Anda di halaman 1dari 60

Curriculum vitae

• Nama : Prof.Dr.dr. Rozaimah Zain-Hamid,MS,Sp FK


 Pekerjaan:
 Guru Besar Tetap Departemen Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara (USU);
 Staf Pengajar S2 Biomedik & S3 Kedokteran FK USU;
 S2 & Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Orthodontie FKG USU
 Ketua pengembangan Organisasi Yayasan Asma Indonesia, Sumatera Utara
 Wakil Ketua Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan (Masa bakti 2007-
2011)
 Riwayat pendidikan:
 Dokter (dr) dari Fakultas Kedokteran USU, Medan
 Magister Sains(MS), dalam Bidang Ilmu Kedokteran Dasar (Basic Medical
Sciences), dari Fakultas Pascasarjana, Universitas Indoensia, Jakarta
 Ph.D (Dr). Dalam Bidang Farmakologi Klinik (Clinical Pharmacology), dari
institute of Postgraduated Studies, Universiti Sains Malaysia, Malaysia.
 Spesialis Farmakologi Klinik (SpFK), dari Dewan Penilai Kepakaran Persatuan
Dokter Ahli Farmakologi Klink Indonesia/Perdafki Pusat, Jakarta.
Aspek Farmakologi penggunaan
Kortikosteroid Sistemik untuk
Dermatoterapi

Rozaimah Zain Hamid

Departemen Farmakologi dan Terapeutik


Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Struktur
kortikosteroid
Structure aktivity relationship
(SAR)

Perubahan Struktur kortikosteroid

Perubahan Farmakokinetik dan Farmakodinamik


Perubahan Potensi
Farmakokinetik
Glucocorticoid
Farmakokinetik Glucocorticoid
Sistemik untuk terapi kulit

<5% cortisol di sirkulasi bentuk bebas

Efek Farmakologisnya
Sisanya  Cortisol binding globulin atau
terikat dengan Albumin
Metabolit di ekskresi  Hati dan Ginjal
Mekanisme
kerja/Farmakodinamik
Glucocorticoid
Mekanisme kerja Glucocorticoid
sistemik

• Gc Difusi pasif Membran sel


Berikatan dengan soluble receptor protein
di sitoplasma Kompleks hormon-
receptor
• Regulasi transkripsi gen target Circardian
rhythm
• Efek maksimal pada ± pukul 8 pagi
Mekanisme kerja corticosteroid
membran membran
sel nukleus

Kompleks Kompleks
Steroid reseptor reseptor
steroid: steroid Aseptor

Reseptor
Chromatin

Zein-Hamid, R: Fakultas Kedokteran USU. 10


Mekanisme kerja Glucocorticoid
sistemik
1. Ikatan dengan reseptor GC

Efek langsung ekspresi Gen

Aktifitas enzim phospholipase A2

Penglepasan asam arakidonat


phospholipid membran sel

Sekresi prostaglandin & leukotriene


Reaksi Inflamasi Histamin
Ca++
Ag
Ig E
Methyl Phosphatidyl Phosphatidyl
Phospo- transferase ethanolamine choline
lipid

Glucocorticoid Phospolipase A2 ++
Ca
Histamin
Arachidonic acid
ECF, NCF
lypoxygenase Cyclooxygenase

5-HETE Leucotrienes Thromboxanes Prostaglandins


LTB4 TXA2 PGD
LTC4 PGF2XX
LTD4
LTE4 Zein-Hamid, R: Fakultas Kedokteran USU. 12
Mekanisme kerja glucocorticoid
sistemik

2. Ikatan reseptor GC faktor transkripsi

Efek tidak langsung ekspresi gen

Sintesis molekul pro-inflamatory (sitokin,


interleukin, adhesion molecules & protease)
Mekanisme kerja glucocorticoid
sistemik

• 3. Glucocorticoid receptor mediated effects

• Second messenger cascades

• Melalui jalur non-genomik (membrane-bound


receptors/interaksi fisikokimia dengan
membran sel
Mekanisme kerja glucocorticoid
sistemik

• Substitusi 3 hexane & 1 pentane pada


struktur dasar steroid

• Perbedaan waktu paruh, efek anti-inflamasi &


potensi retensi Na dari glucocorticoid

• Gugus 11-β hydroxyl peran penting


terhadap aktivitas glucocorticoid
Berbagai pertimbangan
pada penggunaan
glucocorticoid sistemik
Kondisi yang perlu dipertimbangkan
pada penggunaan corticosteroid sistemik
 Penentuan dosis
memerlukan evaluasi seksama

Dosis tunggal tidak membahayakan

Terapi jangka pendek  tidak berbahaya


Kejadian efek samping
 Berkaitan dengan lama penggunaan
Kondisi yang perlu dipertimbangkan
pada penggunaan corticosteroid sistemik
 Hanya untuk terapi paliatif
 Kecuali untuk replacement therapy

 Keluhan/penyakit berulang
Terkadang memerlukan penggandaan dosis

 Penghentian tiba-tiba gejala putus obat (withdrawal


effect)

 Pemberian dosis tinggi jangka lama


insufisiensi kelenjar adrenal
Glucocorticoid sistemik
intralesi, i.m, i.v, oral
Lakukan Therapeutic Drug Monitoring (TDM)
elektrolit, glukosa, trigliserida, kolesterol
darah, BB, demam, rasa sakit di skeletal &
abdomen, densitas tulang, katarak, glaukoma,
poliuria, polidipsi, dll.
 Glucocorticoid sistemik >> digunakan
anti-inflamasi & imunosupresif

Glucocorticoid sistemik
penyakit kulit yang berat dan luas

Komplikasi penggunaan glucocorticoid tinggi


komponen fluorinate, dosis >>, durasi >>,
penggunaan >>
Glucocorticoid sistemik
pada penggunaan jangka panjang

Penghentian obat secara bertahap


(taperring off)

Gejala putus obat (withdrawal syndrome)


Memilih glucocorticoid sistemik
untuk terapi kulit

 Efek mineralocorticoid <<  retensi Na<<


Glucocorticoid kerja lama & afinitas dengan
reseptor steroid<<  e.s.o <<(prednison)
Glucocorticoid kerja lama & afinitas dengan
reseptor steroid>>  e.s.o
>>(dexamethasone)
Memilih glucocorticoid sistemik
untuk terapi kulit

Tidak respon dengan prednison &


cortisone  substitusi dengan
glucocorticoid bentuk biologik aktif
(cortisol/prednisolone)
methylprednisolone  pulse therapy
(retensi Na<<< & potensi >>>)
Penggunaan dosis corticosteroid
sistemik
Sasaran/Target terapi:

Menghilangkan rasa sakit/menekan gejala


(rheumatoid arthritis):
Mulai dengan dosis rendah

Untuk mengatasi kondisi mengancam jiwa


(pemphigus):
Dosis awal harus tinggi
Penggunaan dosis corticosteroid sistemik

Mencegah supresi axis HPA:

Dosis tunggal (pagi)

Dosis berkelang hari


(corticosteroid kerja singkat)

Pulse therapy
(Dosis tinggi corticosteroid)
Penggunaan dosis corticosteroid
sistemik

Pemulihan supresi axis HPA:

Beberapa bulan  2 tahun


Lama kerja
glucocorticoid sistemik
Glucocorticoid kerja singkat-sedang

Aktivitas
Dosis oral Bentuk
Agen Anti-inflam. Topikal Menahan eq. (mg) sediaan
garam
Cortisol 1 1 1 20 Oral, inj, tpkl
Cortisone 0.8 0 0.8 25 Oral, inj, tpkl
Prednisone 4 0 0.3 5 Oral
Prednisolone 5 4 0.3 5 Oral, inj, tpkl
Flurocortolone 5 Oral, tpkl
M. Prednisolone 5 5 0 4 Oral, inj, tpkl
Meprednisone 5 0 4 Oral, inj
Glucocorticoid kerja sedang

Aktivitas
Dosis oral Bentuk
Agen Anti-inflam. Topikal Menahan eq. (mg) sediaan
garam
Triamcinolone 5 53 0 4 Oral, inj, tpkl
Paramethasone 10 0 2 Oral, inj
Fluprednisolone 15 7 0 1.5 Oral
Glucocorticoid kerja lama

Aktivitas
Dosis oral Bentuk
Agen Anti-inflam. Topikal Menahan eq. (mg) sediaan
garam
Betamethasone 25-40 10 0 0.6 Oral, inj, tpkl
Dexamethasone 30 10 0 0.75 Oral, inj, tpkl
Berbagai pertimbangan
pada penggunaan
glucocorticoid sistemik
Kondisi yang perlu dipertimbangkan
pada penggunaan corticosteroid sistemik
 Penentuan dosis
memerlukan evaluasi seksama

Dosis tunggal tidak membahayakan

Terapi jangka pendek  tidak berbahaya


Kejadian efek samping
 Berkaitan dengan lama penggunaan
Kondisi yang perlu dipertimbangkan
pada penggunaan corticosteroid sistemik
 Hanya untuk terapi paliatif
 Kecuali untuk replacement therapy

 Keluhan/penyakit berulang
Terkadang memerlukan penggandaan dosis

 Penghentian tiba-tiba gejala putus obat (withdrawal


effect)

 Pemberian dosis tinggi jangka lama


insufisiensi kelenjar adrenal
Glucocorticoid sistemik
intralesi, i.m, i.v, oral
Lakukan Therapeutic Drug Monitoring (TDM)
elektrolit, glukosa, trigliserida, kolesterol
darah, BB, demam, rasa sakit di skeletal &
abdomen, densitas tulang, katarak, glaukoma,
poliuria, polidipsi, dll.
 Glucocorticoid sistemik >> digunakan
anti-inflamasi & imunosupresif

Glucocorticoid sistemik
penyakit kulit yang berat dan luas

Komplikasi penggunaan glucocorticoid tinggi


komponen fluorinate, dosis >>, durasi >>,
penggunaan >>
Glucocorticoid sistemik
pada penggunaan jangka panjang

Penghentian obat secara bertahap


(taperring off)

Gejala putus obat (withdrawal syndrome)


Memilih glucocorticoid sistemik
untuk terapi kulit

 Efek mineralocorticoid <<  retensi Na<<


Glucocorticoid kerja lama & afinitas dengan
reseptor steroid<<  e.s.o <<(prednison)
Glucocorticoid kerja lama & afinitas dengan
reseptor steroid>>  e.s.o
>>(dexamethasone)
Memilih glucocorticoid sistemik
untuk terapi kulit

Tidak respon dengan prednison &


cortisone  substitusi dengan
glucocorticoid bentuk biologik aktif
(cortisol/prednisolone)
methylprednisolone  pulse therapy
(retensi Na<<< & potensi >>>)
Penggunaan dosis corticosteroid
sistemik
Sasaran/Target terapi:

Menghilangkan rasa sakit/menekan gejala


(rheumatoid arthritis):
Mulai dengan dosis rendah

Untuk mengatasi kondisi mengancam jiwa


(pemphigus):
Dosis awal harus tinggi
Penggunaan dosis corticosteroid sistemik

Mencegah supresi axis HPA:

Dosis tunggal (pagi)

Dosis berkelang hari


(corticosteroid kerja singkat)

Pulse therapy
(Dosis tinggi corticosteroid)
Penggunaan dosis corticosteroid
sistemik

Pemulihan supresi axis HPA:

Beberapa bulan  2 tahun


Lama kerja
glucocorticoid sistemik
Glucocorticoid kerja singkat-sedang

Aktivitas
Dosis oral Bentuk
Agen Anti-inflam. Topikal Menahan eq. (mg) sediaan
garam
Cortisol 1 1 1 20 Oral, inj, tpkl
Cortisone 0.8 0 0.8 25 Oral, inj, tpkl
Prednisone 4 0 0.3 5 Oral
Prednisolone 5 4 0.3 5 Oral, inj, tpkl
Flurocortolone 5 Oral, tpkl
M. Prednisolone 5 5 0 4 Oral, inj, tpkl
Meprednisone 5 0 4 Oral, inj
Glucocorticoid kerja sedang

Aktivitas
Dosis oral Bentuk
Agen Anti-inflam. Topikal Menahan eq. (mg) sediaan
garam
Triamcinolone 5 53 0 4 Oral, inj, tpkl
Paramethasone 10 0 2 Oral, inj
Fluprednisolone 15 7 0 1.5 Oral
Glucocorticoid kerja lama

Aktivitas
Dosis oral Bentuk
Agen Anti-inflam. Topikal Menahan eq. (mg) sediaan
garam
Betamethasone 25-40 10 0 0.6 Oral, inj, tpkl
Dexamethasone 30 10 0 0.75 Oral, inj, tpkl
Komplikasi Penggunaan
glukokortikoid (sistemik) untuk
terapi kulit

• Superinfeksi
• Perlambatan penyembuhan luka
• atropati steroid
• Ulkus Peptikum
• Live vaccines  berbahaya
TOKSISITAS PENGGUNAAN
GLUKOKORTIKOID SISTEMIK
Glukokortikoid Sistemik

Toksisitas Metabolik:
• Iatrogenic cushing syndrome
• Hiperglikemia, glikosuria, diabetes
• Miopati (balans nitrogen negatif)
Glukokortikoid Sistemik

Toksisitas Metabolik:
• Osteoporosis (fraktur kompresi vertebra)
• Memperlambat pertumbuhan (anak-anak)
• Hipertensi, edema
• Nekrosis avaskular femur
Glukokortikoid Sistemik

Supresi aksis HPA


Toksisitas perilaku (behavioral) :
• Euforia, reaksi psikomotor,
kecenderungan bunuh diri
Glukokortikoid Sistemik

Toksisitas okular:
• Glaukoma yang diinduksi steroid
• Katarak subkapsular posterior
KONTRAINDIKASI
PENGGUNAAN
GLUKOKORTIKOID SISTEMIK
Kontraindikasi Penggunaan
Kortikosteroid Sistemik
• Infeksi
• Hipertensi dengan CCF
• Psikosis
• Ulkus peptikum
• Diabetes melitus
• Osteoporosis
• Glaukoma
• Kehamilan: (prednisolon lebih disukai)
PENGHENTIAN PENGGUNAAN
GLUKOKORTIKOID SISTEMIK
Penghentian Kortikosteroid
Makin panjang jangka waktu penggunaan,
penghentian obat secara perlahan/ lambat dan
bertahap
Penggunaan < 1 minggu:
Penghentian obat  beberapa langkah:
•Penghentian cepat: pengurangan dosis 50% tiap hari
•Penghentian lambat: pengurangan dosis prednisolon
2.5-5 mg dengan interval 2-3 hari
Penghentian Kortikosteroid
Makin panjang jangka waktu penggunaan,
penghentian obat secara perlahan/ lambat dan
bertahap
Penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi:
•Separuh obat setiap minggu sehingga mencapai 25 mg
prednisolon atau yang setara
•Selanjutnya dosis dikurangi ± 1 mg setiap 3-4 hari
KESIMPULAN
 Penggunaan steroid sistemik dapat
menekan aksis HPA

Penekanan fungsi kelenjar adrenal dapat


terjadi pada penggunaan sistemik semua
glukortikoid

Penekanan sumbu HPA bersifat


reversibel sesudah obat dihentikan
KESIMPULAN
Glukortikoid sistemik biasa
digunakan pada gangguan atau
kelainan kulit yang berat dan kronis

Penggunaan Glukortikoid sistemik harus


memperhatikan faktor resiko dan
dilaksanakan dengan monitoring ketat
KESIMPULAN
Perbedaan struktur Glukortikoid sistemik
 mempengaruhi farmakokinetik,
farmakodinamik, dan potensi Glukortikoid
sistemik

Penghentian penggunaan Glukortikoid sistemik


harus dilakukan secara bertahap, tergantung
jangka waktu penggunaanya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai