UNIVERSITAS DIPONEGORO
1. Latar Belakang
Desain / Perencanaan Kapal
EHP mempengaruhi:
Kebutuhan Bahan Bakar
Berat Mesin Penggerak
Daya Muat Kapal
Kapal bergerak diatas permukaan air
Ada bagian kapal yang tercelup di air (mendapat hambatan
dari air)
Ada bagian kapal yg ada diatas permukaan air (Mendapat
hambatan dari udara, angin)
Contoh : General Cargo, tanker, Kapal container, feri, dll
ds2
V1 P1 = massa jenis zat cair
V 2 P2 Sehingga dari gambar disamping diperoleh
persamaan :
h2
h1 P1 + gh1 + ½v1 2 = P2 + gh2 + ½v2 2
Aliran Homogen
Aliran yang terjadi jika :
Kecepatan ( v ) di setiap titik pada daerah kecepatan akan
selalu tetap
Besar dan arahnya tetap
dimana :
= vx = kecepatan potensial
Source Sink
Sink
Merupakan kebalikan dari source soal uts
Contoh ; Sumur
+ - - - - - +
A B
Sink Line
Bentuk Kapal
A & B = Titik Stagnasi
Fluida
udara dikatakan sebagai fluida
bertekanan karena perubahan temperature
dan tekanan sangat mempengaruhi
kepadatannya.
Percobaannya menunjukkan;
Bahwa pada cairan yang berkekentalen kecil
(misal air dan udara) pengaruh gaya kekentalan
sangat penting artinya, terutama pada daerah
yang dekat dengan permukaan benda.
Daerah I
Daerah yang terletak dekat sekali pada permukaan
benda dan mempunnyai lapisan yang sangat tipis dan
gaya–gaya yang bekerja pada benda tik terlalu besar
dan terdapat gradient kecepatan.
Daerah II
Aliran pada daerah yang belum dilalui benda, dimana
kita lihat sebagai cairan ideal, gerakan potensial.
Daerah III
Daerah yang disebut daerah hidrodinamik yaitu
daerah yang dilalui oleh benda.
Benda yang mempunyai bentuk Stream Line
yang bergerak pada cairan berkekentalan kecil,
pada daerah perbatasan lapisan akan timbul
perubahan kecepatan dari nol (pada
permukaan benda) sampai pada kecepatan
potensial (seperti pada cairan ideal).
Vo
Vo II
II
V
V Vx > V
Vx > V
IIIIII
I
I
Vx
Vx<<VV
•Kapal yang bentuknya stream line bergerak pada fluida maka pada
bagian belakang kapal akan timbul perubahan lapisan batas yang besar
sekali dari permukaan kapal.
•Hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran-aliran pusaran pada buritan
kapal.
Lapisan Batas
Badan Kapal
X
ds o .ds
P.ds
Z
o .ds X
P.ds
Y
M y Rx . y Rz . z
M z R y . y Rx . z
R f o cos o , x .ds
S
R p P cos p, x .ds
S
HAMBATAN VISCOSITAS
(Rvis)
Hambatan Gelombang Kapal timbul karena gerakan kapal dan
permukaan dari cairan, sehingga Hambatan Total kapal menjadi :
RT = Rf + R e + Rw
Kapal yang bergerak didalam cairan (misal kapal selam) akan
menerima hambatan yg disebabkan kekentalan cairan (Rvis).
Untuk bagian kapal yang berada diatas permukaan air akan
menerima hambatan yang disebabkan oleh udara (Ra).
Rumus untuk menghitung hambatan kapal pada gerakan yang
beraturan ;
1
R . .S .vo2
2
.
Rf .S .v 1,825
1000
Kritik-kritik pada Metode Froude ;
Penggunaan pelat tipis dalam menentukan hambatan
gesek Carena yang bentuknya tiga dimensi belum dapat
dipastikan kebenarannya secara eksakta.
Pada Carena kecepatan aliran diujung-ujung adalah kecil
sedangkan bagian lainnya besar, sedangkan pada pelat
tipis kecepatan aliran diseluruh permukaan adalah sama.
Pada Carena akan terjadi pusaran-pusaran aliran ketika
boundary layer mulai memisahkan diri dari badan kapal.
Perubahan aliran laminar ke turbulent tidak dapat
dipastikan.
Hasil percobaan Blasis dan Geber dengan pelat datar
menunjukkan perubahan aliran laminar ke turbulent
dimulai pada harga bilangan Reynold = 5. 105, sedangkan
5. 105 < Re < 107 terjadi aliran campuran, dan Re = 107
sebagian besar aliran adalh turbulent.
Ketidakpastian pada interpolasi koeffisien gesek dari
panjang pelat yang maximum 50 ft pada panjang kapal
sebenarnya yang jauh lebih besar.
Metode-metode Perhitungan Hambatan Gesek Badan Kapal.
Rumus Froude (dalam satuan Inggris)
-Rumus Froude yg ditentukan tahun 1935 adalah;
0,053 1,825
R f 0,00871 .S .v Untuk air laut
8,8 L
0,0516 1,825
R f 0,00849 .S .v Untuk air tawar
8,8 L
Rtk .v
EHP = 2183 HP
326
Rumus Froude dan Le-Basnerias (dalam satuan Metrik)
-Rumus Froude dan Le-Besnerais ditentukan pada tahun
1935 dalam satuan metric sbb;
0,258 1,825
R f 0,1392 .S .v
2,68 L
dimana : Rf = hambatan gesek (kg)
L = panjang model/kapal (m)
S = luas petmukaan basah (m2)
V = kecepatan kapal (m/det)
= density air tawar (kg/m3)
Rumus diatas dapat ditulis sbb;
R f ..S.v1,825
.1 0,0043.15o C T
= Koeffisien gesek Froude pada suhu 15oC
T= Temperatur air tangki percobaan (oC)
Rumus Schoenerr
Hambatan Gesek model kapal dalam satuan inggris ;
1
R fm m .S .v 2 .C fm
2
m = density air tanki percobaan
Hambatan Gesek kapal adalah ;
1
R fk . k .S .v 2 . C fk 0,4 10 3
2
k = density air laut pada 15oC atau 59oF
Rumus Gebers
C f 0,02058.Re0,125
Rumus Karman
1
C f 0,072.Re 5
Rumus Falkner
1
C f 0,0306.Re 7
Rumus Schlichting + Kempf
C f 0,00063 0,455(log Re ) 2,58
Rumus Lachenby
C f 0,0006 0,0791.Re0, 21
Rumus Telfer 1
C f 0,0012 0,34.Re 3
5.Hubungan Kekasaran Permukaan Kapal dengan Tahanan Gesek.
Pada kulit kapal terdapat bekas-bekas tanda, sambungan las, kepala
keeling, kepala las, kerusakan cat, korosi, tumbuhan dan binatang laut, dll
yang tidak rata pada permukaan kapal. Hal ini merupakan penyebab
kekasaran permukaan kulit kapal.
Kekasaran permukaan kapal dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1.Kekasaran menyeluruh permukaan badan kapal, yaitu kekasaran kulit
itu sendiri dan hal-hal yang terjadi pada waktu pembangunan kapal.
2.Kekasaran setempat, yaitu kekasaran yang disebabkan oleh kulit kapal
yang penyok, kepala keeling, kepala las, dll.
Kekasarn permukaan kulit kapal akan menambah hambatan gesek kapal.
Tingkat kekasaran permukaan kapal dalam air tergantung dari : waktu,
daerah pelayaran dan kecepatan kapal.
Pada umumnya hambatan gesek kapal bertambah 0.5% per hari pada
daerah tropis dan 0.25% pada laut dingin.
Untuk menghitung luas permukaan basah kapal, secara pendekatan dapat
dipakai rumus sbb ;
S = L.[ 2T + 1,37 (Cb – 0,247). B]
Untuk kapal dengan bentuk Creiser :
S = L.[ 1,97 + 1,37 (Cb – 0,247). B]
V. HAMBATAN BENTUK KAPAL ( Re )
II
II
+ p - po
0
I
-
Pada Gambar ada perbedaan tekanan Pd = p - po
• untuk benda stream line tanpa batas aliran pada cairan ideal (gambar
I).
•Cairan yang mempunyai kekentalan yang disebabkan oleh bentuk
dari benda (gambar II)
Hasil percobaan menunjukkan pada harga L/B > 0,6 dan Cb < 0,8 tidak
timbul titik M yang berarti kapal mempunyai bentuk stream line yang baik.
Cara-cara lain untuk memperkecil Hambatan Bentuk Kapal :
•Secara periodik kapal masuk dok dan membersihkan kulit kapal dari
benatang dan tumbuhan laut.
•Uts soal
VI. HAMBATAN GELOMBANG KAPAL ( RW )
•Ombak sisi kapal yang sedang berlayar terdiri dari ombak haluan, ombak
bahu muka, ombak bahu belakang dan ombak buritan.
•Pada umumnya kapal-kapal yang bentuknya baik jika dilihat dari segi
hambatan kapal, maka besarnya hambatan tekanan adalah kecil.
P + , V - P +, V -
S2 S1
• Pada bagian muka terjadi tekanan tinggi dan kecepatan aliran berkurang.
•Sepanjang bagian tengah tekanan turu dan kecepatan aliran naik.
•Pada bagian belakang tekanannya naik sedangkan kecepatan aliran turun.
•Kenaikan kecepatan dibagian tengah hanya cukup untuk membuat kecepatan
aliran pada ujung belakang (stern) = 0
•Akibat adanya viscositas, maka aliran fluida sepanjang sisi kapal akan
berubah bentuknya, Fluida akan mengalami kenaikan energi kinetis yang
lebih kecil dari idealnya menurut hk Bernoulli, akibatnya kecepatan fluida di
lapisan batas akan menjadi nol didaerah bagian belakang, sehingga
didaerah ini akan terjadi pengumpulan fluida yang telah kehilangan energi
kinetisnya.
Aliran
Potensial
Boundary Layer
Soal uts!!!!!!
VIII. HAMBATAN UDARA DAN ANGIN (Ra) PADA GERAKAN KAPAL
Kapal yang bergerak pada lautan yang tenang dan cuaca yang baik akan
mengalami hambatan udara yang disebabkan oleh bagian badan kapal
yang berada diatas garis air.
•Kecepatan angin relative (vr) sudah ditentukan, dan gaya total F pada
model diukur arah maupun titik tangkapnya.
P
Vr
AL
•Untuk angin yang arahnya berlawanan dengan arah gerak kapal, maka
permukaan kapal dibawah geladak cuaca mempunyai hambatan spesifik
yang lebih kecil daripada permukaan frontal dari bangunan atas.
•Hughes, mendapatkan harga sbb;
*Tanker Ship = 0,31
*Cargo Ship = 0,27
*Kapal penumpang = 0,26
•Secara praktis kita dapat menggunakan 0,3 luas permukaan proyeksi
badan kapal (A1) ditambah luas proyeksi bangunan atas (A2), untuk
memberikan luas proyeksi transversal At, sehingga :
At = 0,3 A1 + A2
A2
A1
Ra K . . At .v r2
Ia mendapatkan harga K adalah sebesar 0,5 ~ 0,65.
Untuk angin dengan arah berlawanan dengan gerak kapal maka harga K = 0,6
sehingga ;
Ra 0,0041. At .vr2
Vr =kecepatan angin (knot)
•Untuk angin yang arahnya berlawanan dengan arah kapal, Hughes
menyatakan bahwa ;
1.Hambatan total dari sekumpulan unit-unit yang terpisah adalah lebih kecil
dari jumlah hambatan dari masing-masing unit, karena adanya efek yang
melindungi.
2.Pembundaran/pembulatan dari ujung-ujung bangunan atas depan akan
mengurangi hambatan angin dari depan dan belakang, akan tetapi
pengaruhnya sangat kecil.
3.Sheer dari bagian depan merupakan efek pelindung yang besar.
Kapal yang berbaling-baling tunggal, terdapat tonjolan seperti lunas sayap (bilge
keel) dan kemudi. Sedangkan pada kapal berbaling-baling banyak, meliputi :
bossing, poros yang keluar, strut atau penguat- penguat, dan kemudi.
Hambatan daun kemudi bisa diukur dengan percobaan atau dari perhitungan bentuk
aerofoil yang mempengaruhi bilangan Reynold. Bila kemudi tidak terletak pada arus
baling-baling maka kecepatan air yang melewatinya akan lebih kecil daripada
kecepatan kapal karena pengaruh wake, dan bila kemudi terletak pada arus baling-
baling maka kecepatan air yang melewatinya akan lebih besar. Hambatan kemudi
pada arus baling-baling akan lebih besar 40% dai hambatan gesekannya.
Umtuk memperkecil hambatan yang disebabkan oleh boss dan strut maka harus
mengetahui lebih dahulu bentuk aliran dibagian stern atau buritan kapal. Besarnya
hambatan yang disebabkan oleh permukaan basah dari boss baling-baling berkisar
5 ~ 9% dari hambatan gesek badan kapal.
Tabel hambatan yang disebabkan oleh penonjolan atau appendige :
X.PENGARUH DARI BENTUK DAN UKURAN UTAMA KAPAL
TERHADAP HAMBATAN GELOMBANG
Persamaan Hambatan ;
v L B .V .L
R C. f . , , , CSA, C p , , Cm , a,
g .L B T v
1
dimana C 2 . .v .S
2
v V .L
R L B
f . , 1 , , CSA, , C p , Cm , a,
D g .L T v
3
Jika kapal-kapal yang ditinjau dalam air mempunyai panjang, density, dan
tempat sama, maka angka Reynold dapat diabaikan, sehingga ;
L B
R
f . 1 , , CSA, , C p , Cm , a
D T
3
Kalau kapal mempunyai dispalacemen yang tetap, maka yang berubah
adalah B,T, , Cp, Cm maka persamaan menjadi ;
L B
R
f . 1 , , CSA, , C p , Cm , a
D T
3
Pengaruh Ukuran Utama dan Parameter lain pada Hambatan Gelombang.
Perbandingan Panjang dengan Displacemen ( ) dan Perbandingan Panjang
dengan Lebar (L/B)
1.Taylor dalam bukunya “ A Reanalysis of the original Test for the Standart
Series” oleh Morton Gertler membuat lengkungan dari hambatan sisa
(Residuary Resisitance) yang berfungsi terhadap:
1
Cp dan ; L /
3
/(L/100)3
200
R/D
2.0
150
1.6
1.8
1.4
100
1.2
50
0
Cp
0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75
Untuk kapal yang mempunyai displacemen sama, maka hambatan
gelombang dan hambatan sisa kapal akan turun tiap ton displacemen
jika harga berkisar 5,5 ~ 6,5.
Untuk harga Perbandingan L/B ;
Untuk kapal-kapal barang biasa L/B = 6,5
Untuk kapal-kapal penumpang berkecepatan tinggi L/B = 7,0 ~
8,0.
Untuk kapal-kapal pantai (daerah dan luas perairan terbatas)
maka harga L/B = 5,0 ~ 6,5.
B B
Hasil Eksperiment dari Taylor, Nordstrom, Fergusson menyatakan
bahwa pengaruh dari B/T pada hambatan juga akan mempengaruhi
kecepatan.
Untuk kapal-kapal barang samudra dengan bentuk biasa, besar
B/T = 2,2 ~ 2,6.
Untuk kapal-kapal berbaling-baling tunggal B/T = 2,4
Untuk kapal-kapal twin screw B/T = 2,4 ~ 2,8
Harga Cp badan belakang kapal jika ditinjau dari segi propulsi dan hambatan
tidak boleh lebih besar dari 0,75.
Pemakaian CSA menurut diagram dan disertai letak LCb yang tepat akan
memungkinkan perencana mendapatkan desain kapal yang mempunyai sifat-
sifat hambatannya baik.
7.Pengaruh dari Sudut Masuk (Angle of Entrance = ) dari Lwl.
Dalam membuat rencana garis harus diperhatikan bentuk dari garis air
muat dibagian depan, karena hal itu akan mempengaruhi hambatan
gelombang kapal.
Pada bagian belakang kapal bentuk gading “U” ekstrim, “U” sedang, dan
“V” ekstrim, “V” sedang, didapatkan pada kapal-kapal berbaling-baling
tunggal.
Bentuk Bentuk
“U” “U” Sedang
Center Line
XI. PENGARUH BULB PADA HAMBATAN KAPAL
Pada tahun 1962 INUI menyimpulkan bahwa penggunaan Bulb yang besar
untuk kapal-kapal dengan Cb yang besar akan terjadi pengurangan
tahanan gelombang yang disebabkan oleh Bulb, terutama untuk kapal-
kapal lambat dengan v / L = 0,50 ~ 0,65.
Bagian atas dari Bulb diusahakan tidak terlalu dekat dengan permukaan
air.
FP
6,3 Lpp/200 ~ 14 Lpp/200
Jenis Bulb seri C (C1 s/d C6)
Bulb seri ini mempunyai bentuk slindris dengan ujungnya berbentuk
spheris atau bola
Bulb ini mempunyai luas penampang 8% dari luas midship.
Untuk C1 letak titik pusat bola ujung ada di FP
Untuk C2 letak titik pusat bola ujung ada di 1% Lpp didepan FP
Untuk C3 letak titik pusat bola ujung ada di 1,5% Lpp didepan FP
Untuk C4 letak titik pusat bola ujung ada di 2,0% Lpp didepan FP
Untuk C5 letak titik pusat bola ujung ada di 2,5% Lpp didepan FP
Untuk C6 letak titik pusat bola ujung ada di 3,5% Lpp didepan FP
C1 C6
FP
Jenis Bulb Seri R (R1, R2, R3)
•Bulb seri ini mempunyai bentuk dimana ujungnya agak dinaikkan
mendekati Lwl dan ujungnya runcing.
FP
Kesimpulan.
Seri B merupakan Bulb yang paling panjang dan paling baik
Seri R menunjukkan bahwa pembagian volume kearah memanjang juga
sama pentingnya dengan panjang Bulb.
Posisi vertikal atau ketinggian dari Bulb dapat memperbaiki keuntungan
pada keadaan full load dengan mengorbankan keuntungan pada keadaan
ballast.
Pilihan type dari Bulb harus didasarkan pada eksploitasi dari kapal,
prosentase dari pelayaran pada kondisi full load atau pelayaran dengan
ballast, juga kecepatan yang diminta.
Bulb untuk kapal dengan Cb sedang (Cb = 0,75)
Bulb haluan yang besar kurang cocok untuk kapal-kapal dengan Cb
sedang, oleh karena itu untuk kapal-kapal dengan Cb sedang dipakai bulb
yang kecil.
Bulb untuk kapal dengan Cb kecil (0,55 < Cb < 0,65)
Sarjana D.I. MOOR telah melakukan suatu seri percobaan model kapal
dengan dan tanpa Bulb di Inggris, untuk menentukan pengaruh dari
parameter-parameter carene yang berbeda-beda.
Percobaan ini telah memungkinkan penyelidikan khusus pengaruh Bulb
dengan bentuk “Tetes Air” yang pada umumnya cocok untuk kapal-kapal
dengan Cb yang kecil.
FP Center
Line
Bulb Special
Yang ditinjau disini adalah Bulb “Maier” atau Maier Form.
Dari tipe-tipe Bulb yang telah dibahas disepan ternyata Bulb haluan
memberikan keuntungan tenaga kuda pada kapal-kapal dengan kondisi
ballast daripada kondisi full load.
Bulb Maier ini dapat memberikan 2 keuntungan dibandingkan dengan type-
type lainnya, yaitu :
Mengurangi besarnya hambatan kapal atau tenaga kuda yang
dibutuhkan oleh kapal dalam propulsi yang sama untuk kondisi full
load maupun kondisi ballast.
Mengurangi bahaya schok dan getaran didaerah Bulb pada keadaan
ombak besar atau pada saat terjadi slamming.
FULL LOAD
FP
Center Line
Bentuk Maier ini mempunyai lebar Bulb maksimal diatas garis air muat dalam
kondisi ballast.
Contoh kapal yang menggunakan Bulb type Meier sebagai berikut :
Kapal pengangkut muatan cair 75.000 m3, Cb = 0,738
Kondisi full load (v = 18,5 knot) keuntungan EHP = 12,6%
Kondisi ballast (v = 19 knot) keuntungan EHP = 19,1 %
Bulb Buritan
Untuk mendapatkan wake yang lebih teratur dibagian belakang kapal yang
mempunyai koefisien yang besar, dimana bagian belakang kapal menjadi
terlalu penuh maka perlu dipikirkan penggunaan Bulb buritan didaerah Stern
tube.
Daerah Cembung
(Bulb)
XII. HAMBATAN PADA KAPAL-KAPAL KECIL DENGAN KECEPATAN
TINGGI
0,12
Fn
Rt /Disp. 2,6
0,10
2,4
0,08
2,2
2,0
0,06
1,8
0,04
1,6
0,02
5 6 7 8 9
L / V1/3
•Hard Chine Planning Craft
Berat badan kapal sebagaian besar ditahan oleh gaya-gaya angkat dinamis
sedangakan pengaruh gaya Buoyancy sangat kecil.
Bentuk kapal ini ditemukan oleh CM Ramus yang bertujuan untuk
mengurangi hambatan dengan cara mengangkat badannya sendiri keatas
permukaan air
Gambar penampang melintang kapal ini dapat dilihat pada gambar.
Chine
Center Line
•Hambatan jenis kapal ini sangat tergantung dari parameter-parameter
berikut ;
1.Perbandingan panjang dan lebar (Lp/Bpa)
Lp = Proyeksi panjang chine
Bpa = Lebar rata-rata chine
2.Perbandingan ukuran dan berat (Ap/2/3)
Ap = Luas proyeksi dasar rata-rata.
3.Posisi memanjang dari titik berat dari titik AP
4.Rise of floor
5.Bentuk dari buttock line pada Bpa/4 dari center line
6.Bentuk lengkungan dari chine
7.Bentuk dari gading-gading.
g .V 3
Dari percobaan ditemukan suatu grafik sebagai berikut;
Mengapung Semi Planning Planning
0 < Fn <1 1 < Fn < 3 Fn >3
Haluan
Buritan
Center Center
Line Line
C D
Center Center
Line Line
Type A dipakai untuk speed boat dengan kecepatan kecil, sebagai bentuk
peralihan dari kapal biasa.
Type C dengan penampang “V” ini sangat baik untuk pelayaran yang
bergelombang.
D E
•Kapal dengan Bantalan Udara (HOVERCRAFT)
Hovercraft beroperasi pada daerah dekat pertemuan antara udara
dan permukaan air.
Berlainan dengan kapal hydrofoil dimana penyangganya adalah
air, sedangkan penyangga dari hovercraft adalah dari bantalan
udara.
Bila Hovercraft bergerak diatas tanah maka lapisan udara atau
bantalan udara akan menekan benda keras yaitu tanah. Tetapi jika
bergerak diatas air maka bantalan udara akan menekan
permukaan air dan akan menimbulkan gelombang.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut ;
Menyedot atau menghisap udara dari atas, dan selanjutnya udara tersebut
ditekan kebawah, misalnya dengan pertolongan kompresor, sehingga kapal
akan mendapatkan resultan gaya angkat keatas yang dapat mengangkat
kapal setinggi h
Hambatan yang bekerja pada kapal ini adalah hambatan udara (Ra) dan
hambatan impuls (Rq)
500
Round Bottom Boat
400
300
Hydrofoil R/
200
100
Hard Chine Planning Craft
0 1 2 3 4 5 6
v/ L
XIII. EXPERIMENT PERHITUNGAN HAMBATAN KAPAL
Alat
Pengukur
Kecepatan
G
•Model kapal bergerak karena tarikan tali yang dibebani oleh beban yang
bebas. Alat pengukur dan alat lainnya terletak dibelakang kolam/tangki
percobaan.
•Tangki percobaan panjangnya tidak lebih dari 40 ~ 50 meter.
•Dengan merubah-ubah besarnya beban, dapat diketahui gaya hambatan
yang bekerja pada model kapal. Ada kalanya pergerakan model kapal
digerakkan oleh kereta sepanjang kolam, dimana kereta ini bergerak
karena gaya beban.
A.Hambatan
Hambatan kapal pada suatu kecepatan adalah gaya fluida yang bekerja
pada kapal sedemikian rupa sehingga melawan gerakan kapal tersebut.
Hambatan tersebut sama dengan komponen gaya fluida yang bekerja
sejajar dengan sumbu gerakan kapal (Harvald,1983 dalam Sutomo,1992).
Dan dalam perhitungan ini hambatan total kapal dinotasikan dengan RT,
sebagaimana diberikan pada Gambar dibawah.
Untuk melawan hambatan total ini, diperlukan sejumlah tenaga agar dapat
mendorong kapal dengan kecepatan tertentu. Dan sejumlah tenaga ini
disalurkan dari mesin induk ke baling-baling lewat poros dan gear box.
Gambar. Gaya-Gaya Yang Terjadi di Sekitar Kapal
RF = ½ . . v2 . CF S ..........(N)
dimana:
= berat jenis air laut (kg/m3)
v = kecepatan kapal (m/s)
CF = koefisien gesek yang berdasarkan rumus ITTC 1957 (Lewis,1988).
0,075
=
(log R 2)2
n
dimana:
Rn = Bilangan Reynolds (Harvald,1983 dalam Sutomo,1992)
vL
=
v = Kecepatan Kapal (m/s)
L = Panjang garis air (m)
= viskositas kinematis air laut pada suhu 150 C
m2/det) = 1,18831 . 10-6 m2/det
S = luas permukaan basah (m2) de Zwaan (1989).
S = L(2T+B)CM1/2(0,453+0,4425CB-0,2862CM+
0,003467B/T+0,3696CWP)+2,38ABT/CB
dimana:
B = Lebar Kapal (m)
T = Tinggi Sarat (m)
CM = Koefisien Tengah Kapal
CB = Koefisien Blok
CWP = Koefisien Garis Air
ABT = luas dari potongan bulbous bow pada saat air tenang
(m2)
Karena kapal ini tidak terdapat bulbous bow maka, ABT = 0
2. Faktor Bentuk Kapal
Dihitung dengan rumus de Zwaan (1989):
(1+k1) = c13[0,93+c12(B/LR)0,92497(0,95-CP)-0,521448
(1-CP + 0,0225 LCB)0,6906]
dimana:
CP = Koefisien Prismatik Kapal
LCB = Panjang Titik Apung Kapal (m)
(l+k1) = Faktor Koefisien Bentuk Kapal
LR = lenght of run (m), de Zwaan (1989)
= L{1-CP+0,06CPLCB/(4CP-1)}c13 = 1 + 0,003 Cstern
Cstern = koefisien yang tergantung dari bentuk buritan kapal
seperti pada Tabel dibawah ini
dimana:
= volume kapal yang tercelup (m3)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
d = -0,9
= koefisien panjang gelombang
= 1,446CP-0,03L/B ,untuk L/B 12
c1 = 2223105 c73,78613(T/B)1,07961(90-iE)-1,37565
c7 = 0,5-0,0625L/B ,untuk B/L > 0,25
iE = Setengah sudut masuk garis air pada haluan kapal (O) de
Zwaan (1989). = 1+89exp{-(L/B)0,80856(1-CWP)0,30484(1-CP-0,225
LCB)0,6367(LR/B)0,34574(100/L3)0,16302}
c5 = 1-0,8AT/(BTCM)
dimana:
AT = luas transom ( m2)
m1 = 0,0140407L/T-1,752541/3/L-4,79323B/L-c16
c16 = 8,07981CP-13,8673CP2+6,984388CP3
Untuk CP 0,80
m2 = c15CP2exp(-0,1Fn-2)
dimana:
c15 = -1,69385 ,untuk L3/ 512
Fn = Bilangan Froude
v
=
gL
5. Hambatan Oleh Tekanan Tambahan Transom
Hambatan yang diakibatkan karena tekanan tambahan sebagai akibat dari
terbenamnya bidang transom dapat dihitung dengan rumus de Zwaan
(1989):
RTR = ½ v2 AT c6 ……………………………(N)
dimana :
AT = Luas bag. buritan kapal yg berbentuk transom (m2).
c6 = 0,2(1-0,2FnT) ,Untuk FnT < 5
dimana:
v
FnT =
2 g AT
( B B CW P )
RA = ½ V2 S CA ............(N)
dimana:
CA = Koefisien korelasi model kapal
L 4
C A 0,006( L 100) 0,16 0,00205 0,003 C B c2 (0,04 c4 )
7,5
dimana:
c4 = 0,04 ,Untuk TF/L 0,04
7. Hambatan Total
Hambatan total dapat dihitung dengan rumus de Zwaan (1989):
RT = RF(1+k1)+RAPP+RW +RB+RTR+RA ......(N)
dimana:
RF = Hambatan gesek Kapal (N)
(1+k1) = Faktor bentuk yang menggambarkan hambatan viskos bentuk lambung
kapal dalam relasinya dengan hambatan gesek.
RB = Hambatan tekanan tambahan dari bulbous, karena kapal yang dipakai
tidak menggunakan bulbous maka tidak diadakan perhitungan untuk komponen
hambatan ini.
RAAP = Hambatan tambahan (N)
RW = Hambatan gelombang (N)
RTR = Hambatan tekan tambahan dari bagian
transom yang terendam (N)
RA = Hambatan korelasi model kapal (N)