Anda di halaman 1dari 39

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1

Ni Luh Ratna Pradnya Maitriyadewi


(1607531074)

01
A.A Sg Mas Gita Pramita Desak Nyoman Sri Juliartini
(1607531146)
02 03 (1607531149)

04 05 Ni Kadek Jeshi Dwivayani


Ni Putu Pradina Mas Jaya Ningrum
(1607531156)
(1607531153)
Komite Audit dan Komite Lainnya: Peran, Tanggung
Jawab, Komposisi, Keefektifan dan Kasus PT Kereta Api
Indonesia
Pengertian Komite
Audit
Peraturan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas
Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan
Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit

Ketentuan Umum
a. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan
fungsi Dewan Komisaris.
2. Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang berasal
dari luar Emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf c.
PERAN KOMITE AUDIT

Komite audit adalah titik penting dari kontak dan komunikasi dengan
auditor eksternal. Komite audit juga bertanggung jawab untuk memantau
efektivitas dari fungsi internal audit dan membuat rekomendasi yang
dibutuhkan kepada dewan.
KOMITE AUDIT

Komite audit menurut Pedoman Good Corporate Governance antara lain bertugas untuk:
1. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan internal yang memadai;
2. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan;
3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan external audit, ketepatan biaya external audit serta
kemandirian dan obyektivitas external auditor;
4. Mempersiapkan surat yang menguraikan tugas dan tanggung jawab Komite Audit selama
tahun buku yang sedang diperiksa oleh external auditor, surat tersebut harus disertakan
dalam laporan tahunan yang disampingkan kepada pemegang saham
TANGGUNGJAWAB KOMITE AUDIT

1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan;


2) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan kegiatan emiten atau perusahaan publik;
3) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara
manajemen dan akuntan atas jasa yang diberikannya;
4) Memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai penunjukan akuntan
yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee;
5) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan
mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh direksi atas temuan auditor internal;
TANGGUNGJAWAB KOMITE AUDIT

6) Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko yang


dilakukan oleh direksi, jika emiten atau perusahaan publik tidak memiliki fungsi
pemantau risiko di bawah dewan komisaris;
7) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan
keuangan emiten atau perusahaan publik;
8) Menelaah dan memberikan saran kepada dewan komisaris terkait dengan adanya
potensi benturan kepentingan emiten atau perusahaan publik; dan
9) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi emiten atau perusahaan
publik.
Komposisi Komite
Audit
Komite Audit memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan
dan prinsip-prinsip pengawasan internal.Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit
dibantu staff perusahaan dan auditor eksternal. Komite juga harus memiliki akses
langsung kepada stand dan penasehat perusahaan seperti keuangan dan penasehat
hukum. Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor:
SE/03 PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan keputusan Menteri BUMN Nomor:
Kep-103/MBU/2002 (Bagi BUMN) Komite Audit sedikitnya terdiri dari tiga orang,
diketuai oleh seorang Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal
yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan
keuangan.
1 Komite Lainnya Menurut KNKG
Komite Nominasi dan Komite Renumerasi

Tugas utama komite remunerasi adalah membantu Board of Directors dalam merancang paket kebijakaan balas
jasa Directors dan eksekutif senior yang memandai dan kompetitif, namun masih dalam batas kewajaran.
Sedangkan komite nominasi bertanggung jawab mencari dan menominasi kandidat yang memenuhi syarat
untuk menduduki jabatan Presiden Direktur, Direktur dan Manajer Senior.

Komite Kebijakan Risiko

Komite ini bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh
Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan.

Komite Kebijakan Risiko

Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji kebijakan
GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang
bertalian dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility).
2 Komite Lainnya Di BUMN

Berdasarkan pasal 70 UU No. 17 tahun 2003 tentang BUMN antara


lain disebutkan bahwa komisaris dan dewan pengawas BUMN wajib
membentuk komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi
membantu komisaris dan dewan pengawas dalam melaksanakan
tugasnya. Selain komite audit, komisaris atau dewan pengawas dapat
membentuk komite lain yang ditetapkan oleh menteri.
3 Komite Lainnya di Perbankan

Bank Indonesia melalui surat edaran kepada semua bank umum


konvensional di Indonesia No 15/15/DPNP tangal 29 april 2013
mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum,
pada bagian IV komite, menyebutkan bahwa dewan komesaris wajib
membentuk susunan organisasi setidaknya komite audit, komite
pemantau risiko, serta komite remunerasi dan nominasi, dalam rangka
mendukung efektivitas tugas dan tanggung jawab dewan komesaris.
4 Komite Lainnya di Perusahaan Publik

Berdasarkan peraturan OJK No.34/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Komite Nominasi
dan remunerasi emiten atau perusahaan public, antara lain menyebutkan:

Pasal 1 ayat 1 Pasal 2

Pasal 3 Pasal 8
PRINSIP-PRINSIP GCG
KOMITE AUDIT
Penerapan prinsip-prinsip GCG secara menyeluruh dan konsisten merupakan hal yg
bersifat fundamental bagi organisasi. Salah satu unsur kelembagaan dalam kerangka
GCG yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level
penerapannya adalah “Komite Audit”. Keberadaannya diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan, serta mampu
mengoptimalkan mekanisme checks and balances, yang pada akhirnya ditujukan
untuk memberikan perlindungan yang optimum kepada para pemegang saham dan
para pemangku kepentingan lainnya.
KOMITE AUDIT DI
BERBAGAI NEGARA
Komite audit di Indonesia masih merupakan hal yang relatif baru. Perkembangan
komite audit di negara kita , sangat terlambat dibandingkan dengan negara lain. Hal
tersebut antara lain disebabkan Pemerintah baru saja menetapkan kebijakan
tentang pemberlakuan komite audit pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
tertentu pada tahun 1999.
Komite Audit di
Beberapa Negara Lain
Komite Audit di Amerika Serikat
Peraturan yang mewajibkan dibentuknya komite audit di
Amerika Serikat antara lain Accounting Series Release (ASR) No.
19/1940 dari The Securities Exchange Commission (SEC).
Ketentuan tersebut menganjurkan agar perusahaan yang telah
masuk Pasar Modal (go publik) memiliki komite audit yang
beranggotakan pihak independen dari luar perusahaan.

Komite Audit di Inggris (U.K.)


Inggris merupakan negara pelopor dibentuknya komite audit. Komite audit tersebut sudah ada
sejak pertengahan abad ke-19. Anggotanya dipilih diantara para pemegang saham
(shareholders) yang dipandang memiliki keahlian (kompetensi) dibidang akuntansi dan
auditing. Tujuannya sebagai mediator antara para pemegang saham, manajemen serta pihak
eksternal perusahaan. Pada tahun 1987 group tersebut merekomendasikan agar perusahaan-
perusahaan publik memiliki komite audit yang terdiri dari non-executive director yang bertugas
memberikan konsultasi masalah penting tentang audit dan pengendalian.
Komite Audit di Kanada
Komite audit pertama kali diperkenalkan oleh Pemerintah Kanada pada tahun 1965. The Canada Business Corporation
Act telah melakukan amandemen pada tahun 1975. Menurut ketentuan ini semua perusahaan publik harus memiliki
komite audit yang mereview laporan keuangan tahunan sebelum disampaikan pada Board of Director. The Adams Report
(1998) merekomendasikan tentang tanggungjawab komite audit. The Canadian Institute of Chartered Accountants (1988)
mengeluarkan the Macdonald Report (Macdonald Commission) yang antara lain mengemukakan agar semua perusahaan
publik harus memiliki komite audit, Komite audit harus melaporkan tentang tanggungjawabnya kepada pemegang saham
secara tahunan (annual report) dan Komite audit harus mereview laporan keuangan interim dan tahunan sebelum
dipublikasikan.
KOMITE AUDIT DI INDONESIA
Keinginan yang begitu besar mendorong ISICOM
dengan juga beberapa praktisi komite audit yang memiliki
concern yang tinggi terhadap pola pengembangan komite
audit – agar komite audit selalu updated, well informed, dan
efektif dalam menjalankan tugasnya- sepakat untuk
membentuk The Indonesian Institute of Audit Committee.

Dengan melalui beberapa kali pertemuan antara


ISICOM dengan beberapa praktisi komite audit yang
bertujuan untuk membahas lebih dalam mengenai
pembentukan The Indonesian Institute of Audit Committee,
maka disepakati segera mendeklarasikan organisasi ini.
Maka pada tanggal 20 April 2004 di Jakarta,
dideklarasikanlah The Indonesian Institute of Audit
Committee (Ikatan Komite Audit Indonesia) yang lebih
dikenal secara singkat dengan nama IKAI.
KOMUNIKASI KOMITE AUDIT

Berikut ini dijelaskan komunikasi komite audit dengan berbagai pihak yang
berkepentingan, antara lain :

Komunikasi Komite
Audit dengan Dewan
1 2 Komunikasi Komite
Audit dengan
Komisaris Manajemen

Komunikasi Komite 4
Audit dengan 3 Komunikasi Komite
Eksternal Auditor Audit dengan Internal
Auditor
Komunikasi Komite Audit
dengan Dewan Komisaris

Salah satu fungsi pokok komite audit adalah


membantu tugas komisaris dalam aspek pengendalian
perusahaan. Dalam rapat internal yang diselenggarakan
secara rutin, komite audit melaporkan hasil tugas yang
dibebankan oleh komisaris dalam bentuk laporan
berkala. Selain itu apabila ditugaskan secara khusus
oleh komisaris, maka komite audit akan membuat
laporan khusus yang ditujukan kepada komisaris.
Komunikasi Komite Audit
dengan Manajemen
Komunikasi antara komite audit dengan
manajemen memegang peranan yang cukup penting dalam
trangka meningkatkan pengendalian perusahaan. Menurut
the Institute of Internal Auditors Research Foundation
tanggung jawab komite audit memerlukan interaksi secara
signifikan dengan manajemen secara efektif. Namun
kehadiran manajemen tidak diharuskan dalam tiap rapat.
Praktek yang baik membutuhkan partisipasi aktif dari
manajemen dalam rapat komite. Laporan atas beberapa
aktivitas manajemen yang krusial terhadap komite
merupakan salah satu tanggungjawabnya.
Komunikasi Komite Audit dengan Internal Auditor
Komunikasi internal auditor dengan komite audit antara lain diatur
dalam Statement on Auditing Standard (SAS) No. 61, yaitu disebutkan 8
(delapan) hal, yaitu:
a. Pertanggungjawaban atas struktur kendali internal dan Laporan Keuangan
bebas kesalahan material
b. Seleksi kebijakan akuntansi
c. Estimasi akuntansi
d. Dampak adjustment hasil audit,
e. Pertanggungjawaban data non keuangan yang disepakati bersama,
f. Ketidaksepakatan manajemen dan internal auditor,
g. Diskusi pilihan eksternal auditor,
h. Masalah proses akuntansi, keterlambatan laporan tak masuk akal dan batas
waktu laporan tak masuk akal.
Komunikasi Komite Audit
dengan Eksternal Auditor
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Standar Auditing No. 380 diatur mengenai komunikasi
antara Akuntan Publik (Eksternal Auditor) dengan komite audit. Komunikasi antara Komite Audit dengan Eksternal
Auditor dapat berbentuk lisan atau tertulis. Masalah yang dapat dikomunikasikan antara lain :
1 Tanggung jawab auditor berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Institut Akuntan Publik Indonesia.
2 Kebijakan akuntansi signifikan.

3 Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi.

4 Penyesuaian audit signifikan.

5 Informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan keuangan auditan

6 Ketidaksepakatan dengan manajemen

7 Konsultansi dengan Akuntan lain

8 Isu besar yang dibicarakan dengan manajemen sebelum keputusan


mempertahankan Auditor
9 Kesulitan yang dijumpai dalam pelaksanaan audit
KASUS
1. Profil PT Kereta Api Indonesia

2. Kronologi atau Pemaparan Kasus

3. Pihak Yang Terlibat

4. Prinsip-prinsip CG yang Dilanggar

5. Kesimpulan
Profil PT KAI

PT Kereta Api Pemberlakuan UU


Indonesia (Persero) Perkeretaapian No. 23/2007
(disingkat KAI atau PT KAI) secara hukum mengakhiri
adalah BMUM yang monopoli PT Kereta Api
menyelenggarakan jasa Indonesia dalam
angkutan kereta api. Layanan mengoperasikan kereta api
PT Kereta Api Indonesia di Indonesia.
meliputi angkutan penumpang
dan barang.

DPR mengesahkan revisi UU No. 13/1992 yang


menegaskan bahwa investor swasta maupun pemerintah
daerah diberi kesempatan untuk mengelola jasa angkutan
kereta api di Indonesia.
Sejarah KAI Hingga Saat Ini:
Periode Status Dasar Hukum
Th. 1864 Pertama kali dibangun Jalan Rel sepanjang 26 km
antara Kemijen Tanggung oleh Pemerintah Hindia
Belanda
1864 s.d 1945 Staat Spoorwegen (SS) Verenigde IBW
Spoorwegenbedrifj (VS) Deli Spoorwegen
Maatschappij (DSM)
1945 s.d 1950 DKA IBW
1950 s.d 1963 DKA - RI IBW
1963 s.d 1971 PNKA PP. No. 22 Th. 1963
1971 s.d.1991 PJKA PP. No. 61 Th. 1971
1991 s.d 1998 PERUMKA PP. No. 57 Th. 1990
1998 s.d. 2010 PT. KERETA API (Persero) PP. No. 19 Th. 1998
Keppres No. 39 Th. 1999
Akte Notaris Imas
Fatimah

Mei 2010 s.d PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) Instruksi Direksi No.
sekarang 16/OT.203/KA 2010
Kronologi atau Pemaparan Kasus
Kasus PT KAI:

Kasus PT. KAI berawal Kasus PT. KAI juga


dari pembukuan yang dianggap telah
tidak sesuai dengan melakukan
standar yang telah kecurangan dalam
ditetapkan. penyajian laporan
keuangan.

Diduga terjadi manipulasi data


Sejak tahun 2004 laporan PT KAI
dalam laporan keuangan PT KAI
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.
tahun 2005. Perusahaan BUMN
Hal itu menimbulkan dugaan kalau
itu dicatat meraih keutungan
Kantor Akuntan Publik yang
sebesar Rp, 6,9 Miliar. Padahal
mengaudit Laporan Keuangan PT
apabila diteliti dan dikaji lebih
KAI melakukan kesalahan.
rinci, perusahaan seharusnya
menderita kerugian sebesar Rp.
63 Miliar.
Pihak-Pihak Yang Terlibat

Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI dilakukan oleh Manajemen PT KAI dan Ketidakmampuan
KAP dalam mengindikasi terjadinya manipulasi. Komisaris PT KAI yaitu Hekinus Manao menolak
menyetujui laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil
audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005 :

Masalah Beban Ditangguhkan


Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun yang berasal dari penurunan nilai
tidak pernah ditagih, tetapi dalam persediaan.
laporan keuangan itu dimasukkan
sebagai pendapatan PT KAI selama
tahun 2005.
BPYDS oleh manajemen PT KAI
disajikan dalam neraca per 31
Desember 2005 sebagai bagian
Masalah Piutang PPN dari hutang.

Akan tetapi menurut Hekinus bantuan


pemerintah dan penyertaan modal harus
disajikan sebagai bagian dari modal perseroan.
Pihak-pihak Yang Terlibat

Manajemen PT KAI tidak melakukan


pencadangan kerugian terhadap Masalah uang muka gaji.
kemungkinan tidak tertagihnya Biaya dibayar dimuka sebesar
kewajiban pajak yang seharusnya Rp. 28 milyar yang merupakan
telah dibebankan kepada pelanggan gaji Januari 2006 dan
pada saat jasa angkutannya seharusnya dibayar tanggal 1
diberikan PT KAI tahun 1998 sampai Januari 2006 tetapi telah dibayar
2003. per 31 Desember 2005
diperlakukan sebagai uang
Masalah persediaan dalam muka biaya gaji, yang menurut
perjalanan. Komite Audit harus dibebankan
Berkaitan dengan pengalihan pada tahun 2005.
persediaan suku cadang Rp. 1,4
milyar yang dialihkan dari satu
unit kerja ke unit kerja lainnya di
lingkungan PT. KAI yang belum
selesai proses akuntansinya
Prinsip-prinsip CG yang Dilanggar
Transparancy (Keterbukaan) : Akuntan internal PT KAI
dalam menyusun laporan keuangan belum mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta belum ada
keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan.

Accountability (Akuntabilitas) : Akuntan 01 Responsibility (Pertanggungjawaban)


internal PT KAI dalam menyusun laporan :Akuntan internal PT KAI dalam menyusun
keuangan tidak meyiapkan laporan laporan keuangan tidak melakukan sesuai
keuangannya dengan akurat dan melakukan
pembukuan yang tidak sesuai dengan
02 03 dengan tanggung jawabnya yang telah diatur
dalam undang-undang Akuntansi
standar yang telah ditetapkan.

Indepandency (Kemandirian) : Akuntan Fairness (Kewajaran atau Keadilan):


internal PT KAI melakukan manupulasi dalam
menyajikan laporan keuangan yang
04 05 Akuntan internal PT KAI dalam menyusun
laporan keuangan tidak menerapkan prinsip-
mengisyratkan terdapat kepentingan atau prinsip kewajaran, kejujuran dan keadilan
tekanan atau intervensi dari pihak lain untuk karena melakukan manipulasi laporan
melakukan manupulasi demi menguntungkan keuangan.
pihak-pihak tertentu yang berada di PT. KAI.
Dilihat dari beberapa aspek, adapun yang dilanggar oleh PT KAI:

KAP S. Manan & Rekan melanggar


Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)
Profitabilitas

Prinsip Etika Yang Dilanggar: Selain akuntan


eksternal dan komite audit yang melakukan
kesalahan dalam hal pencatatan laporan
keuangan, akuntan internal di PT. KAI juga
Legal: PT KAI melanggar Pasal 90 belum sepenuhnya menerapkan 8 prisip etika
UU No. 8 Tahun 1995 tentang akuntan.
Pasar Modal
Solusi

1 Komite Audit tidak memberikan second judge atas


opini Auditor Eksternal, karena opini sepenuhnya
merupakan tanggung jawab Auditor Eksternal.

2
Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan
tahun-tahun lalu, karena konsistensi yang salah
tidak boleh dipertahankan.

3
Komite Audit tidak berbicara kepada publik,
karena esensinya Komite Audit adalah organ
Dewan Komisaris sehingga pendapat dan
masukan Komite Audit harus disampaikan

4 kepada Dewan Komisaris.


Managemen menyusun laporan keuangan
Berikut ini beberapa solusi yang secara tepat waktu, akurat dan full disclosure.
disarankan kepada PT KAI untuk
memperbaiki kondisi yang telah terjadi : 5 Komite Audit dan Dewan Komisaris sebaiknya
melakukan inisiatif untuk membangun budaya
pengawasan dalam perusahaan melalui
proses internalisasi.
Solusi
Berikut ini beberapa solusi yang disarankan kepada KAP S. Manan &
Rekan - Rekan untuk memperbaiki kondisi yang telah terjadi :

Melakukan jasa profesional sesuai SPAP,


dimana tiap anggota harus berperilaku
01 konsisten dengan reputasi profesionalnya
dengan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesioreksi

Melakukan koreksi atas opini yang telah


02 dibuat

Melakukan konferensi pers dengan


mengungkapkan bahwa oknum yang
03 melakukan kesalahan sehingga menyebabkan
opini atas Laporan Keuangan.
KESIMPULAN

Kasus PT. KAI berawal dari


perbedaan pandangan antara
Manajemen dan Komisaris,
khususnya Ketua Komite Dari kasus ini terdapat
Audit dimana Komisaris pelanggaran Etika dalam
menolak menyetujui dan berbisnis itu merupakan
menandatangani laporan suatu pelanggaran etika
keuangan yang telah diaudit profesi perbankan pada PT
oleh Auditor Eksternal. Dan KAI pada tahun tersebut
Komisaris meminta untuk yang terjadi karena
dilakukan audit ulang agar kesalahan manipulasi dan
laporan keuangan dapat terdapat penyimpangan pada
disajikan secara transparan laporan keuangan PT KAI .
dan sesuai dengan fakta
yang ada.
SESI DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai