Anda di halaman 1dari 9

“MASALAH GANGGUAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN

PENANGGULANGANNYA”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“KESEHATAN REPRODUKSI”

Dosen Pengampu : Hairil Akbar, S.KM., M.Epid

OLEH

1. ANGELINA D.F.T.PUTRI 01901040003


2. AFDHAL KHAIRU UMMAH
3. BESSE RISMAYANI 01901040006
4. FITRIANTI ADAHATI 01901040004
5. RHENATA C. SUMITO 01901040019
6. ULFAH

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES GRAHA MEDIKA
KOTAMOBAGU
2020
BAB I
INFERTILITAS

A. Definisi

Intertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil sesudah dua belas bulan atau enam bulan pada
wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan hubungan
seksual aktif. Istilah yang berhubungan dengan fertilitas antara lain:

1. Sterilitas (sterility), yaitu adanya kemampuan bereproduksi.


2. Fertilitas (fertility),yaitu kemampuan untuk hamil.
3. Fekunditas (fecundity), yaitu kemampuan fisiologis untuk hamil, ada atau tidaknya
melahirkan hidup.

Infertilitas dapat terjadi pada wanita dan pria. Hasil penelitian menunjukan sepertiga faktor
berasal dari wanita, sepertiga faktor dari pria, dan sepertiga lainnya merupakan campuran faktor-
faktor dari wanita dan pria. Infertilitas sendiri terbagi menjadi dua:

1. Infertilitas primer, pasangan berusaha untuk hamil tetapi tidak menghasilkan konsepsi
2. Infertilitas sekunder, yaitu pasangan yang pernah hamil sekurang-kurangnya satu kali,
tidak tergantung janin yang dilahirkan hidup atau meninggal kemungkinan tidak mampu
untuk hamil setelah kehamilan yang pertama.

Sebagian besar kasus infertilisasi wanita disebabkan oleh masalah dengan evolusi. Tanpa
ovulasi tidak ada dua telur yang dapat di buahi. Beberapa tanda-tanda wanita tidak berovulasi
biasanya mencakup tidak teratur atau tidak adanya menstruasi. Masalah ovulasi biasanya
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Polycystic ovarium syndrome (PCOS), yaitu masalah ketidak seimbangan hormone yang
dapat mengganggu ovulasi normal. PCOS adalah penyebab paling umum pada
infertilisasi wanita.
2. Ketidak cukupan ovarium primer (POI), terjadi ketika ovarium seorang wanita berhenti
bekerja normal sebelum berusia 40 tahun. POI tidak sama dengan menopause dini.
3. Adanya hambatan pada saluran tuba karena penyakit radang panggul, endo, metriosis,
atau operasi pengangkatan kehamilan ektopik.
4. Masalah fisik dan Rahim.
5. Uteri de fibroid, yaitu gumpalan jaringan non-kangker dan penebalan toto pada dingding
Rahim.
B. Pemeriksaan masalah-masalah infertilisasi
1. Pemeriksaan mikroskoping

Bagi orang yang berpengalaman, memeriksa setetes air mani dibawah mikroskop sudah
memungkinkannya menaksir konsentrasi, jenis gerakan dan morfologi spermatozoa dengan
ketepatan yang tidak jauh berbeda dari kenyataan.

2. Uji ketidakcocokan imunologik

Uji kontak air mani dengan lendir serviks (sperm cervical mucus contact test-SCMS test) yang
dikembangkan oleh kremer dan jager dapat dipertunjukan adanya anty body local pada pria atau
wanita.

3. Uji pascasenggama

Walaupun uji Sims-Huhner atau uji pascasenggama telah lama dikenal diseluruh dunia, tetapi
ternyata nilai keliniknya belum di terima secara seragam.

4. Uji In Vitro
a) Uji gelas objek

Miller an Kurzok pada tahun 1932 memakai teknik yang sangat sederhana untuk mengatur
kemampuan spermatozoa masuk ke dalam lendir serviks.

b) Uji kontak air mani dengan lendir serviks

Menurut Kremer dan Jager, pada ejakulat dengan auto-imunisasi, gerakan maju spermatozoa
akan berubah menjadi terhenti atau gemetar ditempat kalau bersinggungan dengan lendir serviks.

5. Biopsi Endometrium

Barang kali tidak ada satu alasan yang paling penting untuk melakukan biopsy, kecuali untuk
menilai perubahan khas yang terjadi pada alat yang dibiopsi itu.
C. Masalah yang timbul pada infertilisasi
1. Masalah Pada laki-laki
a) Masalah air mani

Air mani ditampung dengan jalan mastrurbasi langsung ke dalam tabung gelas berisi yang
bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstinensi 3-5 hari.

2. Masalah Pada Perempuan


a) Masalah serviks
b) Masalah vagina
c) Masalah uterus
d) Masalah tuba
e) Masalah ovarium
BAB II

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

A. Definisi

Penyakit menular seksual (PMS) disebut juga venereal (dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari
Rohmawi kuno), didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan karena aktivitas
seksual yang tidak sehat sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular, bahkan pada
beberapa kasus PMS membahayakan.

B. Gejala-Gejala IMS

IMS seringkali tidak menampakan gejala, terutama pada wanita. Namun ada pula IMS yang
menunjukan gejala-gejala umum sebagai berikut:

1. Keluarnya cairan dari vagina,penis atau dubur yang berbeda dari biasanya.
2. Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi
seringkencing
3. Adanya luka terbuka, luka basah disekitar kemaluan atau sekitar mulut (nyeri ataupun
tidak)
4. Tumbuh seperti jengger ayam
5. Gatal-gatal disekitar alat kelamin
6. Terjadi pembengkakan kelenjar limfa
7. Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak
8. Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan
9. Sakit saat berhubungan seks
10. Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks
11. Secara umum merasa tidak enak badan, lemah, kulit menguning, nyeri sekujur tubuh,
atau demam.
C. IMS Tidak Dapat Dicegah Dengan:
1. Meminum minuman beralkohol
2. Meminum antibiotic
3. Mendapatkan suntukan antibiotic secara seratur
4. Memilih pasangan seks berdasarkan penampilan luar
5. Membersihkan alat kelamin bagian luar

D. Pencegahan IMS
1. Hindari seks bebas
2. Tidak gonta-ganti orang saat berhubungan seks
3. Cegah dengan memakai kondom
4. Tidak saling meminjamkan junting kuku,pisau cukur
5. Edukasi, saling berbagi informasi mengenai HIV atau AIDS dan IMS

E. Penularan IMS
1. Hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom
2. Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom
3. Seks oral

Penularan seks juga adapat terjadi dengan cara lain, yaitu:

1. Tranfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV


2. Saling bertukar jarum suntik pada pemakai narkoba
3. Tertusuk jarum suntik yang tidak seteril
4. Menindik telinga atau tato memakai jarum yang tidak seteril
5. Penggunaan alat cukur secara bersamaan
BAB III

GANGGUAN HAID

A. Definisi

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:Kelainan dalam
banyaknya darah dan lamanya pendarahan pada haid: hipormenorea atau menoragia dan
Hipomenorea.Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dan normal ( lebih dari 8
hari ), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

B. Sebab-sebab
1. Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea hipormenorea, menoragia.
2. Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang terapi uterotonika,roborantia.
3. Myoma uteri, disebabkan oleh: kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas, bendungan
pembuluh darah balik.
4. Hipertensi
5. Dekompensio cordis
6. Infeksi,misalnya: endometritis, salpingitis
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetric dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981. Ginekologi.
Elstar Offset, Bandung.

Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuliati Lia, Ai Yeyen Rukiah. 2012. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi) Bagian 2. Jakarta: Trans
Info Media.

Anda mungkin juga menyukai