Anda di halaman 1dari 16

EKOLOGI HEWAN

Burung Hantu (Tyto alba)

Dosen Pengampu :
Dr. H. SUATMA, M.Biomed.

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Sera Widia Ningsih
01
ACD 115 003

Rokhmatul Khawasitin
02
KELOMPOK ACD 115 016

2 03
Khusnul Khatimah
ACD 115 025

Said Muhammad Akbar


04
ACD 115 092
Rumusan Masalah
Apa saja karakteristik dari
Burung Hantu (Tyto alba) ?

Bagaimana tingkah laku


dari Burung Hantu (Tyto
alba) ?

Bagaimana adaptasi dan peran


Burung Hantu (Tyto alba)
terhadap lingkungan ?
Karakteristik/Ciri-Ciri Umum Burung Hantu (Tyto alba)

STRUKTUR BULU KAKI


Warna bulu sayap atas dan Tyto alba memiliki kaki-kaki
punggung abu-abu agak kuning. yang panjang dan besar serta
Sayap bawah dan dada sampai perut dilengkapi dengan empat jari dan
warna putih berbintik hitam. kuku yang kokoh.
S W
SWOT
BOLA MATA O T BADAN
.
Bola matanya hitam, tajam, Bobot dewasa 450 – 600 g,
keduanya menghadap kedepan dan tinggi badan 23 – 30 cm dengan
dibawahnya terdapat paruh yang rentang sayap kanan 33,5 cm,
ujungnya bengkok kebawah, tajam sedangkan rentang sayap kiri 33
dan kokoh. cm.
Karakteristik/Ciri-Ciri Umum Burung Hantu (Tyto alba)

PARUH INDERA PENDENGARAN


Tyto alba memiliki paruh yang besar dan T. alba memiliki susunan letak
berbentuk melengkung dengan ujung yang runcing lubang telinga yang cukup unik, karena
dan tajam. tidak simetris dimana letak pada kepala
KEMAMPUAN TERBANG antara satu dengan yang lainnya tidak
Dalam perburuan mangsa, T. alba sama tinggi dan dengan sudut yang
sangat bergantung pada cara terbangnya Add Text berbeda pula.
Simple
yang tanpa suara dan pada PowerPoint
pendengarannya yang sangat tajam. Presentation SARANG DAN TERITORIAL
Mereka merupakan pemakai sarang
INDERA PENGLIHATAN oportunis, menggunakan sarang yang sudah
Mata T. alba sangat peka sehingga dapat ada atau mengambil alih sarang yang
melihat pada kegelapan. Untuk mendeteksi lokasi ditinggalkan burung lain.Burung hantu
mangsa, mata dan pendengaran T. alba bekerja umumnya bersifat teritorial, suatu kenyataan
bersama- sama dalam suatu harmoni yang serasi. yang nampak pada saat musim berbiak.
Tingkah Laku dari
Burung Hantu
(Tyto alba)
Perilaku Istirahat
Aktivitas istirahat burung hantu mayoritas
dilakukan pada siang hari sedang pada malam hari
T. alba menghabiskan waktunya untuk beraktivitas.
Menurut Mackinon (2000) burung hantu T. alba
termasuk burung nocturnal, karena burung T. alba
88% aktiv beraktivitas pada malam hari.
Hasil pengamatan total waktu perilaku
istirahat T. alba selama 24 jam untuk burung T. alba
betina lebih tinggi sekitar 15 jam 53 menit sedang
pada T. alba jantan 13 jam 34 menit yaitu 12 jam
45% pada siang hari yang digunakan untuk tidur,
sedang malam hari untuk T. alba betina istirahat di
64% dalam sarang atau bertengger di dalam sarang
sekitar 4 jam sedang jantan sekitar 1 jam 30 menit.
Perilaku Bertengger
Aktivitas bertengger pada burung T.
alba dilakukan sering disekitar sarang ditujukan
pada gambar 4.3. Waktu bertengger yang
dibutuhkan betina lebih tinggi dari yang jantan.
Waktu untuk bertengger T. alba betina 2 jam 56
88%
menit sedang untuk jantan sekitar 1 jam 30
menit. Waktu betina lebih tinggi aktivitas betina
cenderung untuk proteksi terhadap sarang
dari T. alba lain.
T. alba bertengger sebagai bentuk
45%
mempertahankan dan proteksi dari T. alba lain
64% yang masuk ke sarang dan daerah
teritorialnya.
Dari hasil pengamatan aktivitas terbang dilihat dari gambar 6 waktu terbang jantan lebih tinggi dari yang betina. Waktu yang dibutuhkan T. alba jantan untuk terbang 1 jam 07 menit seda

Waktu terbang yang dibutuhkan T. alba jantan lebih tinggi dari pada T. alba betina. T. alba jantan lebih aktif berburu dari pada T. alba betina yang cenderung untuk proteksi terhadap saran

Perilaku Terbang
Dari hasil pengamatan aktivitas terbang dilihat
dari gambar 6 waktu terbang jantan lebih tinggi dari yang
betina. Waktu yang dibutuhkan T. alba jantan untuk
terbang 1 jam 07 menit sedang untuk betina 58 menit.
Pada waktu terbang burung hantu sangat jarang
88% mengepakan sayap. Menurut Mackinon (2000) terbang
yang tidak mengepakan sayap biasanya disebut gliding.
T. alba jantan pada saat terbang seringkali berteriak
sedang T. alba betina jarang atau hampir tidak pernah
teriak ketika terbang.
45% Waktu terbang yang dibutuhkan T. alba jantan
lebih tinggi dari pada T. alba betina. T. alba jantan lebih
64% aktif berburu dari pada T. alba betina yang cenderung
untuk proteksi terhadap sarang dari Tyto alba lain
sehingga T. alba betina kurang aktif atau lebih banyak
bertengger disekitar sarang.
Perilaku Berburu
Aktivitas berburu T. alba dimulai sejak senja
sampai 2 jam sebelum matahari terbit. Aktivitas
berburu dan memangsa T. alba jantan lebih tinggi
dari betina. Total waktu yang digunakan oleh T. alba
untuk berburu selama 24 jam, untuk T. alba jantan 7
88% jam 40 menit sedang yang betina 4 jam 07 menit.
Jumlah mangsa yang diberikan T. alba
jantan kepada T. alba betina sekitar 3 mangsa
dalam waktu satu malam.
T. alba langsung menelan mangsa yang
kecil seperti kelelawar dan tikus, sedang untuk
45% mangsa yang besar T. alba mencabik atau
64% memotong-motong mangsa menjadi bagian yang
lebih kecil dengan paruhnya terlebih dahulu agar
mudah dalam proses penelanan.
Dari hasil pengamatan aktivitas terbang dilihat dari gambar 6 waktu terbang jantan lebih tinggi dari yang betina. Waktu yang dibutuhkan T. alba jantan untuk terbang 1 jam 07 menit seda

Waktu terbang yang dibutuhkan T. alba jantan lebih tinggi dari pada T. alba betina. T. alba jantan lebih aktif berburu dari pada T. alba betina yang cenderung untuk proteksi terhadap saran

Perilaku Bercumbu
Perilaku bercumbu pada burung T. alba
biasanya dilakukan pada saat pasangan burung T.
alba bertengger. Total waktu yang digunakan T. alba
untuk bercumbu selama 24 jam yaitu 4 menit. Pola
aktivitas bercumbu burung ini mula-mula burung T.
88% alba jantan mendekati burung T. alba betina,
sambil meyengolkan badan ke tubuh T. alba
betina. T. alba betina merendahkan badannya
setelah itu burung jantan naik kepunggung T. alba
betina dan melakukan kopulasi. Kopulasi pada
45% burung hantu T. alba ini sering dilakukan
sekitar 2-4 kali dalam semalam. Waktu yang
64% digunakan untuk kopulasi sangat cepat sekitar 7
detik.
Dari hasil pengamatan aktivitas terbang dilihat dari gambar 6 waktu terbang jantan lebih tinggi dari yang betina. Waktu yang dibutuhkan T. alba jantan untuk terbang 1 jam 07 menit seda

Waktu terbang yang dibutuhkan T. alba jantan lebih tinggi dari pada T. alba betina. T. alba jantan lebih aktif berburu dari pada T. alba betina yang cenderung untuk proteksi terhadap saran

Perilaku Bertarung
T.
alba untuk mempertahankan atau
proteksi daerah teritori dan sarang yang
ditempatinya. Waktu yang dibutuhkan terjadinya
perilaku bertarung T. alba sebagai bentuk proteksi
sekitar 5 menit. Pada saat bertarung T. alba jantan
88% lebih agresif untuk mengusir T. alba lain yang
datang disarang.
Pengusiran T. alba jantan dengan
mengejar T. alba lain yang masuk kedaerah
teritorinya sehingga terjadi pertarungan yang
45% dilakukan dengan terbang dan saling mencakar,
untuk betina berada di sekitar mulut sarang untuk
64% mengusir T. alba lain mendekati sarang.
Pertarungan pasangan T. alba untuk pengusiran T.
alba lain ini di sertai dengan teriakan.
Adaptasi dan Peran
Burung Hantu (Tyto alba)
terhadap Lingkungan
Adaptasi Burung Hantu (Tyto alba)
terhadap Lingkungan
Burung hantu merupakan binatang
nokturnal atau binatang yang tidur pada siang hari
dan beraktivitas pada malam hari, karena hal
tersebut burung hantu rentan untuk diburu oleh para
predator. Namun, burung hantu mampu beradaptasi 1 2
dengan hal tersebut dengan melakukan kamuflase
layaknya bunglon di siang hari. Burung hantu
beradaptasi dengan bersembunyi dengan 3 4
menyamakan bulu-bulu mereka dengan
lingkungannya. Selain itu cara burung hantu
beradaptasi dengan lingkungannya yaitu
menggunakan pendengaran yang tajam untuk
mengetahui gerak-gerik yang mencurigakan.
Peran Burung Hantu (Tyto alba)
terhadap Lingkungan
Berdasarkan penglihatan burung hantu semakin tajam
saat malam hari sehingga bisa melihat mangsanya dari jarak
jauh. Sehingga peran burung hantu dilingkungannya bisa sebagai
pembasmi tikus, karena salah satu mangsa dari burung hantu ini
adalah tikus. Masyarakat tertarik untuk memelihara burung hantu
ini, karena sangat membantu dalam upaya pengendali hama tikus
di area perkebunan. Burung hantu lebih banyak digunakan untuk
1 2
perkebunan kelapa sawit dimana penggunaan burung hantu ini
sangat efektif untuk menurunkan hama tikus mencapai 5%.
Sementara dari segi biaya, menggunakan burung hantu untuk
3 4
membasmi hama tikus jauh lebih rendah mencapai 50%
dibandingkan dengan membasmi tikus secara kimiawi. Dalam
sektor pertanian, sepasang burung hantu sudah bisa melindungi
hingga 25 hektare tanaman padi dan dalam satu tahun, satu ekor
burung hantu bisa memangsa sekitar 1300 ekor tikus.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai