1. Apa yang dimaksud dengan perkawinan
campuran?
2. Apa syarat perkawinan campuran?
3. Bagaimana Prosedur perkawinan campuran?
4. Bagaimana Status anak dari perkawinan campuran
beda negara?
Perkawinan Campuran
Perkawinan campuran adalah perkawinan antara dua orang yang
berbeda kewarganegaraan (pasal 57). Dari definisi pasal 57 UU
Perkawinan ini dapat diuraikan unsur-unsur perkawinan campuran:
a. perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita;
b. Di Indonesia tunduk pada aturan yang berbeda;
c. Karena perbedaan kewarganegaraan; d. salah satu pihak
berkewarganegaraan Indonesia.
Syarat Perkawinan Campuran
• Perkawinan campuran dilakukan menurut UU Perkawinan
(pasal 59 ayat 2) yang menyatakan: “bahwa perkawinan
campuran yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan menurut
UU Perkawinan No. 1 tahun 1974”
• Pasal 60 ayat 1 menyatakan: “Mengenai syarat syarat
perkawinan harus memenuhi syarat-syarat perkawinan menurut
hukum masing-masing pihak”
• Pasal 60 ayat 2 menyatakan: “Pejabat yang berwenang
memberikan keterangan tentang telah dipenuhi syarat-syarat
perkawinan menurut hukum masing-masing pihak ialah
pegawai pencatat menurut hukum masing-masing pihak”.
• Setelah surat keterangan Pengadilan atau keputusan Pengadilan
diperoleh, maka perkawinan segera dilangsungkan.
• setelah memperoleh surat keterangan atau putusan Pengadilan,
perkawinan tidak segera mereka lakukan.
Prosedur Pelaksanaan Perkawinan
Campuran
Menurut UU yang berlaku saat ini (UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan:
1. Perkawinan Campuran (Perkawinan antara dua orang
yang memiliki perbedaan kewarganegaraan (pasal 57 UU
No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan)
2. Sesuai dengan UU Yang Berlaku (dilakukan menurut
Undang-Undang Perkawinan dan harus memenuhi syarat-
syarat perkawinan)
3. Surat Keterangan dari Pegawai Pencatat Perkawinan
(berisi keterangan bahwa benar syarat telah terpenuhi dan
tidak ada rintangan)
4. Surat yang harus dipersiapkan
Untuk calon suami yang bukan WNI
• Fotokopi identitas diri (KTP/Pasport)
• Fotokopi Akte lahir
• Surta keterangan bahwa ia tidak dalam status kawin,
atau
• Akte cerai jika sudah kawin atau Akte kematian istri
jika istri meninggal
• Surat-surat tersebut lalu diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia
Untuk calon istri
• Fotokopi KTP
• Fotokopi Akte Kelahiran
• Data orang tua calon mempelai
• Surat pengantar dari RT/RW
5. Pencatatan Perkawinan (untuk memperoleh kutipan Akta
Perkawinan (kutipan buku nikah) oleh pegawai yang berwenang)
6. Legalisir Kutipan Akta Perkawinan
7. Konsekuensi Hukum
Terkait status anak