• Prosedur
Dilakukan pemeriksaan fisiologis 3 ekor tikus normal (posisi tubuh,
refleks, rasa nyeri, tonus, frekuensi nafas dan jantung. Kemudian pada
tikus pertama diberikan tanin secara peroral, tikus kedua dan ketiga
tanpa pemberian apapun. Striknin disuntikan ke ketiga ekor tikus secara
sub cutan dengan dosis sub letal. Lalu dimati perubahan fisiologis tikus
setiap 10 menit sampai terjadi konvulsi pada tikus. Pada tikus kedua,
setelah terjadi konvulsi segera diinjeksikan nembuthal secara
intraperiteneal (IP) dan pemberian tanin secara peroral.
TINJAUAN PUSTAKA
• Striknin adalah obat yang bekerja secara sentral (Louisa dan Dewoto
2007).
• Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif
terhadap transmiter penghambatan yaitu glisin di daerah
penghambatan pascasinaps, dimana glisin juga bertindak sebagai
transmiter penghambat pascasinaps yang terletak pada pusat yang
lebih tinggi di SSP (Louisa dan Dewoto 2007)
• Sifat khas lainnya dari kejang striknin ialah kontraksi ekstensor yang
simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu pendengaran,
penglihatan dan perabaan.
• Striknin tidak langsung mempengaruhi sistemkardiovaskuler, tetapi bila
terjadi konvulsi akan terjadi perubahan tekanan darah berdasarkan
efek sentral striknin pada pusat vasomotor.
• Obat yang penting untuk mengatasi hal ini ialah diazepam, sebab
diazepam dapat melawan kejang tanpa menimbulkan potensial
terhadap depresi post ictal, seperti yang umum terjadi pada
penggunaan barbiturat atau obat penekan ssp non-selektif lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok Antidota dan Rute Waktu Konvulsi Waktu Normal Dosis Antidota
Pemberian