Anda di halaman 1dari 39

Case Finding dan

Audit Kasus Stunting


Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, BKKBN
dr. Irma Ardiana, MAPS

Disampaikan pada:
SIMPOSIUM Comprehensif Management of Stunting : Physician Perspective
Diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jawa Barat

•1
• Pendahuluan
Tren dan target penurunan stunting di Indonesia
Trend prevalensi stunting di Indonesia: 2007-2019 Target penurunan stunting 2020-2024
40 36.8 35.6 37.2 24.1
35 21.1
29 29.6 30.8
30 27.5 27.7 18.4
2021: 24,4% 16
25
14
20 % penurunan per tahun (2015 – 2019): 0,3 % % penurunan per tahun (2020 – 2024): 2,5 %
15
10
Laju penurunan stunting per tahun menuju 14% tahun 2024=3,4%
5
0
2020 2021 2022 2023 2024
2007 2010 2013 2015 2016 2017 2018 2019
Source : Ministry of Health Data and Information Center: - Riskesdas 2018 & - SSGBI 2019 Source : Presidential Decree 18/2020 about RPJMN 2020-2024
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
NUSA TENGGARA TIMUR 37.8
SULAWESI BARAT 33.8
ACEH 33.2

NUSA TENGGARA BARAT 31.4


SULAWESI TENGGARA 30.2

KALIMANTAN SELATAN 30.0

KALIMANTAN BARAT 29.8

SULAWESI TENGAH 29.7

PAPUA 29.5

GORONTALO 29.0
MALUKU 28.7

KALIMANTAN UTARA 27.5


MALUKU UTARA 27.5

KALIMANTAN TENGAH 27.4


PREVALENSI BALITA STUNTED

SULAWESI SELATAN 27.4

PAPUA BARAT 26.2

SUMATERA UTARA 25.8

SUMATERA SELATAN 24.8

JAWA BARAT 24.5

BANTEN 24.5

JAWA TIMUR 23.5


INDONESIA, 2021

SUMATERA BARAT 23.3

KALIMANTAN TIMUR 22.8

JAMBI 22.4

RIAU 22.3

BENGKULU 22.1

SULAWESI UTARA 21.6


20.9
JAWA TENGAH
(TINGGI BADAN MENURUT UMUR BERDASARKAN PROVINSI, SSGI 2021)

KEP. BANGKA BELITUNG 18.6


Banten)

18.5
LAMPUNG

KEPULAUAN RIAU 17.6


12 Provinsi prioritas:

17.3
D.I YOGYAKARTA
16.8
D K I JAKARTA
7 provinsi dengan prevalensi tertinggi + 5

BA LI 10.9
provinsi besar (Jateng, Jabar, Jatim, Sumut &

INDONESIA 24.4
Lampung

-7.8
Jawa Tengah
Sulawesi Barat
Nusa Tenggara Barat -6.8-6.6-6.5

Terdapat 7
Nusa Tenggara Timur
Gorontalo
-6.0-5.9

Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
-5.3-4.9

Bengkulu
Sumatera Utara
-4.8-4.3

Sumatera Selatan
-4.2

Sumatera Barat
-4.2

DI Yogyakarta
Bali
Jawa Timur
INDONESIA
-3.7-3.5-3.4-3.3

Sulawesi Selatan
DKI Jakarta
-3.2-3.2

Kalimantan Selatan
Jawa Barat
Maluku
Kalimantan Barat
Jambi dan 7). Papua Barat

Riau
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Bangka Belitung
Sulawesi Tenggara
-1.8-1.7-1.7-1.7-1.7-1.6-1.6-1.3-1.2

stunting/stunted selama 3 tahun (2019-2021), yaitu:

Aceh
-1.0

Papua
0.1

Banten
Sulawesi Utara
Kepulauan Riau
0.4 0.4 0.8

Kalimantan Utara
1.3

provinsi yang menunjukkan trend peningkatan prevalensi balita

Jambi
1). Papua; 2). Banten; 3). Sulawesi Utara; 4). Kepulauan Riau; 5). Kalimantan Utara; 6).

Papua Barat
1.4 1.6
Change in the stunted prevalence by sub-national level,
40.0
2019 -2021 (%)

30.0 30, 99% district/municipalities experience an increase trend Puncak, Papua; 29,51

20.0

10.0

-
0 100 200 300 400 500 INDONESIA, (3.30) 600

(10.0)

(20.0)

(30.0)
Probolinggo, East Java; (31,45) 69, 01% district/municipalities experience a decrease trend
(40.0)
Note: Not included Deiyai (Papua)
Sumber
Data 2019 : BPS-Kemenkes, Integrasi Susenas Maret 2019 dan SSGBI Tahun 2019
Data 2021 : Tinggi Badan Menurut Umur, SSGI Tahun 2021
Demografi
Ʃ penduduk 270.203.917
Ʃ kelahiran hidup/th 4.762.294
Ʃ balita 22.072.497 (8%)
Ʃ baduta 9,480,684 (3,5%)
Prioritas pada 12 provinsi
(SP, 2020)
Ʃ ibu hamil 5.221.784 65,8% Ibu hamil= 65,9% Baduta= 6,2 juta
(Profil Kes 2020, Kemkes 2021) 3,4 juta 66,2% Balita=14 juta

Catin (Pra-konsepsi) Ibu Hamil Anak 0-23 Bulan Anak 24-59 Bulan

65,8% anemia=1,6 juta a. 60% lahir premature=3,9 juta*


Data belum tersedia b. 72% bayi berat lahir rendah=93 ribu
c. 66% balita diare=2,5 juta
d. 81% balita pneumonia=716 ribu
7 provinsi tertinggi: 1). NTT; 2). Sulbar; 3). Aceh; 4). NTB; 5). e. 65% balita gizi kurang=678 ribu
Sultra; 6). Kalsel; 7). Kalbar f. 68% balita stunted=3,7 juta
5 Provinsi padat penduduk: 1). Jabar; 2). Jateng; 3) Jatim; 4).
Sumber: Sensus Penduduk 2020, Profil Kesehatan, 2020 & SSGI 2021
Sumut dan 5). Banten *Prev. bayi 0-59 bulan dengan riwayat premature dari Riskesdas 2018
Prevalensi Stunting Jabar dan Target 2022-2024

Target Prevalensi Stunting 2022-2024


Kab 2022 2023 2024 Kota 2022 2023 2024
Bogor 24.55 20.26 16.05 Kota Bogor 14.64 12.18 9.73
Sukabumi 21.23 17.90 14.49 Kota Sukabumi 16.68 14.01 11.29
Cianjur 29.59 24.97 20.23
Kota Bandung 23.16 19.35 15.81
Bandung 26.88 22.33 17.81
Kota Cirebon 26.64 22.29 17.91
Garut 30.75 25.81 20.81
Kota Bekasi 11.81 9.72 7.67
Tasikmalaya 21.46 18.14 14.73
Kota Depok 10.45 8.53 6.69
Ciamis 13.99 11.98 10.16
Kota Cimahi 17.29 14.43 11.57
Kuningan 16.38 13.78 11.14
Cirebon 23.10 19.35 15.57 Kota Tasikmalaya 25.37 21.41 17.35

Majalengka 20.17 17.00 13.76 Kota Banjar 21.04 17.79 14.45

Sumedang 19.35 16.36 13.28 Jawa Barat 20.92 17.43 13.96


Indramayu 12.99 11.48 9.96
Subang 15.78 13.21 10.63
Purwakarta 17.92 14.98 12.02
Karawang 17.96 15.05 12.11
Bekasi 18.17 14.76 11.51
Bandung Barat 25.77 21.56 17.31
Pangandaran 19.92 16.80 13.60

•2
• Audit Kasus Stunting
Memutus mata rantai stunting
1000 HPK

1. An equity-based approach targeting the poorest


and most marginalized communities would be
more cost-effective and lead to more rapid declines
in stunting prevalence
2. Multi-sectoral approaches which combine
nutrition-sensitive with nutrition-specific
interventions are likely to have a greater impact on Prekonsepsi
reducing stunting.
3. an enabling environment needs to be built to
address more distal factors causing stunting

: 1000 HPK
periode patologi yang dapat dicegah atau dikoreksi. Intervensi gizi
pada perempuan yang stunted saat prekonsepsi dapat
meningkatkan birth outcomes.

: periode anak usia 2 tahun-remaja


Pertumbuhan linear mungkin dapat dipercepat namun perbaikan
fungsi kognitif dan imunitas belum jelas.
Note: EED: environmental
: intervensi stunting tidak berdampak. enteric dysfunction
Sumber: Andrew J. Prendergast & Jean H. Humphrey (2014) The s tunting syndrome in developing countries, Paediatrics
a nd International Child Health, 34:4, 250-265,.
Perpres 72/2021: Percepatan Penurunan Stunting
Rencana Aksi Nasional Percepatan
Pilar: Target tujuan pembangunan Penurunan Angka Stunting Indonesia
Tujuan berkelanjutan pada tahun 2030 (RAN PASTI)

1. menurunkan prevalensi Stunting 1. komitmen dan visi


peningkatan
Rencana Aksi Nasional:
kepemimpinan di kementerian/lembaga, pendekatan keluarga berisiko (pasal 8)
Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa;
2. meningkatkan kualitas penyiapan 1. penyediaan data keluarga
kehidupan berkeluarga komunikasi perubahan
2. peningkatan berisiko Stunting
perilaku dan pemberdayaan 2. pendampingan keluarga
masyarakat; berisiko Stunting
3. menjamin pemenuhan asupan gizi
konvergensi Intervensi
3. peningkatan 3. pendampingan semua
Spesifik dan Intervensi Sensitif di calon pengantin/calon PUS;
4. memperbaiki pola asuh kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah
Daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa;
4. surveilans keluarga berisiko
Stunting
5. meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan 4. peningkatan ketahanan pangan dan gizi
pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat; 5. audit kasus Stunting
6. meningkatkan akses air minum
5. penguatan dan pengembangan sistem, data,
dan sanitasi
informasi, riset, dan inovasi Mekanisme dan Tata Kerja
(pasal 19, ayat 4)
Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting menjadi acuan bagi
kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
Pemantauan, Evaluasi, dan
kabupaten/kota, Pemerintah Desa, dan Pemangku Kepentingan dalam rangka
Pelaporan (pasal 26)
menyelenggarakan Percepatan Penurunan Stunting.
PERATURAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
12 TAHUN 2021 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL
PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA STUNTING
INDONESIA TAHUN 2021-2024

4 Indikator audit
kasus stunting
Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 13 Tahun
2021 Tentang Petunjuk Teknis Biaya Operasional Keluarga Berencana Tahun 2022

Audit kasus baduta stunting adalah kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya kasus stunting sebagai upaya
pencegahan terjadinya kasus serupa.
Pertemuan sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun oleh Tim Audit Kasus Stunting yang dibentuk di tingkat
Audit Kasus Kecamatan dan Kabupaten/Kota, yang meliputi :

• Identifikasi jumlah kasus, penyebab, tata kelola yang sedang diterapkan, tingkat efektivitas serta kendala yang terjadi.
Stunting • Merumuskan solusi terhadap permasalahan yang dibahas pada audit kasus stunting di tiap daerah.
• Evaluasi hasil tindak lanjut yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi tindakan/penanganan yang tepat
pada kasus stunting.

Sasaran Kegiatan adalah OPDKB Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, RSUD Kabupaten/Kota, TPPS
Kabupaten/Kota, Camat, Kepala Puskesmas, Dokter Puskesmas, Camat, Penyuluh KB/PLKB, PKK Kecamatan, Ahli Gizi
Puskesmas, Bidan Puskesmas, TPK, PKK Desa, TPPS Desa.
Melaksanakan fungsi KONSULTASI, FASILITASI KOORDINASI DAN PENGUATAN
SATGAS STUNTING : PENYEDIAAN SATU DATA STUNTING kepada Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota hingga ke tingkat layanan sesuai dengan arahan dan
instruksi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting

Tugas: Memastikan pelaksanaan audit kasus


Stunting di seluruh jenjang
Perbaikan mutu pelayanan untuk pencegahan/penanganan
Output kegiatan
risiko stunting yang serupa
1. Evaluasi RTL: Segera & terencana 1. Terselenggaranya rencana
tindak lanjut sesuai
Evaluasi Rencana Tindak Lanjut
4. penanggungjawab;

4 Langkah & (RTL) Audit Kasus Stunting 2. Evaluasi perubahan status risiko
kasus audit stunting (setiap bulan)
2. Perubahan status risiko kasus
audit stunting

output audit 3. Diseminasi Audit Kasus Stunting


1. Diseminasi regular: 2 kali setahun 1. Terselenggaranya
diseminasi

kasus stunting
2. Diseminasi sesuai kebutuhan (tele-
2. Laporan Audit Kasus
konsultasi)
Stunting
3. Pelaporan ke TPPS Provinsi

1. Identifkasi & seleksi kasus 1. Kasus stunting yang layak


Audit kasus stunting Berbasis risiko pada kelompok diaudit
sasaran dan kasus baduta/balita 2. Kertas kerja audit yang terisi
adalah identifikasi risiko Pelaksanaan audit & manajemen stunting sesuai dengan jumlah kasus;
2.
dan penyebab risiko pada pendampingan Kelompok sasaran: 3. Rencana Tindak Lanjut yang
a. Calon pengantin/remaja disetujui Wakil Bupati/Wakil
kelompok sasaran b. Ibu hamil Walikota.
berbasis surveilans rutin c. Ibu nifas
d. Baduta
atau sumber data lainnya. e. Balita
1. Surat Keputusan Wakil
2. Kajian dan Rencana Tindak Lanjut Bupati/Wakil Walikota
2. Surat pernyataan komitmen
1. Pembentukan Tim Audit Kasus Terdiri dari unsur OPD KB, Dinkes, RSUD, yang ditandatangani oleh tim
Stunting Tim Pakar dan Tim Teknis audit kasus stunting.5
1. Tim Audit Kasus Stunting PERNYATAAN KOMITMEN DAN BEBAS BENTURAN KEPENTINGAN

TIM AUDIT KASUS STUNTING

1. Penanggungjawab yaitu Wakil Bupati/ Wakil Walikota, bertugas (KABUPATEN/KOTA, PROVINSI)

menjamin terlaksananya audit kasus stunting dan rencana tindak


lanjutnya.
2. Ketua yaitu Kepala OPD yang membidangi urusan KB Yang bertanda tangan di bawah ini :
Kabupaten/Kota, bertugas mengoordinasikan dan memastikan Nama :...............................................................
pelaksanaan audit kasus stunting berjalan lancar sesuai dengan
Instansi :...............................................................
tujuan, pedoman dan target waktu yang telah ditetapkan.
Jabatan :...............................................................
3. Wakil Ketua yaitu Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota,
Kedudukan dalam tim :...............................................................
bertugas mengoordinasikan dan memastikan pelaksanaan audit
kasus stunting dengan para pihak terkait. Alamat :................................................................

4. Tim Teknis terdiri dari pimpinan dan jajaran FKTP/FKRTL (misalnya No. T elp/HP :................................................................

Kepala Puskesmas, dokter/bidan/tenaga gizi Puskemas; Kepala Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam melaksanakan tugas sebagai Tim Audit Kasus
Stunting, Saya bersedia menghindari perbuatan yang berpotensi memiliki benturan kepentingan.
RSUD, kepala unit yang mengoordinasikan rekam medis), Camat, Saya sanggup bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip audit kasus stunting yaitu:
PKB/PLKB, Tim Pendamping Keluarga (TPK), Kader posyandu, serta
1. Integritas : jujur, akuntabel terhadap pencapaian kinerja program dan kinerja anggaran serta
bidang tertentu di OPD yang mengurusi bidang KB dan Dinas transparan;
Kesehatan setempat. 2. Objektif : bersikap netral dan objektif tanpa dikaitkan dengan pendapat atau kepentingan pribadi;
5. Tim Pakar terdiri dari para ahli tertentu, antara lain Dokter 3. P rofesional : memiliki kompetensi dan keterampilan sesuai dengan profesinya;
Spesialis Anak (Sp.A), Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
4. Kerahasiaan : menjaga rahasia data dan informasi kasus audit stunting.
(Sp.OG), Psikolog dan Ahli Gizi.
Demikian pernyataan ini Saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya sesuai pedoman
pelaksanaan audit kasus stunting dan peraturan perundang-undangan jika diperlukan.

(T empat, Tanggal, Bulan, Tahun)

Yang Membuat P ernyataan,


Pembagian tugas
Tim Teknis Tim Pakar
a. melakukan persiapan pelaksanaan audit kasus
stunting, antara lain menyusun konsep SK Tim Audit a. melaksanakan kajian kasus yang dituangkan ke dalam
Kasus Stunting dan menyusun jadual pelaksanaan. kertas kerja audit;
b. memberikan layanan telekonsultasi serta memberikan
b. melaksanakan dan mengoordinasikan audit
rekomendasi atas kasus yang diaudit;
kasus stunting khususnya dengan tim pakar, antara lain:
c. melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi,
1) penyiapan data dan informasi yang dibutuhkan
koordinasi dan verifikasi agar dapat melakukan
untuk pelaksanaan audit;
penilaian langsung pada kelompok sasaran audit (jika
2) telekonsultasi untuk pencegahan dan penanganan
diperlukan dan memungkinkan);
kasus yang dapat ditindaklanjuti oleh tim teknis;
d. mendiseminasikan hasil audit kasus stunting; dan
3) melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi,
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi rencana tindak
koordinasi dan verifikasi terhadap kelompok
lanjut.
sasaran audit secara selektif; dan
4) Melakukan pemantauan dan evaluasi rencana
tindak lanjut.
Tim Pakar dari Organisasi Profesi:
5) penyusunan laporan pelaksanaan audit kasus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perkumpulan Obstetri & Ginekologi
stunting secara berkala. Indonesia (POGI), Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Asosiasi Ilmu
Tinggi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI)
TIM AKS KABUPATEN/KOTA
NO KABUPATEN/KOTA
TARGET REALISASI %
1 KABUPATEN SUKABUMI 1 1 100
2 KABUPATEN CIANJUR 1 1 100
3 KABUPATEN GARUT 1 1 100
4 KABUPATEN TASIKMALAYA 1 1 100
5 KABUPATEN CIAMIS 1 0 0
6 KABUPATEN CIREBON 1 1 100
7 KABUPATEN INDRAMAYU 1 0 0
8 KABUPATEN SUBANG 1 1 100 REALISASI PEMBENTUKAN TIM AKS
PROVINSI JAWA BARAT
9 KABUPATEN KARAWANG 1 1 100
10 KABUPATEN BEKASI 1 0 0
11 KOTA CIREBON 1 1 100
12 KABUPATEN BANDUNG 1 1 100

13 KABUPATEN BANDUNG BARAT 1 0 0


14 KOTA BANDUNG
15 KABUPATEN BOGOR
16 KOTA BOGOR
1
1
1
0
1
1
0
100
100
Realisasi
19 kab/kota
17 KABUPATEN KUNINGAN 1 1 100 70,37 %
18 KABUPATEN MAJALENGKA 1 1 100
19 KABUPATEN PURWAKARTA
20 KABUPATEN SUMEDANG
21 KOTA BANJAR
1
1
1
1
1
0
100
100
0
Target
27 kab/kota
22 KOTA TASIKMALAYA 1 1 100
23 KOTA DEPOK 1 0 0
24 KOTA BEKASI 1 1 100
25 KOTA CIMAHI 1 0 0
26 KOTA SUKABUMI 1 1 100
27 KABUPATEN PANGANDARAN 1 1 100
JAWA BARAT 27 19 70,37
*Hasil update per tanggal 09 Juni 2022 pukul 18.00 WIB
2. Pelaksanaan Audit dan
Manajemen Pendampingan
a. Identifikasi potensi dan seleksi kasus audit b. Kajian dan rencana tindak lanjut
Identifikasi potensi dan seleksi kasus audit pada kelompok sasaran Kajian bertujuan untuk menentukan risiko- penyebab
berisiko stunting dan/atau baduta dan balita stunting.
Kelompok sasaran berisiko stunting meliputi: terjadinya risiko pada kelompok sasaran, menganalisis
a. Calon pengantin;
b. Ibu hamil; dan merumuskan rekomendasi.
c. Ibu nifas;
d. Baduta dan balita.
Hasil kajian dituangkan dalam Kertas Kerja Audit
Data kajian bersumber dari surveillance rutin dan rekam medis dari berdasarkan kelompok sasaran dengan
FKTP dan FKRTL.
memperhatikan prinsip kerahasiaan data individu.
Seleksi kasus audit dilakukan terhadap identifikasi potensi kasus audit
dengan pertimbangan, antara lain:
a. Kasus yang tidak menunjukkan perbaikan setelah diberikan Rekomendasi yang diusulkan dalam kertas kerja audit
intervensi;
b. Kasus stunting yang tinggi pada wilayah tertentu; dituangkan ke dalam formulir Rencana Tindak Lanjut.
c. Kelengkapan data.

Formulir Rencana Tindak Lanjut dilaporkan untuk


memperoleh persetujuan dari Penanggung Jawab
(Wakil Bupati/Wakil Walikota).
KELUARGA BERESIKO STUNTING BY NAME BY ADDRESS
DATA RAHASIA
BASELINE PENDATAAN KELUARGA 2021
TI DAK UNTUK DI SEBARLUASKAN

REKAPITULASI KELUARGA RISIKO STUNTING


RT : 001 JUMLAH KELUARGA YANG ADA : 28
DUSUN/RW : 0001 JUMLAH KELUARGA MENURUT RISIKO STUNTING : 28
DESA/KELURAHAN : TAMBAKREJA RISIKO : 17
KECAMATAN : KEDUNGREJA TIDAK BERISIKO : 11
KABUPATEN/KOTA : CILACAP TAHUN : 2021
PROVINSI : JAW A TENGAH
SASARAN PENAPISAN
FASILITAS LINGKUNGAN TIDAK
PUNYA ANAK PUS 4 TERLALU
SEHAT
KATEGORI
NAMA KELUARGA TIDAK
NO NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN KEPALA KELUARGA KELUARGA TIDAK KELUARGA
KEPALA KELUARGA BADUTA BALITA PUS PUS HAMIL MEMPUNYAI TERLALU MUDA TERLALU TUA TERLALU
MEMPUNYAI TERLALU DEKAT RISIKO STUNTIN
(0-23 (24 - 59 SUMBER AIR (UMUR ISTRI (UMUR ISTRI BANYAK
JAMBAN YANG (< 2 TAHUN)
BULAN) BULAN) MINUM UTAMA < 20 TAHUN) 35-40 TAHUN) (≥ 3 ANAK)
LAYAK
YANG LAYAK

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 9999999999999999 AGUS X X V X X X X - - X X
2 3301192505740002 AHMAD HAMBALI X X V X X X X - - X X
3 3301012308890001 ARIF PURW ANTO A.MD X V V V X X X X - X X
4 3301010406800013 DARYANTO X X V X X X X V - X V
5 3301010202790008 DASLIM X X V X X X X V X X V
6 3301011512820009 HERMAN SUSMORO X V V X X X X V X X V
7 3301012609890003 HERU SUTOPO X V V X X X X V X X V
8 3301013103890002 ISW ANTO X V V X X X X X - X X
9 3301011709710001 KARYONO X X V X X X X - X V V
10 3301013112750005 KASIRIN X V V X X X X V X X V
11
12
13
3301011906660002
3301190506530002
3301012012830001
KUW ATNO HAKIM
MUHAJIR
MUHTAR
220.038.950 penduduk
X
X
V
X
X
X
V
V
V
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
-
-
V
X
-
X
V
X
X
V
X
V
14
15
16
3179021401800007
3301010705780005
3301012005720008
RASIM
SALIMIN
SARDI
38.408597 Pasangan Usia Subur
X
X
X
X
X
X
V
V
V
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
V
V
X
X
X
X
X
X
X
V
V
X
17
18
3301012001830001
3301010401660000
SATIMUN
SLAMET EFNDI 66.206.546 keluarga
X
X
V
X
V
V
X
X
X
X
X
X
X
X
X
-
X
X
X
X
X
X
19 3301010710750004 SLAMET RIYADI X X V X X X X V X V V
20 3301013066500005 SUDIONO X X V X X X X - - X X
21 3301010503770002 TARYAN X X V X X X X X X X X
22 3302062410770002 TEDY SURYADI X X V X X X X V X X V
23 3273010106740006 TUMIRAN X X V X X X X V X V V
24 3301011108770004 W AGIMAN X V V X X X X V X X V
25 3301020507660004 W ASIMUN X X V X X X X - X V V
26 3301011203740010 W ASIRIN PERMADI X X V X X X X - V X V
27 3302431008770002 W ASLAM X X V X X X X V - X V
28 3301010103760001 YATIMAN SUW ARNO X X V X X X X - X X X
JUMLAH (V) 1 7 28 1 0 0 0 13 1 5 17
JUMLAH (X) 27 21 0 27 28 28 28 5 19 23 11
JUMLAH (-) 0 10 8 0
Sumber: Pendataan Keluarga; Tanggal dan Jam laporan diambil/download

Kode Jawaban Sasaran Kode Jawaban Penapisan Kode Jawaban Keluarga Berpotensi Risiko Stunting
V : Keluarga terpenuhi untuk sasaran tersebut V : Keluarga terpenuhi untuk variabel tersebut V : kategori risiko
X : Keluarga tidak terpenuhi untuk sasaran tersebut X : Keluarga tidak terpenuhi untuk variabel tersebut X : kategori tidak berisiko
- : Variabel tersebut tidak berlaku pada keluarga
PUSAT
4 KERTAS KERJA AUDIT KASUS STUNTING
BALITA
FORMULIR AUDIT KASUS STUNTING BALITA
Sumber Data Definisi Operasional (DO) Sumber DO
Kabupaten/Kota : ……………………………… e-PPGBM Domisili kasus audit yang berada di wilayah kerja
kabupaten/kota
Nomor Urut Kasus Audit : ……………………………… Urutan kasus yang diaudit berdasarkan kesepakatan tim audit

Puskesmas : ……………………………… e-PPGBM Domisili kasus audit yang berada di wilayah kerja puskesmas

Kecamatan : ……………………………… e-PPGBM Domisili kasus audit yang berada di wilayah kecamatan
Desa : ……………………………… Domisili kasus audit yang berada di wilayah desa tertentu
Tanggal Audit : ……………………………… Tanggal pengisian dan penandatanganan kertas kerja audit
oleh pakar kepada tim teknis

I. IDENTITAS KASUS
NIK Ibu PK21
Tgl. Lahir (dd/mm/yyyy) : …………. PK21
Umur (Bulan) : …………. PK21
Anak Ke : …………. Dari :… Bersaudara PK21 Bersaudara adalah jumlah anak termasuk balita yang
bersangkutan
Riwayat Kelahiran Cukup Bulan Cukup bulan, jika kehamilan berusia 37-42 minggu
Prematur Prematur, jika kehamilan berusia > 37 minggu
Riwayat Kehamilan ibu : KEK Ya Tidak e-PPGBM KEK adalah masalah gizi pada ibu hamil yang ditandai dengan
lingkar lengan atas < 23,5 cm
Berat Badan (kg) a. Saat Lahir : ….. Kg e-PPGBM Berat badan lahir normal, yaitu 2,5-4kg Manuaba (2007)
Berat badan lahir rendah, yaitu < 2,5kg atau antara 1,5-2,499kg

b. Sekarang : ….. kg Diukur pada (dd/mm/yyyy) (berdasarkan KMS): Berat badan balita normal jika sesuai dengan kurva
pertumbuhan di KMS

Panjang Badan (cm) a. Saat Lahir : ….. cm e-PPGBM Panjang badan lahir normal pada laki-laki, yaitu > 46,1cm Sumber : Permenkes No.2
(apakah ini sesuai dengan kriteria di e-PPGBM) tahun 2020 tentang
panjang badan lahir rendah pada laki-laki, yaitu < 46,1cm standar antropometri anak
panjang badan lahir normal pada perempuan, yaitu > 45,4cm
panjang badan lahir rendah pada perempuan, yaitu < 45,4cm

b. Sekarang : ….. cm Diukur pada (dd/mm/yyyy) (berdasarkan KMS): Panjang badan balita normal jika sesuai dengan kurva
pertumbuhan di KMS

Asfiksia (gangguan pernafasan) Ya Tidak Tidak ada data Elsimil Ya, jika total penilaian APGAR skor rendah (0-3) pada menit
pertama
Tidak, jika total penilaian APGAR skor >3 pada menit pertama
Tidak ada data, jika penilaian APGAR skor tidak tercatat
II . IDENTITAS ORANG TUA
NIK Ayah PK21 Sesuai yang tertera dalam KTP (Konsul ke wali data/ditlaptik)

Umur Ayah (Tahun) :…………………… PK21 Sesuai dengan tanggal lahir


Pekerjaan Ayah 1) Bekerja 2) Tidak Bekerja PK21 Bekerja, jika memperoleh penghasilan
Tidak bekerja, jika tidak memperoleh penghasilan
Pendidikan Ayah 1) Tidak Sekolah 2) Rendah 3) Menengah 4) Tinggi PK21 Tidak sekolah, jika tidak pernah menempuh pendidikan formal Menurut Snell (2006) yang
Pendidikan rendah, jika menamatkan pendidikan sampai SMP dikutip oleh Dinda Carissa
atau sederajat (2015),
Pendidikan menengah, jika menamatkan pendidikan SMA atau
sederajat
Pendidikan tinggi, jika menamatkan perguruan tinggi

Tinggi badan ayah (cm) Tinggi badan ayah - tinggi badan ibu diisi setelah
berkoordinasi dengan tim teknis
Umur Ibu (Tahun) :…………………… PK21 Sesuai dengan tanggal lahir
Pekerjaan Ibu 1) Bekerja 2) Tidak Bekerja PK21 Bekerja, jika memperoleh penghasilan
Tidak bekerja, jika tidak memperoleh penghasilan
Pendidikan Ibu 1) Tidak Sekolah 2) Rendah 3) Menengah 4) Tinggi PK21 Tidak sekolah, jika tidak pernah menempuh pendidikan formal Menurut Snell (2006) yang
Pendidikan rendah, jika menamatkan pendidikan sampai SMP dikutip oleh Dinda Carissa
atau sederajat (2015),
Pendidikan menengah, jika menamatkan pendidikan SMA atau
sederajat
Pendidikan tinggi, jika menamatkan perguruan tinggi

Tinggi badan ibu (cm) PenghitunganTinggi badan ayah dan atau tinggi badan ibu
diisi setelah berkoordinasi dengan tim teknis dan tim pakar
SpA. Tinggi Potensi Genetik (TPG) adalah perkiraan tinggi
akhir (tinggi dewasa) anak yang dihitung berdasarkan tinggi
badan orang tua.

TPG anak laki-laki = ((TB ibu (cm) + 13 cm) + TB ayah (cm))/2 ±


8,5 cm
TPG anak perempuan = ((TB ayah (cm) - 13 cm) + TB ibu
(cm))/2 ± 8,5 cm
III KARAKTERISTIK KELUARGA
a Keluarga yang mendapatkan pendampingan gizi Ya Tidak Ya, Jika memenuhi salah satu kriteria berikut: 1) Teregistrasi Perpres No. 72 Tahun
dalam Elsimil dan e-PPGBM; 2) Melakukan pemeriksaan ke 2021 Tentang Percepatan
puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya; 3) mendapatkan Penurunan Stunting
pendampingan oleh tim pendamping keluarga/kader; 4) kususnya indikator terkait
lainnya Ibu Nifas/ Ibu Menyusui
Tidak, Jika tidak memenuhi salah satu kriteria

b Keluarga tidak buang air besar sembarangan Ya Tidak PK21 Ya, jika BABS Murwati. 2012.Faktor Host
BABS/Open defecation adalah suatu tindakan membuang dan Lingkungan yang
kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-semak, sungai, Mempengaruhi Perilaku
pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar Buang Air Besar
mengontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air Sembarangan/(Open
Tidak, Jika tidak BABS Defecation).Thesis
Universitas
Diponegoro. Tersedia
dalam
http://eprints.undip.ac.id/4
2524/1/Bab_IIV.pdf.

c Keluarga memiliki akses sumber air bersih/ air minum Ya Tidak PK21 (Sumber Ya, jika keluarga memiliki sumber air minum layak dan PK21
air minum memenuhi salah satu kriteria berikut:
utama) 1) Air kemasan/ isi ulang
2) Ledang/ PAM
3) Sumur Bor
4) Sumur Terlindung
Tidak, jika tidak keluarga tidak memiliki salah satu sumber air
minum layak
d Paparan asap rokok 1) Perokok Aktif 2) Perokok Pasif 3)Tidak keduanya Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi Murwati. 2012.Faktor Host
menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dan Lingkungan yang
dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang Mempengaruhi Perilaku
merokok Buang Air Besar
Sembarangan/(Open
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara Defecation).Thesis
rutin dengan sekecil apapun walaupun itu cuma 1 (satu) Universitas
batang dalam sehari Diponegoro. Tersedia
dalam
http://eprints.undip.ac.id/4
2524/1/Bab_IIV.pdf.
IV. SARANA DAN PRASARANA POSYANDU (TERSEDIANYA ALAT PENGUKURAN YANG BERFUNGSI)
a Berat Badan Ya Tidak Ya, jika tersedia dan atau terkalibrasi https://apki.or.id/cara-
Tidak, jika tidak tersedia dan atau terkalibrasi mengukur-tinggi-dan-
berat-badan/
Pengukuran berat badan menggunakan timbangan berat
badan yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
Timbangan berat badan berupa timbangan digital maupun
timbangan jarum
b Tinggi Badan/Panjang Badan Ya Tidak Ya, jika tersedia dan atau terkalibrasi https://apki.or.id/cara-
Tidak, jika tidak tersedia dan atau terkalibrasi mengukur-tinggi-dan-
berat-badan/

c Lingkar Lengan Atas (LILA) Ya Tidak Ya, jika tersedia https://siapnikah.org/calon


Tidak, jika tidak pengantin-sudah-idealkah
Pengukuran lingkar lengan atas calon pengantin wanita dalam lila-dan-imt-kamu/
satuan centimeter (cm) dengan menggunakan pita LILA atau
meteran

V. RIWAYAT PENYAKIT Riwayat penyakit ditanyakan dan diisikan langsung oleh TPK
pada saat mengisi kertas kerja dan diperoleh dari hasil
wawancara dengan ibu
Penyakit yang diderita saat ini Ada Tidak Ya, jika terdapat penyakit yang diderita saat ini
Tidak, jika tidak terdapat penyakit yang diderita saat ini
Jika ada Jika saat ini menderita penyakit (pilihan jawaban bisa lebih
dari satu)
ISPA Campak
Diare Kecacingan
Lainnya Xerophthalamia (Gangguan akibat kekurangan vitamin A pada mata)

Pernah mengidap penyakit Ya Tidak Ya, jika pernah mengidap penyakit


Tidak, jika tidak pernah mengidap penyakit
Jika Ya Jika pernah menderita penyakit (pilihan jawaban bisa lebih
dari satu)
Panas Mencret Kronik (buang air besar dengan konsistensi cair/ lembek > 4 kali dalam setahun
Kecacingan Batuk Kronik

Lingkungan tempat tinggal pernah atau Ya Tidak Ya, jika lingkungan tempat tinggal pernah/ sedang mengalami
sedang mengalami kasus penyakit kasus penyakit
Tidak, jika lingkungan tempat tinggal tidak pernah/ tidak
sedang mengalami kasus penyakit
Jika Ya Malaria Morbili (campak) Jika lingkungan tempat tinggal pernah/ sedang mengalami
kasus penyakit (pilihan jawaban bisa lebih dari satu)
TBC Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY)
PENILAIAN :
A. PERTUMBUHAN
- Z score (TB/U) Normal Pendek e-PPGBM Hasil penilaian status gizi pada anak umur 0-59 bulan
Sangat Pendek Tinggi berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U).
Normal, jika -2 SD sd +3 SD
Pendek, jika -3 SD sd -2 SD
Sangat pendek, jika < -3 SD
Tinggi, jika > +3 SD
- Tren pertumbuhan baik Baik Tidak Baik e-PPGBM Penilaian tren pertumbuhan anak dengan membandingkan PMK Nomor 2 Tahun 2020
pertambahan berat badan dalam 2 kali periodik tentang Standar
penimbangan. Baik, apabila 2 kali periodik penimbangan berat antropometri Anak
badan meningkat dari garis pada grafik KMS (3 kali datang,
karena yang pertama tidak dilihat)
Tidak Baik, apabila berat badan menurun, berat badan
mendatar, berat badan naik tetapi menjauhi garis pada grafik
KMS, atau berat badan meningkat melewati garis pada grafik
KMS

KKA ditanyakan dan diisi oleh TPK


B. MILESTONE PERKEMBANGAN (Kartu Kembang Anak) Diisi dengan aspek perkembangan anak menurut usianya,
1. Sosial Emosional dengan cara memilih jawaban "sesuai" atau "tidak sesuai"
a. Menolong diri sendiri (MD) Sesuai Tidak Sesuai sesuai, jika berada diatas garis merah
b. Tingkah laku sosial (TS) Sesuai Tidak Sesuai tidak sesuai, jika berada atau dibawah garis merah
2. Bahasa
a. Komunikasi Pasif (KP) Sesuai Tidak Sesuai
b. Komunikasi Aktif (KA) Sesuai Tidak Sesuai
3. Kecerdasan (KC) Sesuai Tidak Sesuai
4. Fisikal/Gerakan
a. Gerakan Kasar (GP) Sesuai Tidak Sesuai
b. Gerakan Halus (GH) Sesuai Tidak Sesuai

C. Faktor Risiko lain, tuliskan :


(diisi dengan faktor risiko berdasarkan data)
………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
VI. FAKTOR - FAKTOR YANG BERPENGARUH
a. Selama enam bulan terakhir, Ya Tidak Tidak berlaku PK21
pengasuhan dilakukan
bersama antara suami dan
b. isteri Orang Tua
Status Kawin Cerai Hidup Cerai Mati PK21
c. Keadaan sanitasi lingkungan Layak Tidak layak PK21 Layak, jika memiliki jamban dengan septic tank, jamban PK21
(termasuk kepemilikan jamban umum atau bersama
sehat) Tidak layak jika tidak memiliki jamban dengan septic tank,
jamban umum atau bersama
d. Faktor gangguan makan Ya Tidak Ya, jika anak mengalami reaksi negatif akibat sulit mencerna
(intoleransi makanan) makanan dan minuman tertentu (susu dan produk susu)
Tidak, jika anak tidak mengalami reaksi negatif akibat sulit
mencerna makanan dan minuman tertentu (susu dan produk
susu)

e. Selama tiga bulan terakhir sulit Ya Tidak Ya, jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
memenuhi kebutuhan makanan yang bergizi seimbang sesuai isi piringku pada
makanan anaknya
Tidak, jika orang tua mampu memenuhi kebutuhan makanan
yang bergizi seimbang sesuai isi piringku pada anaknya

g. Frekwensi kunjungan ke Tidak Pernah Jarang Rutin e-PPGBM Tidak pernah, jika anak sama sekali tidak pernah mengunjungi
posyandu posyandu minimal 6 bulan terakhir
Jarang, jika tidak rutin melakukan kunjungan ke poyandu
setiap bulan
Rutin, jika selalu melakukan kunjungan ke poyandu setiap
bulan
h. ASI - Ekslusif Ya Tidak e-PPGBM Ya, jika bayi 0-5 bulan 29 hari diberi ASI saja tanpa makanan e-PPGBM
atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral berdasarkan
recall 24 jam
Tidak, jika bayi 0-5 bulan 29 hari tidak diberi ASI saja tanpa
makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral
berdasarkan recall 24 jam
Lama menyusui …………. bulan Diisi dengan jangka waktu pemberian ASI
i. Makanan Pendamping ASI Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman Asosiasi Dietisien
selain ASI yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada Indonesia (2014)
bayi selama periode penyapihan (complementary feeding)
yaitu pada saat makanan/ minuman lain diberikan bersama
pemberian ASI
Protein hewani (ayam, ikan, Ya Tidak Ya, jika tiap kali memberikan MPASI dalam sehari Rekomendasi WHO
telur, daging) 3 kali sehari mengandung protein hewani (Protein untuk anak-anak :
Tidak, jika tiap kali memberikan MPASI dalam sehari tidak daging, ikan, unggas, telur
mengandung protein hewani dimakan setiap hari atau
sesering mungkin)
Tepat Waktu Ya Tidak Ya, jika MPASI diberikan pada saat ASI eksklusif tidak dapat UKK Nutrisi dan Penyakit
lagi memenuhi kecukupan tumbuh kembang anak, bervariasi Metabolik - IDAI (waktu
rata-rata diberikan pada umur 6 bulan ideal memulai MPASI
Tidak, jika MPASI tidak diberikan pada saat ASI eksklusif tidak bervariasi karena
dapat lagi memenuhi kecukupan tumbuh kembang anak kecepatan perkembangan
bayi berbeda-beda rata-
rata sekitar 6 bulan)

Adekuat Ya Tidak Ya, jika MPASI yang diberikan mengandung cukup energi, UKK Nutrisi dan Penyakit
protein, lemak, karbohidrat dan mikronutrien sesuai dengan Metabolik - IDAI (2018)
usianya
Tidak, jika MPASI yang diberikan tidak mengandung cukup
energi, protein, lemak, karbohidrat dan mikronutrien sesuai
dengan usianya
j. Status Imunisasi dasar Lengkap Tidak Lengkap Tidak Pernah e-PPGBM Lengkap, jika imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum Permenkes Nomor 12
berusia 1 tahun. Terdiri dari: tahun 2017 tentang
a) Hepatitis B; b) Polio Myelitis; c) Tuberkolosis; d) Difteri; e) penyelenggaraan
Pertusis; f) Tetanus; g) Pneumonia; h) Meningitis yang imunisasi
disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe B (HIb dan
campak)
Tidak lengkap, jika ada salah satu atau lebih imunisasi dasar
yang tidak diberikan/ tidak didapatkan
Tidak pernah, jika sama sekali tidak mendapatkan imunisasi
dasar
k. Konsistensi minum kapsul Kontinyu Tidak Pernah e-PPGBM Kontinyu, jika minum kapsul vitamin A setiap bulan Februari Promkes Kemkes
Vitamin A dan Agustus (sesuai dengan program pemerintah)
Tidak pernah, jika tidak pernah minum kapsul vitamin A
n. Dirujuk ke RSUD Ya Tidak Ya, jika terpantau berat badan balita kurang maka dirujuk oleh
dokter puskesmas ke dokter spesialis anak di RSUD agar
bisa dilakukan diagnosis penyebabnya
Tidak, jika tidak dirujuk ke RSUD
o. Datang ke RSUD Ya Tidak Ya, jika terpantau berat badan balita kurang maka keluarga/
unsur masyarakat membawa balita ke RSUD agar bisa
dilakukan diagnosis penyebabnya
Tidak, jika tidak datang ke RSUD
p. Mendapat Pangan Keperluan Medis Khusus (PKMK) (atas Ya Tidak Ya, jika PKMK diberikan atas rekomendasi dari dokter
indikasi dan berdasarkan hasil audit SpA) spesialis anak
Tidak jika PKMK tidak diberikan atas rekomendasi dari dokter
spesialis anak
VIII. HASIL AUDIT Hasil Audit diperoleh berdasarkan penilaian dari tim teknis (Kepala Puskesmas,
dokter/bidan/tenaga gizi puskesmas, kepala RSUD, kepala unit yang mengoordinasikan
rekam medis)
1 Identifikasi : 1) Riwayat kelahiran prematur; 2) Riwayat kehamilan ibu: KEK; 3) Asfiksia (gangguan pernafasan); 4) Berat badan lahir rendah; 5) Berat badan Tim pakar melingkari identifikasi risiko yang sesuai dan menyimpulkan status risiko dari
Risiko saat ini rendah; 6) Panjang badan lahir rendah; 7) Tinggi badan saat ini rendah; 8) Pekerjaan orang tua; 9) Tinggi badan ibu; 10) keluarga tidak kasus
mendapatkan pendampingan gizi; 11) keluarga buang air besar sembarangan; 12) keluarga tidak memiliki akses sumber air bersih/ air minum;
13) terpapar asap rokok; 14) pernah/ sedang menderita penyakit (ISPA, Diare, Campak, Kecacingan, Xerophthalamia, Panas, Mencret kronik, batuk
kronik); 15) Lingkungan tempat tinggal mengalami riwayat kasus penyakit (Malaria, Morbili, TBC, GAKY); 16) Plotting kader/Tenaga Pelaksana Gizi
tidak tepat; 17) Lainnya, ....
kesimpulan : kasus audit tergolong 1) risiko tinggi ; 2) risiko rendah ; 3) tidak berisiko
2 Rencana : 1) …….. ; 2) ……… ; 3) ……….; dst Tim pakar mengidentifikasi rencana tatalaksana yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko
Tatalaksana kasus yang diaudit
3 Evaluasi :…………………………………………………………………………………………………………………. Tim pakar memberikan penilaian identifikasi risiko setiap bulan dengan melingkari angka
1-17 pada setiap bulan
Bulan 1 : 1) Riwayat kelahiran prematur; 2) Riwayat kehamilan ibu: KEK; 3) Asfiksia (gangguan pernafasan); 4) Berat badan lahir rendah; 5) Berat badan Tim pakar memberikan penilaian identifikasi risiko setiap bulan dengan melingkari angka
saat ini rendah; 6) Panjang badan lahir rendah; 7) Tinggi badan saat ini rendah; 8) Pekerjaan orang tua; 9) Tinggi badan ibu; 10) keluarga tidak 1-17 pada setiap bulan
mendapatkan pendampingan gizi; 11) keluarga buang air besar sembarangan; 12) keluarga tidak memiliki akses sumber air bersih/ air minum;
13) terpapar asap rokok; 14) pernah/ sedang menderita penyakit (ISPA, Diare, Campak, Kecacingan, Xerophthalamia, Panas, Mencret kronik, batuk
kronik); 15) Lingkungan tempat tinggal mengalami riwayat kasus penyakit (Malaria, Morbili, TBC, GAKY); 16) Plotting kader/Tenaga Pelaksana Gizi
tidak tepat; 17) Lainnya, ....
kesimpulan : kasus audit tergolong 1) risiko tinggi ; 2) risiko rendah ; 3) tidak berisiko
Bulan 2 : 1) Riwayat kelahiran prematur; 2) Riwayat kehamilan ibu: KEK; 3) Asfiksia (gangguan pernafasan); 4) Berat badan lahir rendah; 5) Berat badan Tim pakar memberikan penilaian identifikasi risiko setiap bulan dengan melingkari angka
saat ini rendah; 6) Panjang badan lahir rendah; 7) Tinggi badan saat ini rendah; 8) Pekerjaan orang tua; 9) Tinggi badan ibu; 10) keluarga tidak 1-17 pada setiap bulan
mendapatkan pendampingan gizi; 11) keluarga buang air besar sembarangan; 12) keluarga tidak memiliki akses sumber air bersih/ air minum;
13) terpapar asap rokok; 14) pernah/ sedang menderita penyakit (ISPA, Diare, Campak, Kecacingan, Xerophthalamia, Panas, Mencret kronik, batuk
kronik); 15) Lingkungan tempat tinggal mengalami riwayat kasus penyakit (Malaria, Morbili, TBC, GAKY); 16) Plotting kader/Tenaga Pelaksana Gizi
tidak tepat; 17) Lainnya, ....
kesimpulan : kasus audit tergolong 1) risiko tinggi ; 2) risiko rendah ; 3) tidak berisiko
dst sampai : 1) Riwayat kelahiran prematur; 2) Riwayat kehamilan ibu: KEK; 3) Asfiksia (gangguan pernafasan); 4) Berat badan lahir rendah; 5) Berat badan Tim pakar memberikan penilaian identifikasi risiko setiap bulan dengan melingkari angka
dengan kasus saat ini rendah; 6) Panjang badan lahir rendah; 7) Tinggi badan saat ini rendah; 8) Pekerjaan orang tua; 9) Tinggi badan ibu; 10) keluarga tidak 1-17 pada setiap bulan
teratasi mendapatkan pendampingan gizi; 11) keluarga buang air besar sembarangan; 12) keluarga tidak memiliki akses sumber air bersih/ air minum;
13) terpapar asap rokok; 14) pernah/ sedang menderita penyakit (ISPA, Diare, Campak, Kecacingan, Xerophthalamia, Panas, Mencret kronik, batuk
kronik); 15) Lingkungan tempat tinggal mengalami riwayat kasus penyakit (Malaria, Morbili, TBC, GAKY); 16) Plotting kader/Tenaga Pelaksana Gizi
tidak tepat; 17) Lainnya, ....
kesimpulan : kasus audit tergolong 1) risiko tinggi ; 2) risiko rendah ; 3) tidak berisiko

4 Keterangan :…………………………………………………………………………………………………………………. Tim pakar memberikan penjelasan yang perlu dilakukan oleh TPK dan/ atau tim teknis
lainnya berdasarkan hasil audit dan/ atau mengisi catatan keterangan lainnya yang diperlukan
(termasuk rekomendasi bagi TPPS Kabupaten/Kota untuk perbaikan berkelanjutan)

Kabupaten/Kota, ………………
Tim Pakar Ketua Tim Audit Kasus Stunting

(Nama) (Nama)

Catatan : Untuk data yang harus disinkronisasikan melalui e-PPGBM, Elsimil, PK21 dan SIGA dapat diisi menyusul kemudian koordinasi kertas kerja dengan tim teknis
Formulir rencana tindak lanjut
Sumber Penanggung
Indikator Sifat Dana Jawab
Kelompok Sasaran Kegiatan Waktu
keberhasilan (Segera/Terencana)

1 2 3 4 5 6 7
Calon Pengantin
Ibu Hamil
Ibu Nifas
Baduta
Balita

Mengetahui,
Wakil Bupati/Wakil Walikota
Keterangan :
Kolom 2 diisi kegiatan sesuai dengan rekomendasi Tim Pakar
Kolom 3 diisi dengan indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang disepakati Tim Audit
Kolom 4 diisi sesuai dengan urgensi pencegahan risiko stunting dan penanganan baduta/balita stunting
Kolom 5 diisi sesuai dengan target waktu penyelesaian pelaksanaan kegiatan
Kolom 6 diisi dengan sumber pendanaan untuk melaksanakan kegiatan
Kolom 7 diisi dengan institusi yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan
3. Diseminasi Audit Kasus Stunting

1. 2. 3.
Diseminasi sesuai Pelaporan
kebutuhan/kontinyu (2x/tahun)
a. Dilakukan melalui tele-konsultasi Diseminasi terjadual
(2x/tahun) 1. Pelaporan dilakukan secara
antara Tim Pakar dan Tim Teknis
berjenjang
sesuai lokus kasus audit. 1. menyampaikan hasil kajian dan RTL 2. Masing-masing TPPS provinsi
b. Tim Pakar memberikan checklist yang telah disetujui oleh wakil dan pusat menyampaikan
intervensi Bupati/wakil Walikota. umpan balik secara
pencegahan/penanganan kasus 2. menyampaikan evaluasi RTL dan berjenjang 10 hari kalender
untuk ditindaklanjuti oleh Tim perubahan risiko kasus audit pasca laporan diterima
Teknis. stunting. dengan lengkap
Melibatkan unsur Pemerintah Daerah, Akademisi,
Organisasi Profesi, Pemerhati Kesehatan dan Gizi, Tokoh
Agama, Tokoh Masyrakat, Tokoh Adat, Media Massa (cetak
dan elektronik), OrganisasiMasyarakat
Bagan pelaporan audit
kasus stunting

Sistematika Laporan Audit Kasus Stunting


I. Pendahuluan
A. Jumlah dan Persebaran Audit Kasus Stunting
B. Pakar yang melaksanakan Audit
C. Periode Audit
II. Kesimpulan dan Rencana Tindak Lanjut
A. Kesimpulan
B. Rencana Tindak Lanjut (dilaporkan pada semester I)
C. Evaluasi Rencana Tindak Lanjut (dilaporkan pada semester II)
III. Penutup
4. Evaluasi RTL
a. Evaluasi RTL
Sumber Penanggung Evaluasi
Indikator Sifat Dana Jawab
Kelompok Sasaran Kegiatan Waktu
keberhasilan (Segera/Terencana)

1 2 3 4 5 6 7
Calon Pengantin
Ibu Hamil
Ibu Nifas
Baduta
Balita

b. Evaluasi status risiko kasus audit

Dilakukan berdasarkan hasil tele-konsultasi tindak lanjut check list tim pakar yang perlu dilakukan oleh tim teknis.
KALENDER AUDIT KASUS STUNTING:
TINGKAT PROVINSI DAN PUSAT
Sosialisasi zero draft audit 1. Penyampaian umpan
kasus stunting kepada balik SM 1
seluruh kab/kota dan 2. Penyusunan ringkasan
1. Kick off audit
konsolidasi bersama 4 eksekutif pelaksanaan Coaching audit kasus
kasus stunting
organisasi profesi. stunting per region
(17 Maret 2022) audit kasus stunting
Penyelarasan sumber 2. Rekapitulasi Tindak lanjut hasil SM1 untuk dibahas
pembentukan pada pertemuan TPPS On schedule
pendanaan. coaching
Tim Audit kab/kota/provinsi &
pusat

Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
1. Rapim zero draft Coaching audit kasus Coaching audit kasus 1. Penyampaian
buku saku audit stunting per region stunting per region umpan balik SM 2
kasus stunting (8
Tindak lanjut hasil
2. Penyusunan
Feb 2022) coaching
ringkasan eksekutif
2. Uji coba draft 1 Dilaksanakan 23 sd 24 Tentatif dilaksanakan pelaksanaan audit
buku saku audit Mei 2022 Juli 2022 kasus stunting SM2
kasus stunting (11 untuk dibahas pada
Feb 2022) pertemuan TPPS
3. Finalisasi buku kab/kota/provinsi
saku audit kasus & pusat
stunting
KALENDER AUDIT KASUS STUNTING:
TINGKAT KABUPATEN/KOTA
1. Diseminasi
kajian: tele
konsultasi &
tindak lanjutnya Penyampaian laporan
Pembentukan 2. Penyusunan SM 1 kepada TPPS prov
rancangan RTL dan melalui Morena
Tim Audit

Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
1. Konsolidasi tim 1. Diseminasi
Penyampaian laporan
audit dan kajian: tele SM 2 kepada TPPS prov
perencanaan konsultasi & dan melalui Morena
agenda kegiatan tindak
2. Identifikasi & lanjutnya
seleksi kasus 2. Persetujuan
audit RTL
3. Penyusunan 3. Diseminasi RTL
kajian 4. Penyusunan
laporan

1 kecamatan 1 desa

Anda mungkin juga menyukai