Anda di halaman 1dari 69

ETIKA PROFESI

INSINYUR PROFESIONAL INDONESIA


PENGANTAR
 PINTU SURGA
 JEMBATAN ANTARA SURGA DAN NERAKA SERTA
SUNGAI DI SURGA
PERUBAHAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI
PERUBAHANAN DAYA SAING
Perbandingan produktivitas
 Daya Saing Produk Global: kerja
 Standar internasional, sertifikat, compatibilityINDONESIA : 8 jam kerja
 Lingkungan, sehat, safety sama dengan
 Inovasi, image, trend THAILAND : 2 jam 45 mnt
 Informasi produk MALAYSIA : 1 jam 5 mnt
SINGAPURA : 11 mnt
(ILO, 12 April 2004)
 Daya Saing Industri:
 Perubahan bahan baku & energi
 Efisiensi, produktivitas, kapasitas, keseragaman,
ketelitian
PERINGKAT TEKNOLOGI
 Karakteristik tenaga kerja INDONESIA
 Respon kebutuhan pasar KE 94 (2011)
 Perubahan Regulasi DARI 91 (2010)
 Karakter sosial – budaya
 Downsizing, difersifikasi

 Dari Padat Karya menuju Padat Teknologi:


 Peningkatan profit
 Penciptaan profit masa depan
 Eksistensi
Compliance with Code of
Professional Conduct and Ethics
 All professional engineers who are registered with the PRA are bound by
the Professional Engineers (Code of Professional Conduct and Ethics)
Rules. The MC will also require all practitioners who are registered on the
ASEAN Chartered Professional Engineer Register (ACPER) to be bound
by the same Code of Professional Conduct and Ethics Rules.
 Every ASEAN Chartered Professional Engineer will be held individually
accountable for his/her actions taken in their professional work. In his/her
practice of engineering, he/she shall not have any record of serious
violation on technical, professional or ethical standards, either in
Indonesia or elsewhere.
 Every ASEAN Chartered Professional Engineer is bound by the Code of
Professional Conduct and Ethics Rules to practice only in areas which
they are competent in.
1.1. Pengertian Etos Kerja
 Etos diartikan sebagai sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia
yang dipancarkan hidup. Dengan kata lain etos merupakan suatu tata
nilai yang diyakini, yang menjadi aturan hidup atau (sila) yang lebih
baik.
 Sedangkan Kerja, secara lebih khusus dapat diartikan sebagai usaha
komersial yang menjadi suatu keharusan demi hidup, atau sesuatu yang
imperatif dari diri, maupun sesuatu yang terkait pada identitas yang
telak bersifat sakral.
 Dengan demikian ETOS KERJA dapat diartikan sebagai totalitas
kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini,
dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong dirinya
untuk bertindak dan meraih kinerja yang optimal (high performance).
1.2. Prinsip Etos Kerja: Jepang
 Seseorang harus memahami atau menerapkan prinsip-prinsip etos kerja
dalam rangka mengoptimalkan kinerjanya masing-masing.
 Prinsip-prinsip etos kerja Bushido dinilai sebagai faktor penting dibalik
kesuksesan ekonomi Jepang di kancah dunia, yakni:
 Gi – keputusan yang benar diambil dengan sikap yang benar
berdasarkan kebenaran; jika harus mati demi keputusan itu, matilah
dengan gagah, sebab kematian yang demikian adalah kematian yang
terhormat:
 Yu – berani dan bersikap ksatria:
 Jin – murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama:
 Re – bersikap santun, bertindak benar:
 Makoto – bersikap tulus yang setulus-tulusnya, bersikap sungguh
dengan sesungguh-sungguhnya tanpa pamrih:
 Meiyo – menjaga kehormatan, martabat dan kemuliaan, serta
 Chugo – mengabdi dan loyal.
1.2. Prinsip Etos Kerja: Jerman

Keunggulan bangsa Jerman, menurut para


sosiolog, terkait erat dengan etos kerja Protestan,
yang mengedepankan enam prinsip, yakni:
▪ bertindak rasional,
▪ berdisiplin tinggi,
▪ bekerja keras,
▪ berorientasi pada kekayaan material,
▪ menabung dan berinvestasi, serta
▪ hemat, bersahaja dan tidak mengumbar kesenangan.
1.3. Delapan Etos Kerja Islam
Menurut Jansen H. Sinamo
1. Kerja adalah Rahmat : bekerja tulus penuh syukur
2. Kerja adalah Amanah : bekerja benar penuh tanggung jawab
3. Kerja adalah Panggilan : bekerja tuntas penuh integritas
4. Kerja adalah Aktualisasi: bekerja keras penuh semangat
5. Kerja adalah Ibadah : bekerja serius penuh kecintaan
6. Kerja adalah Seni : bekerja cerdas penuh kreativitas
7. Kerja adalah Kehormatan: bekerja tekun penuh keunggulan
8. Kerja adalah Pelayanan: bekerja paripurna penuh kerendahan hati

Pelajaran dari Pramuka:


DASA DARMA: TaCiPaPaReRaHeDiBerSu
1.4. Dimensi Kesadaran dalam Etos Kerja
 Seorang yang memiliki etos kerja adalah mereka yang
selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh
manfaat yang merupakan bagian amanah Tuhan.

 Cara pandang untuk melaksanakan sesuatu tersebut harus


didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran, yaitu:
 Dimensi makrifat (aku tahu)
 Dimensi hakikat (aku berharap)
 Dimensi syariat (aku berbuat)
1.5. Etos Kerja dalam Organisasi
 Setiap organisasi yang selalu ingin maju, senantiasa membutuhkan etos
kerja.
 Etos kerja yang dimaksud adalah keyakinan bersama, bahwa setiap
anggota harus dapat memberikan pekerjaan terbaiknya untuk
organisasi, sehingga pada akhirnya organisasi tersebut dapat
memberikan karya terbaiknya.
 Etos kerja dalam menentukan kinerja suatu organisasi dapat dirinci
sebagai berikut:
 Penilaian Hasil Kerja
 Pandangan Kerja
 Kerja sebagai Aktivitas
 Kerja Membutuhkan Ketekunan
 Kerja sebagai Bentuk Ibadah
1.6. Semangat Etos Kerja

Semangat etos kerja, harus dapat disebarluaskan untuk


memperoleh manfaat antara lain:
1) Menjamin hasil kerja dengan kualitas yang baik
2) Membuka seluruh komunikasi, keterbukaan, cepat
menemukan kesalahan dengan cepat memperbaikinya
3) Cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan dari luar
4) Mengurangi laporan yang berupa data dan informasi yang
salah atau palsu
2. Etika Profesi
2.1 Etika Profesi
 Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat.
 Profesi (ASCE): “suatu sebutan bagi penggunaan ilmu pengetahuan dan
keterampilan untuk pelayanan umat manusia yang menghasilkan ekspresi
kemampuan yang kreatif dan aplikasi ilmu pengetahuan”.
 Etika Profesi adalah karakter, watak kesusilaan atau adat dalam
menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk pelayanan
umat manusia.
 Karakteristik suatu profesi Menurut Callahan (1988), Firmage (1980),
Schaub & Pavlovic (1983), meliputi antara lain:
 Memenuhi persyaratan pendidikan tertentu yang mencakup pengetahuan (knowledge) dan
keterampilan (skill) yang tidak dimiliki oleh masyarakat umum.
 Tanggung jawab pekerjaannya mensyaratkan kebijaksanaan dan penilaian pribadi yang
tidak memiliki acuan hukum baku.
 Suatu profesi memiliki status hukum dan status hukum tersebut mensyaratkan standar
tertentu (pengetahuan dan keterampilan) untuk menjadi anggota suatu profesi (dibuktikan
dengan sertifikat/lisensi).
 Memiliki acuan perilaku kerja (standard of conduct) berupa kode etik profesi.
2.2. Konsep Dasar Etika Rekayasa Menurut
National Society of Professional Engineers (1979)
THE PUBLIC INTEREST
 Paramount responsibility to the public health, safety, and welfare, including that of future generations
 Call intention to threats to the public health, safety, and welfare, and act to eliminate them
 Work through professional societies to encourage and support engineers who follow these concepts
 Apply knowledge, skill, and imagination to enhance welfare and the quality of life for all
 Work only with those who follow these concepts.
QUALITIES OF TRUTH, HONESTY, AND FAIRNESS
 Be honest and impartial
 Advise employer, client, or public of all consequences of work
 Maintain confidences;act as faithful agent or trustee
 Avoid conflicts of interest
 Give fair and equitable treatment to all others
 Base decisions and action on merit, competence, and knowledge, and without bias because of race, religion,
sex, age, or national origin
 Neither pay or not accepts bribes, gift or gratuities
 Be objective and truthful in discussion, reports, and actions
PROFESSIONAL PERFORMANCE
 Competence for work undertaken
 Strive to improve competence and assist others in so doing
 Extend public and professional knowledge of technical projects and their results
 Accept responsibility for actions and give appropiate credit to others.
2.3. Kode Etik Profesi

Pada dasarnya kode etik profesi mengakomodasi


beberapa prinsip etika berikut ini:
1. Etika kemanfaatan umum (utilitarianism ethics)
2. Etika kewajiban (duty ethics)
3. Etika kebenaran (right ethics)
4. Etika keunggulan/kebaikan (virtue ethics)
5. Etika sadar lingkungan (environmental ethics)
2.4. Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu paham yang menciptakan
dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam
masyarakat, berbekal keahlian yang tinggi dan berdasarkan
rasa keterpanggilan dan semangat pengabdian…
(Wignjosoebroto, 1999).
Tiga watak kerja profesional adalah:
 Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan
sesuai profesi yang digeluti.
 Kerja seorang profesional berlandaskan pada kemahiran teknis yang
berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau
pelatihan.
 Kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas
moral dengan menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol
berupa kode etik pada organisasi profesinya.
2.5. Organisasi Profesi
Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme, kompetensi, dan
mengatur perilaku anggotanya (profesional) agar selalu ingat, sadar
dan mau mengindahkan etika profesinya.

Beberapa organisasi profesi ke-insinyuran di Indonesia, di


antaranya:
1. HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia)
2. IQSI (Ikatan Quantity Surveyor Indonesia)
3. PII (Persatuan Insinyur Indonesia)
4. IAI (Ikatan Arsitek Indonesia)
5. HATHI, HATTI, IAP, A2K4, IAMPI, HAVEI, dst.
2.6. Pelanggaran Kode Etika Profesi

Dua pelanggaran kode etik profesi (Harris, 1995):


 Pelanggaran berupa perbuatan yang tidak mencerminkan
respek terhadap nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi
oleh profesi itu, misalnya membeda-bedakan pelayanan
jasa atas dasar keinginan mendapatkan keuntungan uang
yang berkelebihan.
 Pelanggaran berupa pelayanan jasa profesi dengan kualitas
keahlian yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
(menurut standar maupun kriteria profesional). Misalnya
hasil desain yang tidak layak.
2.7. Sifat Etika dalam Etos Kerja
Dalam pelaksanaannya, terdapat sifat-sifat etika yang harus dikembangkan dalam
etos kerja, antara lain:
1. Sifat bertanggung jawab (kepada Tuhan YME)
2. Jujur dalam perbuatan
 Kerja keras
 Sifat hemat
 Sifat menghargai waktu
3. Lingkungan kerja
Yaitu, segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi
dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
4. Kompensasi
Yaitu, balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawannya yang dapat dinilai
dengan uang dan mempunyai kecenderungan dibentuk secara tetap.

CATATAN:
DASA DARMA: TaCiPaPaReRaHeDiBerSu
3. Kode Etik Profesi
Pada dasarnya kode etik profesi mengakomodasi beberapa prinsip etika berikut ini:
1. Etika kemanfaatan umum (utilitarianism ethics), yaitu setiap langkah/tindakan yang
menghasilkan kemanfaatan terbesar bagi kepentingan umum haruslah dipilih dan
dijadikan motivasi utama;
2. Etika kewajiban (duty ethics), yaitu setiap sistem harus mengakomodasikan hal-hal
yang wajib untuk diindahkan tanpa harus mempertimbangkan konsekuensi yang
mungkin bisa timbul, berupa nilai moral umum yang harus ditaati seperti jangan
berbohong, jangan mencuri, harus jujur, dan sebagainya;
3. Etika kebenaran (right ethics), yaitu suatu pandangan yang tetap menganggap salah
terhadap segala macam tindakan yang melanggar nilai-nilai dasar moralitas.
Misalnya pembajakan hak cipta/karya orang lain, apapun alasannya akan tetap
dianggap salah karena melanggar nilai etika akademis;
4. Etika keunggulan.kebaikan (virtue ethics), yaitu suatu cara pandang untuk
membedakan tindakan yang baik dan salah dengan melihat dari karakteristik
(perilaku) dasar orang yang melakukannya; dan
5. Etika sadar lingkungan (environmental ethics), yaitu suatu etika mengajak
masyarakat untuk berpikir dan bertindak dengan konsep masyarakat modern yang
sensitif dengan kondisi lingkungannya.
3.1. Kode Etik Insinyur Indonesia:
I. Catur Karsa Insinyur Indonesia
Empat prinsip dasar:
 Mengutamakan keluhuran budi.
 Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
kepentingan kesejahteraan umat manusia.
 Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan
masyarakat, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
 Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan
keahlian profesional keinsinyuran.
3.2. Kode Etik Insinyur Indonesia:
II. Sapta Dharma Insinyur Indonesia
Tujuh tuntunan sikap:
 Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat.
 Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kompetensinya.
 Insinyur Indonesia hanya menyatakan pendapat yang dapat
dipertanggung-jawabkan.
 Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan
kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya.
 Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas
dan martabat profesi.
 Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan
profesionalnya.
4. KODE ETIK HPJI: PRINSIP DASAR
1. Menjunjung tinggi keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Mahaesa
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan
untuk kesejahteraan umat manusia secara
berkelanjutan.
3. Bekerja secara profesional untuk kepentingan
masyarakat, bangsa, negara, dan organisasi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan kompetensi
serta menjunjung tinggi martabat profesinya.
4.1 KODE ETIK HPJI
Anggota HPJI:
1. Wajib bertindak konsekuen, jujur, dan adil dalam menjalankan profesinya,
2. Wajib menghormati profesi lain dan tidak boleh merugikan nama baik serta
profesi orang lain,
3. Wajib memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan tidak merugikan
kepentingan umum, khususnya yang menyangkut lingkungan,
4. Setia dan taat pada peraturan dan perundang-udangan yang berlaku,
5. Harus bersedia memberi bimbingan dan pelatihan untuk meningkatkan
profesionalisme sesama anggota,
6. Wajib memenuhi baku kinerja dan tanggung jawab profesi dengan integritas
tinggi dan tidak akan menerima pekerjaan di luar bidang keahlian teknisnya,
7. Wajib menjunjung tinggi martabat profesi, bersikap terhormat, dapat dipercaya,
dan bertanggung jawab secara profesional berasaskan kaidah keilmuan,
kepatutan, dan kejujuran intelektualitas,
8. Dengan menggunakan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya wajib
menyampaikan pendapat dan pernyataan dengan jujur berdasarkan bukti dan
tanpa membedakan.
4.2 KODE ETIK HPJI: KAIDAH UMUM TATALAKU
1. Kejujuran (honesty)
2. Keadilan (fairness)
3. Satunya pikiran, ucapan, dan tindakan (integrity)
4. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability)
5. Kebertanggungjawaban (responsibility)
6. Kesetiaan kepada bangsa dan neegara (loyality)
7. Tepat janji (committed)
8. Menghormati orang lain (respect to other)
9. Mengutamakan kepentingan masyarakat (community)
10. Menjanjikan karya terbaik (pursuit to excellence)
11. Mendukung perkembangan ilmu pengetahuan
12. Mengupayakan dan menjaga pelestarian lingkungan.
Etos Kerja Insinyur
1. Pengertian Etos Kerja
Beberapa definisi dari Etos Kerja adalah:
 Keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang,
sekelompok orang atau sebuah institusi.
 Perilaku khas suatu komunitas atau organisasi, mencakup motivasi yang
menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode
moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan,
prinsip-prinsip, standar-standar.
 Himpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan
komitmen total pada himpunan paradigma kerja yang integral.
 Pengertian etos kerja menurut (Cliford Geerta, 2000:9) merupakan refleksi dari
sikap hidup yang mendasar yang bersumber dari nilai-nilai tersebut yang
diwujudkan dalam bentuk kegairahan kerja.
 Menurut Herell bahwa etos kerja itu adalah suatu nilai budaya yang menurut
seseorang menginvestasikan sumber-sumber dayanya dalam usaha jangka
panjang guna meningkatkan kesejahteraan materi dan meningkatkan martabat
sosialnya.
2. Pengertian Etos Kerja
 Studi-studi sosiologi dan manajemen mengaitkan antara
etos kerja manusia (atau komunitas) dengan keberhasilan
manusia:
“bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh
sikap, perilaku dan nilai-nilai yang diadopsi individu-individu manusia
di dalam komunitas atau konteks sosialnya”
 Etos kerja mempunyai pengaruh dengan semangat dan
bergairahnya karyawan dalam melakukan pekerjaannya
sehingga hasil yang dicapai juga akan dapat meningkat baik
dalam hal kualitas maupun kuantitas.
3. Penilaian Etos Kerja:
Etos Kerja Tinggi
 Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah
unsur penilaian, maka secara garis besar dalam penilaian itu, dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu penilaian positif dan negatif.
 Berpangkal tolak dari uraian itu, maka menurut bahwa suatu individu
atau kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang
tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
 Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur
bagi eksistensi manusia.
 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan
manusia.
 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan
sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,
 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
4. Penilaian Etos Kerja:
Etos Kerja Rendah
Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang
dimiliki etos kerja yang rendah, maka akan menunjukkan ciri-
ciri yang sebaliknya, yaitu:
 Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,
 Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,
 Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam
memperoleh kesenangan,
 Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,
 Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
5. Etos Kerja yang Baik
▪ Aktif ▪ Jujur ▪ Ramah
▪ Ceria ▪ Kerja Keras ▪ Sabar
▪ Dinamis ▪ Kerja Tim ▪ Semangat
▪ Disiplin ▪ Konsisten ▪ Tanggung Jawab
▪ Efektif ▪ Kreatif ▪ Tekun
▪ Efisien ▪ Lapang Dada ▪ Teliti
▪ Energik ▪ Membagi ▪ Tepat Waktu
▪ Fokus ▪ Menghargai ▪ Teratur
▪ Gesit ▪ Menghibur ▪ Terkendali
▪ Ikhlas ▪ Optimis ▪ Toleran
▪ Interaktif ▪ Peka ▪ Total
▪ Jeli ▪ Rajin ▪ Ulet
6. Dimensi Kesadaran dalam Etos Kerja:
Dimensi Makrifat (aku tahu)
Seseorang yang memiliki etos kerja yang baik harus
memperhatikan 7 (tujuh) knows, yaitu:

1. Tahu siapa aku, apa kekuatan dan kelemahanku


2. Tahu apa pekerjaanku
3. Tahu siapa pesaingku dan kawanku
4. Tahu produk yang akan dihasilkan
5. Tahu apa bidang usahaku dan tujuanku
6. Tahu siapa relasiku
7. Tahu pesan-pesan yang akan kusampaikan
7. Dimensi Kesadaran dalam Etos Kerja:
Dimensi Hakikat (aku berharap)
Dalam hal ini, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah
tindakan dilangkahkan.
2. Setiap pribadi harus meyakini bahwa niat atau dorongan
untuk menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya
hidup.
3. Harapan (hope) hanya bisa diraih bila memenuhi kualitas
kepribadian yang secara metaforis dapat digambarkan
dalam rumus:

Quality of your (head + heart + hand) + hard working = HOPE


8. Dimensi Kesadaran dalam Etos Kerja:
Dimensi Syariat (aku berbuat)

 Setelah kita mengetahui dan berharap untuk suatu tujuan,


maka hendaknya mempunyai arti, antara lain:
 Pengetahuan tentang peran dan potensi diri,
 Pengetahuan tentang tujuan, serta
 Pengetahuan tentang harapan-harapan

 Kecuali bila dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata


yang telah diyakini kebenarannya.
9. Pencapaian Etos Kerja
Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai etos kerja yang
baik adalah:
 Percaya diri dan optimis
 Jiwa yang merdeka
 Berkeyakinan teguh kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Berwawasan
 Memiliki kemampuan bersaing
 Berpikir positif
 Memiliki harga diri
 Berorientasi ke depan
10. Etika Dasar Profesi Insinyur Menurut
ABET (1985)
 Profesi Rekayasa (Engineering Profession) menurut Accreditation Board for
Engineering and Technology (ABET, 1993) adalah: “the profession in which a
knowledge of the mathematical and natural sciences gained by study,
experience and practice is applied with judgments to develop ways to utilize,
economically, the materials and forces of nature for the benefit of mankind”
 Sedangkan insinyur (Engineer) adalah orang yang memiliki profesi dibidang
Rekayasa (Engineering).

Etika dasar profesi insinyur menurut ABET (1985)


Engineer uphold and advance the integrity, honor, and dignigty of the
engineering profession by:
1. Using their knowledge and skill for the enhancement of human welfare;
2. Being honest and impartial, and serving with fidelity the public, their
employers and clients;
3. Striving to increase the competence and prestige of the engineering
profession; and
4. Supporting the professional and technical societies of their disciplines.
11. Kode Etik Profesi
Pada dasarnya kode etik profesi mengakomodasi beberapa prinsip etika berikut ini:
1. Etika kemanfaatan umum (utilitarianism ethics), yaitu setiap langkah/tindakan yang
menghasilkan kemanfaatan terbesar bagi kepentingan umum haruslah dipilih dan
dijadikan motivasi utama;
2. Etika kewajiban (duty ethics), yaitu setiap sistem harus mengakomodasikan hal-hal
yang wajib untuk diindahkan tanpa harus mempertimbangkan konsekuensi yang
mungkin bisa timbul, berupa nilai moral umum yang harus ditaati seperti jangan
berbohong, jangan mencuri, harus jujur, dan sebagainya;
3. Etika kebenaran (right ethics), yaitu suatu pandangan yang tetap menganggap salah
terhadap segala macam tindakan yang melanggar nilai-nilai dasar moralitas.
Misalnya pembajakan hak cipta/karya orang lain, apapun alasannya akan tetap
dianggap salah karena melanggar nilai etika akademis;
4. Etika keunggulan.kebaikan (virtue ethics), yaitu suatu cara pandang untuk
membedakan tindakan yang baik dan salah dengan melihat dari karakteristik
(perilaku) dasar orang yang melakukannya; dan
5. Etika sadar lingkungan (environmental ethics), yaitu suatu etika mengajak
masyarakat untuk berpikir dan bertindak dengan konsep masyarakat modern yang
sensitif dengan kondisi lingkungannya.
12. KODE ETIK GAPENSI
DASA BRATA
1. Satu kata dan perbuatan dalam pengamalan Pancasila
2. Menaati semua peraturan perundangan
3. Mematuhi ketentuan-ketentuan pemberi tugas
4. Adil, wajar, bijaksana, dan asas nondisclosure
5. Bertanggung jawab dan menepati janji
6. Tidak semata-mata berorientasi keuntungan, namun juga berdaya guna dan
berhasil guna,
7. Meningkatkan mutu, kemampuan, dan pengelolaan usaha.
8. Tidak melakukan persaingan usaha yang tidak sehat dan tidak merebut
kesempatan kerja yang tidak menjadi haknya,
9. Tidak menyalahgunakan kedudukan, wewenang, dan kepercayaan yang
diberikan,
10. Memegang teguh diiplin, kesetiakawanan, dan solidaritas organisasi.
13. KODE ETIK AKI
1. Menjunjung tinggi dan mematuhi AD dan ART,
2. Menghormati dan menghargai profesinya sebagai kontraktor,
3. Tidak melakukan tindakan “mempengaruhi” dalam memenangkan tender,
4. Tidak memberi atau menerima imbalan dalam memenangkan tender,
5. Tidak berusaha mendapatkan data penawaran rekan dalam pratender,
6. Tidak berusaha mengubah harga dan kondisi penawaran setelah tender
ditutup,
7. Tidak membajak tenaga kerja sesama anggota,
8. Tidak menyabot baik langsung maupun tidak langsung nama baik,
kesempatan, dan usaha sesama anggota,
9. Berpartisipasi dalam pelatihan, penelitian, dan tukar menukar isi
informasi sebagai bagian dari tanggung jawab kepada masyarakat dan
industri jasa konstruksi.
RENUNGAN TENTANG BANGSA

MENJELANG USIA NKRI 68 TH


Dalam hitungan 233 tahun Kerajaan
Majapahit, puncak Monarki Hindu-Jawa,
lenyap dari peta dunia

Fadjroel Rachman, Kompas 7 Oktober 2005


 Romawi melenyap
 Mongol hilang
 Kekuasaan Islam selama kurang lebih 6
abad juga sirna tinggal kenangan
COLLAPSE, Jared Diamond – Viking 2005
5 Faktor Kegagalan Negara :
1. Kerusakan Lingkungan
2. Pemanasan Global
3. Tetangga yang bermusuhan
4. Mengendurnya dukungan kelompok masyarakat
5. Lembaga politik, ekonomi, sosial dan budaya yang lumpuh
sebagai pemecah persoalan  muaranya pada KORUPSI
DEFINISI, JENIS DAN CONTOH-CONTOHNYA

Korupsi menurut para pakar sosiologi, diantaranya Prof.


Dr. Syed Hussein Alatas, dari Singapore, dalam bukunya
Corruption its nature, causes and functions, adalah suatu
tindak kejahatan yang berbeda dengan tindak kejahatan
lainnya, seperti mencuri, merampas atau merampok.
 Inti dari korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan/ amanat untuk
kepentingan pribadi
 Esensi Korupsi adalah pencurian melalui penipuan dalam situasi
dimana adanya kepercayaan / amanat yang dikhianati.
 Ciri-cirinya yang sangat hakiki adalah: Penipuan, Pencurian,
Pengkhianatan.
JENIS KORUPSI DAN CONTOH :

- Korupsi Transaktif

- Korupsi Pemerasan

- Korupsi Investif

- Korupsi Perkerabatan ( Nepotisme )

- Korupsi Defensif

- Korupsi Dukungan
MENERIMA HADIAH , SUAP, KOMISI, DISKON KHUSUS &
ENTERTAINMENT DI LUAR BATAS KEWAJARAN

SUAP atau HADIAH ?


Hadiah adalah pemberian tanpa syarat apapun
Suap adalah pemberian untuk memperoleh pertolongan.

Pemberian Hadiah tidak dilakukan secara sembunyi-sembunyi seperti halnya


pada transaksi yang korup.
Bahkan tidak jarang pemberian hadiah dilakukan dengan upacara terbuka.
Seperti sering kita saksikan di mass media

Diskon khusus yang tidak diberikan kepada umum dari supplier atau entertaint
di luar batas kewajaran termasuk suap yang terselebung. Oleh karena itu para
Pegawai dilarang menerimanya.
TANYA / JAWAB :

 Kasus: Kontraktor XYZ telah dipilih sebagai


pemenang tender untuk membangun perluasan
gedung milik Bappeda. Tender dilakukan secara fair.
Setelah seluruh pekerjaan selesai dan dapat
diterima, pimpinan Kontraktor XYZ akan memberikan
hadiah kepada seorang pegawai yang menjadi
manager proyek. Hadiah itu diterima oleh manager
tersebut, karena menurutnya proyek telah selesai
dengan baik & tepat waktu.

 Pertanyaan : Apakah pegawai (manager proyek)


telah melanggar peraturan?
Negara gagal politik, juga
gagal lingkungan
 HAITI
 AFGANISTAN
 MONGOLIA
 IRAK
 BANGLADES
 SOMALIA
 NEPAL
 FILIPINA
 RWANDA
 BURUNDI
 PAKISTAN
 MANDAGASKAR
 KEPULAUAN
SOLOMON
 INDONESIA
KORUPSI MERAJALELA,
SEJAK LAHIR HINGGA KEMATIAN
MENJEMPUT, RAKYAT INDONESIA
BERKUTAT DALAM KEHIDUPAN YANG
KORUPTIF
Korupsi di Indonesia
 Kejahatan korupsi di Indonesia sudah dinyatakan sebagai
KEJAHATAN YANG LUAR BIASA, sehingga
pemberantasannya harus juga dengan cara-cara yang luar biasa.

 Korupsi sudah meluas dan sistematik, membawa bencana bagi


perekonomian dan melanggar hak ekonomi dan sosial
masyarakat.
Menurut Prof DR Mustafa Abdullah,
koord. Bidang Penilaian dan Seleksi Hakim Agung Mahkamah Yudisial dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas
Sriwijaya, dlm sosialisasi anti korupsi Kominfo di Hotel Aston – Atrium Senin Jakarta Pusat, 22 Nopember 2005

 Jumlah Hakim di Indonesia = 6178 orang

Hakim merupakan faktor dominan dalam proses


peradilan

95% dari Hakim-Hakim ternyata

‘bermasalah’
Ketua Pengadilan Tinggi Jakarta:
Peradilan Belum Berubah, Masih Buruk!

 “Banyaknya praktik suap, pungutan liar, arogansi


aparat pengadilan dan berbagai kecurangan yang
terungkap di berbagai media massa sebagian besar
tidak terbantahkan.” (Ketua Pengadilan Tinggi
Jakarta, Ansyahrul)
 http://news.detik.com/read/2012/11/27/081917/2102
173/10/?992204topnews
KEJAKSAAN
Buruk : 54,4%
Baik : 35%
Tidak tahu : 9.7%

Hasil Survey Kompas April 2005


HAKIM
Buruk : 61,2%
Baik : 27,8%
Tidak Tahu : 11%

Hasil Survey Kompas April 2005


POLISI
Buruk : 68,6%
Baik : 25,6%
Tidak Tahu : 5,8%

Hasil Survey Kompas April 2005


PENGACARA

Buruk : 61,2%
Baik : 29%
Tidak Tahu : 10,8%

Hasil Survey Kompas April 2005


Renungan
 Sejak tahun 2004 sampai dengan tahun
2005
PERC – Political and Economic Risk Consultancy
menempatkan Indonesia sebagai negeri terkorup
se Asia

 Tahun 2005
Transparancy Internasional menempatkan
Indonesia sebagai negara terkorup no 6 se jagad.
Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
IPK merupakan indeks persepsi pebisnis dalam urusan
bisnis, di antaranya:
Ijin-ijin usaha (ijin domisili, ijin usaha, HGU, IMB, ijin ekspor,
angkut barang, ijin bongkar muat barang, dll.).
Pajak (restitusi pajak, penghitungan pajak, dispensasi pajak).
Pengadaan barang dan jasa pemerintah (prosedur tender,
penunjukan langsung, dll.).
Proses pengeluaran dan pemasukan barang di pelabuhan
(bea cukai).
Pungutan liar oleh polisi, imigrasi, tenaga kerja.
Proses pembayaran termin proyek dari KPKN.
Indeks Persepsi
Korupsi
Indeks
Posisi Persepsi
Nama Negara
Negara
IPK Korupsi 2005
Posisi Nama
Negara
Negara IPK

1 Islandia 9,7 137 Indonesia 2,2


2 Findlandia 9,6
3 Selandia Baru 9,6 150 Tajikistan 2,1
4 Denmark 9,5 151 Angola 2,0
5 Singapura 9,4 152 Pantai Gading 1,9
6 Swedia 9,2 153 Guenia 1,9
7 Swiss 9,1 154 Nigeria 1,9
8 Norwegia 8,9 155 Haiti 1,8
9 Australia 8,8 156 Burma 1,8
10 Austria 8,7 157 Turkmenistan 1,8
158 Bangladesh 1,7
Malaysia 5,1 159 Chad 1,7
IPK 2011
 Transparency International kembali meluncurkan Indeks Persepsi
Korupsi (Corruption Perception Index/CPI) tahun 2011 yang dilakukan
terhadap 183 negara, Indonesia menempati skor sebesar 3,0, naik 0,2
dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,8.
 Skor Indonesia dari 2,8 pada tahun 2010 dan 3,0 tahun 2011 bukanlah
pencapaian yang signifikan karena sebelumnya telah menargetkan
skor 5,0 dalam CPI 2014 mendatang
 Dalam indeks tersebut Indonesia berada di peringkat ke-100 bersama
11 negara lainnya yakni Argentina, Benin, Burkina Faso, Djobouti,
Gabon, Madagaskar, Malawi, Meksiko, Sao Tome & Principe,
Suriname, dan Tanzania.
 Untuk kawasan Asia Tenggara, skor Indonesia berada di bawah
Singapura (9,2), Brunei (5,2), Malaysia (4,3), dan Thailand (3,4).
IPK 2012
 Naik dari skor 30 menjadi 32
 Urutan 118 dari 176 negara
 Sejajar dengan Dominika, Ekuador, Mesir, Madagaskar
 Di bawah Timor Leste 33

Negara Skor CPI Peringkat


Singapura 87 5
Brunei Darussalam 55 46
Malaysia 49 54
Thailand 37 88
Filipina 34 108
Indonesia 32 118
Vietnam 31 123
Myanmar 15 172
GARIS TANGAN

Anda mungkin juga menyukai