Anda di halaman 1dari 51

OSCE UKMPPD

GAMBARAN OSCE UKMPPD FEBRUARI 2018


• DIBAGI MENJADI 3 HARI UJIAN DENGAN MASING-MASING 2 SESI, TIAP HARI ADA
SESI PAGI DAN SIANG, MASING-MASING DIBAGI LAGI ADA PARALEL A DAN B
• JADI HARI PERTAMA SESI PAGI: SESI IA DAN IB, SORE: SESI IIA DAN IIB DST
• MASING-MASING SESI ADA 14 STATION, 12 STATION UJIAN + 2 STATION ISTIRAHAT
• WAKTU UNTUK MASING-MASING STATION 15 MENIT (INCLUDE 1 MENIT
PERTAMA UTK BACA SOAL)
• ATURAN STRICT TIDAK BOLEH MEMBAWA TAS, CATATAN ATAU APAPUN ITU
KECUALI NAMETAG+KARTU IDENTITAS (TAPI KALAU TASNYA MAU DIBAWA TERUS
DITARUH DIMOBIL/DI JOK MOTOR SILAKAN, ASAL JANGAN DIBAWA KE LOKASI
UJIAN)
• DI MASING-MASING STATION BIASANYA DISEDIAKAN BUKU OBAT FORNAS DAN
DOEN, KALAU LUPA NAMA OBAT DAN SEDIANNYA BOLEH BUKA BUKU  CUMA
BIASANYA NGGAK KEBURU, SAKIT MEPETNYA WAKTU
STATION SESI I SESI II SESI III SESI IV SESI V SESI VI
1. Hipersomnia Bipolar episode GAD GAD Insomnia Gg cemas+depresi
depresi
2. Tetanus Tetanus Meningoenesefalitis Meningitis Ensefalitis Ensefalitis virus
dd tetanus
3. Hordeolum eksterna OE difus OS blepharitis Motion sickness Episkleritis Rhinitis akut
antrerior
4. Parotitis Hemoroid interna Diare akut RS Stomatitis Diare akut Gastritis
5. DMT2 Gout artritis Metabolik synd Metabolic synd Hipertiroid Grave disease
6. Uretritis GO Sistitis PNA Ulkus mole GNAPS Batu ginjal D + HN
gr II
7. ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT
8. Syok anafilaktik Syok anafilaktik Syok anafilaktik Syok anafilaktik Syok anafilaktik Syok anafilaktik
9. Hecting Hecting Hecting Hecting Hecting Hecting
10. Sprain genu CF Humerus D Ankle sprain CF radius ulna 1/3 CF Femur Fr clavicula
medial
11. HT Grade I/TTH VES SVT UAP STEMI VES
12. Asma Asma PPOK PPOK Emfisema PPOK eks akut
13. Mastitis Mastitis Abses Bartholin Abses bartolin ANC ANC
14. ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT
OSCE GASTROHEPATOLOGI
by: dr. Ayu Bangkitaryani
ALPHA UKMPPD
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Penunjang
4. Diagnosis dan Diagnosis Banding
5. Tatalaksana (farmako dan non farmako)
Contoh Kasus
• Laki-laki berusia 42 tahun mengeluh penurunan nafsu makan sejak 2
bulan yang lalu.
A. Lakukan anamnesis pada kasus diatas
B. Lakukanlah pemeriksaan fisik pada kasus diatas
C. Mintalah pemeriksaan penunjang yang relevan pada kasus diatas
D. Lakukanlah tatalaksana non-farmakologi pada kasus diatas
Anamnesis
Nyeri perut atas
• Waktu nyeri yang dialami, apakah akut atau kronis?
• Minta pasien mendeskripsikan lokasi nyeri dan penjalaran dari nyeri.
• Minta pasien untuk menilai nyeri perut yang dialami dari nilai 1-10
• Eksplorasi mengenai faktor yang dapat memperingan dan memperparah nyeri

Dyspepsia
• Menanyakan dengan lebih jelas mengenai gejala ketidaknyamanan dan nyeri yang dialami.
• Tanyakan apakah ada sensasi tidak nyaman di belakang perut
• Alarm symptoms dyspepsia: kesulitan dalam menelan, nyeri saat menelan, mual dan
muntah, penurunan berat badan dan anemia
Nyeri Perut Bawah
Nyeri perut kanan bawah:
• Cari karakteristik nyeri perut apakah tajam (seperti ditusuk), atau nyeri bersifat kolik.
DD:
• Cari apakah ada demam, penurunan nafsu makan, mual-muntah
• DD:/ Appendisitis, Kehamilan ektopik, Pelvic inflammatory disease

Nyeri perut kiri bawah


• Apakah ada massa yang dapat dipegang oleh pasien pada perut kiri bawah
• “ketegangan” yang dirasakan pada perut kiri bawah
• DD:/ Diverticulitis dan ISK
Diare
• Durasi diare, apakah diare dialami < 2 minggu (akut) atau diare dialami >4 minggu
(kronis).
• Karakteristik dari diare seperti volume per BAB, jumlah dan konsistensi dari BAB
• Mukus / darah pada BAB serta lemak pada BAB
• Riwayat bepergian, immunokompromise

Konstipasi
• Frekuensi BAB dalam 3 bulan terakhir
• Feses yang keras dan nyeri
• Warna dari feses dan kekerasan feses
• Apakah pasien masih bisa flatus
Pemfis
• Status Present : Lakukan semuanya cek Tensi, Nadi, HR, RR
• Biasanya kalua sudah dilakukan baru penguji akan memberi tahu hasil
pemeriksaannya
• Pemeriksaan generalis head to toe, simple aja
• Mata : cek konjungtiva
• THT : buka mulut cek tonsil
• Cor pulmo : auskultasi aja
• Abdomen : ini baru lebih lengkap
• Ekstremitas
• Intinya head to toe tetap dilakukan tapi simple aja dan yang lebih detail tergantung
kasus, kalau kasus gastro pemeriksaan abdomen lebih lengkap, kalua kasus jantung
pemeriksaan cardionya yang lengkap
Pemeriksaan Fisik RT:
Abdomen:
 Tonus sphincter ani:
 Inspeksi kuat/lemah
 Ampula recti: kolaps/tidak
 Auskultasi: bising usus,
suara abnormal lain  Mukosa: benjolan
 Prostat: pool
 Perkusi: distribusi bunyi,
batas paru-hepar, px  Nyeri
PX Gastro ascites  Lendir, feses, darah

 Palpasi: superfisial (nyeri


tekan, tumor), dalam Lain2:
(hepar, lien, ginjal)  Px. Appendisitis (NT
mcburney, Blumberg,
rovsing, psoas, obsturator
sign, defans muskuler)
INSPEKSI
• Distensi atau tidak, simetris atau tidak, perhatikan kulit (sikatriks,
striae, pelebaran vena), umbilikus (bentuk, lokasi, tanda inflamasi,
hernia), apakah tampak massa atau pembesaran organ.
AUSKULTASI
• Evaluasi bising usus (normalnya 5-12 kali/menit). Dengarkan apakah
ada suara abnormal lain (metallic sound, bising aorta)
PERKUSI
• Lakukan perkusi pada keempat kuadran abdomen untuk menilai
distribusi suara timpani dan redup.
• - Nilai batas hepar: perkusi dari bawah payudara kanan (sonor)
sampai hepar (redup). Teruskan perkusi hingga suara redup berubah.
Normal liver span: 6-12 cm
• - Penilaian ascites: knee-chest position (ascites minimal), shifting
dullness, undulasi (ascites masif)
PENILAIAN ASCITES
1. Knee- chest position
- Pasien posisi telungkup dan menungging
- Lakukan perkusi dari lateral ke arah umbilikus
- Apabila terdapat ascites, akan ditemukan perubahan bunyi timpani menjadi redup

• 2. Shifting dullness:
- Pasien berbaring telentang
- Perkusi dari umbilikus ke lateral kiri atau kanan
- Tandai perpindahan dari bunyi timpani menjadi redup
- Minta pasien miring ke daerah kontralateral dari sisi yang diperkusi
- Tunggu beberapa saat
- Kembali lakukan perkusi di area perubahan suara tadi
- Shifting dullness positif apabila daerah yang tadinya redup menjadi timpani.
3. Tes Undulasi:
- Pasien berbaring telentang
- Minta pasien menahan perutnya di bagian tengah dengan tangan
- Satu tangan pemeriksa menahan di satu sisi abdomen, dan tangan
lainnya melakukan perkusi di sisi abdomen kontralateral
- Rasakan apakah ada getaran gelombang cairan ascites.
PALPASI
• Pasien posisi telentang. Minta untuk menekuk setengah kedua lutut.
Palpasi Dangkal
• Lakukan penekanan ringan menggunakan palmar tangan pada seluruh
kuadran abdomen. Nilai apakah ada ketegangan otot, nyeri tekan, massa.
Palpasi Dalam:
Palpasi Hepar
- Letakkan tangan kiri di belakang pasien, setinggi costa 11-12
- Tangan kanan menekan sisi perut dari batas bawah hepar menggunakan sisi
palmar jari-jari
- Minta pasien menarik nafas, lakukan palpasi pada lobus kanan dan kiri
hepar
- Nilai apakah hepar teraba atau tidak. Jika ya deskripsikan ukuran,
permukaan hepar, konsistensi, ada nyeri tekan atau tidak.
Palpasi Lien
- Tangan kiri pemeriksa menyangga dari belakang kiri pasien
- Tangan kanan diletakkan di depan, di bawah arcus costa, lakukanlah
tekanan ke arah lien.
- Mulai palpasi di daerah yang cukup rendah untuk dapat meraba lien
yang membesar.
- Minta pasien untuk menarik napas
- Nilai adakah pembesaran (jika ya, deskripsikan dalam Schuffner),
nyeri tekan, bagaimana permukaan lien.
Pemeriksaan Ginjal
- Ballotement
Tangan kiri pemeriksa di bagian pinggang belakang, tangan kanan di bagian
ventralnya.
Tangan kanan digerakkan, tangan kiri merasakan apakah ada benturan
(ballottement positif pada pembesaran ginjal).
Lakukan hal yang sama pada sisi satunya.

- Ketok CVA
Minta pasien untuk miring ke kiri.
Letakkan tangan kiri pemeriksa pada bagian pinggang belakang dengan
kepalan tangan kanan melakukan gerakan memukul di atasnya.
Positif apabila pasien merasakan nyeri.
Lakukan hal yang sama pada sisi satunya.
RECTAL TOUCHER
Prosedur:
• - Informed consent kepada pasien (jelaskan prosedur, mengapa diperlukan)
- Cuci tangan
- Siapkan alat dan bahan
- Posisi pasien berbaring, miring ke sisi kiri, kedua lutut ditekuk, celana
diturunkan
- Pemeriksa memakai handschoen
- Inspeksi regio anal
- Oleskan jelly pada jari telunjuk kanan pemeriksa, tangan kiri di
suprasimfisis, masukkan telunjuk kanan ke dalam anus
Penilaian:
- Tonus sphincter ani: kuat atau lemah
- Ampula recti: kolaps atau tidak
- Mukosa rekti: ada benjolan atau tidak, bila ada deskripsikan letak di
jam berapa, ukuran, konsistensi, rapuh atau tidak, jarak dari anocutan
line
- Prostat: teraba pool atas atau tidak, teraba nodul atau tidak, ada nyeri
tekan atau tidak
- Apakah terdapat benjolan di luar lumen atau tidak
- Apakah ada nyeri, bila ada pada jam berapa
- Keluarkan jari. Nilai apakah ada lendir, feses, darah
- Bersihkan anus dengan kasa
Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap
• Fungsi hati (SGOT/PT, Albumin, Bilirubin Direk Indirek)
• Cek Feses Lengkap
• Foto Polos Abdomen
Kasus-Kasus Gastro Hepato
Anamnesis Nyeri ulu hati, mual muntah Demam, nyeri perut BAB cair frekuensi > 3 Demam, kuning, bab
Riw suka makan makanan kanan bawah, mual kali, nyeri perut dempul, bak teh, mual
pedas muntah Bisa ada muntah, mencret,
dehidrasi/tidak nyeri perut
Penunjang - DL FL Fungsi hati
USG Abdomen (OT/PT ↑)
Diagnosis Gastritis Apendisitis Diare akut Hepatitis A
DDx Angina pektoris Batu ginjal D Diare akut ec bakteri Kolesistitis, ca
Appendisitis PID, KE Diare akut ec amoeba pankreas
Terapi Antasida + PPI/H2 blocker Rujuk Sp.B Tergantung causa Simptomatis
Antasida 3x1 ac Jangan berikan Viral : rehidrasi + zinc - IV line
Ranitidine 2x150 mg atau analgetik Bakteri : rehidrasi + - Antipiretik –
omeprazole 2x20 mg ac ciprofloxacin 2x500 mg metamizole3x500
Amoeba : reidrasi + mg, ibuprofen
metronidazole 3x500 3x400 mg
mg - Antiemetik
Skill Khusus – Pasang NGT
INDIKASI
• Dekompresi lambung
• Pengambilan sekret lambung
• Pemberian obat, makanan dan minuman
• Membilas lambung dari zat-zat toksik atau iritan
• Menghentikan pendarahan pada esofagus, lambung atau usus

KOMPLIKASI
• Aspirasi
• Erosi nasal
• Refluks Esofagitis
• Ulkus gaster
• Aspirasi paru
OSCE MUSKULOSKELETAL
by: dr. Ayu Bangkitaryani
ALPHA UKMPPD
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Penunjang
4. Diagnosis dan Diagnosis Banding
5. Tatalaksana (farmako dan non farmako)
 Laki-laki, 27 tahun ditemukan tertabrak motor.
A.Lakukanlah penanganan awal pada kasus ini
Kasus 1:
B.Lakukanlah tatalaksana non-farmakologi dalam kasus
ini
 Primary Survey:
A : Airway and protection of spinal cord
Pendekatan B : Breathing and Ventilation
ATLS dalam
C : Circulation
kasus Trauma
D : Disability
E : Exposure and control of the environment
A : Airway clear, tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak
ada snoring maupun gurgling

B: nafas 18 x /menit, tidak ada penggunaan otot nafas


tambahan

Kasus 1:
C: HR: 130x/menit, akral hangat, TD: 120/70

D: GCS 15

E: terdapat luka di kaki kanan bawah


SECONDARY SURVEY
 Anamnesis: mekanisme trauma, riw,
kesadaran, riw sebelum trauma (AMPLE)
Secondary  Tensi dan tanda vital
Survey
 General assessment (PF umum)
 Status lokalis: Look, feel, move
PEMFIS MUSKULOSKELETAL
Prinsip menggunakan pemeriksaan LOOK, FEEL, MOVE
1. Look: Perhatikan kulit, apakah terdapat perubahan warna kulit, kemerahan, biru,
atau kehitaman, perhatikan juga adanya lecet maupun luka terbuka, adanya
perdarahan aktif/tidak. Perhatikan juga kesimetrisan dan deformitas dari ekstremitas
berupa bengkak, bengkok, tampak tulang keluar dari kulit, dan bandingkan dengan
sisi kontralateral.
2. Feel: Hal yang penting dicari palpasi nadi perifer, suhu daerah cedera, CRT,
keadaan otot dan jaringan lunak disekitar lokasi cedera, saat palpasi rasakan adanya
krepitasi/tidak, nyeri tekan dan keadaan fungsi sensori.
3. Move: Nilai keadaan ROM (range of motion), dimulai dari gerakan aktif dilanjutkan
dengan gerakan pasif. Hindari manipulasi yang berlebihan pada lokasi yang dicurigai
fraktur. False movement, nilailah pergerakan abnormal pada sendi
4. TANDA PASTI FRAKTUR: Look (tampak eksposure tulang, adanya fat bubble), FEEL
(krepitasi), Move (False movement/sendi palsu). TANDA TIDAK PASTI: Look
(swelling, hiperemis kulit, deformitas), FEEL (nyeri tekan), Move (ROM terbatas).
PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang kasus cedera muskuloskeletal  Radiologi.
• Pembagian berdasarkan regio: Kepala, cervical, thorak, abdomen,
brachii, antebrachii, pelvis, femur, cruris, ankle.
• Permintaan foto sebaiknya mengikuti prinsip rule of 2: 2 view (2
proyeksi AP/PA dan Lateral), 2 joints (melibatkan 2 sendi disekitar
cedera), 2 limbs (menunjukkan keadaan sisi kontralateral epifisis
imatur pada anak seringkali rancu dengan diagnosis fraktur
digunakan sebagai pembanding), 2 occasion (pengambilan foto disaat
yang berbeda untuk evaluasi terapi pasca reposisi/penanganan).
 Istilah interpretasi fraktur:
 Lokasi terjadinya fraktur
 1 fragmen  fraktur simple
 2 fragmen atau lebih  kominutif
Interpretasi  Arah garis fraktur: transveral (tegak lurus dengan sumbu
tulang) atau diagonal / oblique
Radiologi  Hubungan fragmen satu dengan yang lain:
Fraktur  Displacement
 Angulation
 Shortening
 Rotation
 Fraktur terbuka / tertutup
Displacement
Angulation
Fraktur tertutup radius dextra komplit dengan
garis patahan oblique dengan angulasi dan
shortening

Contoh
diagnosis
fraktur
Informed Consent pada pasien
Ekspos bagian yang mengalami
fraktur
Penanganan Cek neurovaskuler proksimal dan
awal kasus distal
fraktur : Luka  balut steril
Pembidaian Minimal 2 buah spalk/papan
 Meliputi 2 sendi yang
berhubungan dan mengalami
fraktur
Cek neurovaskuler dan sensorik
setelah pemasangan
FRAKTUR CLAVICULA
Pemasangan Sling
Gunakan mitela (kain segitiga) untuk
imobilisasi.
Sling bertujuan untuk mengistirahatkan
lengan yang cedera, dapat digunakan
untuk fraktur humerus dan fraktur ulna-
radius.
FRAKTUR HUMERUS
Gunakan minimal 2 mitela
dalam membalut bidai di
bagian proksimal dan distal
cedera.

Bila pasien dapat berjalan


sendiri gunakan sling yang
dibuat dari mitela , bila tidur,
lengan pasien dapat
diluruskan dan dibidai
hingga lengan bawah.
FRAKTUR RADIUS/ULNA
Kasus fraktur os ulna/radius
Lakukan pembidaian dan dilanjutkan
dengan pemasangan sling.
FRAKTUR FEMUR
Kasus fraktur os femur
Lewati sendi pinggul dan sendi
lutut dalam melakukan
pembidaian, fiksasi dengan
mitela dapat dilakukan hingga
atas panggul.
FRAKTUR TIBIA/FIBULA

Lakukan pembidaian, bidai sebaiknya 3


buah di bagian posterior, lateral, dan
medial.
FRAKTUR PATELLA

Bidai dengan memberi bantalan di


posterior patella (popliteal), dilanjutkan
dengan fiksasi 4 ikata sesuai gambar.
 AX: nyeri pada paha setelah
kecelakaan, tanyakan MOI,
pakai helm/tdk, penurunan
 DX: closed fracture femur
kesadaran, AMPLE
dextra/sinistra
Closed fracture  PX: ABCDE, TTV, Stat
 Non farmako: pembidaian
general, look (deformitas)
tibia feel (nyeri tekan, hangat)
lalu rujuk
move (ROM terbatas)  Farmako: ketorolac 30 mg IM
 PEN: rontgen femur
dextra/sinistra ap/lateral
 AX: nyeri pada kedua lutut,  DX: osteoarthritis
memberat bila berjalan, kaku
sendi  DD: rheumatoid arthritis,
arthritis septik
 PX: look (tanda radang sendi,
Osteoarthritis deformitas), feel (krepitasi),  Farmako: NSAID (ex
move (hambatan gerak) meloxicam 3x7,5mg)
 PEN: rontgen genu bilateral  Non farmako: turunkan BB,
ap/lateral RM/fisioterapi
Rest
Ice
Penanganan Compression – dari distal ke
awal kasus proksimal
sprain dan Elevation
strain : RICE
Otot: STRAIN
Ligament : SPRAIN
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai