Anda di halaman 1dari 22

Female Genital

Mutilation
Program Studi S1 Pendidikan Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya
2018
Kelompok 5
Dewi Sulistyawati ( 011711223021 )
Daranindra Dewi Saraswati ( 011711223022 )
Ziah Datul Kamilah ( 011711223023 )
Ni Made Widiani Utami ( 011711223024 )
Dyah Ayu Kusumaningsih ( 011711223025 )
Nuris Sa’adah Khoir ( 011511233022 )
Putri Arisma Dewi ( 011511233023 )
Juliatus Sholikha ( 011511233024 )
Dhiyaul Afifah ( 011511233025 )
Diana Rahima Tjahjani ( 011511233026 )
Latar Belakang

Female genital mutilation (FGM) atau sunat perempuan adalah


salah satu isu globa yang telah mengakar dan berkembang di
Negara Afrika, Timur Tengah dan beberapa Negara di Asia
termasuk Indonesia. Riskesdas (2013) melaporkan bahwa di
Indonesia persentase pernah disunat pada anak perempuan
umur 0- 11 tahun secara nasional sebesar 51,2 persen, dengan
persentase tertinggi di Gorontalo (83,7%) dan terendah di Nusa
Tenggara Timur (2,7%). Hal ini menunjukkan praktik FGM di
Indonesia masih cukup tinggi dan perlu tindak lanjut untuk
mengatasinya.
Maps

OUR
COUNTRY

OUR
COUNTRY
Pengertian FGM

Female Genital Mutilation (FGM) adalah sebuah prosedur yang melibatkan


pemotongan sebagian maupun keseluruhan bagian dari alat kelamin
perempuan atau segala bentuk pencederaan terhadap alat kelamin
perempuan, dengan alasan budaya atau non-medis (WHO 1997).
Sejarah FGM
Belum terdapat dokumen maupun benda sejarah yang
menjelaskan asal mula maupun bagaimana praktik FGM ini
dilakukan namun beberapa data sejarah memperlihatkan
eksistensi FGM di zaman sejarah.

Strabo penulis geografi asal Yunani mendokumntasikan praktik FGM pada tahun
25 SM, masyarakat Mesir memiliki kebiasaan praktik sunat alat kelamin yaitu
kaum laki-laki akan disirkumsisi dan kaum perempuan akan dipotong (excise)

Witstrad melacak beberapa referensi kuno mengenai FGM. Dari


dokumen sejarah yang dicatat Agatharchides dari Cridus pada
abad ke 2 SM suku-suku yan hidup di pantai barat Laut Merah
memperlakukan kaum perempuan seperti di Mesir yaitu
“memotong seluruh bagian alat kelamin ketika mereka bayi
dengan menggunakan pisau cukur”..
Sejarah FGM
Mackie (1996) menjelaskan bahwa persebaran praktik FGM di wilayah Tanduk Afrika
hingga ke barat dimulai dari persebaran jalur perdagangan budak pada abad ke-7.
Ritual tersebut dimulai di Mesir sebagai permulaan perdagangan budak menuju ke
arah barat Benua Afrika.

Praktik FGM yang terjadi di Afrika selama ratusan tahun baru menjadi perhatian global
setelah jurnalis Fran Hosken (1981) mendokumentasikan praktik-praktik tersebut dalam
newsletter yang ia buat melalui Women’s International Network News. Terma Female
Genital Mutilation juga dicetuskan oleh Hosken sebagai pengganti terma Female
Circumcision.

Mackie (2000) menjelaskan bahwa praktik FGM ini dilakukan pada berbagai fase
kehidupan kaum perempuan yaitu pada masa bayi, sebelum pubertas, ketika
pubertas, pada masa beranjak dewasa, ketika proses bertunangan, ketika
kehamilan masuk bulan ketujuh, maupun setelah kelahiran dari anak pertama
Sejarah FGM
Dokumentasi Hosken dan
kenyataan brutal yang terjadi di
masyarakat benua Afrika
terhadap praktik FGM
memunculkan gagasan bahwa
perlunya instrumen hukum
internasional yang mengatur
mengenai eliminasi praktik-
praktik yang menyakitkan
perempuan, salah satunya FGM
Itulah mengapa kemudian,
muncul Protokol Maputo di
tahun 2003 sebagai instrumen
hukum internasional di benua
Afrika tentang hak-hak
perempuan
Kenapa FGM dilakukan?
Jaman dulu Jaman Sekarang
Praktik FGM
1. Menjaga kesucian
dipengaruhi oleh
2. Mencegah kehamilan kepercayaan
3. Meningkatkan daya jual agama dan
dan rasa percaya diri di budaya
depan majikan (budak) setempat
4. Kepercayaan bahwa klitoris
adalah hal yang menjijikan,
membahayakan bayi saat
dilahirkan dan alat kelamin
suami saat berhubungan
Upacara Bakayekan Suku Pasamah
5. Akseptasi perempuan di
dalam masyarakat
Mekanisme FGM (WHO 2018)

Alat kelamin
Memotong sebagian
perempuan akan
atau keseluruhan
ditutupi dan jahitan
bagian dari klitoris
kulit luar sehingga
pada alat kelamin
hanya menyisakan jalur
perempuan
kencing dan
(clitoridectomy)
pembuangan
menstruasi

Pemotongan sebagian
maupun keseluruhan Klasifikasi praktik FGM selain ketiga tipe diatas,
bagian dari klitoris dan seperti penusukan (pricking), pembuatan
labia minora, bisa juga lubang anting (piercing), pemotongan (incising)
disertai dengan pengguntingan (scraping), dan pembakaran
pemotongan labia (cauterizing) pada bagian atau keseluruhan alat
majora. kelamin perempuan.
FGM Type 4
Mekanisme FGM

Di Indonesia, FGM lebih dikenal


sebagai praktik sunat
perempuan. Bentuk-bentuk
pelaksanaannya sangat beragam,
mulai dari bersifat simbolis,
pembersihan, mencolek,
membersihkan kotoran, hingga
melukai alat kelamin perempuan.
Masalah atau Dampak Kesehatan
1. Dampak Fisik
Jangka pendek Jangka panjang
a. Pembengkakan dan kerusakan a. Infeksi saluran kencing, karena
pada jaringan sekitar klitoris dan terdapatnya penyakit, bakteri
vagina yang akan menghalangi serta sisa-sisa sel darah putih,
proses pembuangan cairan dan infeksi berulang-ulang pada
b. Infeksi yang disebabkan pemakaian saluran reproduksi
alat yang tidak steril, kontaminasi b. Lubang vagina yang dipersempit
luka karena air seni dan juga dapat menyebabkan
tersumbatnya saluran urin karena terganggunya saluran menstruasi
pembengkakan dan kerusakan pada yang menyebabkan sakit serta
klitoris dan vagina penumpukan residu pada vagina
c. Tercemarnya darah oleh racun dari c. Infeksi pelvic yang menyebabkan
alat yang tidak steril tersumbatnya tuba fallopi yang
d. Perdarahan parah dan shock berakibat pada kemandulan.
Unsteril Instrument
Masalah atau Dampak Kesehatan
2. Dampak Psikis
a. FGM dapat menyebabkan perasaan cemas, takut,
malu, serta perasaan dikhianati, yang dapat
menimbulkan dampak negative jangka panjang
pada kondisi psikis wanita.
b. Terbentuknya sifat yang terlalu pendiam penurut
pada wanita, dimana sifat-sifat ini dianggap baik
oleh masyarakat yang mempratikkan FGM.
3. Dampak Seksual
Peran Bidan dalam penghapusan FGM

1. Mengetahui isu FGM, latar belakang dan


dampaknya
2. Memahami dinamika sosial terhadap
pengambilan keputusan terhadap Female Genital
Mutilation (FGM)
3. Bekerja tanpa melawan adat budaya, praktik dan
kepercayaan masyarakat terhadap Female
Genital Mutilation (FGM)
4. Menggunakan sebuah pendekatan yang
komprehensif yang berbasis pada pembelaan
terhadap HAM.
Langkah Menghapus FGM
Kenapa FGM harus dihapuskan?
Menurut seminar yag diselenggarakan Population Council dan Kementerian
Negara Pemberdayaan Perempuan (2004) sunat perempuan merupakan
bentuk pelanggaran HAM dan tidak memiliki pertimbangan kesehatan yang
kuat seperti sunat laki-laki, sehingga petugas kesehatan dilarang melakukan
medikalisasi pada sunat perempuan.

Secara internasional telah banyak hukum


yang mengatur tentang penlakan pada
praktik FGM mulai dari UDHR, ICCPR,
ICESCR, CEDAW, Declaration on the
Elimination of Violence against Women
(selanjutnya disebut DECAW) dan
Convention on the Rights of the Child
(selanjutnya disebut CRC) serta Beijing Klinik Sunat di Makassar
Declaration
Peraturan pemerintah Indonesia
tentang FGM
Pemerintah tahun 2006 Permenkes No.1636/ Permenkes No. 6 Tahun
membuat kebijakan MENKES/ PER/ XI/ 2010 2014 tentang
untuk melarang sunat yang membolehkan petugas pencabutan Permenkes
perempuan namun medis melakukan sunat No. 1636 tentang sunat
mendapat tentangan perempuan namun dengan perempuan
dari MUI berbagai konsekuensi yang
telah diatur dalam UU Peraturan ini
Kitab Undang-Undang dikeluarkan atas dasar
Peraturan ini megijinkan tuntutan dunia
Hukum Pidana (KUHP).
medikalisasi sunat internasional untuk
Pasal 359 KUHP, UU
perempuan dan juga penghapusan segala
HAM Pasal 52 dan
memberi batasan bahwa praktik yang berindikasi
Pasal 62, UU Praktik
sunat perempuan melalui perusakan organ genital
Kedokteran Pasal 78,
dukun tidak boleh dilakukan perempuan.
Permenkes 1636 Pasal
2 ayat (1).
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbangkes. 2013. Laporan RISKEDAS 2013. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Budiharsana M. 2004. Female circumcision in Indonesia: extent, implications and possible interventions
to uphold women’s health rights. Population Council. Jakarta.
Dalal K, Lawoko S, Jansson B. 2010. Women’s attitudes towards discontinuation of female genital
mutilation in Egypt. Inj Violence Res. Vol. 2. No 1. pp 41-7.
Irianto Sulistyowati. 2006. Perempuan dan Hukum: Menuju Hukum yang Berperspektif Kesetaraan dan
Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Momoh, C (ed.). 2005. Female Genital Mutilation. Radcliffe Publishing
Royal College of Midwives. FGM : Report of a Survey on Midwives’ views and knowledge.
WHO. 2010. Global strategy to stop health-care providers performing female genital mutilation. WHO.
Geneva.
WHO. 2008. Eliminating female genital mutilation: An interagency statement. WHO. Geneva.
WHO. 2011. An update on WHO’s work on female genital mutilation (FGM): Progress report. WHO.
Geneva.
WHO. 2018. Female genital mutilation (Online). http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs241/en/
(Diakses pada tanggal 26 Maret 2018)
WHO. Pan American Health Organization. Understanding and Addressing Violance against Woman:
Female Genital Mutilation.
Thanks!

Any questions?
Tradisi Bate’/ Mandi
Tradisi Makkatte’
Lemon Gorontalo
suku Bugis

Anda mungkin juga menyukai