 jam
akut
Antiemetik Prochlorperazine 5-10 mg diberikan secara oral atau intramuskular setiap
6-8 jam atau 25 mg via rektum setiap 12 jam

Metoclopramida 10-20 mg diberikan secara oral setiap 6 jam atau 10-20


mg atau diberikan perlahan melalui endovena setiap 6-
8 jam
Penyebab Penanganan
Vertigo posisional Meclizine 25-50 mg secara oral setiap 4 sampai 6 jam
paroksismal jinak Manuer Epley
Rehabilitas vestibular
Tabel 5. Penyakit Meniere Pembatasan asupan garam (<1-2 g sodium per hari)
Penanganan dan/ atau penggunaan diuretik

penyebab- Deksametason intratimpanik atau gentamicin


Bedah kantung endolimfatik
penyebab Neuritis vestibular Metilprednisolon 100 mg secara oral setiap hari,
vertigo kemudian dosisnya diturunkan menjadi 10 mg setiap
hari selama tiga minggu
Vertigo migrainosus Profilaksis migrain dengan agonis reseptor serotonin
(triptans)
Gambar 1.
Pendekatan
untuk pasien
yang
mengalami
pusing/
limbung
 Vertigo bukanlah hanya sekedar takut jatuh, namun suatu gejala
yang disebabkan oleh berbagai penyakit.
 Pertama, adalah penting untuk membedakan antara berbagai
penyebab pusing, namun yang terpenting dari semuanya adalah
mampu mengetahi penyebab-penyebab vertigo apa yang perlu
mendapatkan penanganan cepat.
Kesimpulan  Lebih jauh lagi, vertigo adalah satu bentuk penyakit yang umum
dan semakin bertambah usia pasien maka resiko untuk
mengalami vertigo menjadi semakin tinggi. Karena alasan ini,
adalah penting bahwa dokter umum harus memahami diagnosis
dan melakukan penanganan gejala ini, dan kemudian vertigo
dapat menjadi kompetensi dirinya, atau salah satu yang
dikuasainya.

Anda mungkin juga menyukai