Anda di halaman 1dari 72

SISTEM GOLONGAN DARAH,

GENOTIF DAN FENOTIF


GOLONGAN DARAH ABO

• Di awal abad ke 20, suatu penemuan yang


terpenting telah terjadi dalam transfusi darah.
• Karl Landsteiner mempertunjukkan bahwa
dengan uji silang setetes sampel darah dengan
yang lainnya, beberapa dapat berhasil berbaur
tanpa ada terlihat reaksi, sedangkan yang
lainnya akan bereaksi secara kuat,
menimbulkan aglutinasi, dimana terjadi
penggumpalan yang masif dari sel-sel darah
merah.
• Aglutinasi ini berkaitan denga keberadaan
suatu antigen pada sel-sel darah merah dan
suatu antibodi didalam serum.
• Dengan mengamati terus, tampaklah bahwa
ternyata ada 2 antigen sel darah merah, yaitu
antigen A dan antigen B.
• Dalam golongan ABO, dimungkinkan bagi sel
– sel darah merah memiliki salah satu,
keduanya, atau ada tidak sama sekali antigen
– antigen itu dipermukaannya.
• Sel-sel yang hanya memiliki antigen A disebut
golongan A. Sedangkan yang hanya memiliki
antigen B disebut golongan B.
• Sel-sel yang mempunyai kedua antigen, yaitu
antigen A dan antigen B disebut golongan AB.
• Sel-sel yang tidak memiliki kedua antigen
tersebut, disebut golongan O.
• Dengan cara yang sama, terdapat pula 2 anti
-bodi yang berbeda didalam serum.
• Antibodi yang bereaksi spesifik dengan sel-
sel golongan A, menyebabkannya
beraglutinasi, disebut anti-A.
• Dilain pihak, yang bereaksi spesifik dengan
sel-sel golongan B disebut anti-B.
GOL. DARAH ANTIGEN DI DRH MERAH ANTIBODI DISERUM
Golongan A A anti-B
Golongan B B anti-A
Golongan AB A dan B tidak ada zat anti
Golongan O tidak ada anti-A dan anti-B

Identifikasi golongan darah ABO


•Golongan darah ABO di identifikasi dengan melihat
reaksi aglutinasi, yaitu peng –gumpalan sel darah
merah sebagai akibat adanya reaksi antara antibodi
dalam serum dengan antigen pada sel darah merah.
Aglutinasi

• Penggumpalan sel darah merah oleh antibodi dilihat


dari kekuatan aglutinasinya sesuai rekomen -dasi
AABB.
• 4+ = satu gumpalan sel darah merah yang besar
• 3+ = beberapa gumpalan besar
• 2+ = beberapa gumpalan sedang dengan latar
belakang putih
• 1+ = beberapa gumpalan kecil dengan latar
belakang kemerahan
• +w = beberapa gumpalan sangat kecil dengan latar
belakang kemerahan atau hanya terlihat secara
mikros kopis
Metode pemeriksaan golongan darah ABO

 Cell grouping/typing
• Sel darah merah yang akan diperiksa direaksi
kan dengan antisera anti-A (monoklonal) dan
anti-B (monoklonal)

 Serum grouping/typing
• Serum/plasma yang akan diperiksa direaksi -kan
dengan suspensi sel darah merah golo -ngan A,
B dan O (sebagai negatip kontrol) dan auto
kontrol dengan menggunakan sel darah
merahnya sendiri.
• Penggunaan sel golongan O perlu dilibatkan
ketika pemeriksaan serum grouping/typing,
sebab beberapa resipien atau donor dapat
saja memiliki antibodi-antibodi didalam
serumnya yang bukan anti-A atau anti-B.

• Antibodi-antibodi ini secara alamiah tidak


diharapkan ada, sehingga mereka disebut
sebagai antibodi-antibodi ireguler.
• Mereka ada sebagai akibat imunisasi terda
hulu, misalnya selama kehamilan pada
seorang wanita, atau lewat transfusi darah
sebelumnya.

• Keberadaan antibodi-antibodi ireguler ini


dapat ditampilkan dengan memakai sel-sel
golongan O dalam prosedur pengujian.
 Perkembangan antigen-antigen A dan B sel darah merah

• Antigen-antigen A dan B golongan darah ber


-kembang secara baik sejak masa awal janin
sampai masa remaja.

• Disaat baru lahir, kekuatannya masih lemah


dibandingkan dengan masa dewasa, dan
reaksi-reaksi dengan anti-A dan anti-B bisa
terjadi lebih lemah dari yang dibayangkan.
• Secara normal, anti-A dan anti-B amatlah
lemah disaat lahir, dan antibodi-antibodi ini
mungkin tidak dapat ditampilkan hingga bayi
itu mencapai umur 3 bulan.

• Karena itulah disepakati, bahwa kalau


melakukan penggolongan sampel darah dari
tali pusat atau bayi baru lahir, hanya
golongan sel darah merah saja yang perlu
diuji.
G eno tip dan fen oti p

• Segala penampilan dan karakteristik kita di


-kendalikan oleh gen-gen yang ada didalam
inti sel-sel tubuh kita. Gen-gen ini berada
didalam kromosom-kromosom kita.

• Tiap sel memiliki 23 pasangan, atau seluruh


nya 46 kromosom. Kita diwariskan salah satu
kromosom dari tiap pasangannya dari
masing-masing orang tua kita.
• Tidak seperti sel-sel tubuh, sel-sel reproduksi
kita (spematozoa dan ova) hanya mempunyai
satu kromosom dari masing-masing
pasangan nya.

• Pada pembuahan, kromosom dari laki-laki


akan bergabung dengan kromosom dari
perempuan dan membentuk pasangan
kromosom sebagaimana sel-sel lainnya
dalam mudigah
• Diantara karakteristik kita yang diwariskan,
terdapat sebuah gen yang bertanggungjawab
atas spesifisitas golongan ABO darah kita.

• Dengan kata lain, kita mewarisi 2 gen


golongan darah. Untuk golongan darah ABO,
kromosom dari ibu membawa salah satu dari
gen A, B atau O. Hal yang sama, kromosom
yang lain dari ayah juga membawa salah satu
dari gen A, B atau O.
• Dua definisi yang penting dipakai pada golo
-ngan darah :
 Genotip :
• Gen-gen yang diturunkan dari masing-masing
golongan darah orang tua yang ada pada
kromosom.
 Fenotip :
• Efek yang bisa terlihat dari gen-gen yang di
-wariskan: misalnya golongan darah itu sen
-diri.
• Gen A dan gen B bersifat dominan atas gen O,
jadi fenotip A dapat berasal dari salah satu,
yaitu genotip AA atau AO. Hal yang sama,
fenotip B dapat berasal dari salah satu, yaitu
genotip BB atau BO.

• Tabel dibawah ini menunjukkan kemungki


-nan kombinasi-kombinasi dari gen-gen dan
golongan darah yang terbentuk.
• Genotip Fenotip/Gol darah
AA A
AO A
BB B
BO B
AB AB
OO O
Macam-macam subgolongan antigen A

• Pada tahun 1911, diketahui bahwa golongan


darah A secara serologi dan genetik terbagi
dalam 2 subgolongan yang amat berbeda,
yaitu A1 dan A2.

• Hal yang sama juga didapati bahwa golongan


darah AB juga terbagi atas A1B dan A2B.
• Ada kemungkinan seseorang yang mempu
-nyai subgolongan A2 dan A2B mempunyai
anti-A1 dalam serumnya, tapi umumnya
lemah dan tidak penting dalam menseleksi
darah donor.

• Jenis antigen B yang lemah jarang ditemukan,


tapi bisa ditemui pada populasi Cina.
Ig M d an IgG A nti- A d an A nti- B

• Pada setiap orang,(kecuali yang termasuk golo


-ngan AB) akan membuat IgM anti-A dan / atau
anti-B. Hal ini diperkirakan sebagai akibat stimu
lasi oleh antigen-antigen mirip A dan B yang bia
sanya terdapat dilingkungan, makanan dll.
• Bilamana seseorang mempunyai IgG anti-B,
kadar IgM anti-AB nya biasanya tinggi, dan
istilah “titer anti-AB tinggi” atau “titer O tinggi”
digunakan. Serum orang-orang ini akan sering
melisiskan sel-sel A dan/atau B pada test
penggo longan serum typing/backtyping.
• Antibodi – antibodi yang bertiter tinggi ini
penting dalam 2 keadaan :
1. Transfusi darah golongan O atau plasmanya
kepada orang yang bukan golongan O.
• Jika sejumlah besar plasma golongan O yang
mengandung titer anti-AB yang tinggi diberi
-kan kepada orang-orang A atau B, kemungki
-nan terjadi kerusakan sel darah merah, yaitu
suatu reaksi transfusi. Jadi lebih baik untuk
tidak memberikan darah golongan O kepada
orang yang bukan O.
• Jikalau hal ini tidak dapat dihindarkan, pilih
-lah unit-unit darah donor yang tidak melisis
-kan sel-sel A dan atau B pada serum, atau
hilang – kanlah plasma secara aseptik dari
sel-sel darah merah.

• Pemberian dalam bentuk sel darah merah


pekat (Packed Red Cells = PRC)
2. Pada kehamilan, bila ibu O sedangkan bayi
-nya A atau B
• Jikalau menguji wanita hamil, harus diingat
bahwa serumnya dapat melisiskan sel-sel A
dan atau B sebab IgG anti-AB dapat melewati
plasenta dan merusak sel-sel darah merah
janin.
• Sewaktu lahir, bayi itu dapat menderita ane
-mia serta berwarna kuning sebagai akibat pe
rusakan sel darah merah.
• Akan tetapi haemolysis disease of the new
-born (HDN) macam ini jauh lebih ringan dari
-pada yang disebabkan oleh anti - D, dan test
untuk mengukur IgG anti-AB mempunyai nilai
yang kecil untuk memperkirakan apakah bayi
itu akan menderita, sehingga pemeriksaan
pada masa kehamilan tidak ada gunanya.
SISTEM GOLONGAN DARAH H
• H substance (H-like antigen) ditemukan oleh
Morgan dan Watkins dan sudah terbentuk
sejak lahir. Hal ini dapat diketahui dari peme
-riksaan dengan menggunakan anti-H yang
berasal dari individu Oh (O Bombay) atau
anti-H yang dibuat dari lectin.
• Pembentukan antigen A dan B dimulai dari
struktur asal/precursor substance.
• Bila terdapat gen H, maka precursor substan
ce akan dirubah menjadi H substance.
• Selanjutnya bila ada gen A atau gen B, maka H
substance akan dirubah menjadi A dan / atau
B antigen, sehingga pada individu terse but
yang mempunyai golongan A pada sel darah
merahnya akan ditemukan antigen A dan H.
• Pada golongan B akan ditemukan antigen B
dan H.
• Pada golongan AB akan ditemukan antigen A,
B dan H.
• Gen O merupakan gen amorph, sehingga tidak
ada produk yang dapat diperiksa pada sel.
Pada sel darah merahnya tidak terdapat H
substance yang dirubah menjadi A atau B
antigen, sehingga pada golongan O yang
ditemukan hanyalah H substance saja.
• Pembentukan ABH antigen dimulai pada usia
janin 5-6 minggu, namun belum sempurna dan
baru mencapai kira-kira 25-50% dari jumlah
antigen orang dewasa. Antigen baru sempurna
setelah bayi berusia 1 tahun atau lebih.
• H substance yang terdapat pada sel-sel golo
-ngan darah ABO jumlahnya tidak sama.
• Perbandingan banyaknya H substance pada
sel darah merah :
• O > A2 > A2B > B > A1 > A1B
Oh darah Bombay
• Ditemukan oleh Bhende pada tahun 1952.
Disebut Bombay karena pertama kali sel
darah merah ini ditemukan di Bombay India.
• Sel darah merah Bombay tidak diaglutinasi
-kan oleh anti-A, anti-B dan anti-H.
• Dalam serum/plasma Bombay terdapat anti-
A, anti-B dan anti-H.
AO & AA A dan H

BO & BB B dan H
H

HH/Hh AB A, B dan H
Precursor
Substance OO H
hh

Precursor AO/AA Oh (Bombay)


Substance BO/BB
tidak dapat AB
mengubahOO
menjadi

• Perubahan dari precursor substance menjadi antigen ABO


• Apabila pada pemeriksaan golongan darah ha
-nya dilakukan pemeriksaan cell typing saja,maka
individu ini akan dikategorikan sebagai golongan
O, tetapi pada pemeriksaan uji silang serasi de
-ngan golongan darah O, reaksi akan menunjuk
-kan inkompatibilitas (tidak cocok). Sel darah
merah golongan O akan bereaksi kuat (aglutinasi
kuat hingga lisis) dengan serum Oh.
• Anti-H bereaksi pada suhu yang luas 4 - 37 C dan
darah Bombay harus ditransfusikan dengan darah
Bombay juga.
Perbedaan cell typing dan serum typing
pada golongan darah O dan Oh
CELL TYPING SERUM
TYPING

ANTI - A ANTI -B SEL – A SEL – B SEL – O

Oh - - + + +
LISIS

O - - + + -
 Darah Para Bombay
• Hal ini diperkirakan oleh karena adanya supre –
si antigen A, B dan H yang bervariasi.

• Antigen dapat dideteksi dengan metode elusi


dan H antigen tidak ditemukan pada sel darah
merah, sedangkan antigen A dan B dapat dide
-teksi namun sangat lemah.
 GOLONGAN DARAH LEWIS

• Anti-Lea pertama kali ditemukan pada tahun


1946 oleh Mourant dan tahun 1948
Andressen menemukan anti-Leb.

 Antigen Lewis
• Antigen Lewis bukan merupakan antigen pada
membran sel darah merah, tetapi meru pakan
antigen yang larut, terdapat banyak dalam
serum/plasma, saliva dan cairan tubuh
lainnya, misalnya ASI, getah lambung dsb.
• Antigen Lewis pada sel darah merah didapat
secara sekunder, yaitu dengan menyerap
antigen Lewis dari plasma. Tidak diketahui
bagaimana peran sel darah merah dalam
penyerapan tersebut.

• Faktor yang menentukan adanya substance


Lewis adalah gen Le dan gen le. Seseorang yang
mempunyai substance Le berarti geno -tip orang
tersebut bisa heterosigot Lele atau homosigot
LeLe. Gen Le menentukan ada atau tidaknya
substance Lea.
• Substance Leb ditentukan dari kerjasama gen H
dengan gen Le. Adanya antigen Lewis pada
seseorang dihubungkan dengan status secre -tor
dan nonsekretor ABH dari individu terse -but.
• Adanya antigen Lewis juga ditentukan oleh
kerjasama gen Le, gen sekretor, gen H dan gen
ABO, karena faktor-faktor yang menentukan
spesifisitas substance A, B, H dan Lewis terle -tak
pada satu molekul glycoprotein yang sama.
• Orang yang mempunyai genotip lele tidak
memproduksi Lea dan Leb.

• Bila pada pemeriksaan sel darah merah dite


-mukan Le(a+) dan Le(b-) berarti fenotip
orang tersebut adalah Le(a+b-), didalam
plasma dan salivanya terdapat substance Lea
dan indi vidu tersebut termasuk dalam
kategori non -sekretor.
• Bila pada pemeriksaan sel darah merah dite
-mukan Le(a-) dan Le(b+), berarti fenotip orang
tersebut adalah Le(a-b+) dan didalam plasma
dan salivanya terdapat substance Leb, namun
akan ditemukan juga sedikit substance Lea, dan
individu tersebut tergolong dalam kategori
sekretor.
• Fenotip pada sel darah merah bayi akan ber
-ubah dengan penambahan umurnya, mula-
mula tampak seperti Le(a-b-), kemudian men
jadi Le(a+b-), Le(a+b+) dan akhirnya menjadi
Le(a-b+) yang mulai tampak pada usia kira-
kira 15 bulan.
• Pemeriksaan golongan darah Lewis pada
anak-anak dapat dilakukan setelah usia 6
tahun.
Antibodi Lewis

 Anti-Lea
• Anti-Lea kebanyakan ditemukan tanpa adanya
stimulasi terlebih dahulu dan sebagian besar
adalah tipe IgM dan dapat mengikat komple
-men, namun ada juga yang IgG. Individu yang
mempunyai fenotip Le(a-b+) tidak membuat
anti-Lea, oleh karena sebagian kecil Le(a) yang
tidak diubah menjadi Le(b) tersebar dalam
plasma dan saliva.
 Anti-Leb
• Sering ditemukan bersama-sama dengan
anti-Lea sebagai antibodi yang lemah.
• Terdapat pada individu dengan fenotip Le(a-
b-). Anti-Leb sendiri tanpa anti-Lea sangat
jarang ditemukan.
SISTEM GOLONGAN DARAH Ii

• Pertama kali ditemukan oleh Wiener pada


tahun 1956, dimana I disini berarti “Individua
lity”.

 Antigen
• Ada 2 macam antigen, yaitu antigen I dan
antigen i. Kedua antigen ini ditemukan 100%
pada sel darah merah dengan kuantitas yang
berbeda-beda pada masing-masing individu.
• Pada orang dewasa jumlah antigen I sangat
jelas, sedangkan jumlah antigen i tidak terde
teksi. Pada darah tali pusat dan sel darah
merah bayi ditemukan banyak antigen i,
sedangkan antigen I tidak terdeteksi. Transisi
dari i ke I membutuhkan waktu ± 18 bulan.
• Pada orang dewasa sangat jarang ditemukan
antigen i, yaitu 1 dalam 10.000 dan disebut
sebagai iadult.
• Antigen Ii ditemukan selain pada sel darah
merah juga pada sel-sel lain, plasma, saliva
dan ASI.
 Antibodi
• Antibodi dari sistem I adalah IgM dan reaktif
pada saline medium dan bersifat alamiah.
• Umumnya lemah dan sulit terdeteksi pada
pemeriksaan rutin serologis. Namun
penggunaan teknik yang sensitif, anti-I dapat
terdeteksi pada hampir semua individu yang
sehat sebagai autoantibodi.
• Anti-I merupakan antibodi yang tidak berba
-haya, tetapi bila ditemukan pada serum /
plasma pasien yang membutuhkan transfusi
akan menyulitkan pemeriksaan uji silang
serasi, karena hasil pemeriksaan uji silang
serasi menjadi positip.
• Dan untuk mendapatkan uji silang serasi
yang kompatibel/cocok, maka pemeriksaan
uji silang serasi dilakukan dengan teknik
pemana san.
SISTEM GOLONGAN DARAH P
• Sistem golongan darah P ditemukan pada
tahun 1927 oleh Landsteiner dan Levine pada
percobaan imunisasi sel darah merah manu
-sia kepada kelinci
• Pada percobaan tersebut ditemukan antibodi
yang disebut anti-P1.
• P1 dan P2 analog dengan A1 dan A2 dari sistem
ABO. Antigen ini ditemukan pada membran
sel darah merah.
 Antigen
• Antigen P1
• Antigen ini biasanya ditemukan pada pemerik-
saan rutin di laboratorium. Pada bayi baru lahir
masih belum terbentuk dan setelah beberapa
tahun baru mencapai jumlah antigennya.
• Kekuatan antigen berbeda-beda pada masing-
msing individu, sehingga ada yang disebut
indivi du dengan P1 kuat, yaitu individu yang
mempu nyai lebih banyak antigen P1 dan ada
individu dengan P1 yang lemah.
 Antigen P
• Antigen ini ditemukan pada sel darah merah,
plasma, lekosit dan sel jaringan. Hanya feno
-tip P2k dan p yang tidak mempunyai antigen
P.
 Antigen Pk
• Antigen ini sangat jarang walaupun merupa
-kan suatu antigen yang universal. Ditemukan
pada lekosit sel jaringan dan plasma
 Antibodi
 Anti-P1
• Individu dengan P2 umumnya mempunyai anti-
P1. Bereaksi pada suhu 4C, tetapi kadang-
kadang dapat bereaksi pada suhu 37C dan
hampir selalu IgM.

 Anti-P
• Sangat jarang ditemukan. Hanya dapat terjadi
pada individu dengan fenotip Pk. Umumnya
IgM hemolisin dengan aktifitas suhu yang luas.
SISTEM
GOLONGAN DARAH RHESUS

• Tahun 1939 Levine dan Stetson menemukan


antibodi Rhesus pertama kali pada seorang
wanita dengan Hemolytic Disease of the
Newborn

• Tahun 1940 Landsteiner dan Wiener menama


kan antigen tersebut Rhesus setelah menyun
tikkan sel darah merah monyet Rhesus kepa
-da kelinci.
• Antibodi yang timbul akibat penyuntikkan
tersebut bereaksi terhadap 85% sel darah
merah manusia.

• Levine menemukan reaksi yang sama pada


beberapa wanita pasca melahirkan.

• Wiener dan Peter menemukan antibodi yang


sama pada pasien Rh negatip yang mendapat
transfusi darah ABO yang kompatibel dengan
Rh positip.
• Rh positip adalah individu yang mempunyai
Rh antigen pada sel darah merahnya.
• Sedangkan Rh negatip adalah individu yang
tidak mempunyai Rh antigen pada sel darah
merahnya.
• Antigen tersebut dinamakan antigen-D dan
merupakan antigen yang berperan penting
dalam transfusi.
• Tidak seperti pada ABO sistem, dimana sese
-orang yang tidak mempunyai antigen A/B
akan mempunyai antibodi yang berlawanan
dalam plasmanya.

• Maka pada sistem Rhesus pembentukkan


antibodi hampir selalu akibat stimulasi mela
-lui transfusi atau kehamilan.
 Antigen Rh lainnya
• Pada pertengahan tahun 1940 ditemukan 4
antigen yang berhubungan dengan antigen D,
yang kemudian disebut sebagai Rh sistem.

• Sampai saat ini sudah ditemukan lebih dari 40


antigen yang berhubungan dengan antigen D,
tapi pada sebagian besar kasus hanya 5
antigen bersama antibodinya yang berperan,
yaitu D,C,E,c,e.
• Beberapa kombinasi dari Rh antigen diturun
-kan secara tidak terpisah. Seseorang akan
mendapat 1 gen kompleks dari masing-
masing orang tua.
• Jika gen kompleks itu identik, maka orang ter
sebut homosigot, sehingga ekspresi dari gen
tersebut pada sel darah merah adalah 2 kali
dosisnya. Bila tidak identik, maka orang ter
-sebut disebut heterosigot dan kedua gen ter
-sebut akan terlihat pada sel darah merah.
 Fenotip dan genotip
• Sampai saat ini hanya tersedia 6 reagen anti
serum untuk pemeriksaan Rh sistem.
• Umumnya test yang dilakukan pada pemerik
saan pretransfusi hanyalah anti-D.
• Anti serum yang lain digunakan pada studi
keluarga atau bila ada masalah dengan
antibodi.
• Untuk menentukan apakah seseorang homo
-sigot untuk C (dan c), untuk E (dan e) relatif
mudah, karena tersedianya antiserum.

• Sedangkan untuk antigen D hanya dapat


ditentukan ada/tidaknya antigen tersebut,
tapi tidak dapat diketahui apakah homosigot
atau heterosigot.
 Rh variant (Du)
• Tidak semua Rh positip bereaksi sama kuat
terhadap anti-D.

• Umumnya akan langsung terlihat pada reaksi


aglutinasinya, sehingga dengan mudah di
-sebut Rh positip (D+).
• Sel yang tidak langsung bereaksi tidak dapat
dikatakan Rh negatip, karena beberapa sel D
positip tidak langsung bereaksi dalam saline
medium.
• Sebetulnya sel darah merah tersebut mempu
nyai antigen D, maka perlu adanya pemerik
-saan tambahan dengan menambahkan anti
-globulin serum untuk menunjukkan adanya
antigen yang lemah tersebut.
• Antigen ini adalah variant dari Rh antigen yang
disebut Du.
Rh antibodi

• Umumnya antibodi Rh merupakan hasil dari


imunisasi akibat transfusi atau kehamilan,
kecuali beberapa anti-E dan anti-Cw yang dite
mukan tanpa diketahui stimulusnya.
• Sampai saat ini yang paling poten adalah
antigen D diikuti oleh antigen C dan E.
• Walaupun beberapa antibodi bereaksi kuat
dalam saline medium, namun kebanyakan
antibodi Rh bereaksi optimal dalam antiglo
-bulin test atau enzim.
SISTEM GOLONGAN DARAH MNSs

• Sistem MNSs adalah golongan darah kedua yang


ditemukan setelah sistem ABO.
• Landsteiner dan Levine pada tahun 1927
menemukannya dengan melakukan percobaan
dengan menyuntikkan sel darah manusia kedalam
tubuh kelinci.
• Didalam serum kelinci kemudian ditemukan anti
bodi yang bereaksi dengan antigen M dan N, yang
sebelumnya dinamakan determinant sel darah
merah yang tidak dikenal dan kemudian disebut
sebagai sistem MN.
• Pada tahun 1947 Walsh dan Montgomery
dengan metode antiglobulin test menemukan
anti-S. Walaupun anti-S bukan merupakan
allele dari M dan N, namun terlihat sangat
berhubungan, sehingga dimasukkan kedalam
sistem MN.
• Antigen MNSs mempunyai beberapa karakte
-ristik yang berperan penting baik secara
klinis maupun serologis.
• Antigen sudah terbentuk dengan baik pada
saat lahir, sehingga ada 2 hal yang penting
dari antigen ini, yaitu :
1. Semua antibodi kecuali anti-N dapat meng
-akibatkan terjadinya HDN.
2. Antigen-antigen ini berperan penting dalam
penentuan paternitas.
SISTEM GOLONGAN DARAH KELL

• Setelah penemuan anti-Kell (anti-K) oleh


Coombs pada tahun 1946 dan anti – Cellano
(anti-k) oleh Levine dkk pada tahun 1949,
maka sistem golongan darah Kell mempunyai
2 bentuk, yaitu K(+) dan K(-).
 Aspek klinis anti-Kell
1. Transfusi
• Dapat mengakibatkan terjadinya reaksi trans
fusi. Bila darah donor K(+) ditransfusikan
pada resipien yang mempunyai anti-K

2. Kehamilan
• Dapat mengakibatkan terjadinya HDN, bila
bayi (K+) dan ibu mempunyai anti-K
PENYAKIT AUTOIMMUNE
HAEMOLYTIC ANAEMIA (AIHA)

• Autoimmune hemolytic anemias (AIHA) dise


-babkan oleh antibodi yang diproduksi oleh
sis tem imunnya sendiri.
• Terdiri atas warm antibodi dan cold antibodi.
• Warm antibodi, biasanya jenis Ig G dan
bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu
37oC, sensitisasi terjadi pada organ limpa.
• Sedangkan cold antibodi terutama jenis Ig M
dan bereaksi terhadap sel darah merah pada
suhu tubuh normal tetapi lebih progresif
pada suhu 0o, sensitisasi terjadi pada organ
hati.
• Contohnya pada Systemic Lupus Erythema
-tosis. (SLE)
PENYAKIT HAEMOLYTIC DISEASE
OF THE NEW BORN (HDN)

• Pada hemolytic diseases of the new born


(HDN) terjadinya hemolisis disebabkan oleh
antibodi maternal terhadap sel fetal.

• Kasus ini terjadi pada golongan darah sistem


rhesus.
• Pada golongan darah sistem rhesus di dalam
plasmanya tidak terdapat antibodi secara
alamiah.

• Antibodi timbul akibat stimulasi antigen


misalnya manusia dengan golongan darah Rh
negatif ditransfusi dengan golongan darah Rh
positif,maka resipien akan membentuk anti-
Rh antibodi.
• Pada wanita Rh negatif menikah dengan laki-laki
Rh positif maka akan mempunyai anak dengan
golongan darah Rh positif.
• Pada saat kehamilan ketika sel darah merah fetal
masuk ke dalam plasenta, akan mensti -mulasi
produksi antibodi maternal terhadap antigen
fetal.
• Ketika antibodi memasuki sirkulasi fetal akan
menyebabkan destruksi sel darah merah fetal,
fenomena ini disebut hemolytic disea -ses of the
new born (HDN).
Terimakasih
atas
perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai