Anda di halaman 1dari 12

FRAKTUR HUMERUS

KELOMPOK 5

NENI INDAH UTAMI


SILFANI MINAMAKKATA
AGUSTINA KII
LUCKY FAJAR FIRDAUS
ANDI SETIAWAN
DEFINISI
Menurut Sjamsuhidayat (2004) Fraktur
humerus adalah fraktur pada tulang humerus
yang disebabkan oleh benturan atau trauma
langsung maupun tidak langsung.
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada
hubungan patah tulang dengan dunia luar
(Smeltzer, 2001).
Patah pada daerah humerus dapat
menimbulkan komplikasi yang harus diwaspadai.
KLASIFIKASI
Menurut Smeltzer (2001) fraktur terbukan dibagi menjadi 3 derajat, yaitu :
 Derajat I
a) Luka kurang dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
c) Fraktur sederhana, transversal, oblique atau kumulatif ringan
d) Kontaminasi ringan

 Derajat II
a) Laserasi lebih dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak
c) Fraktur komuniti sedang

 Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neruovaskular serta
kontaminasi derajat tinggi.
ETIOLOGI
Menurut Sachdeva dalam Jitowiyono dkk (2010), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi 3,
yaitu:
• Cedera Traumatik
Cedera langsung berarti pukulan/kekerasan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan ditempat itu. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit di atasnya.

• Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur

• Secara spontan
Disebabkan oleh stres tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
petugas militer (Jitowiyono dkk, 2010).
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala menurut Jutowiyono (2010) yaitu :
• Tidak dapat menggunakan anggota gerak
• Nyeri pembengkakan
• Terdapat trauma seperti kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian,
penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja)
• Gangguan pada anggota gerak
• Deformitas
• Kelainan gerak
• Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain
• Odema
• Kehilangan sensasi/mati rasa
PATHWAY
Trauma (langsung/tidak langsung) patoogi

Fraktur (terbuka/ tertutup)

Perubahan fragmen tulang, Fraktur terbuka yang tulang


Kehilangan intergumen tulang
kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
pembuluh darah
Ketidak stabilan posisi fraktur,
apabila organ fraktur digerakkan Perdarahan lokal luka

Fragmen tulang yang patah merusak Gangguan intregitas kulit


Hematoma pada daerah yang
organ sekitar
fraktur

nyeri Kuman mudah masuk


Aliran darah kedaerah distal
berkurang atau terhambat
Sindroma kompartemen dan Resiko tinggi infeksi
keterbatasan aktifitas
(warna jaringan pucat, nadi lemah,
sianosis, kesemutan)
Vena cava terputus
Defisit perawatan diri
Kerusakan neuromuskular
Perdarahan masif

Gangguan fungsi organ distal


Volume darah menurun

Gangguan mobilitas fisik


R. Syok hipovolemik
KOMPLIKASI
Menurut Suratun (2008), komplikasi fraktur yang terpenting adalah:
• Komplikasi awal
- Syok, dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema
- Emboli lemak, dapat terjadi 24-72 jam
- Sindrom kompartemen, perfusi jaringan dalam otot kurang dari kebutuhan
- Infeksi dan tromboemboli
- DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)

• Komplikasi lanjutan
- Mal-union/non union
- Nekrosis avaskuler tulang
- Reaksi terhadap alat fiksasi interna
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan roentgen
• Scan tulang, scan CT/MRI
• Arteriogram
• Hitung darah lengkap
• Kreatinin
• Profil koagulasi
(Doengoes dalam Jitowiyono, 2010).
PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
Segera setelah cedera, klien berada dalam keadaan bingung, tidak
menyadari adanya fraktur, dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah. Maka
bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera
sebelum klien dipindahkan. Bila klien yang mengalami cedera harus dipindahkan
dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga
di atas dan di bawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi dan angulasi.
Gerakan angulasi patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan
lunak, dan perdarahan lebih lanjut.
Daerah yang cedera dimobilisasi dengan memasang bidai sementara
dengan bantalan yang memadai, yang kemudia dibebat dengan kencang. Pada
cedera ekstremitas atas lengan dapat dibebeat dengan dada, atau lengan yang
cedera dibebat dengan sling. Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut
bersih (steri) untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam.
ASUHAN KEPERAWATAN
• PENGKAJIAN

• ANALISA DATA

• RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

• IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai