Kelompok II
Definisi
Pada umumnya anemia sel sabit di sebabkan oleh faktor gen atau keturunan
atau gen hemoglobin S. Di dalam eritrosit terdapat zat hemoglobin, terdiri dari
globin yang berupa protein dan yang bukan protein, Hem pada semua
hemoglobin adalah identik, sedangkan globin berbeda-beda pada spesies yang
berlainan. Kebanyakan orang memiliki hemoglobin yang dikenal sebagai
hemoglobin A. Untuk pembentukan hemoglobin ini dibutuhkan adanya gen
HbA, sehingga kebanyakan orang mempunyai genotip HbAHbA. Di samping itu
dikenal pula hemoglobin lain yang terdapat di dalam eritrosit orang yang
menderita anemia. Karena bentuk eritrositnya pada penderita ini menyerupai
sabit (dalam bahasa Inggris disebut ”sickle-cell”), maka anemianya dinamakan
anemia sel sabit (”sickle-cell anemia”) dan hemoglobinnya disebut hemoglobin
S. Terbentuknya hemoglobin S ini ditentukan oleh gen HbS, sehingga orang
yang menderita penyakit anemia sel sabit mempunyai genotip HbSHbS.
Patofisiologi
Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantia beta hemoglobin karena hemoglobin A normal
mengandung dua rantai alfa dan dua rantai beta, maka terdapat dua gen untuk sintesa tiap rantai.
Trail sel sabit hanya mendapat satu gen normal, sehingga sel darah merah masih mampu mensintesa kedua
rantai beta, jadi mereka mempunyai hemoglobin A dan S sehingga mereka tidak menderita anemia dan tampak
sehat.
Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah, beberapa anaknya akan membawa dua gen
abnormal dan mempunyai rantai s bila ada hemoglobin S, maka anak akan menderita anemia sel sabit.
(Smeltzer C Suzanne, 2002, hal : 943 – 944). Anemia sel sabit merupakan suatu kelainan pada darah yang
disebabkan karena adanya perubahan asam amino ke-6 pada rantai hemoglobin β yang menyebabkan adanya
perubahan bentuk dari sel darah merah yang semula berbentuk bikonkav menjadi sel darah merah berbentuk
serupa dengan bulan sabit yang dsebut HbS. ( Suwiryawan, dkk. 2013)
Hemoglobin sabit mempunyai sifat buruk karena mempunyai
bentuk seperti kristal bila terpajan tekanan oksigen rendah (Deoksigenasi). Penyebab dari deoksiganisi dapat
bermacam-macam. Ketika terjadi deoksigenasi sel yang mengandung HbS akan rusak, kaku dan berbentuk
seperti bulan sabit. Sel yang panjang dan kaku dapat terperangkap dalam pembuluh kecil, dan ketika mereka
saling menempel satu sama lain, aliran darah ke daerah organ mengalami perlambatan dan dapat
menyebabkan iskemia atau infark dan pasien akan merasakan nyeri, pembengkakan dan demam. Sel darah
merah sabit memiliki usia hidup yang pendek yaitu sekitar 15 sampai 25 hari. Sum sum tulang dapat membesar
saat kanak-kanak sebagai kompensasi dari menurunnya jumlah SDM.
Manifestasi Klinik
Pengkajian data
1. Indentitas klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku / bangsa,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2. Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu : pada keluhan utama akan nampak semua
apa yang dirasakan klien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi
kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita,
Pemerisaan fisik.
3. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari.
Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat. Tanda : Gangguan gaya berjalan
4. Sirkulasi Gejala : Palpitasi atau nyeri.
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit pucat atai
sianosis, konjungtiva pucat.
5. Eliminasi Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.
6. Integritas ego Gejala : Kuatir, takut.
Tanda : Ansietas, gelisah.
7. Makanan / cairan Gejala : Nafsu makan menurun.
Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas gigitan, tampak kulit dan membran
mukosa kering
8. Neurosensori Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan.
Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.
9. Nyeri / kenyamanan Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala.
Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.
10. Pernafasan
Gejala : Dispnea saat bekerja.
Tanda : Mengi
11. Seksualitas Gejala : Kehilangan libido.
(Doenges, E, Marilynn, 2000, hal : 582 – 585).
Pemeriksaan penunjang
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : leukosit dan trombosit menurun.
2. Retikulosit : jumlah dapat bervariasi dari 30 % – 50 %.
3. Pewarnaan SDM : menunjukkan sebagian sabit atau lengkap.
4. LED : meningkat
5. Eritrosit : menurun
6. GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
7. Billirubin serum : meningkat
8. LDH : meningkat
9. TIBC : normal sampai menurun
10. IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
11. Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
12. Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang.
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Intoleransi aktifitas
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko infeksi
5. Kurangnya pengetahuan
Intervensi Keperwatan