0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
349 tayangan11 halaman
Rambu Tuka dan Rambu Solo merupakan upacara adat di Sulawesi Selatan. Rambu Tuka diadakan untuk syukuran ketika panen padi, dimulai dengan prosesi membawa babi yang akan disembelih dan dimasak untuk makan bersama. Rambu Solo diadakan untuk pemakaman, dimulai dengan persiapan tempat upacara di Rante selama 7 hari dengan aktivitas seperti pembangunan struktur sementara dan perarakan jenazah.
Rambu Tuka dan Rambu Solo merupakan upacara adat di Sulawesi Selatan. Rambu Tuka diadakan untuk syukuran ketika panen padi, dimulai dengan prosesi membawa babi yang akan disembelih dan dimasak untuk makan bersama. Rambu Solo diadakan untuk pemakaman, dimulai dengan persiapan tempat upacara di Rante selama 7 hari dengan aktivitas seperti pembangunan struktur sementara dan perarakan jenazah.
Rambu Tuka dan Rambu Solo merupakan upacara adat di Sulawesi Selatan. Rambu Tuka diadakan untuk syukuran ketika panen padi, dimulai dengan prosesi membawa babi yang akan disembelih dan dimasak untuk makan bersama. Rambu Solo diadakan untuk pemakaman, dimulai dengan persiapan tempat upacara di Rante selama 7 hari dengan aktivitas seperti pembangunan struktur sementara dan perarakan jenazah.
Aluk Rampe Matallo yaitu upacara suka cita atau syukuran (aluk = agama = aturan = upacara, rampe = sebelah, matallo = timur, rambu = asap – sinar , tuka’ = naik). Upacara ini diselenggarakan disebelah timur barung - barung (rumah biasa) atau tongkonan (rumah adat tradisional) ketika mathari menanjak. 1. Proses mangrara dimulai dengan hadirnya anggota keluarga dengan membawa babi, yang dibuatkan tandu dikenal dengan istilah lettoan. Lettoan tersebut dipikul oleh anggota keluarga dari satu nenek. 2. Setelah semua rumpun keluarga mulai masuk halaman rumah adat yaitu Tongkonan yang akan dirara, diringi dengan penyebutan nama keluargatersebut dari protokol atau tomenawa.
3. Bila semua rumpun keluarga tersebut telah berkumpul
di halaman rumah tongkonan, babi-babi yang ada di lettoan dikeluarkan dan dibunuh dengan menusukkan pisau di sampingnya yang dikenal dengan istilah ma’tibok. Babi-babi yang telah mati dibersihkan kemudian dibakar dan dimasak dibambu bersama dengan daun mayana dengan istilah ma’piong oleh sebagian anggota keluarga dari masing-masing turunan. 4. Sambil menunggu hingga masak sebagian anggota keluarga melakukan tarian di halaman tongkonan dengan mengeluarkan suara berdasarkan syair yang dilontarkan oleh salah seorang pemandunya. 5. Selanjutnya dilakukan pembakaran daging babi di atas atap tongkonan yang dibuka, hingga menetes sampai ke lantai tongkonan PENGERTIAN RAMBU SOLO Rambu Solo adalah upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan keluarga dari almarhum membuat sebuah upacara sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah meninggal dunia. Biasanya pelaksanaan Rambu Solo’ paling banyak diadakan pada bulan liburan sekolah yaitu antara Juni – Agustus yang umumnya berlangsung selama 7 hari dan yang paling meriah pada hari terakhir.
Proses upacara Rambu Solo Yang Ada Di
Mengkendek Dan Di Makale Yaitu: 1. Keluarga yang mengadakan Rambu Solo akan menyiapkan Rante yaitu area tempat upacara pemakaman yang dilengkapi dengan bangunan- bangunan non permanen dari bambu yang di bngun khusus untuk upacara in. 2. Di tengah-tengah rante, dipasang pohon aren dengan jumlah tertentu untuk menandakan pemilik hajat berasal dari kalangan tertentu. Jika pohon aren berjumlah 4 ( empat) maka kalangan bangsawan (ningrat). 3. Di lakkian atau tempat peti jenazah diletakkan lengkap dengan fotonya. Bentuk peti pun masing-masing punya arti tersendiri. Peti kayu berarti untuk orang muda atau rakyat biasa. Orang kaya menggunakan peti dengan diselubungi kain yang diukir. Sedang perempuan, di atas peti diberi manik-manik perhiasan. 4. Ma’palao atau Ma’Pasonglo, yaitu proses perarakan jasad dari area Rumah Tongkonan yang disebut Lakkian.