Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Usulan Stock Pure Lead yang Optimum di PT. Trimitra


Baterai Prakasa

Disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah


Kerja Praktek pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh :
Raissyah Azizah Adristi
1510631140119

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2015/2016
LAPORAN KERJA PRAKTEK

Usulan Stock Pure Lead yang Optimum di PT. Trimitra


Baterai Prakasa

Disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah


Kerja Praktek Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh:
Raissyah Azizah Adristi
1510631140119

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2015/2016
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktek dengan judul “Usulan Stock Pure Lead yang Optimum di
PT. Trimitra Baterai Prakasa” ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Mata
Kuliah Kerja Praktek pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Singaperbangsa Karawang oleh:

Nama : Raissyah Azizah Adristi


NPM : 1510631140115

Pada hari : Selasa


Tanggal : 22 Mei 2018

Karawang, 22 Mei 2018


Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Aulia Fashanah Hadining, ST., MT. Tri Budiharto


NIDN. 0426058902 NIK. 2302

Mengetahui:
Ketua Program Studi Teknik Industri

Dene Herwanto, ST., MT.


NIDN 0402047604
PERNYATAAN KEASLIAN KERJA PRAKTEK

Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini:

Nama : Raissyah Azizah Adristi

NPM : 1510631140115

Adalah mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas


Singaperbangsa Karawang

Menyatakan

Bahwa Laporan Kerja Praktek ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Karawang, 22 Mei 2018


Yang membuat pernyataan,

Raissyah Azizah Adristi


NPM. 1510631140115
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Kerja
Praktek ini.

Kerja Praktek ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib ditempuh di
Fakuktas Teknik jurusan Teknik Industri Universitas Singaperbangsa Karawang.
Laporan kerja Praktek ini disusun dengan pelengkap kerja praktek yang telah
dilaksanakan kurang lebih 1 bulan di PT. Trimitra Baterai Prakasa khususnya di
Departemen PPIC.

Dengan selesainya laporan keja praktek ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Aulia Fashanah, ST., MT. Selaku
dosen pembimbing laporan kerja praktek yang telah membantu menyelesaikan
laporan kerja praktek ini, pimpinan dan karyawan PT. Trimitra Baterai Prakasa
terutama bagian HRD yang telah memberikan penulis izin untuk melakukan analisa
di PT. Trimitra Baterai Prakasa, serta banyak pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan

Penulis.

Karawang, April 2018.


DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan..............................................................................................i

Pernyataan Keaslian Kerja Praktek.....................................................................ii

Kata Pengantar.....................................................................................................iii

Daftar isi.............................................................................................................iv-v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Ruang Lingkup Kerja Praktek........................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek...............................................................3
1.4 Sistematika Penulisan......................................................................................3

BAB II DESKRIPSI TEMPAT KERJA PRAKTEK...........................................5

2.1 Data Umum Perusahaan..................................................................................5


1. Sejarah PT Trimitra Baterai Prakasa.......................................................5
2. Struktur Organisasi PT Trimitra Baterai Prakasa..................................7
3. Visi & Misi PT Trimitra Baterai Prakasa.................................................8
2.2 Deskripsi Bidang Kajian Kerja Praktek.........................................................8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................9

3.1 Kajian Pustaka.................................................................................................9


3.2 Pengertian Perencanaan Produksi................................................................10
3.2.1 Perencanaan Produksi.......................................................................11
3.2.2 Unsur Dalam Perencanaan Produksi................................................12
3.2.3 Fungsi Perencanaan Produksi...........................................................13
3.2.4 Tingkat Perencanaan Produksi.........................................................15
3.2.5 Aktivitas Perencanaan dan Pengendalian Produksi........................16
3.3 Pengertian Sistem Produksi...........................................................................18
3.3.1 Tipe Produksi......................................................................................18
3.3.2 Sistem Produksi Menurut Proses Penghasilan Output....................20
3.3.3 Variasi Produksi.................................................................................21
3.3.4 Aliran Produksi..................................................................................22
3.4 Pengertian Bahan Baku dan Persediaan Bahan Baku.................................24
3.4.1 Fungsi Persediaan...............................................................................24
3.4.2 Jenis Persediaan.................................................................................25
3.4.3 Pengendalian Persediaan Bahan Baku.............................................26
3.5 Biaya Persediaan............................................................................................27
3.6 Material Requirement Planning....................................................................28
3.6.1 Komponen Dasar MRP......................................................................30

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN........................................................37

4.1 Analisa.............................................................................................................37
1. Pengumpulan Data...................................................................................37
a. Data Penggunaan Lead.......................................................................37
b. Data Rencana Produksi dan Penggunaan Bahan Baku...................38
c. Perhitungan........................................................................................40
4.2 Pembahasan....................................................................................................43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................45

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................45
5.2 Saran................................................................................................................46

Daftar Pustaka......................................................................................................47
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif dan terpenting
didalam perusahaan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah yang kemudian
dijual kembali. Sebagian besar dari sumber perusahaan juga sering dikaitkan dalam
persediaan bahan baku yang akan digunakan dalam operasi perusahaan pabrik.
Bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam
proses produksi. Beberapa bahan baku diperoleh secara langsung dari sumber-
sumber alam. Namun demikian, lebih sering lagi bahwa bahan baku diperoleh dari
perusahaan lain dan ini merupakan produksi akhir dari para pensuplai. Sebagai
contoh dalam kasus ini, pure lead merupakan produk jadi di pabrik timah, akan
tetapi pada pabrik pembuatan aki pure lead adalah bahan baku utamanya.

Biasanya, sebuah perusahaan mengunakan data perencanaan produksi sebagai


acuan untuk membeli bahan baku yang akan diolah. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi pemborosan karena membeli barang berlebih atau bahkan membeli barang
yang tidak diperlukan.

Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan


diasumsikan bersifat pasti (fixed). Akan tetapi, kondisi ini sangat jarang terjadi
dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan seringkali
bersifat tidak pasti (uncertainty). Oleh karena itu, ketidakpastian permintaan
menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam proses perencanaan
produksi.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan adalah pengamatan terhadap suatu proyek di
lapangan, sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kegiatan di lapangan
secara langsung dan mampu mengaitkannya dengan teori dan praktek yang di dapat
di bangku kuliah. Selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan, di samping
melakukan pengamatan langsung juga sedapat mungkin ikut aktif di lapangan,
sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi
selama pelaksanaan proyek tersebut, yang pada akhirnya dapat meningkatkan skill
dan kemampuan serta profesionalisme kinerja.

Dalam rangka melaksanakan kegiatan Kerja Praktek ini, Penulis memilih PT.
Trimitra Baterai Prakasa. Diperusahaan ini penulis mendapat banyak pengalaman
kerja dan juga dapat mengaplikasikan materi-materi yang diperoleh selama
dibangku kuliah. Diantaranya, membuat laporan perencanaan produksi untuk bulan
April tahun 2018. Dengan demikian, laporan kerja praktek ini diberi judul “Rencana
Pembelian Bahan Baku Pure Lead di Bulan April 2018, Berdasarkan Perencanaan
Produksi untuk Tahun 2018”

1.2 Ruang Lingkup Kerja Praktek

Kegiatan kerja praktek dilakukan dalam waktu 1 bulan terhitung dari tanggal 9
Januari 2018 sampai dengan tanggal 9 Februari 2018. Kegiatan kerja praktek ini
dilakukan di PT. Trimitra Baterai Prakasa yang bertempatkan di Jl. Semper Timur
No.3 Cilincing, Jakarta Utara.

Kegiatan ini dilakukan di departemen PPIC & Warehouse, maka yang menjadi
ruang lingkup kerja praktek ini adalah Bidang manufacturing. Bidang ini meliputi
penerapan atau pengembangan serta analisis dari pendekatan Sistem Manufacturing
Integral, Analisis dan Perancangan, Manajemen Perawatan, Manajemen Material
dan Logistik, Manajemen Kualitas, Manajemen Teknologi, Manajemen Distribusi,
CIM, PPC, dan Penjadwalan untuk menyelesaikan problematik nyata di industri.
Kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan kerja praktek antara lain adalah
menghitung perencanaan proses produksi pada tahun 2018, dan menghitung
perencanaan pembelian bahan baku.

1.3 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek

Tujuan pelaksanaan Kerja Praktek adalah memberikan kesempatan kepada


mahasiswa untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman mengenai teknik
industri dan penerapannya serta memberikan gambaran umum kepada mahasiswa
mengenai kondisi di dunia kerja.

Manfaat kerja praktek bagi mahasiswa adalah Memperoleh bekal pengetahuan


dan menambah cakrawala pandang dalam dunia industri industri secara nyata
sebelum akhirnya terjun ke lapangan serta menambah informasi aktual mengenai
dunia industri dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan.

Sedangkan manfaat bagi universitas yaitu, mempererat dan meningkatkan kerja


sama antara Universitas sebagai lembaga pendidikan dengan industri konstruksi
serta untuk memperkenalkan pendidikan di Universitas. Dengan adanyaa kerja
praktek, perusahaan industri juga akan mendapatkan masukan – masukan yang
dapat diterima di lapangan dan berguna untuk industri konstruksi.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan ini diperlukan adanya pengamatan dan analisa


dengan berdasarkan data–data yang ada. Untuk memahami lebih jelas laporan ini,
maka materi-materi yang tertera pada laporan kerja praktek ini dikelompokkan
menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penyampaian sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang mengenai bidang yang akan dikaji dalam kerja
praktek, ruang lingkup kerja praktek, tujuan dan mafaat kerja praktek,
sistematika penulisan.

BAB II : DESKRIPSI TEMPAT KERJA


Berisi tentang data umum perusahaan (sejarah perusahaan, struktur organisasi,
dan aktivitas perusahaan) dan deskripsi bidang kajian kerja praktek

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA


Berisi teori-teori yang berhubungan dengan judul kerja praktek

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Berisi analisis atau kajian terhadap komdisi eksiting dari bidang yang dikaji
dalam kerja praktek dan pembahasan terhadap hasil analisis.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi kesimpulan dan saran dari laporan yang telah dibuat
BAB II

DESKRIPSI TEMPAT KERJA PRAKTEK

2.1 Data Umum Perusahaan

1. Sejarah PT Trimitra Baterai Prakasa

Didirikan secara resmi pada tanggal 04 Agustus 1989 dengan nama


GEMALA BATTERY, status PMDN dengan dengan pemegang saham
100 % Gemala Group.Lokai pabrik di Jl. Semper Timur no.3 Cilincing
Jakarta14130 menempati lahan seluas 45.000 mtr² dengan bangunan
seluas 20.750 mtr².
Sejak awal berdirinya PT.Gemala Battery khusus memproduksi Aki
mobil dan diarahkan sebagai perusahaan yang berorientasi export
hingga sampai saat ini 93 % dari hasil produksi baterai untuk pasaran
export dengan merek “G-FORCE”.
Peresmian pabrik/ operasi pada tanggal 07 February 1991 dengan
kapasitas produksi baterai 500.000 baterai per tahun.Hingga satu tahun
kemudian – 1992, kapasitas produksi baterai ditingkatkan menjadi
1.000.000 baterai / tahun.Dan sejak tahun 1993 sampai dengan saat ini
kapasitas produksi mencapai 1.500.000 baterai / tahun. PT.Gemala
Battery memproduksi segala jenis aki mobil baik itu type DIN, JIS,
British Std. Dengan range produk dari 32 Ahsampai dengan 250 Ah dan
sampai saat ini merupakan pabrik aki mobil terlengkapdi Indonesia
bahkan di Asia Tenggara.
Sejak tahun 1994 PT.Gemala Battery mulai memasuki pasaran local
dengan menjadi pemasok aki untuk perusahaan mobil (OEM) seperti :
Mercedes Benz, Volvo, Opel, Hyundai, Cherokee, BMW, Audi (serta
VW Caravelle-1998). Sampai saat ini telah mencapai ± 7 % untuk pasar
local dengan beberapa distributor untuk aftermarket seperti di Jawa
Barat, Jawa Timur, Jakarta dan Sumatera.
Orientasi bisnis ke Pasar Global yang demikian kompetitif
mengharuskan PT.Gemala Battery senantiasa siap bersaing dengan
pelaku-pelaku bisnis lain di dunia baik dalam hal kualitas, pelayanan
dan harga. Oleh karena itu jaminan kualitas, efisiensi dan produktifitas
yang tinggi serta perbaikan yang terus menerus senantiasa menjadi
komitmen seluruh jajaran karyawan PT.Gemala Battery.Beberapa
pengakuan terhadap mutu / produk PT.Gemala Battery baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri telah diperoleh adalah :
 SNI ( Standard Nasional Indonesia ) tahun 1994
 PCT ( Rusia ) : POCT 959-9 tahun 1995
 GS MARKING ( TUV Rheinland – Germany EN 60095-1 ) tahun
1996

Dengan makin kompetitifnya Pasar Global, PT.Gemala Battery


mencari mitra baru yang sudah dikenal nama dan kualitasnya baik local
maupun mancanegara. Berdasarkan ini PT.Gemala Battery memilih
PT.Yuasa Battery menjadi mitra bisnisnya. Selanjutnya sejak tanggal 01
April 1997 nama PT.Gemala Battery secara resmi diganti menjadi
PT.Trimitra Baterai Prakasa.

Untuk mempertahankan konsistensi dari kualitas produk-produk


PT.Trimitra Baterai Prakasa serta untuk meningkatkan daya saing di
pasar internasional maka pada bulan September 1996 oleh Manajemen
dicanangkan implementasi mutu system ISO 9001.Selama ± 10 bulan
semua jajaran karyawan dengan support serta komitmen penuh dari Top
Management melengkapi segala ketentuan system mutu ISO 9001 mulai
dari pembuatan semua prosedur, pelatihan-pelatihan hingga sampai
level Operator, serta implementasi system dilapangan .
Pada tanggal 13 Juni 1997 setelah melakukan Certification Audit di
lapangan, Team Audit dari TUV Rheinland menyatakan bahwa
PT.Trimitra Baterai Prakasa berhak mendapatkan Sertifikat ISO 9001.

Sampai saat ini PT.Trimitra Baterai Prakasa adalah Pabrik Aki


mobil pertama di Indonesia bahkan di Asia Tenggara yang memperoleh
Sertifikat ISO 9001, dimana selain memproduksi Aki mobil dan
memasarkannya PT.Trimitra Baterai Prakasa juga memiliki fasilitas dan
mampu melakukan design / rancang bangun sendiri.

2. Struktur Organisasi PT Trimitra Baterai Prakasa

MARKETING MARKETING

TECHNICAL TECHNICAL
PURCHASING
DIRECTOR ADVISOR
PURCHASING
& HRD
OPERATION
DIRECTOR HRD

PRESIDENT QMR / EMR


DIRECTOR Q.A.S

DOCUMENT CTRL BATT SPECS &


SECRETARY TECHNICAL
ACCESORIES

FINANCE PRODUCT &


PROCESS DESIGN
DIRECTOR

FINANCE
PRODUCTION
MANUFACTUR

ACCOUNTING PPIC

MIS

PLANT ENG. &


PLANT ENG. MAINTENANCE
3. Visi & Misi Perusahaan

a. Visi PT Trimitra Baterai Prakasa


Menjadi pabrik aki terbesar di Asia Tenggara yang ramah
lingkungan

b. Misi PT Trimitra Baterai Prakasa


1) Menjamin kepuasan pelanggan dengan memproduksi
baterai/ Aki yang berkualitas tinggi.
2) Menjamin semua peraturan dan perundangan yang ada akan
dipenuhi dengan melakukan perbaikan secara terus menerus,
mencegah polusi dan melestarikan sumber daya alam.

2.2 Deskripsi Bidang Kajian Kerja Praktek

Bidang sistem Manufacturing


Bidang ini meliputi penerapan atau pengembangan serta analisis dari
pendekatan Sistem Manufacturing Integral, Analisis dan Perancangan,
Manajemen Perawatan, Manajemen Material dan Logistik, Manajemen
Kualitas, Manajemen Teknologi, Manajemen Distribusi, CIM, PPC, dan
Penjadwalan untuk menyelesaikan problematik nyata di industri.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca, dan


menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori
yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka dalam suatu
penelitian ilmiah merupakan satu bagian penting dari keseluruhan langkah-langkah
metode penelitian. Cooper dalam Creswell mengemukakan bahwa kajian pustaka
memiliki beberapa tujuan yakni; menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil
penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-
celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya.

Kajian pustaka dalam penelitian, baik penelitian pustaka maupun penelitian


lapangan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bahkan tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa kajian pustaka merupakan merupakan variabel yang menentukan
dalam suatu penelitian. Karena akan menentukan cakrawala dari segi tujuan dan
hasil penelitian. Di samping itu, berfungsi memberikan landasan teoritis tentang
mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam kaitannya dengan kerangka
pengetahuan.

Dalam sub-bab berikut akan dipaparkan mengenai teori-teori yang relevan


dengan penelitian ini yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai variabel-
variabel yang hendak diteliti, selain itu dalam sub-bab ini pula akan dipaparkan
mengenai kerangka pemikiran dari penelitian ini sehingga dapat menjawab
rumusan masalah yang diteliti secara teoritis.

Materi yang akan di kemukakan untuk pemecahan masalah yaitu mengenai


sistem Manufactur, PPC, Penjadwalan Produksi (planning), dan Peramalan.
Konsep dan teori tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam membahas hasil
penelitian.

3.2 Pengertian Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi adalah aktivitas untuk menetapkan produk yang


diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan
sumber-sumber yang dibutuhkan. Pengendalian produksi adalah aktivitas yang
menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi
rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan
rencana. Tujuan utamanya adalah memaksimumkan pelayanan bagi konsumen,
meminimumkan investasi pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan
produksi dan pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan kapasitas,
penyimpanan dan pergerakan material, peralatan, routing dan proses planning,
dan sebagainya.

Perencanaan produksi bertujuan untuk menyesuaikan produksi dengan


sumber keputusan untuk memenuhi permintaan konsumen yang akan datang,
seperti kapasitas produksi, pembatasan tenaga kerja dan pembatasan waktu
lembur yang mana permasalahan tersebut merupakan masalah optimisasi.
Tujuan lain dari perencanaan produksi untuk meminimalkan biaya total atau
memaksimalkan keuntungan.

Penentuan jumlah optimal produk yang akan diproduksi menjadi kunci


bagi perencanaan produksi yang tepat. Hal ini juga berpengaruh terhadap
tingkat ke berhasilan mata rantai pasokan (supply chain) produk dalam
memenuhi permintaan konsumen. Perusahaan mengharapkan tidak terjadi
kekurangan produk (shortage) yang berakibat akan kehilangan kesempatan
untuk menjual produk (lost sales) namun juga tidak berharap terjadi kelebihan
produk yang berakibat biaya inventory akan meningkat.
Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan
diasumsikan bersifat pasti (fixed). Akan tetapi, kondisi ini sangat jarang terjadi
dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan seringkali
bersifat tidak pasti (uncertainty). Oleh karena itu, ketidakpastian permintaan
menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam proses perencanaan
produksi.

3.2.1 Perencanaan Produksi

Management suatu perusahaan ataupun pabrik selalu melakukan


inovasi dalam produksinya. Produksi yang menghasilkan barang tersebut
nantinya menjadi alat untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan
perusahaan. Pada tahap awal dari suatu proses produksi maka akan dibuat
suatu perencanaan produksi. Perencanaan produksi tersebut merupakan
suatu aktivitas yang dilakukan untuk menentapkan produk yang diproduksi
dalam jumlah yang dibutuhkan, kapan harus berproduksi maupun kapan
produk harus selesai diproduksi.

Perencanaan produksi ini kemudian berhubungan dengan


pengendalian produksi yang merupakan aktivitas untuk menetapkan
kemampuan semua sumber yang digunakan untuk menjalankan
kemampuan produksi agar berjalan sesuai rencana. Pengendalian produksi
tersebut juga bertujuan untuk meminimalkan persediaan, merencanakan
berapa besar produk yang akan digunakan, pengesahan dan
memaksimalkan produksi , proses planning maupun routing.
3.2.2 Unsur dalam Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi merupakan suatu hasil dari pemikiran yang


rasional dan didalamnya ada beberapa perkiraan, perhitungan maupun
beberapa hal untuk pencapaian tujuan yang diharapkan dimasa mendatang.

Suatu perencanaan haruslah memiliki tujuan yang jelas dan mampu


dipahami oleh manajemen perusahaan. Tidak mungkin suatu perusahaan
akan menggunakan beberapa bahan bakunya untuk produksi sedangkan
mereka tidak mengetahui apa tujuan dari produksi tersebut. Sebelum
menentukan berapa besar bahan baku yang akan digunakan, tentukan dulu
untuk apa produk akan diproduksi apakah untuk memenuhi permintaan
konsumen ataukah untuk kebutuhan perusahaan sendiri atau untuk sekedar
promosi. Bila bahan baku yang tersedia banyak dan tujuan produksi
diketahui maka perusahaan akan mudah menentukan berapa besar produksi
yang akan dilakukan.

Perencanaan produksi bukan hanya digunakan untuk proses produksi


barang yang akan dijual dipasaran, kadang perusahaan juga merencanakan
produksi barang untuk promosi atau untuk sekedar hadiah kepada klien.
Perencanaan produksi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar
tersebut harus dilakukan sesuai dengan keinginan konsumen dipasaran.
Sebelum produksi perusahaan harus melakukan survey lapangan tentang
bagaimana selera konsumen atas barang yang diinginkan, setelah itu barulah
perusahaan membuat perencanaan produksi sesuai kebutuhan pasar.

Apabila tujuan perusahaan membuat produk untuk hadiah kepada


karyawan maka perusahaan tidak perlu melakukan survey di lapangan.
Perusahaan cukup merencanakan berapa banyak produk yang akan
diproduksi untuk tujuan tersebut. Sedangkan bila tujuan produksi suatu
perusahaan untuk promosi kepada konsumen atau perusahaan lain maka
produk yang akan dihasilkan harus bagus dan berkualitas.

Kualitas sangat dibutuhkan bila tujuan produksi menyangkut selera


konsumen. Perusahaan harus melakukan survey atas apa yang dibutuhkan
dan diharapkan konsumen, kemudian harus membuat inovasi terhadap
produk agar berbeda dari produk yang sudah ada dipasaran. Bila
perencanaan produksi dilakukan dengan baik maka kualits produknya pun
juga kan baik demikian sebaliknya.

3.2.3 Fungsi Perencanaan Produksi

a. Menjamin rencana produksi barang maupun penjualan barang.

Dengan perencanaan produksi yang tepat maka akan


memudahkan bagi perusahaan untuk menjamin rencana penjualan
produk kepada konsumen sesuai dengan rencana yang tepat.
Rencana produksi yang tepat adalah rencana yang berhubungan
dengan kebutuhan konsumen di pasaran sekaligus mengetahui
selera mereka. Dengan mengetahui berapa banyak konsumen yang
membutuhkan barang tersebut maka penjualan akan dimaksimalkan
berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan.

b. Untuk mengukur kemampuan produksi yang konsisten


terhadap rencana produksi.

Perencanaan produksi sangat tepat digunakan untuk mengukur


seberapa besar perusahaan mampu untuk memproduksi barang
serupa dari waktu ke waktu. Pengukuran tersebut bisa digunakan
untuk memaksimalkan produksi barang secara berkelanjutan.
Karena proses produksi suatu perusahaan harus berjalan dengan
konsisten maka perusahaan harus mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Konsumen tidak mau tau tentang apa yang dibutuhkan perusahaan,
mereka hanya ingin barang yang dibutuhkannya ada saat mereka
butuh. Karena itulah bagi perusahaan mereka harus mengukur
produksi produknya setiap saat agar tetap bisa memenuhi pasar.

c. Monitoring hasil produksi

Dengan membuat perencanaan produksi maka akan mudah bagi


perusahaan untuk monitoring hasil produksinya secara akurat.
Selanjutnya monitoring ini akan digunakan untuk membuat
penyesuaian atau revisi produksi yang lebih baik. Bila saat produksi
pertama perusahaan mampu menghasilkan barang yang berkualitas
belum tentu saat produksi kedua atau ketiga perusahaan bisa
menghasilkan produk yang sama bagusnya dengan produk
pertaman. Perencanaan produksi sangat membantu perusahaan
untuk mengawasi hasil produk dari waktu ke waktu.

Bila produk yang dihasilkan tidak begitu bagus maka harus


dilakukan penelitian tentang apa yang menyebabkan produksi
tersebut tidak sesuai harapan. Monitoring ini harus dilakukan secara
continue agar konsumen tetap mau menggunakan produk
perusahaan dan barang produksi tidak tergantikan oleh perusahaan
lain.

Perencanaan produksi merupakan salah satu dari banyaknya


perencanaan suatu perusahaan. Dalam kaitannya untuk menambah nilai
suatu barang atau inventory maka perencaan produksi tersebut memiliki
tujuan dan fungsi yang cukup besar.
3.2.4 Tingkat perencanaan produksi

Dalam merencanakan suatu proses produksi maka ada beberapa


tingkatan untuk menggolongkan hal tersebut. Dalam tiap tingkatan tersebut
ada beberapa hal yang berbeda namun pada intinya adalah untuk
menghasilkan produk yang dibutuhkan konsumen. Sistem pengendalian
maupun perencanaan produksi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan
diantaranya adalah:

a. Long Range Planning


Perencanaan produksi yang dimaksud dalam hal ini
adalah untuk perencanakan produksi dalam jangka panjang.
Perancangan ini meliputi beberapa hal diantaranya adalah
untuk peramalan usaha, merencanakan berapa banyak
produk yang akan diproduksi dan dijual dipasaran. Selain
itu dalam proses perencanaan jangka panjang juga meliputi
perencanaan kebutuhan bahan maupun perencanaan
financial.

b. Medium Range Planning


Perencanaan produksi lainnya yang bisa dilakukan
oleh perusahaan adalah perencanaan jangka menengah.
Dalam perencanaan ini ada beberapa hal yang akan
dilakukan diantaranya adalah merencanakan berapa besar
kebutuhan kapasitas, merencanakan berapa banyak
kebutuhan bahan baku atau material yang dibutuhkan dalam
proses produksi. Dalam perencanaan ini juga ada
penjadwalan induk produksi sekaligus untuk perencanaan
kebutuhan distribusi produk.
c. Short Range Planning
Perencanaan jangka pendek dalam suatu proses
produksi tersebut merupakan kegiatan untuk menjadwalkan
kembali perakitan produk pada akhir, proses ini juga akan
melibatkan perencanaan dan pengendalian produk baik
input maupun output dan juga pengendalian kegiatan
produksi dalam perencanaan maupun pengendalian
inventory sekaligus manajemen proyek bersangkutan.

3.2.5 Aktivitas Perencanaan dan Pengendalian Produksi

a. Perencanaan pengadaan barang


Perencanaan produksi ini meliputi beberapa hal
diantaranya adalah untuk merencanakan jumlah, jenis
maupun waktu yang dibutuhkan untuk produksi produk.
Proses pengadaan barang ini berhubungan dengan berapa
banyak barang yang akan dibeli atau dipesan perusahaan
kepada supplier.

b. Perencanaan inventory
Inventory kantor direncanakan sekaligus untuk
pengendalian produk yang diproduksi. Perencanaan
persediaan tersebut meliputi jenis persediaan, berapa banyak
persediaan yang dibutuhkan dan juga waktu yang
dibutuhkan untuk perencanana tersebut.

c. Perencanaan kapasitas tenaga kerja.


Proses produksi akan melibatkan tenaga kerja
maupun fasilitas yang ada dalam suatu perusahaan.
Perencanaan produksi tersebut mempertimbangkan berapa
banyak tenaga kerja yang akan membantu proses pembuatan
produk dan juga berapa banyak fasilitas perusahaan berupa
perlengkapan dan peralatan yang digunakan untuk
menghasilkan produk yang dibutuhkan konsumen di
pasaran.

d. Jadwal produksi dan tenaga kerja


Proses produksi yang melibatkan tenaga kerja, mesin
maupun fasilitas yang digunakan perusahaan harus
dijadwalkan agar bisa memaksimalkan produk yang
dihasilkan namun bisa meminimalkan biaya produksi.

e. Monitoring dan penjaminan kualitas


Produksi yang sudah direncanakan sebelumnya
harus dimonitoring agar bisa menghasilkan produk yang
memiliki kualitas unggul dan mampu bersaing dengan
produk lainnya.

f. Pencatatan dan pelaporan


Setiap tahap dari proses produksi harus dicatat dan
dilaporkan agar menjadi informasi yang bisa diidentifikasi
selanjutnya. Proses pencatatan dan pelaporan ini
memudahkan pengukuran tingkat kualitas produk yang
dihasilkan nantinya.
3.3 Pengertian Sistem Produksi

Sistem produksi merupakan kumpulan dari beberapa subsistem yang saling


berinteraksi dengan tujuan mengubah input produksi (dapat berupa bahan baku,
mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi) menjadi output produksi (merupakan
produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya, sperti limbah, informasi dan
lain sebagainya). Beberapa subsistem yang tadi telah disebutkan, antara lain,
perencanaan pengendalian produksi, pengendalian kualitas, perawatan fasilitas
produksi, penentuan standar-standar operasi, penentuan fasilitas produksi,
penentuan harga pokok produksi.

Cara membuat produk tersebut dapat berupa jenis proses produksi menurut
cara menghasilkan output, operasi dari pembuatan produk, dan variasi produk yang
dihasilkan.

3.3.1 Tipe Produksi

a. Make To Stock (MTS)


Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk
akhir yang siap dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan
produk, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku, dan
membuatnya untuk disimpan. Konsumen akan memesan produk jika
harga dan spesifikasi produk sesuai dengan kebutuhannya. Operasi
difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat persediaan dan order
yang tidak diidentifikasi pada proses produksi. Sistem produksi
mengembangkan tingkat persediaan yang didasarkan pada order
yang akan datang, bukan pada order sekarang. Pada strategi ini,
resiko persediaan lebih besar. Contoh produk: makanan, minuman,
mainan, dan lain-lain.
b. Assemble To Order (ATO)
Strategi ATO, semua sub assembly masuk pada persediaan.
Ketika order suatu produk datang, perusahaan dapat dengan cepat
merakit komponen menjadi produk jadi. Strategi ini digunakan oleh
perusahaan yang mempunyai produk modular, yang dapat dirakit
menjadi beberapa produk akhir. Strategi ini mempunyai ’moderate
risk’ terhadap investasi persediaan. Operasi lebih difokuskan pada
modul atau part. Contoh produk: automobile, elektronik, komputer
komersil, restoran fast food yang menyediakan beberapa paket
makanan, dan lain-lain.

c. Make To Order (MTO)


Strategi MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam
bentuk desain produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai
dengan produk yang telah dibuat sebelumnya. Aktivitas proses
berdasarkan order konsumen. Aktivitas proses dimulai pada saat
konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan dan
perusahaan akan membantu konsumen menyiapkan spesifikasi
produk, beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah dicapai
kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat komponen dan
merakitnya menjadi produk dan kemudian menyerahkan kepada
konsumen. Pada strategi ini, resiko terhadap investasi persediaan
kecil, operasionalnya lebih fokus pada keinginan konsumennya.
Contoh produk: komponen mesin, komputer untuk riset, dan lain-
lain.

d. Engineering To Order (ETO)


Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat
sebelum ada order. Ketika order datang, perusahaan akan
mengembangkan desain produk berserta waktu dan biaya yang
diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen, maka
produk baru dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero risk)
persediaan. Dan cocok untuk produk baru atau unik. Misalnya:
Kapal, komputer untuk militer, prototype mesin baru, dan lain-lain.
Operasi lebih difokuskan pada spesifikasi order dari konsumen
daripada partnya itu sendiri.

3.3.2 Sistem Produksi Menurut Proses Penghasilan Output

Proses produksi merupakan cara, metode, dan teknik untuk


menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan
mengoptimalkan sumber daya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku,
dana) yang ada. Sistem produksi menurut proses menghasilkan output
secara ekstrem dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

a. Proses Produksi Kontinyu (continuous process)


b. Proses Produksi Terputus (intermittent process/discrete
system)
c. Proses Produksi Berulang-ulang (Repetitive Process)
d. Produksi Massa (Mass Customization)

Perbedaan pokok antara Proses Produksi Kontinyu dan Proses


Produksi terputus, terletak pada lamanya waktu set-up peralatan produksi.
Proses kontinyu tidak memerlukan waktu set-up yang lama karena proses
ini memproduksi secara terus-menerus untuk jenis produk yang sama.
Misalnya pada pabrik makanan instant. Sedangkan proses terputus
memerlukan total waktu set-up yang lebih lama karena proses ini
memproduksi berbagai proses spesifikasi barang sesuai pesanan, dimana
dengan adanya pergantian jenis barang yang diproduksi akan membutuhkan
kegiatan set-up yang berbeda. Misalnya usaha perbengkelan.
Sedang kan Proses Produksi Berulang-ulang merupakan proses
produksi yang menggabungkan fungsi intermitten process dan continous
process. Tetapi proses ini mempergunakan bagian dan bahan komponen
yang berbagai jenis dianta proses continu.

Proses produksi dengan menggabungkan Intermitten Process,


Contious Process, serta Repetitive Process, yang menggunakan berbagai
komponen bahan, mempergunakan teknik schedule produksi dan
mengutamakan kecepatan pelayanan, merupakan pengertian dari mass
customization. Umumnya, mass customization merupakan pengabungan
usaha produk barang dan jasa pelayanan, sebagian besar pada operasional
layanan (jasa).

3.3.3 Variasi Produksi.

a. Produksi massa
Laju serta tingkat produksi pada produksi massa umumnya
tinggi, permintaan terhadap produk yang dihasilkan tinggi, dan
peralatan umumnya mempunyai fungsi khusus. Keahlian tenaga
kerja tidak terlalu tinggi sebagai akibat dari fungsi peralatan yang
khusus.

b. Produksi batch
Ukuran lot produksi adalah medium. Tujuan dilakukannya
produksi batch adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen
terhadap produk-produk yang diperlukan secara kontinu. Peralatan
umumnya mempunyai fungsi umum tetapi dirancang untuk tingkat
produksi yang tinggi. tidak terlalu terstandarisasi seperti produk
yang dihasilkan pada aliran lintasan perakitan flow shop.
c. Produksi job shop
Tingkat produksi rendah, peralatan mempunyai fungsi
umum, keahlian yang diperlukan tenaga kerja cukup tinggi, biasanya
membuat berdasarkan pesanan. unit-unit untuk pesanan yang
berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui
pusat-pusat kerja yang dikelompokan berdasarkan fungsinya.

3.3.4 Aliran produksi

1. Fixed Site (Project)


Pada tipe project, material, tools, dan personel dialokasikan pada
produk yang dibuat. Secara ekstrim dikatakan bahwa tidak ada aliran
produk pada tipe ini, tetapi masih terdapat urutan operasi. Bentuk operasi
pada project digunakan ketika terdapat kebutuhan khusus/spesial yang
memerlukan kreativitas dan keunikan. Hal ini sulit diotomasikan pada
proses manufaktur, karena hanya dilakukan satu kali. Project memerlukan
biaya tinggi dengan perencanaan dan pengendalian yang sulit, sebab berat
pada tahap definisi initial dengan tingkat perubahan-perubahan dan inovasi
yang tinggi.

2. Job Shop (Jumbled Flow)


Pada proses job shop, man dan machine dikelompokkan menjadi
stasiun kerja (semua bor pada satu stasiun kerja, gerinda, dan sebagainya).
Aliran produk dan job hanya pada stasiun kerja yang dibutuhkan.
Keuntungannya, dengan mesin yang berfungsi umum (general-purpose
equipment) dan operator berketerampilan tinggi membuat proses
manufaktur job shop fleksibel dalam merespon perubahan disain dan
volume pesanan konsumen. Kerugiannya, tidak efisien.
a. Flow Shop
Flow Shop disusun dari stasiun kerja dalam urutan operasi
untuk membuat produk. Semua produk mengikuti standar produk
yang ditentukan. Lintas rakitan automobile merupakan contoh
bagus untuk proses flow shop. meliputi: small batch line flow,
large batch (repetitive) line flow, dan continuous line flow.

i. Small-Batch Line Flow


mempunyai semua karakter flow shop, tetapi tidak
semua memproses produk yang sama secara terus
menerus. Memproses beberapa produk dengan ukuran
batch kecil, dengan kebutuhan setup per batch. Digunakan
ketika biaya proses bisa dipertimbangkan, permintaan part
rendah, dan non-diskrit. Contohnya adalah farmasi.

ii. Large-Batch (Repetitive) Line Flow


memproduksi produk diskrit dalam volume besar
tetapi tidak kontinu.

iii. Continuous Line Flow


merefer pada proses kontinu dari fluida, bedak, logam, dan
lain-lain. Biasa digunakan pada industri gula, minyak, dan
logam lainnya.
3.4 Pengertian Bahan Baku dan Persediaan Bahan Baku

Adapun pengertian bahan baku menurut Farah Margaret (2007:147) adalah


“Persediaan bahan baku merupakan bahan baku atau bahan tambahan yang dimiliki
oleh perusahaan untuk digunakan dalam aktifitas proses produksi persediaan
material menjadi komponen utama dari suatu porduk.”

Menurut Fredy Rangkuti (2007:425) persediaan bahan baku adalah


“Persediaan bahan baku mempunyai kedudukan yang penting dalam perusahaan
karena persediaan bahan baku sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran
produksi.”

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persediaan bahan


baku adalah bahan yang digunakan untuk aktifitas proses produksi, karena
persediaan bahan baku sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran proses
produksi.

3.4.1 Fungsi persediaan

Persediaan memiliki berbagai fungsi yang berguna untuk mempertahankan


kualitas perusahaan dan mempertahankan kepercayaan dari konsumen. Menurut
Eddy Herjanto (2007:238) fungsi persediaan adalah sebagai berikut:

a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau


barang yang dibutuhkan perusahaan.
b. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
c. Menaikan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman
sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan baku itu tidak
tersedia di pasaran.
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas.
f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang
yang diperlukan.

Maka dari fungsi persediaan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi
persediaan untuk menghilangkan resiko keterlambatan bahan baku, resiko kenaikan
harga bahan baku dan untuk menyimpan bahan baku yang sewaktu-waktu
dibutuhkan oleh perusahaan untuk proses produksi.

3.4.2 Jenis-jenis Persediaan

Jenis persediaan menurut Farah Margaret (2007:147) adalah sebagai


berikut:

a. Persediaan bahan baku.


b. Bahan dalam proses.
c. Persediaan barang jadi.
d. Persediaan barang dagangan.
e. Persediaan suku cadang.
f. Persediaan bahan bakar.
g. Persediaan barang cetakan dan alat tulis.

Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan diatas adalah sebagai berikut:

a. Persediaan Material atau Persediaan Bahan Baku merupakan


baku atau bahan tambahan yang dimiliki oleh perusahaan untuk
digunakan dalam aktifitas proses produksi persediaan material
menjadi komponen utama dari suatu produk.
b. Persediaan Barang Setengah jadi atau Barang dalam Proses
adalah barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi
pada tanggal neraca barang-barang tersebut belum selesai
dikerjakan, untuk dapat dijual masih diperlukan pengerjaan lebih
lanjut.
c. Persediaan Barang Jadi atau Produk selesai yaitu barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
d. Persediaan barang dagangan merupakan persediaan yang
dipergunakan oleh suatu perusahaan dagang.
e. Persediaan suku cadang merupakan persediaan barang yang
digunakan untuk memperbaiki atau menggantu bagian yang
rusak dari peralatan maupun mesin.
f. Persediaan bahan bakar merupakan persediaan yang harus ada
dalam perusahaan terutama bagi perusahaan industri yang
menggunakan mesin disel sebagai pembangkit listrik.
g. Persediaan barang cetakan dan alat tulis merupakan persediaan
untuk kebutuhan kantor untuk memperlancar kegiatan tata
usaha.

3.4.3 Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pengendalian menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat


agar tidak ada kelebihan maupun kekurangan bahan baku dalam kuantitas dan
waktu yang tepat.

Adapun pengertian Pengendalian Persediaan Bahan Baku menurut William


K. Carter yang dialih bahasakan oleh Krista (2007:322) adalah “Pengendalian
persediaan bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan yang saling berlawanan
yaitu menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang memadai guna beroprasi
secara efisien dan menjaga persediaan yang menguntungkan secara financial.”

Maka dari definisi diatas pengendaluan persediaan bahan baku adalah suatu
sistem persediaan dengan serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan
tingkat persediaan sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan
bahan baku.

3.5 Biaya Persediaan

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:91) biaya persediaan ada 3 bagian
yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Biaya Penyimpanan (holding cost)


Biaya yang terkait dengan menyimpan atau “membawa” persediaan
selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup
biaya barang usang dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti
asuransi, pegawai tambahan, dan pembayaran bunga. Banyak perusahaan
yang tidak berhasil menyertakan semua biaya penyimpanan persediaan.
Akibatnya, biaya penyimpanan sering diterapkan kurang dari sebenarnya.

2. Biaya Pemesanan (ordering cost)


Mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan,
pembelian, dukungan administrasi, dan seterusnya. Ketika pesanan sedang
diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagian dari biaya
penyetelan.

3. Biaya penyetelan (set up cost)


Adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk
membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk
membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer operasi
dapat menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan
serta menggunakan prosedur yang efisien, seperti pemesanan dan
pembayaran elektronik.
Dalam banyak lingkungan kerja, biaya penyetelan sangatlah berkaitan
dengan waktu penyetelan (setup time). Penyetelan biasanya memerlukan sejumlah
pekerjaan yang harus dilakukan sebelum penyetelan benar-benar dimulai di pusat
kerja. Dengan perencanaan yang tepat, banyak persiapan yang diperlukan untuk
melakukan sebuah penyetelan dapat dilakukan tanpa harus mematikan mesin atau
proses. Dengan demikian, waktu penyetelan cukup banyak yang dikurangi. Mesin-
mesin dan proses-proses yang secara tradisional akan memakan waktu berjam-jam
untuk dipasang, sekarang dapat dipasang dalam waktu kurang dari satu menit
seiring dengan semakin imajinatifnya pabrik-pabrik kelas dunia.

3.6 Material Requirement Planning

Material Requirement Planning (MRP) atau Perencanaan Kebutuhan


Material merupakan suatu metode yang dimulai dengan kegiatan peramalan
terhadap permintaan produk jadi yang independen, menentukan kebutuhan
permintaan terikat untuk:

a. Kebutuhan terhadap tiap jenis komponen (material, parts, atau


ingredients)
b. Jumlah pasti yang benar-benar diperlukan, dan
c. Waktu membuat peramalan secara bertahap yang diperlukan untuk
memenuhi pesanan guna mencukupi suatu rencana produksi
(Haming dan Nurnajamuddin, 2011).

Haming dan Nurnajamuddin (2011) juga menyebutkan beberapa definisi


lain dari Material Requirement Planning yang dikemukakan oleh beberapa pakar.
MRP adalah model permintaan terikat yang menggunakan daftar kebutuhan bahan,
status persediaan, penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal produksi induk, yang
dipakai untuk menentukan kebutuhan material yang akan digunakan (Heizer dan
Render, 2011).
Haming dan Nurnajamuddin (2011) menyimpulkan beberapa unsur
penting dapat dijumpai dari pengertian-pengertian MRP dari para ahli tersebut,
yaitu:

1. Jadwal induk produksi sebagai landasan untuk menyusun rencana dan


jadwal pengadaan. Jadwal produksi ini disebut Master Production
Scheduling (MPS);
2. Status persediaan yang akan menjadi landasan penentuan jumlah unit
yang harus dipesan, disebut Inventory Record;
3. Struktur produk yang akan menjadi landasan untuk menghitung
jumlah unit bahan yang dibutuhkan untuk setiap jenis bahan yang
dibutuhkan, disebut dengan Bill of Material (BOM);
4. Waktu tenggang antara pemesanan dan penerimaan pesanan yang
dimaksud, disebut dengan lead time. Herjanto (2007) menyebutkan
bahwa sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai
berikut.
a. Meminimalkan persediaan; sistem MRP menentukan
berapa banyak dan kapan suatu komponen
diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk
produksi. Dengan menggunakan metode ini,
pengadaan (pembelian) komponen yang diperlukan
untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan
sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat
meminimalkan biaya persediaan.
b. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi
atau pengiriman; MRP mengidentifikasi banyaknya
bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi
jumlah dan waktunya dengan memeperhatikan waktu
tenggang produksi maupun pengadaan (pembeliaan)
komponen, sehingga memperkecil resiko tidak
tersedianya bahan yang akan diproses yang
mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
c. Komitmen yang realistis; dengan MRP jadwal
produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.Banyak perusahaan
yang telah memanfaatkan

Agar efektif, pengendalian persediaan terikat melalui MRP mengharuskan


para manajer operasi memahami hal-hal berikut (Heizer dan Render, 2011).

1. Jadwal Produksi Induk (apa yang akan dibuat dan kapan)


2. Spesifikasi atau Daftar Kebutuhan Bahan (material dan komponen yang
diperlukan untuk memproduksi)
3. Ketersediaan persediaan (apa yang ada pada persediaan)
4. Pesanan pembelian yang belum dipenuhi (apa yang berada dalam pesanan)
5. Waktu tunggu atau lead time (berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan berbagai komponen).

3.6.1 Komponen dasar MRP

Komponen dasar MRP terdiri atas jadwal induk produkis daftar kebutuhan
material, dan catatan persediaan, yang dapat digambarkan dalam suatu sistem MRP
seperti dalam suatu produk akhir. Selanjutnya dengan mengetahui komponen yang
membentuk produk akhir itu, status persediaan, dan waktu tenggang yang
diperlukan untuk memesan bahan atau merakit komponen yang bersangkutan, dapat
disusun suatu perencanaan kebutuhan dari komponen yang diperlukan (Herjanto,
2007).

1. Jadwal Induk Produksi (MPS)

Jadwal Induk produksi (Master Production Schedule, MPS) merupakan


gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan,
backlog, rencana suplai/penawaran akhir, dan kuantitas yang dijanjikan tersedia
(available to promise, ATP). MPS disusun berdasarkan perencanaan produksi
agregat, dan merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan dan
pengendalian produksi. MPS berkaitan dengan pemasaran, rencana distribusi,
perencanaan produksi dan perencanaan kapasitas.MPS mengendalikan MRP
dan merupakan masukan utama dalam proses MRP. MPS harus dibuat secara
realistis, dengan mempertimbangkan kemampuan kapasitas produksi, tenaga
kerja, dan subkontraktor (Herjanto, 2007).

Gaspersz (2007) menyebutkan bahwa sebagai suatu aktifitas proses,


penjadwalan produksi induk (MPS) membutuhkan 5 input utama. input utama
MPS adalah sebagai berikut:

a. Data Permintaan Total, merupakan salah satu sumber data bagi


proses penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan
dengan ramalan penjualan (sales forecast) dan pesanan-pesanan
(orders).
b. Status Persediaan, berkaitan dengan informasi tentang on-hand
inventory, stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu
(allocated stock), pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang
dikeluarkan (released production and purchase orders), dan firm
planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak
inventory yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus
dipesan.
c. Rencana Produksi, memberikan sekumpulan batasan kepada MPS.
MPS harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi,
persediaan, dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi
itu.
d. Data Perencanaan, berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot sizing
yang harus digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety
stock), dan waktu tunggu (lead time) dari masing-masing item yang
biasanya tersedia dalam file induk dari item (Item Master File).
e. Informasi dari Rough Cut Capacity Planning (RCCP), berupa
kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS menjadi
salah satu input bagi MPS.

2. Bill Of Material

Definisi yang lengkap tentang suatu produk akhir meliputi daftar


barang, atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, atau
pembuatan produk akhir tersebut. Setiap produk mungkin memiliki
sejumlah komponen, tetapi mungkin juga memiliki ribuan komponen.
Setiap komponen sendiri dapat terdiri atas sebuah barang (item) atau
berbagai jenis barang (Herjanto, 2007).

Hubungan antara suatu barang dan komponennya dijelaskan dalam


suatu struktur produk. Secara konvensi, produk akhir atau parent item
disebut sebagai level (jenjang) 0, sedangkan komponen pembentuk produk
akhir disebut sebagai level 1, bagian rakitan berikutnya disebut level 2, dan
seterusnya (Herjanto, 2007).

Aplikasi MRP dimulai dengan mengetahui komponen dari produk


yang akan diproduksi dengan mengetahui komponen dari produk yang akan
diproduksi atau dirakit. Daftar produk dan komponen yang diperlukan
disebut daftar material (bill of materials, BOM). BOM dibuat sebagai
bagian dari proses desain dan kemudian digunakan untuk menentukan
barang mana yang harus dibeli dan barang mana yang harus dibuat. BOM
disimpan dalam suatu BOM files, yaitu basis data yang dibuat oleh suatu
BOM processor, yang menyusun BOM dalam berbagai format yang
dikehendaki perusahaan (Herjanto, 2007).

Heizer dan Render (2011) menyebutkan bahwa agar sebuah MRP


dapat bekerja dengan baik dibutuhkan suatu manajemen persediaan yang
baik. Jika perusahaan belum mencapai setidaknya 99 persen ketelitian
catatan, maka perencanaan kebutuhan material tidak akan bekerja dengan
baik.
Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan
yang up to date untuk setiap komponen barang. Data ini harus menyediakan
informasi yang akurat tentang ketersediaan komponen dan seluruh transaksi
persediaan, baik yang sudah terjadi maupun yang sedang direncanakan.
Data itu mencakup nomor identifikasi, jumlah barang yang terdapat di
gudang, jumlah yang dialokasikan, tingkat persediaan minimum (safety
stock level), komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangan, serta
waktu tenggang (procurement lead time) bagi setiap komponen (Herjanto,
2007).
Data persediaan bisa merupakan catatan manual selama di-up date
dari hari ke hari. Namun, dengan berkembangnya teknologi dan semakin
murahnya harga computer maka kini banyak perusahaan sudah
menggunakan jaringan sistem informasi melalui computer sehingga apabila
barang masuk atau barang terpakai/terjual, datanya dapat langusng diakses
di semua unit terkait (Herjanto, 2007).

3. Inventory Record

Agar sebuah MRP dapat bekerja dengan baik dibutuhkan suatu


manajemen persediaan yang baik. Jika perusahaan belum mencapai
setidaknya 99 persen ketelitian catatan, maka perencanaan kebutuhan
material tidak akan bekerja dengan baik.
Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang up to
date untuk setiap komponen barang. Data ini harus menyediakan informasi
yang akurat tentang ketersediaan komponen dan seluruh transaksi
persediaan, baik yang sudah terjadi maupun yang sedang direncanakan.
Data itu mencakup nomor identifikasi, jumlah barang yang terdapat di
gudang, jumlah yang dialokasikan, tingkat persediaan minimum (safety
stock level), komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangan, serta
waktu tenggang (procurement lead time) bagi setiap komponen (Herjanto,
2007).
Data persediaan bisa merupakan catatan manual selama di-up date
dari hari ke hari. Namun, dengan berkembangnya teknologi dan semakin
murahnya harga computer maka kini banyak perusahaan sudah
menggunakan jaringan sistem informasi melalui computer sehingga apabila
barang masuk atau barang terpakai/terjual, datanya dapat langusng diakses
di semua unit terkait (Herjanto, 2007).

4. Lot Sizing

Teknik penentuan ukuran lot (lot sizing) terbagi atas beberapa


teknik, yaitu lot for lot (LFL), economic orde quantity (EOQ).

a. Lot for lot (LFL)


Metode lot for lot (LFL) atau metode persediaan
minimal berdasarkan pada ide menyediakan persediaan
(memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan pada saat itu.
Jadi biaya yang timbul hanya berupa biaya pemesanan.
Apabila terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang,
maka akan berakibat pada terhambatnya proses produksi
apabila persediaan itu berupa bahan baku, atau tidak
terpenuhinya permintaan pelanggan apabila persediaan
tersebut berupa bahan jadi. Namun, bagi perusahaan tertentu
yang menjual barang-barang yang tidak tahan lama, metode
lot for lot (LFL) merupakan pilihan yang terbaik. Metode ini
menggunakan tabel khusus yang terdiri dari banyaknya
kebutuhan bahan baku dalam periode tertentu, jumlah
pemesanan bahan baku tersebut, jumlah persediaan akhir,
biaya pesan dan total biaya.
b. Economic Order Quantity (EOQ)
Dalam teknik economic order quantity (EOQ),
besarnya ukuran lot adalah tetap. Namun perhitungannya
adalah sudah mencakup biaya pesan serta biaya simpan.
Economic order quantity (EOQ) dipengaruhi oleh 2 (dua)
jenis biaya, yaitu biaya pemesanan untuk setiap pengadaan
atau pembelian bahan baku, dan biaya penyimpanan bahan
baku di perusahaan untuk jumlah tertentu sesuai dengan
jumlah yang dipesan atau dibeli pada suatu periode.

c. Least Unit Cost (LUC)


Metode least unit cost (LUC) merupakan metode
yang menggunakan permintaan dari periode saat ini,
kemudian dievaluasi untuk menentukan jumlah lot yang
diperlukan untuk periode selanjutnya. Cara menggunakan
metode ini adalah dengan memilih biaya terkecil per unitnya
dari beberapa periode tertentu dengan menambahkan biaya
penyimpanan total terhadap biaya pemasangannya, dan
kemudian mencari periode yang biaya per unit yang paling
kecil.

d. Least Total Cost (LTC)


Metode ini merupakan teknik lot sizing yang
menghitung jumlah pemesanan dengan membandingkan
antara set-up cost dan carrying cost untuk lot sizing yang
bervariasi dan memilih sebuah lot yang memberikan atau
mempunyai set-up cost dan carrying cost yang hamper
sama. Prosedur untuk menghitung least total cost (LTC)
adalah dengan membandingkan biaya pemesanan (ordering
cost) dengan biaya penyimpanan (holding cost) untuk
beberapa periode. Pemilihan yang tepat adalah lot sizing
yang memiliki biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya
penyimpanan (holding cost) yang kira-kira sama.
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa

PT. Trimitra Baterai Prakasa merupakan perusahaan yang menyedakan


berbagai macam jenis aki. Aki ini dibuat berdasarkan pesanan, tipe produksinya
adalah tipe job order, perusahaan melakukan produksi jika menerima pesanan dari
konsumen. Untuk menghadapi keadaan ini dan mengantisipasi permintaan yang
tidak tentu, perusahaan melakukan pengendalian persediaan.

Pada saat ini PT. Trimitra Baterai Prakasa melakukan pengendalian


persediaan secara manual. Adapun kegiatan yag berkaitan dengan pengendalian
persediaan tersebut adalah menghitung, mencatat dan mengendalikan persediaan
yang ada. Untuk bahan baku pure lead sendiri, digunakan sekitar 5,3kg/batterai.
Sedangkan pembelian bahan baku itu sendiri berdasarkan data permintaan dari
customer, kemudian dilakukan rapat antara departemen marketing dengan customer
tersebut apakah perusahaan mampu untuk menyanggupi permintaan customer
tersebut.

1. Pengumpulan Data

a. Data Penggunaan lead


Berdasarkan wawancara dengan departement PPIC, bahan baku
yang paling banyak digunakan adalah Pure Lead. Oleh karena itu,
penelitian ini mengambil bahan baku pure lead sebagai objek
penelitian. Data yang digunakan adalah data rencana produksi,
pembelian dan pemakaian pure lead tahun 2017. Hal tersebut bisa
dibuktikan dari tabel penggunaan bahan baku lead sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Historis penggunaan bahan baku timah di PT. Trimitra
Baterai Prakasa.

No Type Lead Dasar Perhitungan kg/baterai


1 Pure Lead 99,97% 5,3
2 Lead Alloy 1,7% 0,05
3 Lead Alloy 2,5% 2
4 Lead Alloy 3% 0,88
5 Lead Alloy 3,5% 0,01
6 Lead Alloy Ca (-) 0,78
7 Lead Alloy D42Ca (+) 1,1
8 Swetener 0,03
Total 10,2

(Sumber : PT. Trimitra Baterai Prakasa)

Berdasarkan tabel tipe lead dan penggunaan lead tersebut dapat


dilihat bahwa penggunaan bahan baku pure lead lebih banyak
digunakan daripada penggunaan bahan baku lead jenis lainnya.

b. Data Rencana Produksi dan Penggunaan Bahan Baku


Data rencana produksi dan penggunaan bahan baku adalah data yang
didapat dari jumlah permintaan konsumen kepada perusahaan. Berikut
ini data rencana produksi dan penggunaan bahan baku pure lead selama
1 tahun terhitung Tahun 2017.
Tabel 4.2 Data Historis Rencana Produksi dan Penggunaan Bahan Baku tahun 2017.

DESCRIPTION UNIT JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC TOTAL RATA2

PRODUKSI
Baterai 260.260 260.255 307.136 300.055 357.004 272.188 400.159 355.005 257.108 300.244 272.014 98.556 3.439.984 286.665
BATERAI
STOCK
Kgs 290.361 389.952 555.489 522.266 565.839 410.359 477.076 416.322 601.208 732.259 1.022.293 1.341.158 610.382
AWAL
PEMBELIAN
Kgs 1.409.149 1.555.366 1.628.915 1.768.937 1.729.162 1.509.026 2.133.820 2.072.692 1.482.385 1.847.742 1.853.974 188.646 19.179.814 1.598.318
PURE LEAD
PEMAKAIAN
Kgs 1.309.558 1.389.829 1.662.138 1.725.363 1.884.643 1.442.309 2.194.574 1.887.806 1.351.334 1.557.707 1.535.110 559.684 18.500.055 1.541.671
PURE LEAD
STOCK
Kgs 389.952 555.489 522.266 565.839 410.359 477.076 416.322 601.208 732.259 1.022.293 1.341.158 970.120 667.028
AKHIR
TARGET
Kgs 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
STOCK

(Sumber : PT. Trimitra Baterai Prakasa)


Dari tabel tersebut kita dapat melihat bahwa pembelian pure lead
tidak sesuai dengan pemakaiannya. Pure lead yang dibeli cenderung
bersisa setiap bulannya. Untuk rata-rata penggunaan bahan baku pure
lead dalam setiap 1 unit batterai bisa mencapai 5,3kg/batterai, hal ini
didapatkan dari hasil pembagian rata-rata pemakaian pure lead dibagi
dengan rata-rata produksi baterai. Yang berarti, penggunaan pure lead
perharinya bisa mencapai 70.000kg, hal ini didapatkan dari rata-rata
pemakaian pure lead dibagi dengan 20 hari kerja per bulannya.
Dapat dilihat pula bahwa rata-rata stok akhir penggunaan baterai
adalah 667.028kg pure lead setiap bulannya. Jika rata-rata tersebut
dibagi dengan penggunaan pure lead setiap harinya, maka bisa
didapatkan 9 hari kerja. Karena kejadian tersebut, peneliti mengusulkan
bagaimana caranya setidaknya maksimal 4 hari kerja atau sekitar
300.000kg pure lead yang menjadi rata-rata stok akhir atau safety stock.

c. Perhitungan Perubahan Safety Stock Bahan Baku Pure Lead


Untuk menghemat biaya pembelian bahan baku dan juga
meminimalisir banyaknya bahan baku yang tersisa, maka dilakukan
perhitungan dengan rumus pembelian bahan baku dengan mengubah
safety stock yang tadinya diterapkan sebanyak 500.000kg pure lead
menjadi 300.000kg pure lead saja agar tidak terlalu banyak menyisakan
bahan baku.

1) Perhitungan Pembelian Bahan baku bulan Januari-Desember


2017 dengan menggunakan usulan safety stock sebesar 300.000
kg
Rumus pembelian bahan baku yang digunakan adalah sebagai
berikut:
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢
= (𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑟𝑒 𝑙𝑒𝑎𝑑 + 𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘)
− 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Contoh Perhitungan pembelian bahan baku bulan Januari
dengan menggunakan usulan safety stock sebesar 300.000

𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢


= (1.399.418 + 300.000) − 290.361

Maka pure lead yang harus dibeli dengan safety stock sebesar
300.000 adalah 1.409.057 dibandingkan dengan penggunaan
safety stock sebesar 500.000, pembelian bahan baku dengan
safety stock sebesar 300.000 lebih sedikit.

2) Perhitungan penggunaan bahan baku pure lead pada bulan


Januari-Desember 2017 didapatkan dari produksi baterai per
unit dikalikan dengan 5,3kg (merupakan jumlah penggunaan
pure lead untuk 1 unit baterai)

Maka, dengan rumus dan usulan tersebut bisa didapatkan tabel


sebagai berikut :
Tabel 4.3 Data usulan

DESCRIPTION UNIT JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC TOTAL RATA2

PRODUKSI
Baterai 260.260 260.255 307.136 300.055 357.004 272.188 400.159 355.005 257.108 300.244 272.014 98.556 3.439.984 286.665
BATERAI
STOCK
Kgs 290.361 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 299.197
AWAL
PEMBELIAN
Kgs 1.409.057 1.399.391 1.651.470 1.613.396 1.919.611 1.463.555 2.151.655 1.908.862 1.382.470 1.614.412 1.462.619 529.936 18.506.433 1.542.203
PURE LEAD
PEMAKAIAN
Kgs 1.399.418 1.399.391 1.651.470 1.613.396 1.919.611 1.463.555 2.151.655 1.908.862 1.382.470 1.614.412 1.462.619 529.936 18.496.794 1.541.399
PURE LEAD
STOCK
Kgs 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
AKHIR
TARGET
Kgs 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
STOCK
Dapat kita lihat dari tabel usulan tersebut, rata-rata pembelian bahan
baku pure lead sudah mengalami perubahan dari rata-rata pembelian bahan
baku awal dengan selisih 673.381. Dimana jika dihitung Rp 25.000/kg pure
lead, perusahaan seharusnya bisa menyimpan uang sebesar Rp 16.834.525

4.2 Pembahasan

Bahan baku yang paling banyak dan sering digunakan adalah bahan baku
timah jenis pure lead. Proses pembelian bahan baku pure lead di PT. Trimitra
Baterai Prakasa belum terstruktur. Hal ini dikarenakan PT. Trimitra Baterai Prakasa
terkadang melakukan cara manual untuk pembelian bahan baku pure lead. Bahkan
terkadang bagian marketing membeli bahan baku pure lead sebanyak-banyaknya
pada saat harga pasar timah itu sendiri sedang turun. Hal tersebut justru
menyebabkan kelebihan banyak stock setiap bulannya.

Berdasarkan data aktual perencanaan dan penggunaan bahan baku pure lead
pula dapat dilihat bahwa pembelian bahan baku tidak sesuai dengan penggunaan
pada kenyataannya. Rata-rata stok akhir mencapai 667.028kg perbulan, jika
dihitung rata-rata penggunaan pure lead perhari sebanyak 70.000kg, maka bisa
ditemukan sekitar 9 hari kerja yang seharusnya bisa digunakan untuk memproduksi
baterai.

Karena keadaan tersebut, peniliti memberikan usulan kepada perusahaan


agar meminimalisir kelebihan bahan baku pure lead dengan mengubah safety stock
yang awalnya 500.000kg pure lead menjadi 300.000kg pure lead saja. Peneliti
mengambil angka 300.000kg pure lead sebagai acuan atas dasar penggunaan safety
stock sebanyak 4 hari saja. Berdasarkan hasil wawancara dengan departemen PPIC,
bahan baku terlambat paling lambat telat 3 hari, sedangkan 1 hari nya lagi
digunakan sebagai safety stock karena penggunaan pure lead mengalami fluktuasi
tidak selalu sama setiap jenis aki nya.

Setelah dilakukan usulan dan perhitungan dengan mengganti jumlah safety


stock, rata-rata pembelian bahan baku pure lead sudah mengalami perubahan nilai
rata-rata yang tadinya tinggi, menjadi berkurang dengan selisih 673.381 dari rata-
rata pembelian bahan baku awal. Dimana jika dihitung Rp 25.000/kg pure lead,
perusahaan bisa menyimpan uang sebesar Rp 16.834.525
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. PT. Trimitra Baterai Prakasa merupakan perusahaan yang menyedakan
berbagai macam jenis aki. Aki ini dibuat berdasarkan pesanan, tipe
produksinya adalah tipe job order, perusahaan melakukan produksi jika
menerima pesanan dari konsumen. Untuk menghadapi keadaan ini dan
mengantisipasi permintaan yang tidak tentu, perusahaan melakukan
pengendalian persediaan.
2. Berdasarkan data aktual perencanaan dan penggunaan bahan baku pure
lead pula dapat dilihat bahwa pembelian bahan baku tidak sesuai dengan
penggunaan pada kenyataannya. Rata-rata stok akhir mencapai
667.028kg perbulan, jika dihitung rata-rata penggunaan pure lead
perhari sebanyak 70.000kg, maka bisa ditemukan sekitar 9 hari kerja
yang seharusnya bisa digunakan untuk memproduksi baterai.
3. peniliti memberikan usulan kepada perusahaan agar meminimalisir
kelebihan bahan baku pure lead dengan mengubah safety stock yang
awalnya 500.000kg pure lead menjadi 300.000kg pure lead saja.
Peneliti mengambil angka 300.000kg pure lead sebagai acuan atas dasar
penggunaan safety stock sebanyak 4 hari saja. Berdasarkan hasil
wawancara dengan departemen PPIC, bahan baku terlambat paling
lambat telat 3 hari, sedangkan 1 hari nya lagi digunakan sebagai safety
stock karena penggunaan pure lead mengalami fluktuasi tidak selalu
sama setiap jenis aki nya.
4. Setelah dilakukan usulan dan perhitungan dengan mengganti jumlah
safety stock, rata-rata pembelian bahan baku pure lead sudah mengalami
perubahan nilai rata-rata yang tadinya tinggi, menjadi berkurang dengan
selisih 673.381 dari rata-rata pembelian bahan baku awal. Dimana jika
dihitung Rp 25.000/kg pure lead, perusahaan bisa menyimpan uang
sebesar Rp 16.834.525

5.2 Saran
1. PT. Trimitra Baterai Prakasa sebaiknya memperbaiki pengendalian
persediaan bahan baku supaya persediaannya terstruktur dengan baik.
2. Perusahaan sebaiknya menentukan besarnya persediaan pengaman (Safety
Stock), pemesanan kembali (Reorder Point), dan persediaan maksimum
(Maximum Inventory) untuk menghindari resiko kehabisan bahan baku
(Stock Out) dan juga kelebihan bahan baku sehingga dapat meminimalisasi
biaya bahan baku bagi perusahaan.
Daftar Pustaka

Arens, Elder, Beasley, 2006. Fungsi Bisnis Yang Terkait Dalam


Siklus Persediaan
Dan Pergudangan, Auditing dan Pelayanan Verifikasi.
Assauri, Sofjan. 2004. “Manajemen Produksi dan Operasi Edisi
Revisi 2004”,
Jakarta.: PT Gramedia Pustaka Utama.
Assauri,Sofjan. 1999. Sistem Perencanaan Produksi Dan
Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Pada Perusahaan Susu Olahan.
Biegel, 1999. Analisis Perencanaan Kebutuhan Material sebagai
Upaya
Pemenuhan Kebutuhan Produksi Sandal Kulit pria Di PT.Manunggal
Jaya.
Fithri Prima, Annise Sindikia. 2014. Pengendalian Persediaan
Pozzolan Di PT
Semen Padang. Padang, Jurnal Optimasi Sistem Industri.
Gaspersz, 2002. Analisis Perencanaan Kebutuhan Material sebagai
Upaya
Pemenuhan Kebutuhan Produksi Sandal Kulit pria Di PT.Manunggal
Jaya.
Herjanto, Eddy. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi
Ketiga. Jakarta : Grasindo
Herjanto,1999. Analisis Perencanaan Kebutuhan Material sebagai
Upaya
Pemenuhan Kebutuhan Produksi Sandal Kulit pria Di PT.Manunggal
Jaya.

Anda mungkin juga menyukai