Anda di halaman 1dari 87

1.

Bab 9 : Siklus Daya Gas


9-1 Pertimbangan Dasar dalam Analisis Siklus Gas
9-2 Siklus Carnot & Maknanya dalam Bidang Rekayasa
9-3 Asumsi Udara Standar
9-4 Tinjau Ulang Mesin Reciprocating
9-5 Siklus Otto : Siklus Ideal untuk Mesin Bensin
(Spark-Ignition Engines)
9-6 Siklus Diesel : Siklus Ideal untuk Mesin Diesel
(Compression-Ignition Engines)
9-7 Siklus Brayton : Siklus Ideal untuk Turbin Gas
- Pengembangan Turbin Gas
- Deviasi Siklus Turbin Gas Aktual & Ideal
9-8 Siklus Brayton dengan Regeneration
9-9 Siklus Brayton dengan Intercooling, Reheating, dan Regeneration
Pendahuluan
Siklus Daya Gas
Siklus Termodinamika dapat dibagi menjadi 2 golongan
siklus, yaitu :
1. Siklus Daya (Power Cycles) dan
2. Siklus Refrigerasi (Refrigeration Cycles)

Berdasarkan Fasa dari Fluida Kerja, siklus


Termodinamika juga dapat digolongkan sebagai :
1. Siklus Daya Gas (Gas Cycles) dan
2. Siklus Daya Uap (Vapor Cycles)
Efisiensi Termal
 Mesin Kalor (Heat Engine) didesain untuk
 mengkonversi energi termal menjadi kerja
berguna.

 Ukuran unjuk kerja suatu mesin kalor


dinyatakan sebagai  Efisiensi Termal (hth),
yang dapat dirumuskan sebagai :
Diagram P-v & T-s
 Pada diagram P-v dan T-s
 luas daerah yang dilingkupi kurva proses suatu siklus
menggambarkan kerja netto yang diproduksi selama siklus.
9-2 Siklus Carnot & Maknanya
dalam Bidang Rekayasa
Siklus Carnot terdiri dari 4 proses yaitu :
1. Proses pemasukan kalor secara isothermal
2. Proses ekspansi isentropic
3. Proses pembuangan kalor secara isothermal
4. Proses kompresi isentropik
Efisiensi Carnot

Peningkatan Efisiensi Carnot dapat dilakukan


dengan :
1. Menurunkan TL
2. Menaikkan TH
EXAMPLE 9–1
Penurunan Efisiensi Siklus Carnot
 Tunjukkan bahwa efisiensi siklus carnot
beroperasi antara batas suhu TH dan TL
Pemasukan Kalor (qin) :

Pengeluaran Kalor (qout) :

Efisiensi Carnot (hth) :


Asumsi Udara Standar
 Siklus daya gas aktual relatif kompleks sehingga untuk
mempermudah analisis  diterapkan asumsi udara standard (air-
standard assumptions) sebagai berikut :

1. Fluida kerja adalah udara & diperlakukan sebagai


gas ideal

2. Seluruh proses diidealisasi sebagai proses reversible


(proses ideal)

3. Proses pembakaran diganti dengan proses


penambahan kalor dari sumber kalor luar

4. Proses pengeluaran diganti dengan proses


pembuangan kalor yang mengalirkan fluida kerja
ke kondisi awal siklus.
Asumsi Udara Standar
Asumsi Lain:

Cold air-standard
assumptions

 Jika kalor jenis


dianggap konstan &
diterapkan pada suhu
kamar 25 oC
9-4 Tinjau Ulang Mesin Reciprocating
 Top dead center (TDC)
 posisi piston saat terbentuk volume
terkecil dalam silinder

 Bottom dead center (BDC)


 posisi piston saat terbentuk volume
terbesar dalam silinder

 Stroke (Displacement) dari Engine


 jarak terbesar dari pergerakan piston
antara TDC dan BDC

 Bore  diameter piston

 Intake Valve  Katup Hisap

 Exhaust Valve  Katup Buang


9-4 Tinjau Ulang Mesin Reciprocating
 Clearance Volume
 volume minimum yang
terbentuk saat piston berada pada
TDC

 Displacement Volume
 volume antara TDC dan BDC

 Compression Ratio (r)  rasio


volume maksimum & volume
minimum yang terbentuk
MEP
(Mean Effective Pressure)
Tekanan rata-rata fiktif yang menghasilkan kerja netto
Mesin Bensin & Mesin Diesel
 Berdasarkan bagaimana proses pembakaran terjadi dalam silinder,
Mesin Reciprocating  dapat digolongkan sebagai :
1. Spark - Ignition (SI) engines
2. Compression - Ignition (CI) engines

 Pada Mesin Bensin (SI engine)


 pembakaran campuran bahan bakar – udara dibantu dengan penyalaan
busi (spark plug)

 Pada Mesin Diesel (CI engine)


 campuran bahan bakar – udara terbakar sendiri akibat kompresi udara di
atas suhu penyalaan campuran bahan bakar – udara (self ignition
temperature)

 Siklus Otto  Siklus Ideal Mesin Bensin

 Siklus Diesel  Siklus Ideal Mesin Diesel


9-5 Siklus Otto
Siklus Ideal untuk Mesin Bensin 4 Langkah
Proses-Proses pada Siklus Otto

Siklus Otto ideal terdiri dari 4 proses, yaitu :


1-2 Isentropic compression
2-3 Constant-volume heat addition
3-4 Isentropic expansion
4-1 Constant-volume heat rejection
Analisis Termal Siklus Otto
Kesetimbangan Energi :

Perpindahan Kalor masuk & keluar dari


fluida kerja :

Efisiensi Termal Siklus Otto Ideal


(dgn asumsi cold air standard) :
Analisis Termal Siklus Otto
Proses 1-2 dan 3-4 adalah isentropik,
Dan v2 = v3 dan v4 = v1
Sehingga :

Substitusi persamaan-persamaan ini ke


hubungan efisiensi termal menghasilkan :
Hubungan
Rasio Kompresi (r) vs Efisiensi Termal (hth)
EXAMPLE 9–2
Siklus Otto Ideal
Suatu siklus Otto ideal mempunyai rasio kompresi r =
8. Pada awal proses kompresi, udara pada 100 kPa
dan 17°C, dan kalor sebesar 800 kJ/kg ditransfer
selama proses penambahan kalor pada volume
konstan. Dengan mempertimbangkan variasi kalor
jenis udara terhadap suhu, tentukan :

(a) Suhu & Tekanan maksimum


(b) Kerja Keluaran Netto
(c) Efisiensi Termal, dan
(d) MEP (Mean Effective Pressure)
EXAMPLE 9–2
Siklus Otto Ideal
Suatu siklus Otto ideal mempunyai rasio kompresi r =
8. Pada awal proses kompresi, udara pada 100 kPa
dan 17°C, dan kalor sebesar 800 kJ/kg ditransfer
selama proses penambahan kalor pada volume
konstan. Dengan mempertimbangkan variasi kalor
jenis udara terhadap suhu, tentukan :

(a) T3 = 1575,17 K, P3 = 4345,3 kPa


(b) wnet = 418,25 kJ/kg
(c) hOtto = 52,28 %
(d) MEP = 574,31 MPa
EXAMPLE 9–2
Siklus Otto Ideal
(a) Suhu & Tekanan maksimum pada siklus Otto terjadi pada
 Kondisi 3 (proses penambahan kalor pada V = konstan).

Namun, mula-mula perlu ditentukan Suhu & Tekanan udara pada akhir
proses kompresi (Kondisi 2) & informasi pada kondisi awal (Kondisi 1).

Dengan Tabel A-17 (Tabel Udara), didapatkan :

Proses 1-2 (Kompresi Isentropik Gas Ideal) :

Pers. Gas
Ideal
Proses 2-3 (Proses Penambahan Kalor pada V = konstan) :

Pers. Gas
Ideal

Dengan T3 :
(b) Kerja Keluaran Netto  didapat dengan Kesetimbangan Energi.

Mula-mula ditentukan dahulu energi dalam udara pada Kondisi 4.

Proses 3-4 (Proses Ekspansi Isentropik Gas Ideal) :

Proses (Proses Pembuangan Kalor pada V = konstan) :

Sehingga :
(c) Efisiensi Termal siklus :

Dengan asumsi cold-air-standard (kalor jenis tetap pada suhu kamar),


efisiensi termal dapat ditentukan sbb :
(d ) MEP (Mean Effective Pressure) :

dengan :

Sehingga :
9-6 Siklus Diesel
Siklus Ideal untuk Mesin Diesel
(Compression-Ignition Engines)
Kesetimbangan energi untuk Proses 2 – 3 :

Kesetimbangan energi untuk Proses 4 – 1 :

Cut-Off ratio (rc) :


Sehingga, efisiensi termal mesin Diesel sbb :

Atau :
Untuk rc = 1
EXAMPLE 9–3
Siklus Diesel Ideal
 Suatu siklus Diesel ideal dengan udara sebagai fluida
kerja mempunyai rasio kompresi 18 dan rasio cut-off
sebesar 2. Pada awal proses kompresi, fluida kerja pada
kondisi 14.7 psia, 80°F, dan 117 in3.
Dengan menggunakan asumsi cold-air standard,
tentukan:
(a) Suhu & Tekanan udara pada akhir tiap proses,
(b) Kerja keluaran netto & efisiensi termal, dan
(c) MEP (Mean Effective Pressure).
EXAMPLE 9–3
Siklus Diesel Ideal
 Suatu siklus Diesel ideal dengan udara sebagai fluida
kerja mempunyai rasio kompresi 18 dan rasio cut-off
sebesar 2. Pada awal proses kompresi, fluida kerja pada
kondisi 100 kPa, 27°C, dan 1920 cm3.
Dengan menggunakan asumsi cold-air standard,
tentukan:
(a) Suhu & Tekanan udara pada akhir tiap proses,
(b) Kerja keluaran netto
(c) Efisiensi termal
(c) MEP (Mean Effective Pressure)
 Jawab :

 Asumsi :
1. Cold – air - standard assumption sehingga
udara dapat diasumsikan mempunyai kalor
jenis konstan pada suhu kamar.
2. Perubahan Energi Kinetik & Potensial
diabaikan

 Sifat-Sifat  Table A–2E.a


Konstanta spesifik udara, R = 0.3704 psia · ft3/lbm · R dan
sifat-sifat lain pada suhu kamar :
cp = 0.240 Btu/lbm · R,
cv = 0.171 Btu/lbm · R, dan
k = 1.4
 Analisis
Diagram P-V dari siklus Diesel ideal dapat dilihat pada gambar di
bawah.
Catat bahwa udara berada dalam silinder sehingga membentuk
sistem tertutup.
(a) Nilai Suhu & Tekanan pada akhir tiap proses dapat
ditentukan dengan hubungan isentropik gas ideal
untuk proses 1-2 dan 3-4.

Namun, mula-mula ditentukan Volume pada akhir


tiap proses  dari definisi rasio kompresi (r) dan
rasio cut-off (rc) :
Proses 1-2 (Kompresi Isentropik gas ideal, dengan kalor jenis konstan):

Proses 2-3 (Penambahan kalor pada P = konstan ke gas ideal):


Proses 3-4 (Ekspansi Isentropik gas ideal, dengan kalor jenis konstan):

(b) Kerja netto siklus adalah ekuivalen dengan perpindahan kalor netto.
Namun, mula-mula ditentukan dahulu massa udara:

Proses 2-3 adalah proses penambahan kalor pada P = konstan, sehingga :


Proses 4-1 adalah proses pembuangan kalor pada V = konstan (tidak ada iteraksi
kerja).
Jumlah kalor yang dibuang sebesar :

Sehingga,

Efisiensi termal menjadi :


Efisiensi termal siklus Diesel ideal dengan asumsi cold-air-standard dapat juga
ditentukan dari persamaan :

(c) MEP (Mean Effective Pressure) ditentukan dari :

Diskusi
Catat bahwa suatu tekanan konstan 110 psia selama siklus akan menghasilkan kerja
keluaran netto yang sama.
9-8 Siklus Brayton
Siklus Ideal untuk Turbin Gas
Kesetimbangan Energi pada sistem :

Dengan :
Sehingga, efisiensi siklus Brayton :

Rasio Tekanan :
BWR (Back Work Ratio)
EXAMPLE 9–5
Siklus Brayton Ideal Sederhana

Suatu PLTG yang beroperasi pada siklus Brayton ideal


mempunyai rasio tekanan 8. Suhu gas masuk
kompresor 300 K dan suhu masuk turbin 1300 K.
Dengan asumsi udara standar, tentukan :

(a) Suhu gas pada sisi keluar kompresor & turbin,


(b) BWR (Back Work Ratio) dan
(c) Efisiensi Termal
 Jawab :
 Asumsi :
1. Kondisi operasi tunak (steady)
2. Asumsi udara standard
3. Perubahan energi kinetik &
energi potensial diabaikan
4 Variasi kalor jenis terhadap suhu
dipertimbangkan
 Analisis
Diagram T-s siklus Brayton ideal dapat dilihat pada gambar di
bawah.
Catat bahwa komponen yang terlibat dalam siklus Brayton adalah
jenis peralatan dengan kondisi aliran tunak.
(a) Suhu udara pada sisi keluar kompresor & turbin ditentukan dari hubungan
isentropik :

Proses 1-2 (Kompresi Isentropik gas ideal):

Proses 3-4 (Ekspansi Isentropik gas ideal):


(b) BWR (Back Work Ratio) dapat ditentukan dengan menghitung dahulu Kerja
masukan Kompresor & Kerja Keluaran Turbin :

Sehingga :

BWR sebesar 0,403 dapat diartikan bahwa 40,3 % daya keluaran turbin
digunakan untuk menggerakkan kompresor.
(c) Efisiensi Termal adalah rasio antara Daya Keluaran Netto dengan Kalor
Masukan Total :

Sehingga :

Efisiensi Termal dapat pula ditentukan dari :

dengan :
Diskusi
Dengan asumsi cold-air-standard (nilai kalor jenis tetap pada suhu kamar),
efisiensi termal sebesar :

Hasil ini cukup dekat dengan nilai yang ditentukan dengan variasi kalor jenis
terhadap suhu.
Deviasi Siklus Turbin Gas
Aktual & Ideal
Efisiensi Isentropik Kompresor :

Efisiensi Isentropik Turbin :


EXAMPLE 9–5
Siklus Brayton Ideal Sederhana

Suatu PLTG yang beroperasi pada siklus Brayton ideal


mempunyai rasio tekanan 8. Suhu gas masuk kompresor
300 K dan suhu masuk turbin 1300 K.
Dengan asumsi udara standar, tentukan :

(a) Suhu gas pada sisi keluar kompresor & turbin,


(b) BWR (Back Work Ratio) dan
(c) Efisiensi Termal
EXAMPLE 9–6
Siklus Turbin Gas Aktual
Suatu PLTG yang beroperasi pada siklus Brayton aktual
mempunyai rasio tekanan 8. Suhu gas masuk kompresor
300 K dan suhu masuk turbin 1300 K.
Dengan mengasumsikan efisiensi kompresor 80% dan
efisiensi turbin 85%, serta asumsi udara standar, tentukan:

(a) BWR (Back Work Ratio),


(b) Efisiensi Termal, dan
(c) Suhu keluar turbin
Analisis :
(a) Diagram T-s siklus Brayton aktual :
Kerja Kompresor & Turbin aktual ditentukan dengan menggunakan definisi
efisiensi kompresor & efisiensi turbin, yaitu :

Kompresor :

Turbin :

Sehingga :

Nilai BWR = 0,592 berarti sekarang kompresor mengkonsumsi 59,2%


dari kerja keluaran turbin (nilai BWR naik dari kondisi ideal sebesar
40,3%).
Kenaikan ini disebabkan irreversibilitas yang terjadi di dalam kompresor
& turbin.
(b) Pada kasus ini, udara keluar kompresor pada suhu & entalpi yg lebih tinggi, yg
dapat ditentukan sbb :

Sehingga :

dan

Irreversibilitas terjadi dalam turbin & kompresor sehingga efisiensi termal


turun dari 42,6% menjadi 26,6%.

Pada contoh soal ini ditunjukkan begitu sensitifnya performansi PLTG karena
efisiensi kompresor & turbin.
(c) Suhu udara pada sisi keluar turbin ditentukan dari kesetimbangan energi pada
turbin :

Dari tabel A-17 didapat :

Diskusi
Suhu pada sisi keluar turbin lebih tinggi dari pada suhu pada sisi keluar
kompresor (T2a = 598 K). Dengan ini ini dapat disarankan penggunaan
regenerator untuk mereduksi biaya bahan bakar.
9-9 Siklus Brayton dengan
Regeneration

Regenerator adalah suatu alat penukar


kalor (heat exchanger) untuk
mempertukarkan kalor dari fluida panas
ke fluida dingin
Kalor Regenerator (Yang Dimanfaatkan) Aktual &
Maksimal :

Efektivitas (e) :

Efisiensi Termal (h) :

Atau :
EXAMPLE 9–7
Siklus Turbin Gas Aktul dengan Regenerasi
Tentukan efisiensi termal PLTG dalam soal 9-6 di atas, jika
suatu regenerator yang mempunyai efektivitas 80%
ditambahkan dalam sistem PLTG.

Analisis
Diagram T-s dari Siklus
Brayton dengan Regenerator
Mula-mula ditentukan dahulu entalpi udara pada sisi keluar regenerator dengan
menggunakan definisi efektivitas :

Sehingga :
Hal ini menunjukkan penghematan 220,0 kJ/kg kebutuhan masukan kalor.
Penambahan regenerator (diasumsikan tanpa gesekan), tidak mempengaruhi
keluaran daya netto. Sehingga efisiensi termal menjadi :

Diskusi
Catat bahwa efisiensi termal PLTG naik dari 26,6% menjadi 36,9% sebagai akibat
dari pemasangan regenerator yg membantu memanfaatkan sejumlah energi termal
dari gas buang.
9-10 Siklus Brayton dengan
Intercooling, Reheating, dan Regeneration
Proses Dengan Intercooling & Reheating
Akan berlaku perbandingan tekanan
sbb :
Contoh Soal 9.8
Turbin Gas dengan Reheating dan Intercooling
Suatu siklus turbin gas ideal dengan 2 langkah kompresi & 2 langkah
ekspansi mempunyai rasio tekanan keseluruhan sebesar 8. Udara masuk
tiap tahap kompresor pada 300 K dan masuk pada tiap tahap turbin pada
1300 K.
Tentukan BWR (Back Work Ratio) dan efisiensi termal siklus turbin gas
ini, dengan mengasumsikan :
(a) Tanpa Regenerator dan
(b) Dengan Regenerator Ideal (efektivitas 100%)
Bandingkan hasilnya dengan yg didapat dalam Contoh Soal 9-5.

Jawab :

Asumsi :
1. Kondisi operasi tunak.
2. Asumsi udara standard.
3. Perubahan energi kinetik & potensial diabaikan.
Analisis
Diagram T-s siklus turbin gas dapat dilihat pada gambar di bawah.
Catat bahwa siklus melibatkan 2 tahap ekspansi, 2 tahap kompresi &
regenerasi.
Untuk 2 tahap kompresi & ekspansi, kerja masukan diminimalkan & kerja keluaran
dimaksimalkan.

Sehingga :

dan

Udara masuk tiap tahap kompresor pada suhu yang sama & tiap tahap mempunyai
efisiensi isentropik yg sama (dalam kasus ini 100%).
Maka, suhu (dan entalpi) udara pada sisi keluar dari tiap tahap kompresi akan sama.
Secara analog, diterapkan juga untuk turbin.
Sehingga :

Pada sisi inlet:

Pada sisi keluar :


Dengan kondisi ini, kerja masukan ke tiap tahap kompresor akan sama & juga kerja
keluaran dari tiap tahap turbin.

(a) Tanpa Regenerator, BWR & efisiensi termal ditentukan dengan data dari
Tabel A-17 sbb :
Sehingga :

Jadi :

dan
Perbandingan hasil dari contoh soal ini dengan hasil dari contoh soal 9-5 (1 tahap
kompresi & ekspansi) mengungkapkan bahwa kompresi multistage dengan
intercooling & ekspansi multistage dengan reheating akan memperbaiki BWR (BWR
turun dari 40,3% menjadi 30,4%), namun efisiensi termal turun (dari 42,6% menjadi
35,8%).
Maka, intercooling dan reheating tidak dianjurkan dalam sistem PLTG jika tidak
disertai juga dengan regenerasi.

(b) Dengan Regenerator Ideal (efektivitas 100%, tanpa penurunan tekanan) tidak
mempengaruhi kerja kompresor & kerja turbin.
Maka kerja keluaran netto & BWR dari siklus turbin gas ideal adalah sama, apakah
dengan atau tanpa regenerator.
Namun demikian, regenerator akan mereduksi kebutuhan masukan kalor dengan
memanaskan awal udara yang keluar dari kompresor dengan menggunakan gas buang
pans.
Dalam Regenerator Ideal, udara terkompresi dipanaskan ke suhu keluar turbin T9
sebelum masuk ke ruang bakar. Sehingga dengan asumsi udara standard, h5 = h7 = h9.
Masukan kalor & efisiensi termal dalam kasus ini adalah sbb :

dan
9-11 Siklus Jet-Propulsion Ideal
Gaya Dorong (Thrust Forcc) :

Efisiensi Propulsive :

Daya Propulsive :
Contoh Soal 9.9
Siklus Propulsi – Jet Ideal
Suatu pesawat terbang turbo jet terbang dengan kecepatan
850 ft/s pada ketinggian (altitude) dimana udara pada
kondisi 5 psia dan 40°F. Kompresor mempunyai rasio
tekanan 10 & suhu gas masuk turbin pada 2000°F. Udara
masuk kompresor dengan laju 100 lbm/s. Dengan asumsi
cold-air-standard, tentukan :

(a) Suhu & Tekanan gas pada sisi keluar turbin


(b) Kecepatan gas pada sisi keluar nozzle
(c) Efisiensi Propulsive dari siklus ini
Asumsi :
1. Kondisi operasi tunak.
2. Asumsi cold-air-standard sehingga kalor jenis udara konstan pada suhu
kamar (cp = 0.240 Btu/lbm · °F dan k = 1.4).
3. Perubahan energi kinetik & potensial diabaikan, kecuali pada
sisi masuk difusor & sisi keluar nozzle.
4. Kerja keluaran turbin sama dengan kerja masukan kompresor.

Analisis :
Diagram T-s dari siklus propulsi jet ideal dapat
dilihat pada gambar di samping.
(a) Sebelum ditentukan suhu & tekanan pada sisi keluar turbin, perlu ditentukan suhu
& tekanan pada kondisi yg lain :

Proses 1-2 (kompresi isentropik gas ideal pada difusor):


Untuk lebih mudahnya dapat diasumsikan bahwa pesawat terbang adalah diam &
udara bergerak menuju pesawat terbang dengan kecepatan V1 = 850 ft/s. Secara ideal,
udara keluar difusor dengan kecepatan yg dapat diabaikan (V2 = 0):
Proses 2-3 (kompresi isentropik gas ideal di dalam kompresor):

Proses 4-5 (ekspansi isentropik gas ideal di dalam turbin):


Dengan mengabaikan perubahan energi kinetik & potensial melewati kompresor &
turbin & dengan asumsi bahwa kerja turbin sama dengan kerja kompresor, kita
dapat menentukan suhu & tekanan pada sisi keluar turbin sbb :
(b) Untuk menentukan kecepatan udara pada sisi keluar nozzle, perlu ditentukan
dahulu suhu keluar dari nozzle & menerapkan keseimbangan energi aliran tunak.

Proses 5-6 (ekspansi isentropik gas ideal di dalam nozzle):


(c) Efisiensi Propulsive dari mesin turbo jet adalah rasio antara Daya Propulsive yang
dihasilkan (WP) dengan laju perpindahan kalor total masuk ke fluida kerja (Qin) :

Ini berarti bahwa 22,5% dari energi masukan digunakan untuk menggerakkan
pesawat terbang & mengatasi gaya hambat (drag force) dari udara atmosfer.
Diskusi
Perhitungan bentuk energi lain sbb :

Anda mungkin juga menyukai