Anda di halaman 1dari 28

Populasi, Sampel

dan Teknik Sampling

Drs. H. Ruslan Shomad, MM. Universitas Islam Kadiri.


Drs. Ec. Sudarno, MM Kediri – Jawa Timur.
Iing Sri H, S.Pd., MM. Indonesia.
LITERATUR
1. Prof. DR. Sugiyono, 2013, Statika untuk Penelitian,
Penerbit Alfabeta Bandung.
2. Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2010, Prosedur
Penelitian suatu pendekatan prakti, penerbit PT
Rineka Cipta, Jakarta.
3. Haryadi Sarjono dan Winda Julianita, 2011, SPSS
vs LISREL Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Populasi

Drs. H. Ruslan Shomad, MM.  Universitas Islam Kadiri


Drs. Ec. Sudarno, MM
Iing Sri H, S.Pd., MM.  Kediri – Indonesia
Populasi
 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:61).

 Menurut Arikunto (2010:173) Populasi adalah


keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi.
Populasi
 Populasi merupakan seluruh karakteristik yang menjadi
objek penelitian , di mana karakteristik tersebut berkaitan
dengan seluruh kelompokm orang, peristiwa atau benda
yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti.
( Haryadi Sarjono, 2013:21).
Sampel
Sampel
 Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi ( Sugiyono, 2013:62).

 Menurut Arikunto (2010:174) Sampel adalah sebagian


atau wakil populasi yang diteliti.

 Sampel adalah bagian dari populasi yang dipercaya dapat


mewakili karekteristik populasi secara keseluruhan.
( Haryadi Sarjono, 2013:21).
Teknik
Sampling
Teknik Sampling
 Gambar
Teknik Sampling

Probability Non Probability


Sampling Sampling

1. Simpel Random Sampling. 1. Sampling Sistimatis.

2. Proportionate Stratified 2. Sampling Kuota.


Random Sampling.
3. Sampling Insidental.
3. Disproportionate Stratified
Random Sampling. 4. Purposive Sampling.

4. Area (Cluster) sampling 5. Sampling Jenuh.


(Sampling menurut daerah).
6. Snowball Sampling.
Teknik Sampling
 Menurut Sugiyono (2013:62) Teknik Sampling pada
dasarnya dikelompokan menjadi dua yaitu :
 1. Probability Sampling.
 2. Non Probability Sampling.
1. Probability
Sampling.
Teknik Sampling
 1. Probability Sampling.
 Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

 Teknik Probability Sampling ini meliputi :


 1.1. Simple Random Sampling.
 1.2. Proportionate Stratified Random Sampling.
 1.3. Disproportionate Stratified Random Sampling.
 1.4. Area (Cluster) Sampling (Sampling Menurut
Daerah).
Teknik Sampling
 1. Probability Sampling.
 1.1. Simple Random Sampling.
 1.2. Proportionate Stratified Random Sampling.
 1.3. Disproportionate Stratified Random Sampling.
 1.4. Area (Cluster) Sampling (Sampling Menurut
Daerah).
1. Probability Sampling.
 1.1. Simple Random Sampling.
 Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan
anggota sample dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen.
 Pengambilan sample acak sederhana dapat dilakukan
dengan undian, memilih bilangan dari daftar secara acak,
dsb.
1. Probability Sampling.
 1.2. Proportionate Stratified Random Sampling.
 Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional.
 Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar
belakang pendidikan yang berstrata.
 Misalnya : S1= 45, S2= 30, STM= 800, ST= 900, SMEA=
400, SD= 300. jadi jumlah sample yang harus diambil
meliputi strata pendidikan tersebut.
1. Probability Sampling.
 1.3. Disproportionate Stratified Random Sampling.
 Teknik ini digunakan untuk mmenentukan jumlah sampel,
bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
 Misalnya : pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai :
S3 = 3, S2 = 4, S1 = 90, SMU = 800, SMP = 700, maka
tiga S3 dan empat S2 itu diambil semuanya sebagai
sampel, karena dua kelompok ini terlalu kecil bila
dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.
1. Probability Sampling.
 1.4. Area (Cluster) Sampling (Sampling Menurut Daerah).
 Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel
bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas,
misal penduduk dari suatu negara, propensi atau kabupaten.
 Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan
sumber data, maka pengambilan sampel ditetapkan secara
bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah
terkecil (kabupaten). setelah terpilih sampel terkecil, kemudian
baru dipilih sampel secara acak.
 Misalnya :
1. Probability Sampling.
 Misalnya : di Indonesia terdapat 34 propensi, dan
sampelnya akan menggunakan 17 propensi, maka
pengambilan 17 propensi itu dilakukan secara random.
Tetapi perlu diingat, karena propensi di Indonesia itu
berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu
menggunkan Stratified Random Sampling.
2. Non Probability
Sampling.
Teknik Sampling
 2. Non Probability Sampling.
 Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.

 Teknik sampeling ini meliputi :


 2.1. Sampling Sistimatis.
 2.2. Sampling Kuota.
 2.3. Sampling Insidental.
 2.4. Purposive Sampling.
 2.5. Sampling Jenuh.
 2.6. Snowball Sampling.
Teknik Sampling
 2. Non Probability Sampling.
 2.1. Sampling Sistimatis.
 2.2. Sampling Kuota.
 2.3. Sampling Insidental.
 2.4. Purposive Sampling.
 2.5. Sampling Jenuh.
 2.6. Snowball Sampling.
2. Non Probability Sampling.
 2.1. Sampling Sistimatis.
 Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut.
 Misal : anggota populasi 100 orang. Dari semua anggota
tersebut diberi nomor 1 sampai dengan 100, pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil
saja atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
katakanlah kelipatan lima. Untuk ini maka yang diambil
sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan
seterusnya sampai 100.
2. Non Probability Sampling.
 2.2. Sampling Kuota.
 Sampling Koata adalah teknik untuk menentukan sampel
dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan.
 Contoh : Akan melakukan penelitian tentang pendapat
masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Jumlah sampel yang
ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum
memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian
dipandang belum selesai.
2. Non Probability Sampling.
 2.3. Sampling Insidental.
 Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
2. Non Probability Sampling.
 2.4. Purposive Sampling.
 Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.
 Misal : akan melakukan penelitian tentang kualitas
makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang
ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di
suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang
yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk
penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak
melakukan generalisasi.
2. Non Probability Sampling.
 2.5. Sampling Jenuh.
 Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
 Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Dengan
istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.
2. Non Probability Sampling.
 2.6. Snowball Sampling.
 Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat
bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi
besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu
dua orang, tetapi dengan satu dua orang tersebut belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka
peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan
dapat melengkapi data yang diberikan satu dua orang
sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak.
Thank You
Semoga Bermanfaat.

Drs. H. Ruslan Shomad, MM. Universitas Islam Kadiri


Drs. Ec. Sudarno, MM Kediri – Jatim
Iing Sri H, S.Pd., MM. Indonesia

Anda mungkin juga menyukai