Anda di halaman 1dari 14

Tradisi Sunat Perempuan (Female Genital Mutilation) dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Reproduksi

Karya Tulis Ilmiah

Oleh

Nama :Margareta Juminarty Sono NIM : 0808013576

Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang 2010

Kata Pengantar Syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan tuntunan Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul Tradisi Sunat Perempuan dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Reproduksi. Adapun karya tulis ini dibuat untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah dalam rangka memperingati dies natalis Fakultas Kedokteran Undana tahun 2010. Terima kasih penulis sampaikan kepada panitia lomba karya tulis ilmiah Fakultas Kedokteran Undana yang telah menyiapkan kegiatan ini. Terima kasih kepada para dosen FK Undana yang telah membekali penulis dengan begitu banyak ilmu. Terima kasih kepada rekanrekan FK Undana angkatan 2008/2009 yang telah membantu memotivasi penulis. Rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik dukungan material maupun moril. Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih dan hormat penulis.

Kupang, Agustus 2010

Penulis

Daftar Isi Kata Pengantar...................................................................................................................................i Daftar isi.............................................................................................................................................ii Bab Pendahuluan Latar belakang.............................................................................................................................1 Rumusan masalah.......................................................................................................................2 Tujuan.........................................................................................................................................2 Manfaat.......................................................................................................................................2 Bab Isi Tradisi sunat perempuan.............................................................................................................3 Kesehatan Reproduksi................................................................................................................ Dampak tradisi sunat perempuan terhadap kesehatan reproduksi............................................. Bab Penutup Kesimpulan................................................................................................................................. Saran............................................................................................................................................ Daftar Pustaka....................................................................................................................................

ii

BAB PENDAHULUAN Latar Belakang Budaya sunat perempuan, atau sering dikenal dengan female genital mutilation merupakan budaya kuno ribuan tahun lalu, jauh sebelum Islam turun. Budaya ini masih berlangsung sampai saat ini khususnya di negara-negara Afrika seperti Mesir (terutama daerah upper Mesir), Somalia, Sudan, Ghana, dan sedikit daerah di Semenanjung Arab seperti minoritas di Syiria, Turki, dan Iraq.1 Praktek sunat perempuan ini juga berlaku di Indonesia. Population council dalam sebuah riset yang dilakukan selama 18 bulan yakni dari oktober 2001 sampai Maret 2003, menunjukkan adanya medikalisasi sunat perempuan di enam provinsi yang ada di Indonesia yaitu, Sumatera Barat, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.2 Dalam sebuah sumber dengan judul Hentikan Medikalisasi Sunat Perempuan yang ditulis oleh Kompas online Juni 2005 dijelaskan bahwa praktek sunat di Indonesia dilakukan ketika bayi perempuan baru lahir yang dilakukan oleh bidan dan dipraktekkan hanya dengan melukai sedikit saja (lebih bersifat simbolis). Bahkan sebagian besar masyarakat melakukan sunat yang bukan mutilasi yaitu hanya dengan memotong kunyit atau dengan menggosokkan perhiasan di organ intim seorang bayi perempuan sebagai lambang. Hal ini disebut bukan mutilasi karena tidak akan menyebabkan bayi perempuan mengalami kesakitan. Akan tetapi, pemerintah Indonesia dengan tegas melarang sunat pada perempuan karena dianggap melanggar Undang-Undang kekerasan terhadap perempuan.3 Hal ini karena tingginya resiko pada sunat perempuan seperti resiko syok dan kematian, resiko terkena penyakit infeksi oleh karena penggunaan alat yang tidak steril, maupun resiko disfungsi sosial yang memicu konflik dalam perkawinan. Adapun efek jangka panjang yang dapat timbul akibat taknik infibulasi pada sunat perempuan adalah kesulitan dalam buang air kecil, dalam berhubungan seksual, dan dalam proses bersalin. Tentunya berbeda dengan sunat pada laki-laki yang memiliki manfaat seperti mengurangi resiko terkena kanker penis, penularan penyakit menular seksual, dan lain-lain.
Ali.A.H, The caged Virgin (Australia : koki, 2004a) Anonim, Female Genital Mutilaton, 2009, available from : http://www.popcouncil.org 3 Saprinah, Medikalisasi Sunat Perempuan Membahayakan Kesehatan Reproduksi (Jakarta :2006a)
2

Hal tersebut di atas merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Dikatakan demikian karena dampaknya terhadap kesehatan reproduksi yang selanjutnya menjadi tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan untuk menganalisa, dan kemudian berusaha memecahkan masalah-masalah tersebut di atas. Karena itu, penting bagi tenaga kesehatan dan calon tenaga kesehatan untuk mengetahui dampak dari sunat perempuan terhadap kesehatan reproduksi. Fakta inilah yang selanjutnya membuat penulis membuat karya tulis dengan judul Tradisi Sunat Perempuan dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Reproduksi. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi siapapun yang membaca. Rumusan Masalah Beberapa pertanyaan yang menjadi pokok permasalahan adalah seberapa besar bahaya yang ditimbulkan dari tradisi sunat perempuan terhadap kesehatan reproduksi. Pokok permasalahan lain adalah bagaimana dengan kasus yang terjadi di Indonesia, dan bagaimana upaya menanganinya. Tujuan Adapun tujuan penulisan karya tulis ini antara lain : 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4 1.1.1 1.1.2 1.1.3 Untuk mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah dalam rangka dies natalis Fakultas Kedokteran Undana tahun 2010. Untuk mengetahui dan memperkenalkan tradisi sunat perempuan, khususnya di Indonesia. Untuk mengetahui dan memahami masalah-masalah kesehatan reproduksi, kiat-kiat pencegahan serta penanganannya. Serta untuk mengetahui dampak tradisi sunat perempuan terhadap kesehatan reproduksi. Bagi penulis : menambah pengetahuan penulis mengenai tradisi sunat perempuan serta dampaknya terhadap kesehatan reproduksi. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan : karya tulis ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber materi baik bagi penelitian maupun kepentingan pendidikan lainnya. Bagi masyarakat luas : diharapkan karya tulis ini dapat menjadi sumber informasi bagi m asyarakat agar kelak dapat lebih memahami mengenai dampak tradisi sunat perempuan terhadap kesehatan reproduksi. Manfaat

BAB ISI Tradisi Sunat Perempuan (Female Genital Mutilation) Sunat perempuan (female circumcision) adalah setiap cara, baik memotong bagian eksternal genitalia wanita atau infibulation.4 Infibulation adalah tindakan menyatukan atau mengencangkan misalnya dengan pengancing, khususnya perlakuan untuk menyatukan preputium atau labia minora untuk mencegah koitus. Sunat perempuan biasanya dilakukan baik pada saat masih bayi, anak-anak, maupun saat sudah dewasa. World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 100 sampai 140 juta perempuan di seluruh dunia telah melakukan sunat dan sekitar 3 juta perempuan di Afrika memiliki resiko tiap tahunnya.5 Sunat perempuan menurut WHO terbagi atas 4 tipe. Tipe 1 memotong kulit di sekitar klitoris (sama dengan preputium pada penis) dan terkadang, seluruh bagian klitoris (bagian mirip penis pada tubuh pria). Tipe 2, memotong sebagian klitoris dengan seluruh atau sebagian labia minora. Tipe 3, termasuk di dalamnya memotong klitoris, sebagian atau seluruh labia minora dan menjahit atau menyempitkan labia mayor dengan menyisakan sedikit area terbuka untuk saluran keluarnya urin dan darah saat menstruasi (infibulasi). Tipe 4, menindik, menggores jaringan sekitar lubang vagina, atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina agar terjadi perdarahan dengan tujuan memperkencang atau mempesempit vagina.5 Tindakan-tindakan di atas tidak dikenal dalam dunia medis. Pemotongan kulit di sekitar klitoris apalagi klitorisnya sangat merugikan. Tidak ada indikasi medis yang mendasari tindakan tersebut. WHO dalam survei epidemiologinya menemukan beberapa alasan dilakukannya sunat perempuan, antara lain identitas kesukuan, tahapan menuju wanita dewasa, prasyarat sebelum menikah, dan pemahaman seperti klitoris merupakan organ kotor. Alasan lainnya adalah sunat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan sensitivitas jaringan di daerah genital terutama klitoris, guna mengurangi gairah seks perempuan, menjaga keperawanan wanita dan agar tetap setia dalam pernikahan. Alasan ini dilihat dari segi psikososial.

4 5

Kamus Saku Kedokteran Dorland, edisi 25,1998,hlm.232

Kiragu K, Female Genital Mutilation a Reproductive Health Concern (USA : National Institutes of Health, 2008)

Dampak yang dapat timbul akibat sunat perempuan adalah , apabila klitoris dipotong, maka fungsi klitoris juga akan terganggu. Adapun klitoris adalah organ kecil sebesar kacang polong yang terletak pada pertemuan antara kedua labia minora dengan dasar mons pubis. Organ ini penuh dengan sel saraf sensorik dan pembuluh darah, sangat sensitive dan berperan besar dalam fungsi seksual.6 Dampak langsungnya adalah rasa sakit, perdarahan, syok, retensi urin, serta luka pada jarigan sekitar. Adapun dampak jangka panjang yang mungkin timbul adalah rasa sakit saat berhubungan seksual, disfungsi seksual, timbulnya kista dan abses, keloid dan cacat, serta kesulitan saat melahirkan. Sedangkan dampak yang timbul dilihat dasi sisi psikologi adalah depresi, ketegangan, serta rasa rendah diri dan tidak sempurna.7 Guna mengatasi masalah tersebut Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran tentang larangan medikalisasi sunat perempuan bagi petugas kesehatan. Surat Edaran bernomor HK.00.07.1.3.104.1047a tertanggal 20 April 2006 yang ditandatangani Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Sri Astuti Suparmanto itu menyebutkan bahwa sunat perempuan tidak bermanfaat bagi kesehatan namun justru merugikan dan menyakitkan sehingga tenaga medis tidak boleh membantu melakukan praktik tersebut.8 Akan tetapi, larangan di atas tidak terlalu efektif, karena filosofinya medikalisasi sunat perempuan dapat mengurangi resiko timbulnya dampak negatif dibandingkan apabila dilakukan oleh tenaga bukan medis. Karena sebagian masyarakat tetap menganggap sunat perempuan sebagai kewajiban, maka apabila tenaga medis benar-benar dilarang untuk melayani sunat perempuan, justru membuka lebih lebar peluang praktek secara tradisional. Oleh karena itu, sebaiknya sunat yang dilakukan adalah sunat psikologis (beresiko minimal), dan harus dilakukan oleh tenaga yang tersertifikasi. Selanjutnya untuk tenaga medis dibuat aturan standar praktek sunat perempuan, dengan mengacu kepada resiko minimal. Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi ialah keadaan sehat secara fisik, mental, maupun sosial yang berkaitan dengan sistem reproduksi.9 Adapun menurut WHO kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik,mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau
6 7

Munir L. Z, Sunat dan Pelanggaran Hak (Jakarta : 2007) El-Saadawi N, The Hidden Face of Eve : Women in the Arab World (Mesir : 2007) 8 Saprinah, Medikalisasi Sunat Perempuan Membahayakan Kesehatan Reproduksi (Jakarta : 2006b) 9 Akbidyo, Mengenal Organ Reproduksi, 2007, available from : http://oetjipop.multiply.com

kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses- prosesnya.10 Oleh karena itu kesehatan reproduksi berarti setiap orang dapat

mempunyai kehidupan reproduksi yang aman, memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan bebas menentukan apa yang mereka inginkan. Termasuk hak seorang pria atau wanita untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan yang memungkinkan para wanita dengan selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak, kesempatan untuk memiliki bayi yang sehat, hak untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap kesehatan reproduksi, pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum, dan sebagainya. Sejalan dengan itu, pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan suatu kumpulan metode, teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi. Hal ini juga mencakup kesehatan seksual, yang bertujuan meningkatkan status kehidupan, hubungan perorangan, dan bukan semata-mata konseling dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Faktor-faktor yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam empat golongan yakni : 1. Faktor sosial ekonomi dan demografi Terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, ketidaktahuan tentang perkembangan kesehatan reproduksi dan lokasi tempat tinggal yang terpencil. 2. Faktor budaya dan lingkungan Praktek tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang kesehatan reproduksi yang membingungkan karena banyaknya informasi yang bertentangan. Adapun female genital mutilation merupakan contoh praktek tradisional yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi. 3. Faktor psikologis Dampak dari keretakan rumah tangga terhadap anak atau remaja adalah depresi yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal termasuk hormon-hormon yang mengatur fungsi reproduksi. Faktor psikologis lainnya adalah rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasannya secara materi, dan sebagainya.11
10 11

Ashari I, Kesehatan Reproduksi, 2009a, available from : http://www.kesehatanreproduksi.com Ashari I, Kesehatan Reproduksi, 2009c, available from : http://www.kesehatanreproduksi.com

4. Faktor biologis Cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dan sebagainya.12

Adapun klasifikasi lain faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi adalah umur, gaya hidup, kebiasaan, genetik, penggunaan obat-obat tertentu, dan pajanan terhadap bahanbahan kimia di lingkungan sekitar. Pengaruh dari semua faktor di atas dapat dikurangi dengan strategi intervensi yang tepat, terfokus pada penerapan hak rproduksi wanita dan pria dengan dukungan dari semua tingkat administrasi sehingga dapat diintegrasikan ke dalam berbagai program kesehatan, pendidikan, sosial, dan pelayanan non kesehatan lain yang terkait dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan reproduksi. Dampak Tradisi Sunat Perempuan Terhadap Kesehatan Reproduksi Menurut WHO, praktek sunat perempuan yang umumnya dilakukan dengan memotong klitoris dengan disertai pemotongan sebagian atau seluruh labia minora alat genital dapat menyebabkan disfungsi seksual yang memicu konflik dalam perkawinan.13 Menghilangkan klitoris akan menurunkan kepekaan perempuan terhadap rangsangan seksual. Klitoris berefek pada lubrikasi vagina, di mana semakin banyak lubrikasi pada vagina, maka masuknya penis akan lancar dalam arti tidak menimbulkan rasa sakit. Dibandingkan jika tidak ada klitoris, vagina akan kering dan masuknya penis akan menyebabkan rasa sakit pada vagina sehingga timbul rasa takut pada perempuan untuk melakukan hubungan badan berikutnya. Dampak langsung adalah sebagai berikut : 1. Nyeri hebat atau perdarahan yang dapat mengakibatkan syok selama dan setelah proses sunat berlangsung. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sierra Leone pada tahun 1985 menemukan bahwa sekitar 97% dari 296 wanita yang diwawancarai mengatakan merasakan nyeri selama dan setelah dilakukan female genital mutilation, dan lebih dari 13% yang terserang syok.14
12 13 14

Ashari I, Kesehatan Reproduksi, 2009b, available from : http://www.kesehatanreproduksi.com Ali.A.H, The caged Virgin (Australia : koki, 2004b)

Koso-Thomas O, The Circumcision of Women : A Strategy for Eradication (London : Dotesios Ltd, 2001), hal.54 2. Perdarahan yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya anemia. 3. Infeksi pada luka termasuk tetanus. Sebuah penelitian klinik oleh Sierra Leone menunjukkan bahwa dari 100 perempuan yang melakukan female genital mutilation, 1

yang menginggal, dan 12 dirawat di rumah sakit. Dari 12 perempuan yang dirawat di rumah sakit, 5 orang yang terkena tetanus.15 4. Kerusakan organ karena praktek oleh tenaga yang tidak terlatih. 5. Retensi urin oleh karena pembengkakan uretra. Dampak jangka panjang atau komplikasi akibat female genital mutilation adalah : 1. Nyeri saat menstruasi oleh karena penyembuhan luka yang tidak sempurna. 2. Infeksi saluran kencing karena penggunaan alat yang tidak steril. 3. Timbulnya abses, kista dermoid, dan skar keloid (skar yang mengeras) 4. Meningkatnya resiko morbiditas dan mortalitas kasus-kasus maternal. 5. Perempuan yang telah disunat memiliki resiko kematian dua kali lebih banyak pada saat melahirkan anak dibanding dengan perempuan lain. 6. Infertilitas 7. Beberapa penelitian membuktikan adanya dampak psikologis sunat terhadap peningkatan angka terjadinya kecemasan, depresi dan penyakit psikosomatik lainnya. 8. Meningkatnya penyebaran penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya akibat penggunaan alat yang sama untuk banyak perempuan yang disunat. Hal ini tentunya berbeda dengan dampak sunat terhadap laki-laki yang banyak manfaatnya. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa sunat mengurangi resiko kanker penis, infeksi saluran kemih dan mencegah penularan berbagai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS, human papiloma virus, dan lain-lain. Berbeda dengan akibat sunat pada laki-laki yang bermanfaat, sunat pada perempuan justru lebih banyak kerugiannya.

15

Hosken F, The Hosken Report : Genital and Sexual Mutilation of Females, edisi 4 (Lexington : Womens International Network, 2000), hal.253 16 Reymond L, Mohamud A, and Ali N, Female Genital Mutilation-the Facts (USA : Wallace Global, 2006)

BAB PENUTUP Kesimpulan

1. Sunat perempuan (female genital mutilation) merupakan sebuah tradisi yang sudah ada bahkan jauh sebelum Islam turun, dan masih dipraktekkan di beberapa negara, termasuk Indonesia. 2. Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat baik secara fisik, mental, maupun sosial yang berkaitan dengan sisitem reproduksi, di mana keadaan sehat itu dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk salah satunya adalah faktor budaya berupa tradisi sunat perempuan (female genital mutilation). 3. Berbeda dengan dampak sunat pada laki-laki yang bermanfaat, sunat pada perempuan justru banyak kerugiannya bagi kesehatan reproduksi. 4. Karena dampak praktek sunat perempuan banyak mempengaruhi kesehatan reproduksi seseorang, maka penting bagi tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan untuk memahami masalah seputar tradisi sunat perempuan, terutama kiat-kiat pencegahan dan penanganannya. Saran 1. Sebagai calon tenaga kesehatan, hendaknya mahasiswa fakultas kedokteran mengetahui dan memahami mengenai female genital mutilation dan ruang lingkup pembahasannya termasuk dampaknya terhadap kesehatan reproduksi. 2. Karya tulis ini hendaknya dijadikan sebagai salah satu sumber informasi mengenai tradisi sunat perempuan, manfaat dan kerugiannya. 3. Karya tulis ini hendaknya menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan tradisi sunat perempuan di Indonesia.

Daftar Pustaka Akbidyo, Mengenal Organ Reproduksi, 2007, available from : http://oetjipop.multiply.com. Akses : 14 Agustus 2010 Ali.A.H, The caged Virgin (Australia : koki, 2004)

Anonim, Female Genital Mutilaton, 2009, available from : http://www.popcouncil.org. Akses : 14 Agustus 2010 Ashari I, Kesehatan Reproduksi, 2009, available from : http://www.kesehatanreproduksi.com. Akses : 18 Agustus 2010 El-Saadawi N, The Hidden Face of Eve : Women in the Arab World (Mesir : 2007) Hosken F, The Hosken Report : Genital and Sexual Mutilation of Females, edisi 4 (Lexington : Womens International Network, 2000), hal.253 Kamus Saku Kedokteran Dorland, edisi 25,1998,hlm.232 Kiragu K, Female Genital Mutilation a Reproductive Health Concern (USA : National Institutes of Health, 2008) Koso-Thomas O, The Circumcision of Women : A Strategy for Eradication (London : Dotesios Ltd, 2001), hal.54 Munir L. Z, Sunat dan Pelanggaran Hak (Jakarta : 2007) Reymond L, Mohamud A, and Ali N, Female Genital Mutilation-the Facts (USA : Wallace Global, 2006) Saprinah, Medikalisasi Sunat Perempuan Membahayakan Kesehatan Reproduksi (Jakarta :2006)

Lampiran Hasil Penelitian Sierra Leone mengenai dampak langsung dari female genital mutilation pada 1.222 perempuan di Four Kenyan Districts pada tahun 2001 Immediate FGM-Related Complications in Four Kenyan Districts

Anda mungkin juga menyukai