Stunting
Stunting
Suatu kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya (kekurangan gizi terjadi sejak
bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir
namun baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun)
Bayi berisiko stunting apabila berat badan lahir < 2500 gram
dan panjang badan lahir < 49 cm
Stunting disebabkan oleh factor multidimensi sehingga
penanganannya perlu dilakuakan oleh multisektor
10
35
40
25.7
23.21
Kota Depok 16.09
12.30
26.6
16.75
Kota Bekasi 20.03
13.80
36.1
33.99
Indramayu 29.12
14.40
41.4
33.39
Ciamis 24.21
16.00
2019
2018
2021
2013
29.8
27.79
Kota Bogor 21.33
16.90
40.4
: SSGI
28.64
Subang 25.73
: SSGBI
18.10
42
: Riskesdas
: Riskesdas
28.67
Kuningan 18.06
18.70
41.9
28.99
Kota Sukabumi 15.6
19.10
21.06 28.2
Kota Cimahi 34.29
19.90
33.9
41.01
Purwakarta 23.42
20.60
34.9
33.11
Karawang 24.01
20.60
30.3
26.37
Bekasi 20.93
21.50
41.1
32.22
Sumedang 24.43
22.00
32.71
Pangandaran 21.35
22.70
29.8
36.62
Majalengka 28.53
23.00
39.2
27.89
Sukabumi 21.93
24.20
41.7
33.8
Tasikmalaya 34.97
24.40
35.3
31.1
Cirebon 25.06
26.50
28.3
32.86
Bogor 34.96
di Jawa Barat (2013, 2018, 2019, 2021)
28.60
30.7
25.73
32.12
Prevalensi Balita Stunting menurut Kab/Kota
Bandung 27.87
31.10
41.7
33.51
Cianjur 27.52
33.70
37.8
34.64
Garut 27.03
35.20
Survey Tahun
No Kab/Kota Selisih Status
1
2
Kota Depok
Kota Bekasi
2013 2018 2019 2021
25,7 23,21 16,09 12,30
26,6 16,75 20,03 13,80
-3,79 Turun
-6,23 Turun
Stunted
3
4
Indramayu
Ciamis
36,1 33,99 29,12 14,40
41,4 33,39 24,21 16,00
-14,72 Turun
-8,21 Turun
di Jawa Barat
5 Kota Bogor 29,8 27,79 21,33 16,90 -4,43 Turun
6 Subang 40,4 28,64 25,73 18,10 -7,63 Turun
7 Kuningan 42 28,67 18,06 18,70 0,64 Naik Prevalensi Jawa Barat (SSGI, 2021):
8 Kota Sukabumi 41,9 28,99 15,6 19,10 3,50 Naik Turun 1,70 dari tahun 2019 ke 2021
9 Kota Cimahi 28,2 21,06 34,29 19,90 -14,39 Turun
10 Purwakarta 33,9 41,01 23,42 20,60 -2,82 Turun Stunted di 17 Kabupaten/Kota mengalami
11 Karawang 34,9 33,11 24,01 20,60 -3,41 Turun penurunan dengan rata-rata: 3,87
12 Bekasi 30,3 26,37 20,93 21,50 0,57 Naik
13 Sumedang 41,1 32,22 24,43 22,00 -2,43 Turun
14 Pangandaran 32,71 21,35 22,70 1,35 Turun Stunted 10 Kabupaten/Kota mengalami
15 Majalengka 29,8 36,62 28,53 23,00 -5,53 Turun Kenaikan dengan rata-rata: 5,63
16 Kota Banjar 39,2 27,89 26,21 23,90 -2,31 Turun
17 Sukabumi 37,1 41,35 21,93 24,20 2,27 Naik <2.5% : Sangat randah
18 Tasikmalaya 41,7 33,8 34,97 24,40 -10,57 Turun
2.5 to <10% : Rendah
19 Kota Bandung 32,2 21,74 28,12 26,40 -1,72 Turun
20 Cirebon 42,5 33,71 25,06 26,50 1,44 Naik 10 to <20% : Sedang
21 Bogor 28,3 32,86 34,96 28,60 -6,36 Turun 20 to <30% : Tinggi
22 Kota Tasikmalaya 30,7 25,73 24,75 28,90 4,15 Naik ≥30% : Sangat tinggi
23 Bandung Barat 52,5 36,69 32,12 29,60 -2,52 Turun Sumber: WHO, 1995
24 Kota Cirebon 28,4 31,18 22,04 30,60 8,56 Naik
25 Bandung 40,7 35,21 27,87 31,10 3,23 Naik
26 Cianjur 41,7 33,51 27,52 33,70 6,18 Naik
27 Garut 37,8 34,64 27,03 35,20 8,17 Naik
Prov. Jawa Barat 35,3 31,1 26,2 24,50 -1,70 Turun
Obesitas
Obesitas
Obesitas disebabkan oleh keseimbangan energy positif dalam
waktu yang lama dimana asupan energi > energi yang dikeluarkan
12.00
14.00
16.00
18.00
10.00
20.00
0.00
4.00
8.00
2.00
6.00
KAB CIANJUR 6.10
KAB BOGOR 6.25
KOTA TASIKMALAYA 6.54
KAB CIAMIS 6.59
10.88
KOTA BEKASI 11.01
KAB BEKASI 11.19
KOTA BANDUNG 11.79
KAB KARAWANG 11.90
KAB INDRAMAYU 12.69
KAB SUBANG 12.92
KAB SUKABUMI 15.26
KOTA DEPOK 16.02
Prevalensi Obesitas pada Anak Usia 5-12 Tahun
2.00
4.00
6.00
8.00
0.00
KAB SUKABUMI 1.52
KOTA TASIKMALAYA 1.81
KAB BOGOR 2.35
KOTA BANJAR 2.63
5.90
KOTA CIMAHI 5.90
KOTA CIREBON 6.01
KAB KUNINGAN 6.23
KAB TASIKMALAYA 6.26
KAB SUBANG 6.44
KOTA BOGOR 6.53
KAB INDRAMAYU 7.51
KAB BEKASI 11.61
JAWA BARAT
Prevalensi Obesitas pada Anak Usia 13-15 Tahun
4.89
INDONESIA 4.80
10.00
12.00
14.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
KAB CIANJUR 0.00
KAB SUKABUMI 1.04
KOTA BANJAR 1.09
KAB TASIKMALAYA 2.22
5.56
KAB BOGOR 5.72
KOTA DEPOK 5.75
KAB SUBANG 6.01
KOTA BEKASI 6.13
KOTA CIREBON 6.61
KAB SUMEDANG 8.04
KOTA BANDUNG 9.01
KAB KUNINGAN 10.04
INDONESIA 4.00
10.00
15.00
25.00
30.00
20.00
0.00
5.00
KAB SUKABUMI 17.31
KAB CIANJUR 17.79
KAB PANGANDARAN 18.10
KAB TASIKMALAYA 18.12
24.87
KOTA CIREBON 24.97
KAB BEKASI 26.23
KOTA BANDUNG 26.32
KOTA SUKABUMI 26.43
KOTA DEPOK 29.16
KOTA BEKASI 29.48
INDONESIA 21.80
Obesitas Dewasa di Jawa Barat??
Sumber: Prevalensi Obesitas Menurut Jenis Kelamin pada Dewasa Usia > 18 Tahun di Jawa Barat (Riskesdas, 2018)
• Masalah gizi kurang dan gizi lebih di Jawa Barat
masih menjadi masalah karena rata-rata
prevalensi obesitas di setiap kalangan usia di
Jawa Barat masih di atas angka Nasional
• Angka kejadian obesitas di jawa Barat lebih
tinggi pada perempuan dibandingan laki-laki
Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Berisiko 1-6
Kali/Minggu pada Penduduk Usia ≥ 3 Tahun di Jawa Barat
Konsumsi Konsumsi
Makanan Manis Makanan Asin
(41,24%) 34,43%
0
1
2
3
4
KOTA SUKABUMI 5.21
KOTA BOGOR 4.05
KAB SUMEDANG 3.9
KOTA BANDUNG 3.59
10.00
20.00
30.00
0.00
KAB INDRAMAYU 22.71
KAB TASIKMALAYA 24.48
KAB CIREBON 28.14
KAB KUNINGAN 28.18
INDONESIA 33.50
Penelitian Terkait Obesitas dan Stunting
No Judul Penulis Metode Hasil
Sudikno, Elisa
Aktivitas fisik yang rendah 1.54 kali lebih berisiko
The Relationship of Physical Diana Julianti,
Cross mengalami obesitas dibandingkan dengan aktivitas
1. Activities on Obesity in Adults Yunita Diana Sari,
sectional fisik rutin berdasarkan gender dan usia dewasa di
in Indonesia Yurista Permana
Indonesia
(2020)
Abdominal Obesity is
Associated with Physical Eka Prasetya Budi
Aktivitas fisik berhubungan dengan risiko yang
Activity Index in Indonesian Mulia Kartika Cross
2. lebih rendah pada kejadian obesitas
Middle-Aged Adult Rural Afrida Fauzia, sectional
abdominal/sentral pada usia dewasa di Indonesia
Population: A Cross Sectional Atika (2021)
Study
Agnes Sevelina
Consumption of Fruit and Konsumsi sayur dan buah ≥ 400 gr/hari pada anak
Anggraeni, Tintin Cross
3. Vegetable with Risk of Obesity usia SD di Surabaya berhubungan signifikan
Sukartini, sectional
in School-Age Children dengan risiko obesitas yang lebih rendah
Kristiawati (2017)
Analisis determinan dan
Siswa dengan stunting lebih banyak memiliki
pengaruh stunting terhadap Intje Picauly dan
Cross prestasi belajar yang kurang, sementara siswa
4. prestasi belajar anak sekolah Sarci Magdalena
sectional yang non stunting lebih banyak memiliki prestasi
di kupang dan sumba timur, Toy (2013)
belajar yang baik.
NTT
Kebijakan Dalam Mendukung Upaya
Pencegahan Stunting dan Obesitas