DODDY IZWARDY
DIREKTUR GIZI MASYARAKAT
• Gizi Buruk
• Gizi Kurang
4
Barker’s
hypothesis
Gagal Tumbuh
dalam Rahim
IUGR
Manusia Kerdil
(stunted)
5
PERKEMBANGAN STATUS GIZI
INDONESIA DAN PROVINSI DKI JAKARTA
PETA EMPAT KATEGORI PREVALENSI STUNTING (TB/U)
BALITA USIA 0-59 BULAN PER PROVINSI TAHUN 2017
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
KETERANGAN :
•RENDAH (<20%): 2 Provinsi, yaitu DI YOGYAKARTA DAN BALI
•MEDIUM (20-29%): 13 Provinsi
•TINGGI (30-39%): 17 Provinsi
•SANGAT TINGGI (≥40%): 2 Provinsi, yaitu NTT dan SULAWESI BARAT
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
45.0
5.0
40.0
0.0
Bali
2015
19.1
DI Yogyakarta 19.8
Kepulauan Riau 21.0
2016
DKI Jakarta 22.7
Sumatera Selatan 22.8
Maluku Utara
2017
25.0
Jambi 25.2
Jawa Timur 26.7
Kep Bangka Belitung 27.3
Medium
Sumatra Utara 28.5
Jawa Tengah 28.5
Jawa Barat
Tinggi
29.2
Bengkulu 29.4
Banten 29.6
Riau 29.7
Maluku 30.0
Sangat Tinggi
Sumatra Barat 30.6
Kalimantan Timur 30.6
Sulawesi Utara 31.4
Lampung 31.6
Gorontalo
Mengalami penurunan prevalensi berturut-turut selama 3 tahun
31.7
Papua 32.8
Papua Barat 33.3
Kalimantan Utara 33.4
Kalimantan Selatan 34.2
Sulawesi Selatan 34.8
DI Aceh 35.7
BUKTI
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2015-2017)
37.2
BALITA USIA 0-59 BULAN, PER PROVINSI
spesifik?
• Mengapa
PREVALENSI
berturut-turut
PENINGKATAN
sensitif atau
selama 3 tahun
PETA 4 KATEGORI PREVALENSI STUNTING (TB/U)
BALITA USIA 0-59 BULAN, DKI JAKARTA
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
Jakarta Pusat
(29.2%)
Jakarta Utara
(23.7%)
Jakarta Barat
(20.4%)
Prevalensi Stunting Turun 3 tahun berturut-turut Jakarta
Timur
PROVINSI KAB/KOTA 2015 2016 2017 Jakarta (25.7%)
Ket:
DKI JAKARTA JAKARTA BARAT 23.4 21.6 20.4 Selatan
(17.8%)
Sangat Tinggi ≥40%
Prevalensi Stunting Naik 3 tahun berturut-turut
Tinggi 30-39%
Medium 20-29%
PROVINSI KAB/KOTA 2015 2016 2017
Rendah, <20% DKI JAKARTA JAKARTA TIMUR 17.5 21.1 25.7
PETA 4 KATEGORI PREVALENSI WASTING (BB/TB)
BALITA USIA 0-59 BULAN, DKI JAKARTA
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
TIDAK ADA Kab/Kota yang mengalami PENINGKATAN
prevalensi selama 3 tahun berturut-turut
Jakarta Utara
(8.8%)
Jakarta Barat
(12.0%)
Jakarta
Timur
Prevalensi Wasting Turun 3 tahun berturut-turut Jakarta (11.0%)
Ket: PROVINSI KAB/KOTA 2015 2016 2017 Selatan
Kritis ≥15% DKI JAKARTA KEPULAUAN SERIBU 15.5 8.6 8.6 (6.3%)
Serius 10-14% DKI JAKARTA JAKARTA SELATAN 10.0 9.3 6.3
Buruk 5-9%
Ditoleransi <5%
PETA 4 KATEGORI PREVALENSI GEMUK (BB/TB)
BALITA USIA 0-59 BULAN, DKI JAKARTA
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
2 Kab/Kota yang mengalami PENINGKATAN
prevalensi selama 3 tahun berturut-turut
Jakarta Utara
(7%)
Jakarta Barat
(7,9%)
Jakarta
Timur
Prevalensi Gemuk Turun 3 tahun berturut-turut
Jakarta (5,9%)
PROVINSI KAB/KOTA 2015 2016 2017
Selatan
DKI JAKARTA KEPULAUAN SERIBU 8.5 5.6 5.3
Ket: DKI JAKARTA JAKARTA SELATAN 10.3 9.3 7.3
(7,3%)
Kritis ≥15%
Sumsel • Ogan Komering Ilir Bali • Gianyar Sulbar • Majene, Polewali Mandar,
Mamuju
Bengkulu • Kaur NTB • Lombok Barat, Tengah, Timur, Sumbawa,
Dompu, Lombok Utara Maluku • Maluku Tengah, Seram
Lampung • Lampung Selatan, NTT • Sumba Barat, Sumba Timur, Timor Tengah
Bagian Barat
Timur, Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Lembata, Malut • Halmahera Selatan
Babel • Bangka Barat Ngada, Manggarai, Rote Ndao, Sumba
Tengah, Sumba Barat Daya, Manggarai Papua Barat • Sorong Selatan,
Kepri • Natuna Timur, Sabu Raijua Tambrauw
a. Penurunan AKI & AKB (Kesehatan Ibu & Anak termasuk Imunisasi)
b. Perbaikan Gizi khususnya Stunting
c. Pengendalian Penyakit Menular : HIV/ AIDS, Tuberkulosis & Malaria
d. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Melitus, Obesitas &
Kanker)
PENDEKATAN
KELUARGA GERMAS
KONSEP PENANGGULANGAN STUNTING
PENCEGAHAN PENANGANAN
18
1. Suplementasi besi folat
2. Periksa kehamilan (Konseling Gizi Ibu hamil)
3. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
IBU HAMIL
4. PMT Ibu hamil.
PENCEGAHAN STUNTING
5. Penanggulangan cacingan pada ibu hamil.
PADA 1000 HPK
6. Pemberian kelambu dan pengobatan bagi
ibu hamil yang positif malaria.
IBU MENYUSUI
SPESIFIK 2. Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
imunisasi dasar.
3. Pemantauan tumbuh kembang secara rutin
setiap bulan.
4. Penanganan anak sakit secara tepat.
5. Pemberian suplementasi zink.
6. Pemberian obat cacing dan;
Doddy Izwardy 2/15/2018
7. Pemberian fortifikasi zat besi. 19
8. PMT pada Balita kurus
STUNTING BISA DICEGAH DENGAN MEMASTIKAN KESEHATAN YANG
BAIK DAN GIZI YANG CUKUP PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
5 2
KEMENKES
Penguatan Sosialisasi, orientasi dan
Peningkatan Surveilans advokasi surveilans kesehatan, gizi, dan pangan
Akses Pangan RENCANA AKSI Kesehatan, Pemantauan pertumbuhan
DAERAH MULTI Gizi, & Pangan di Posyandu
SEKTOR Kementan
PENANGGULANGAN
STUNTING
KEMENKES,
Kemen PU PR
Pemeriksaan Kehamilan, persalinan nakes
Penyediaan sarana & prasarana STBM 4 3 Imunisasi dasar lengkap KEMENKES
sanitarian kit, kit kesling, cetakan Pelayanan Tablet Tambah Darah bagi Ibu
jamban) Penyediaan kesehatan Hamil & Remaja Putri
dasar, • Vitamin A bagi Ibu Nifas, Anak 6-11
• Pembangunan SPAM di kawasan MBR Air bersih Pemberian bln, dan Anak 11-59 bln
• Pembangunan IPAL kawasan, IPLT, dan Sanitasi Suplementasi • PMT bagi Balita Kurus & Bumil KEK
TPA/TPS, sarana SANIMAS, drainase
Gizi • Pemberian Obat Cacing bagi Balita, obat diare (zink)
22
ANUNG untuk RAKERKESNAS 2018 23
INTERVENSI STUNTING
-Kegiatan dilakukan oleh
sektor kesehatan.
-Ditujukan khusus untuk
GIZI SPESIFIK 1000 Hari Pertama
(berkontribusi 30%) Kehidupan (HPK)
-Bersifat jangka pendek
-Hasilnya didapat dalam
INTERVENSI STUNTING waktu relatif pendek
24
INTERVENSI KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN STUNTING
Intervensi Gizi Spesifik
1.Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon
pengantin, ibu hamil (suplementasi besi folat) Intervensi Gizi Sensitif lingkup Kemenkes:
2.Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah 1. Pemantauan pertumbuhan dan
3.Kelas Ibu Hamil perkembangan
4.Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu 2. Penyediaan air bersih dan sanitasi
hamil yang positif malaria 3. Pendidikan gizi masyarakat
4. Imunisasi
5.Suplementasi vitamin A
5. Pengendalian penyakit Malaria
6.Promosi ASI Eksklusif 6. Pengendalian penyakit TB
7.Promosi Makanan Pendamping-ASI 7. Pengendalian penyakit HIV/AIDS
8.Suplemen gizi mikro (Taburia) 8. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan
9.Suplemen gizi makro (PMT) Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
9. Jaminan Kesehatan Nasional
10.Promosi makanan berfortifikasi termasuk garam beryodium
10. Jaminan Persalinan (Jampersal)
dan besi 11. Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan
11.Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan Keluarga (PIS PK)
perilaku 12. Nusantara Sehat (Tenaga Ahli Gizi dan Tenaga
12.Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk Promosi Kesehatan, Tenaga Kesling)
13. Akreditasi Puskesmas dan RS
13.Pemberian obat 2018
ANUNG untuk RAKERKESNAS cacing 25
14.Zinc untuk manajemen diare
RENCANA AKSI K/L INTERVENSI GIZI SENSITIF
KEMENDIKBUD KEMENKEU
• PAUD dengan muatan pendidikan gizi dan • Dana Insentif Daerah
kesehatan
KEMENTAN
• Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan
• Ketahanan pangan
gizi untuk anak sekolah dan Remaja
• Pemanfaatan Pekarangan Rumah Tangga
KEMENPUPR
KEMENAG
• Sarana air bersih dan sanitasi
• Pendidikan gizi dan kesehatan kepada
calon pengantin melalui KUA
KEMEN. PERINDUSTRIAN
• Pendidikan Kesehatan dan
• Pembinaan iodidasi industri garam rakyat
gizi untukdi madrasah dan pondok
• Pengawasan fortifikasi garam beryodium
pesantren
KEMENSOS • Mendorong peran serta ulama untuk
• Bantuan Pangan Non-Tunai dengan sumber pendidikan gizi dan kesehatan
protein (telur) BPOM
• PKH, pemanfaatan fasilitator untuk • Keamanan pangan
pendidikan gizi dan pemantauan kepatuhan • Monitoring pangan terfortifikasi di lapangan
layanan kesehatan secara berkala
KEMENDAGRI BKKBN
• Nomor Induk Kependudukan • Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja
termasuk madrasah dan pondok pesantren
• Akta kelahiran
• Bina Keluarga Balita untuk peningkatan pengetahuan
• Fasilitasi program dan kegiatan gizi dalam APBD dan keterampilan orang tua dan anggota kelurga lain
KEMENDESPDTT dalam pembinaan tumbuh kembang anak sejak
• Pengangaran Dana Desa untuk kegiatan gizi dalam kandungan
14
PENUTUP
Stunted Growth (syst rev WHO)
Faktor Ibu Intake zat gizi (Ibu dan Baduta) Infeksi Faktor lingkungan
dan pola asuh
• Under-nutrisi masa • Infeksi saluran
Kualitas pangan Praktik feeding ASI cerna (diare, • Stimulasi bayi
remaja, kehamilan, dan balita yg
dan laktasi • Rendahnya intake • Infrequent • ASI ekslusif amoebiasis,
micronutrient (Vit feeding kecacingan) kurang
• Ibu pendek (<150 • Inisiasi • Pola asuh yg
cm) dan mineral) • Inadequate Menyusui Dini• Infeksi saluran
jelek
• Infeki pd Ibu • Buruknya feeding (selama (IMD) nafas (ISPA,
• Kehamilan remaja keragaman dan setelah pneumonia) • Sanitasi yg jelek
pangan dan sakit) • Malaria • Keatahanan
• Gangguan mental
pada Ibu sumber protein • Kekurangan • HIV/AIDS pangan
hewani intake • keluarga yg
• IUGR dan kelahiran (kuantitas dan
TB
jelek
premature • Taboo makanan • Infeksi yg
kualitas) • Pendidikan Ibu/
• Jarak anak yg • Kekurangan menurunkan
pendek kecukupan energi nafsu makan pengasuh yg
• Hipertensi rendah
(eclampsia)
III. Intervensi dengan Sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan
1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
pemberian MP-ASI
2. Menyediakan obat cacing
3. Menyediakan suplementasi zink
4. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
5. Memberikan perlindungan terhadap malaria
6. Memberikan imunisasi lengkap
7. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Contoh dari Negara Peru:
Strategi Peru Mengurangi Stunting 50%
dalam 8 tahun Penganggaran berbasiskan Hasil terfokus pada hasil
untuk anak
Tingkat rata-rata tahunan pengurangan
stunting
Sumber :diolah dari laporan Bank Dunia, World Bank 2017 Investing in the Early Years for Shared Prosperity
TERIMA KASIH