Anda di halaman 1dari 24

NEKROLISIS EPIDERMAL

TOKSIK
PENDAHULUAN
Sinonim : Sindrom Lylle

Merupakan penyakit kulit berat  gejala kulit


yang terpenting ialah epidermolisis
generalisata
Umumnya disebabkan oleh induksi obat–obatan
Nekrosis Epidermal Toksik terjadi pada > 30%
dari permukaan tubuh
EPIDEMIOLOGI
• Dapat terjadi pada setiap kelompok umur,
tetapi yang paling sering orang dewasa di atas
40 tahun
• Nekrosis Epidermal Toksik ini bisa terjadi pada
jenis kelamin laki-laki maupun wanita
• Insiden pada Nekrosis Epidermal Toksik yang
terjadi di dunia sekitar 0,4 – 1,2 kasus per juta
orang per tahun.
ETIOPATOGENESA
• Imunopatogenesis sama dengan Sindrom Stevens-Johnson
yakni merupakan reaksi hipersensifitas tipe II (sitolitik).
• Mekanisme dasar terjadinya manifestasi dermatologis yang
berat pada Nekrolisis Epidermal Toksik belum diketahui secara
penuh
• Patofisiologis Nekrolisis Epidermal Toksik
• Adanya reaksi imun sitotoksik yang ditujukan untuk merusak
ekspresi keratinosit terhadap antigen zat asing (induksi obat).
Dalam hal ini, keratinosit mempunyai antigen yang mengikat
permukaan metabolit dari obat-obatan. Apabila antigen
keratinosit ini mengalami kerusakan maka akan terjadi
apoptosis pada sel epidermal yang sehat.
Tabel 1. Daftar obat yang dapat menyebabkan Nekrosis Epidermal Toksik3
Sumber: Veleyrie-Allanore, J-C Roujeau: Epidermal necrolysis, in Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine, 7e, K. Wolff et al (eds). New York,
McGraw Hill, 2008, Chap.39
• Faktor resiko yang beragam seperti infeksi HIV,
penurunan fungsi dari hati, faktor imunologis
dan faktor genetik dapat juga memperburuk
terjadinya Nekrolisis Epidermal Toksik.
GEJALA KLINIS

• Penyakit dimulai secara akut dengan gejala


prodormal. Pasien tampak sakit berat dengan
demam tinggi (>38oC), kesadaran menurun
(soporokromatosa),mialgia ,rhinitis, athralgia,
batuk, anoreksia, nausea, vomit sekitar 2-3
hari sebelum timbulnya lesi kulit.
• Gejala prodormal yang juga mungkin timbul
yaitu konjungtivitis, faringitis dan pruritus
 Kelainan kulit mulai dengan makula eritema
berbentuk seperti morbili dengan permukaan yang
mengkerut dan lesi yang terpisah - pisah. Kemudian
timbul banyak vesikel dan bula,dapat pula disertai
purpura.
 Lesi pada kulit dapat disertai lesi pada bibir dan
selaput lendir mulut berupa erosi,ekskoriasi, dan
perdarahan sehingga terbentuk krusta berwarna
merah hitam pada bibir. Kelainan semacam itu dapat
pula terjadi di orifisium genitalia eksterna. Juga dapat
disertai kelainan pada mata seperti erosi konjungtiva,
Gambar 1. Krusta pada permukaan mulut
(dikutip dari
http://emedicine.medscape.com/article/787323-media)
Gambar 2. Makula eritromastosa yang meluas
(dikutip dari
http://emedicine.medscape.com/article/787323-media)
• Pada Nekrolisis Epidermal Toksik yang
terpenting ialah terjadinya epidermolisis, yaitu
epidermis terlepas dari dasarnya kemudian
menyeluruh. Gambaran klinisnya menyerupai
kombustio.
• Tes Nikolsky (+)
Gambar 3. Makula eritromastosa yang meluas dan adanya
epidermolis akibat pemberian Sulfonamid
(dikutip dari Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology 6th edition )
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan darah,elektrolit,laju endap darah
(LED), serum urea,serum bikarbonat,enzim
liver,CD4 T limfosit, sitologi dari jaringan
keratinosit yang nekrosis
• Pemeriksaan Dermatopatologi terhadap hasil
biopsi kulit
Diagnosis
 Anamnesis:
 Eksposur obat – obatan
 Gejala Prodormal
 Pemeriksaan fisik dan efloresensi kulit
 Makula eritema berbentuk seperti morbili
 Vesikel dan bula,dapat pula disertai purpura
 Terjadinya epidermolisis
 Pemeriksaan Dermatopatologi
 Fase awal: Terdapat vakuolisasi dan nekrosis dari
keratinosit pada stratum basal dan apoptosis pada
epidermis.
 Fase laten: Nekrosis total pada pada lapisan
epidermis dan terjadi robekan sehingga epidermis
lepas dengan lapisan subepidermal pada membran
basalis. Terdapat infiltrat limfosit yang tipis di dermis
Gambar.4. Nekrosis total pada pada lapisan epidermis dan
terjadi robekan sehingga epidermis lepas dengan lapisan
subepidermal
(dikutip dari Dermatology: Clinical & Basic Science Series
Color Atlas Of Dermatopathology)
• Analisa histopatologik terhadap biopsi pada
kulit, dihasilkan pada fase awal terjadinya
epidermolisis, dan sangat penting untuk
menunjang tegaknya diagnosis yang akurat
dan terarah
DIAGNOSIS BANDING
• Sindrom Stevens- Johnson: merupakan hipersensitifitas
kompleks imun yang merupakan ekspresi dari eritema
multiforme yang berat. Pada Sindrom Stevens-Johnson tidak
terdapat epidermolisis
• Staphylococcus Scalded Syndrome: merupakan penyakit yang
disebabkan oleh eksfoliatin Staphylococcus aureus . Pada
penyakit ini terjadi juga epidermolisis tetapi selaput lendir
jarang kena
• Toxic Shock Syndrome: merupakan penyakit yang disebabkan
oleh kuman stafilokokus dan streptokokus. Penyakit ini
mempunyai gejala suhu yang tinggi, hipotensi, dan
eritroderma yang difus diikuti deskuamasi. Penyakit ini tidak
terdapat epidermolisis
• Dermatitis Kontak Toksik: biasanya lesi timbul
pada tempat kontak dan tidak ada
epidermolisis
• Luka bakar akibat bahan kimia : merupakan
luka bakar sebagai manifestasi dari kontak
jaringan kulit dengan asam atau basa
PENATALAKSANAAN

 Obat yang tersangka menyebabkan alergi segera


dihentikan
 Pasien dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU)
 Monitor elektrolit dan cairannya
 Pemberian Immunoglobulin IV (0.75 g/kg/dosis
untuk 4 hari)
 Berikan Kristaloid  NaCl 0,9% 3-4 L
 Kortikosteroid  dosis awal 16 mg
IV;ditingkatkan sesuai daerah tubuh yang
mengalami kelainan kulit  tidak ada efek
merugikan
• Antibiotik
• Nafcillin (Unipen)  Dosis Dewasa: 1-2 g IV
setiap 4 jam, Anak: 50 mg/kg IV
• Gentamisin (Gentasidin, Garamisin)  Dosis 1
mg/kg IV setiap 8 jam
• Antihistamin
• Hidroksizin dosis : 25 mg IM/PO 3 kali
sehari
• Antikoagulan
• Heparin  dosis: 5000 U SC setiap 12 jam
• Analgesik
• Morfin sulfat dosis: 2-15 mg/70 kg IV
Prognosis
• Usia, dan area nekrosis menjadi penting
dalam faktor prognosis. Pada pasien dengan
umur lebih tua prognosisnya lebih buruk.
Sedangkan untuk area nekrosis yang meliputi
50-70% permukaan kulit, prognosisnya lebih
buruk
• Atau dapat digunakan skor Skorten yang dapat
perkirakan presentase angka mortalitas
Tabel 2. Scorten Score untuk menghitung presentase mortilitas Nekrosis Epidermal
Toksik.
Sumber: Data from S Bastuji-Garin et al: SCORTEN: A severity-ofillness score for toxic
epidermal necrolysis. J Invest Dermatol 115: 149, 2000; from L Valeyrie-Allanore,
J-C Roujeau: Epidermal necrolysis, in Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine, 7th ed, K Wolff et al (eds). New York , McGraw-Hill, 2008, Chap. 39.
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai