Fraud Menurut OJK
Fraud Menurut OJK
2
Faktor Mendorong Fraud
Kesempatan Motivasi Rasionalisasi
3
Konsekuensi Fraud di Asuransi
Polis Batal.
Konsultan
Aktuaria*)
Polis
Perjanjian
Perusahaan Reasuransi
PREMI
Tertanggung/ Asuransi Persh. Reasuransi
Pemegang Polis
KLAIM
Pialang Asuransi/
Pialang Reasuransi*)
Agen Asuransi*)
(sumber: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20171013133505-78-248165/ada-130-ribu-klaim-asuransi-disinyalir-
fraud) 6
Contoh Modus Fraud Klaim di Asuransi
Klaim yang dibuat-buat
Pemalsuan Dokumen
Dalam proses klaim, memalsukan surat atau dokumen pendukung, misalkan pada
asuransi marine cargo dokumen-dokumen terkait dengan “cargo” dan dokumen dari
pihak otoritas (Syahbandar dan/atau Dir Jen Perhubungan Laut).
Invoice pembelian barang diperlukan pada saat pengajuan klaim, dalam banyak kasus
tertanggung yang “nakal” memalsukan invoice pembelian dari para supplier. Setelah
dilakukan pengecekan, supplier memang ada dan sudah membina hubungan bisnis
dengan tertanggung tetapi nilai pembelian yang dilakukan oleh tertanggung tidak
sebesar yang tercantum di dalam invoice “palsu” tersebut
Tindakan menggelembungkan nilai klaim adalah yang paling umum terjadi, biasanya
akan diikuti dengan pemalsuan invoice dan dokumen pendukung lainnya agar tampak
klaim yang diajukan nilainya wajar 7
Contoh Kasus Penggelapan Premi di Indonesia:
1. Kasus PT Balicon Life Insurance
2. Kasus Perum Perhutani dan AJB
Bumiputera 1912
Sekilas Mengenai PT Balicon Life Insurance
PT Balicon Life Insurance didirikan pada tahun 2008 dengan izin sebagai
badan usaha Perseroan Terbatas (PT) dan tidak mempunyai izin asuransi
namun menjual produk asuransi.
Produk yang dijual adalah Prima Income, Tahapan Dana Belajar, serta
Asuransi Kumpulan dan Kesehatan
9
Mekanisme Produk yang Dijual
10
Keputusan Pengadilan
12
Kronologis Kasus
Pelaporan
Hukuman
Penggelapan tersebut dilaporkan
oleh Bapeppam-LK kepada pihak Soeseno dijerat Pasal 3 dan 6
Kepolisian pada tahun 2009. Undang-undang nomor 15 tahun
2002 tentang pencucian uang
palsu, Pasal 21 Ayat 3 dan 4
Undang-undang perasuransian,
serta Pasal 372 junto 374 KUHP
dengan ancaman 15 dan 4 tahun
penjara
13
Peran OJK dalam Pengawasan Fraud
di Industri Asuransi
RUANG LINGKUP PENGAWASAN
1. Risiko Kepengurusan
2. Risiko Tata Kelola Penilaian didasarkan
pada kriteria yang ada
3. Risiko Strategi dalam peraturan
4. Risiko Operasional perundang-undangan
15
METODE PENGAWASAN
Pengawasan Langsung
Dilakukan melalui pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan oleh pegawai OJK dan/atau pihak lain
yang ditunjuk oleh Kepala Eksekutif Pengawas IKNB
Pemeriksaan dapat diperluas kepada perusahaan anak
dan/atau pihak lain yang memiliki keterkaitan dengan ruang
lingkup Pemeriksaan
Metode Pemeriksaan yang dilakukan OJK dapat mencakup seluruh
Pengawasan aspek atau sebagian aspek yang menjadi ruang lingkup
pengawasan OJK
Pemeriksaan dilakukan paling sedikit 1 kali dalam 1 tahun
16
SANKSI
Dasar Hukum
POJK Nomor 17/POJK.05/2017 tentang Prosedur dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif di
Bidang Perasuransian dan Pemblokiran Kekayaan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah
Pembatalan penyataan pendaftaran bagi konsultan aktuaria, akuntan publik, penilai atau pihak
lain yang memberikan jasa bagi perusahaan perasuransian
Denda administratif
Larangan menjadi pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, dewan pengawas syariah, atau menduduki jabatan
eksekutif di bawah direksi atau setara dengan jabatan eksekutif dibawah direksi pada perusahaan perasuransian
17
Dasar Hukum Pengawasan OJK
Undang-Undang OJK
Pasal 1 dan Pasal 6 UU Nomor 21 Tahun 2011
Tugas pengaturan dan pengawasan OJK:
Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan
Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (LJKL)
UU Perasuransian
Pasal 70 UU Nomor 40 Tahun 2014
OJK berwenang mengenakan sanksi administratif kepada setiap orang yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan pearturan pelaksanaannya.
Pasal 74 ayat (1)
Anggota direksi, anggota dewan komisaris, anggota dewan pengawas syariah, aktuaris
perusahaan, auditor internal, pengendali atau pegawai lain Perusahaan yang dengan sengaja
memberikan laporan, informasi, data dan/atau dokumen kepada OJK yang tidak benar, palsu,
dan/atau menyesatkan dipidana dengan pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
Pasal 74 ayat (2)
Anggota direksi, anggota dewan komisaris, anggota dewan pengawas syariah, aktuaris
perusahaan, auditor internal, pengendali atau pegawai lain Perusahaan yang dengan sengaja
memberikan laporan, informasi, data dan/atau dokumen kepada OJK mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan risiko yang dihadapinya yang tidak benar, palsu, dan/atau
menyesatkan dipidana dengan pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah)
18
Dasar Hukum Pengawasan OJK.. (2)
UU Perasuransian
Pasal 75
Setiap orang (Agen Asuransi, Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi dan Perusahaan Perasuransian) yang
dengan sengaja tidak memberikan informasi atau memberikan informasi yang tidak benar,
palsu, dan/atau menyesatkan kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta mengenai risiko, manfaat,
kewajiban dan pembebanan biaya terkait dengan produk asuransi yang ditawarkan dipidana dengan pidana
penjara 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 76
Setiap orang (Agen Asuransi, Pialang Asuransi, dan Pialang Reasuransi) yang menggelapkan premi atau
kontribusi atau kontribusi dipidana dengan pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 77
Setiap orang (Pemegang Saham, Direksi, Dewan Komisaris, Pegawai Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, atau Perusahaan Reasuransi Syariah) yang menggelapkan
dengan cara mengalihkan, menjaminkan, mengagunkan, atau menggunakan kekayaan, atau melakukan
tindakan yang dapat mengurangi aset atau menurunkan nilai aset perusahaan asuransi, perusahaan
asuransi syariah, perusahaan reasuransi, perusahaan reasuransi syariah, tanpa hak pidana dengan pidana
penjara 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000.000,00 (limapuluh miliar rupiah)
Pasal 78
Setiap orang yang melakukan pemalsuan atas dokumen perusahaan asuransi, perusahaan asuransi
syariah, perusahaan reasuransi dan perusahaan reasuransi syariah dipidana dengan pidana penjara 6
(enam) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
19
Dasar Hukum Pengawasan OJK.. (3)
UU Perasuransian
Pasal 79
Anggota direksi dan/atau pihak yang menandatangani polis baru dari perusahaan
asuransi atau perusahaan asuransi syariah yang sedang dalam pengenaan sanksi
pembatasan kegiatan usaha dipidana dengan pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Peraturan Pemerintah
Pasal 3 PP Nomor 73 Tahun 1992
Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi harus memiliki susunan struktur organisasi
perusahaan paling sedikit meliputi fungsi pengelolaan risiko, fungsi pengelolaan
keuangan dan fungsi pelayanan dalam melaksakan kegiatan usahanya
Peraturan OJK
Pasal 72 POJK 69/POJK.05/2016
Dalam rangka mengendalikan risiko terjadinya fraud, perusahaan dan unit syariah wajib
melaksanakan fungsi pengendalian fraud dan menerapkan strategi anti fraud
Surat Edaran OJK
SEOJK 46/SEOJK.05/2017
Dalam SEOJK dimaksud diatur mengenai ketentuan pelaksanaan pengendalian fraud,
penerapan strategi anti fraud, dan laporan strategi anti fraud
20
INSURANCE CORE PRINCIPLE (ICP)
IAIS (International Association of Insurance Supervisor)
Merupakan asosiasi dari regulator asuransi yang beranggotakan lebih
dari 200 yurisdiksi di hampir 140 negara.
Tujuan: untuk mempromosikan pengawasan yang efektif dan konsisten
serta mengembangkan dan memelihara keamanan dan kestabilan pasar
asuransi demi perlindungan pemegang polis.
Menerbitkan Insurance Core Principles (ICPs).
Indonesia/OJK termasuk dalam anggota IAIS
Belum semua negara dilakukan FSAP dan tidak ada suatu negara yang
100% sesuai dengan ICP dan menerapkannya 21
PENGELOMPOKAN 26 ICP
24
REGULASI ANTI FRAUD DI ASURANSI
Pasal 72 Peraturan OJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan
Perusahaan Reasuransi Syariah
25
PENGENDALIAN FRAUD
PILAR 1
PENGAWASAN AKTIF MANAJEMEN
pengembangan budaya dan kepedulian terhadap anti fraud pada seluruh jenjang
organisasi seperti pendeklarasian ketentuan anti fraud dan perilaku yang termasuk
tindakan fraud
penyusunan dan pengawasan penerapan kode etik dalam pencegahan fraud bagi
seluruh jenjang organisasi
pemantauan dan evaluasi atas kejadian-kejadian fraud serta penetapan tindak lanjut
PILAR 2
ORGANISASI DAN PERTANGGUNGJAWABAN
PILAR 3
PENGENDALIAN DAN PEMANTAUAN
PILAR 4
EDUKASI DAN PELATIHAN
T
Kebijakan dan mekanisme audit pada unit yang berisiko tinggi tehadap fraud
E (Surprise Audit)
K
S Surveillance System (untuk menguji efektifitas kebijakan anti fraud tanpa diketahui
fisik, kegiatan dan gerakan, yang diduga merupakan bagian dari fraud
31
STRATEGI ANTI FRAUD
T
I Terdapat Pemantauan tindak lanjut dengan memperhatikan
P ketentuan perusahaan
N Dilakukan evaluadi agar dapat dilakukan perbaikan
E E
D
M V
A Terdapat rekapitulasi data mengenai kejadian fraud (jenis,
A A
K tanggal kejadian, lokasi, pihak yang terlibat, kronologis, tindak
N L lanjut, kerugian)
T U
L
A A
A Terdapat mekanisme tindak lanjut terhadap kejadian fraud,
U S
N yang paling sedikit memuat:
A I
J 1. Mekanisme perbaikan terkait kelemahan (tiap
N pelanggaran dilakukan mediasi untuk menekan kerugian)
U
2. Mekanisme memperkuat sistem pengendalian
T
Terima kasih
34