Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN RAMBU TUKA

Rambu Tuka adalah Aluk Rambu Tuka’ atau


Aluk Rampe Matallo yaitu upacara suka cita
atau syukuran (aluk = agama = aturan =
upacara, rampe = sebelah, matallo = timur,
rambu = asap – sinar , tuka’ = naik). Upacara
ini diselenggarakan disebelah timur barung -
barung (rumah biasa) atau tongkonan
(rumah adat tradisional) ketika mathari
menanjak.
1. Proses mangrara dimulai dengan
hadirnya anggota keluarga dengan
membawa babi, yang dibuatkan tandu
dikenal dengan istilah lettoan. Lettoan
tersebut dipikul oleh anggota keluarga
dari satu nenek.
2. Setelah semua rumpun keluarga mulai masuk halaman
rumah adat yaitu Tongkonan yang akan dirara, diringi
dengan penyebutan nama keluargatersebut dari protokol
atau tomenawa.

3. Bila semua rumpun keluarga tersebut telah berkumpul


di halaman rumah tongkonan, babi-babi yang ada di
lettoan dikeluarkan dan dibunuh dengan menusukkan
pisau di sampingnya yang dikenal dengan istilah
ma’tibok. Babi-babi yang telah mati dibersihkan
kemudian dibakar dan
dimasak dibambu bersama dengan daun mayana dengan
istilah ma’piong oleh sebagian anggota keluarga dari
masing-masing turunan.
4. Sambil menunggu hingga masak sebagian anggota
keluarga melakukan tarian di halaman tongkonan
dengan mengeluarkan suara berdasarkan syair yang
dilontarkan oleh salah seorang pemandunya.
5. Selanjutnya dilakukan pembakaran daging babi di atas
atap tongkonan yang dibuka, hingga menetes sampai ke
lantai tongkonan
PENGERTIAN RAMBU SOLO
Rambu Solo adalah upacara
pemakaman secara adat yang mewajibkan
keluarga dari almarhum membuat sebuah
upacara sebagai tanda penghormatan
terakhir pada mendiang yang telah
meninggal dunia.
Biasanya pelaksanaan Rambu Solo’ paling banyak
diadakan pada bulan liburan sekolah yaitu antara
Juni – Agustus yang umumnya berlangsung
selama 7 hari dan yang paling meriah pada hari
terakhir.

Proses upacara Rambu Solo Yang Ada Di


Mengkendek Dan Di Makale Yaitu:
1. Keluarga yang mengadakan Rambu Solo akan
menyiapkan Rante yaitu area tempat upacara
pemakaman yang dilengkapi dengan bangunan-
bangunan non permanen dari bambu yang di
bngun khusus untuk upacara in.
2. Di tengah-tengah rante, dipasang pohon
aren dengan jumlah tertentu untuk
menandakan pemilik hajat berasal dari
kalangan tertentu. Jika pohon aren berjumlah
4 ( empat) maka kalangan bangsawan
(ningrat).
3. Di lakkian atau tempat peti jenazah
diletakkan lengkap dengan fotonya. Bentuk
peti pun masing-masing punya arti
tersendiri. Peti kayu berarti untuk orang
muda atau rakyat biasa. Orang kaya
menggunakan peti dengan diselubungi kain
yang diukir. Sedang perempuan, di atas peti
diberi manik-manik perhiasan.
4. Ma’palao atau Ma’Pasonglo, yaitu proses
perarakan jasad dari area Rumah Tongkonan
yang disebut Lakkian.

Anda mungkin juga menyukai