Disusun Oleh :
dr. Rizki Ahmad Ferdian
Pembimbing :
dr. Jeumpa Fitri
STATUS PASIEN
Pasien
Nama An. R.N
Umur 10 th
Alamat Jl. Kalisari Jakarta Timur
Data pelayanan
A. Keluhan Utama
Demam
B. Keluhan Tambahan
Tidak BAB, mual, muntah
C. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien diantar oleh ibunya ke poli umum puskesmas kecamatan dengan
keluhan demam sejak 8 hari yang lalu, demam yang dirasakan pasien bertahap-tahap
meninggi dan hilang timbul. Demam muncul pada waktu sore menjelang malam hari,
dan hilang ketika pagi hari, demam tidak sampai menggigil. Awalnya pasien
mengikuti kegiatan berkemah dari sekolahnya, lalu pasien mengaku selama berkemah
makan di sembarang tempat, dan akhirnya pasien mengalami keluhan seperti ini
setelah pulang dari perkemahan. Untuk mengatasi keluhan ini orang tua pasien
memberikan obat yang dibeli di apotek (parasetamol sirup). Keluhan sempat membaik
namun timbul kembali. Selain itu pasien mengeluh mual dan muntah, muntah berisi
makanan yang telah dimakanya, dalam sehari pasien bisa muntah sampai 3 kali, nafsu
makan pasien juga menurun. pasien juga mengeluh tidak BAB sejak 5 hari yang lalu.
Tidak ada nyeri otot, mata kuning disangkal, Berpergian ke daerah endemik malaria
disangkal, rumah sering kebanjiran disangkal, keluhan keluar cairan dari telinga
disangkal, nyeri menelan disangkal, batuk – batuk disangkal, nyeri saat berkemih
disangkal. Sebelumnya pasien belum pernah mengalami hal seperti ini.
Tanda Vital :
Nadi : 68 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 38,8˚ C
B. Status Generalis
Kepala : Inspeksi Normocephali, rambut hitam, distribusi merata.
Palpasi Rambut tidak mudah rontok, panjang dan halus
Mata : Menyuruh pasien membuka mata Konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-
Mengambil senter dan melakukan reflex cahaya tidak langsung dan
langsung serta melakukan pemeriksaan pada pupil reflex cahaya
langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+, ukuran pupil 3 mm/3
mm, isokor, lensa jernih +/+
Telinga : Melakukan inspeksi pada telinga bagian luar Liang telinga lapang/
lapang, tidak ada serumen, sekret -/-
Hidung : Melakukan inspeksi pada hidung bagian luar Tidak ada
deformitas,
Mengambil rhinoskopi dan melakukan pemeriksaan pada bagian dalam
hidung cavum nasi lapang/ lapang, konka eutrofi, tidak hiperemis,
sekret -/-, krusta -/-
Tenggorokan : Menyuruh pasien membuka mulut dan melakukan inspeksi Uvula
di tengah, arkus faring simetris, arkus faring tidak hiperemis, tonsil
tidak hiperemis, T2-T2
Gigi dan mulut: Melakukan inspeksi pada bagian bibir bibir tidak sianosis,
Memberitahukan kepada pasien untuk membuka mulut lidah di
tengah, terlihat lidah kotor, gusi tidak tampak hiperemis, tidak ada
karies gigi.
Leher : Melakukan inspeksi leher trakea di tengah
Melakukan palpasi pada bagian leher kelenjar tiroid dalam batas
normal
KGB : Suprasternal : kanan dan kiri tidak teraba membesar
Colli anterior : kanan dan kiri tidak teraba membesar
Colli posterior : kanan dan kiri tidak teraba membesar
Thorax
Inspeksi : Melihat pergerakkan dinding dada Gerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan
Palpasi : Meletakkan kedua tangan pada bagian thoraks dan memberitahukan
kepada pasien untuk mengucapkan “ Sembilan Sembilan” Vokal
fremitus teraba simetris normal kiri dan kanan
Perkusi : Melakukan perkusi simetris kanan dan kiri Paru kiri dan kanan
sonor
Auskultasi : Meletakkan stetoskop pada dada untuk mendengarkan bunyi bising
napas dasar dan bunyi tambahan Vesikuler kanan dan kiri, Rh -/-,
Wh -/-
Jantung
Inspeksi : Melihat ada tidaknya iktus kordis Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Menentukkan iktus kordis pada dada Iktus kordis teraba di ICS V
sinistra
Perkusi : Melakukan perkusi untuk menentukkan batas paru hati, paru
lambung, batas jantung kanan dan batas jantung kiri
Batas Paru hati: ICS 6 garis mid klavikula dextra
Batas Paru Lambung: ICS 5 garis axilaris anterior sinistra
Batas Jantung kanan: ICS 5 garis parasternalis dextra
Batas Jantung kiri: ICS 6 garis midclavicula sinistra
Kesan : Tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : Menderkan bunyi jantung pada katup aorta, pulmonal, mitral dan
tricuspid S1=S2, normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Melakukan inspeksi pada perut, menilai perut buncit atau mendatar,
umbilicus menonjol atau tidak, gerakkan peristaltic dan kelainan kulit
lainnya tampak datar, umbilikus tidak menonjol, distensi vena (-),
gerakan hiperperistaltik (-), jejas (-), kelainan kulit (-)
Auskultasi : Mendengarkan bising usus menggunakan stetoskop pada keempat
kuadran dan hitung dalam 1 menit Bising usus (+), normal 2x/menit
Perkusi : Melakukan perkusi pada seluruh lapang abdomen Timpani di
seluruh lapang abdomen
Palpasi : Melakukan perabaan hepar, limpa dan menilai ada tidaknya nyeri
tekan pada epigastrium, defence muscular dan pemeriksaan balotement
Hepar, limpa tidak teraba membesar, nyeri tekan epigastirum (-),
defence muscular (-), balotement -/-.
Ekstremitas :
Atas : Turgor baik, akral hangat, capilarry refill time < 2 detik, edema (-).
Bawah : Turgor baik, akral hangat, capilarry refill time < 2 detik, edema (-)
150 – 400
TROMBOSIT 219.000/ul Normal
ribu/ul
TITER O H
S. TYPHOSA 1/320 -
S. PARATYPHOSA A 1/160 -
S. PARATYPHOSA B - -
S. PARATYPHOSA C - -
DIAGNOSIS
Terapi
Medikamentosa :
Thiamphenicol 250 mg 4x1 (selama 5 hari)
Parasetamol 500 mg 3x ½ (bila demam)
Vitamin B Kompleks
Antasida 3 x ½ tab
Non-Medikamentosa :
Istirahat total di rumah
Makan makanan yang sehat, bersih dan seimbang
Makanan tidak berserat dan mudah dicerna
Setelah demam mereda dapat diberikan makanan padat dengan kalori cukup
Edukasi:
Menginformasikan cara minum obat
Menginformasikan untuk istirahat dulu kurang lebih 1 minggu
Menginformasikan untuk makan makanan lunak terlebih dahulu untuk mengurangi
kerja usus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi
B. Epidemiologi
Demam tifoid sering terjadi di beberapa negara di dunia dan umumnya terjadi
masalah kesehatan publik yang signifikan. Berdasarkan data WHO (World Health
per tahun, angka kematian akibat demam tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya
C. Etiologi
Penyakit tifoid disebakan oleh Salmonella typhi yaitu bakteri enterik gram
negatif berbentuk basil dan bersifat patogen pada manusia. Penyakit ini mudah
berpindah dari satu orang ke orang lain yang kurang menjaga kebersihan diri dan
lingkungannya yaitu penularan secara langsung jika bakteri ini terdapat pada
feses, urine atau muntahan penderita dapat menularkan kepada orang lain dan
secara tidak langsung melalui makanan atau minuman. Salmonella typhi berperan
dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat bakteri berkembang biak dan
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang
meradang sehingga terjadi demam. Jumlah bakteri yang banyak dalam darah
minumnya tidak memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi yang buruk pada
lingkungan.
sanitasi umum, kualitas air temperatur, kepadatan penduduk, kemiskinan dan lain-
lain. beberapa penelitian di seluruh dunia menemukan bahwa laki-laki lebih sering
terkena demam tifoid, karena laki-laki lebih sering bekerja dan makan di luar
rumah yang tidak terjamin kebersihannya. Tetapi berdasarkan dari daya tahan
tubuh, wanita lebih berpeluang untuk terkena dampak yang lebih berat atau
mendapat komplikasi dari demam tifoid. Salah satu teori yang menunjukkan hal
tersebut adalah ketika Salmonella typhi masuk ke dalam sel-sel hati, maka hormon
D. Patofisiologi
mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja dalam jangka
waktu yang bervariasi. Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses mulai dari
typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut.Pada
saat melewati lambung dengan suasana asam banyak bakteri yang mati.Bakteri
yang masih hidup akan mencapai usus halus, melekat pada sel mukosa kemudian
menginvasi dan menembus dinding usus tepatnya di ileum dan jejunum. Sel M,
sel epitel yang melapisi Peyer’s patch merupakan tempat bertahan hidup dan
multiplikasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus
sirkulasi sistemik mencapai hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu dan
secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel hati dan secara sistemik
sebagian besar jalur fekal oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh bakteri yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya
keluar bersama dengan feses. Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari
seorang ibu hamil yang berada pada keadaan bakterimia kepada bayinya.2.3
tifus ialah penyakit demam karena adanya infeksi bakteri Salmonella typhi yang
pathogen penyebab demam tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan
yang dapat merusak usus dan organ-organ hati. Gejala penyakit ini berkembang
selama satu sampai dua minggu setelah seorang pasien terinfeksi oleh bakteri
tersebut. Gejala umum yang terjadi pada penyakit tifoid adalah Demam naik
secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau
remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore/malam hari, sakit kepala, nyeri
Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada
semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2
hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septisemia oleh karena
menyertai demam tinggi dapat menyerupai gejala meningitis,di sisi lain S. Typhi
juga dapat menembus sawar darah otak dan menyebabkan meningitis. Manifestasi
psikotik atau koma. Nyeri perut kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis.
Pada tahap lanjut dapat muncul gambaran peritonitis akibat perforasi usus. 1,2
F. Penatalaksanaan
Tatalaksana demam tifoid pada anak dibagi atas dua bagian besar, yaitu
tatalaksana umum yang bersifat suportif dan tatalaksana khusus berupa pemberian
antibiotik sebagai pengobatan kausal. Tatalaksana demam tifoid juga bukan hanya
ditujukan kepada penderita karier salmonella typhi, pencegahan pada anak berupa
pemberian imunisasi tifoid dan profilaksis bagi traveller dari daerah non endemik
nutrisi yang adekuat serta transfusi darah bila ada indikasi, merupakan tatalaksana
yang ikut memperbaiki kualitas hidup seorang anak penderita demam tifoid.
Gejala demam tifoid pada anak lebih ringan dibanding orang dewasa, karena itu
90 % pasien demam tifoid anak tanpa komplikasi, tidak perlu dirawat di rumah
sakit dan dengan pengobatan oral serta istirahat baring di rumah sudah cukup
Pemilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan demam tifoid pada anak di
tersedianya air bersih seharihari. Strategi pencegahan ini menjadi penting seiring
vaksinasi terutama untuk para pendatang dari negara maju ke daerah yang
KESIMPULAN
dilakukan. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit Demam Typhois, dimana hal
ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya keluhan demam dan
gangguan pencernaan serta pemeriksaan Widal. Penatalaksanaan dari kasus ini dapat