Anda di halaman 1dari 17

SURVEILANS DIFTERI

OLEH : DRH.HISWANI
DIFTERI
• Adalah penyakit menular akut pada Tonsil,
pharynx dan hidung kadang-kadang pada
selaput mukosa dan pada kulit
• Tanda penyakit difteri demam , adanya
pseudomembrane putih keabu-abuan, letaknya
di pharynx, laring atau pada tonsil, sakit pada
waktu menelan
• Leher membengkak seperti leher sapi disebut
bullneck, dan sesak nafas
PENYAKIT DIFTERI
• Adalah penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi, Program imunisasi difteri
sudah dimulai sejak tahun 1976
• Survailen difteri sudah dijalankan sejak tahun
1969 dengan dilakukan pengumpulan data
penyakit difteri yang ada di rumah sakit secara
rutin.
• Survailen penyakit difteri diPuskesmas baru
dimulai pada tahun 1977
• Menurut survailen yang dilakukan Depkes R.I
pada tahun 1979 terlihat peningkatan jumlah
penderita difteri dikota-kota besar di Indonesia
terutama di pulau Jawa
Dari gambaran survailen epidemiologi terus
terjadi peningkatan kasus penyakit difteri dari
tahun ketahun oleh karenanya survailen difteri
masih dijalankan hingga saat ini.
PENYEBAB DIFTERI
• Adalah bakteri dikenal dengan nama
Corynebacterium Difteriae
• Infeksi oleh kuman sifatnya tidak invasive,
tetapi bakteri ini dapat mengeluarkan toxin
yaitu exotoxin, toxin ini mempunyai efek
patologik.
• Corynebacterium Difteriae ada 3 type variants
yaitu: 1) tipe mitis .2) tipe intermedius. 3) tipe
gravis
• Corynebacterium difteri dapat diklasifikasikan
dengan cara bakteriophage lysis menjadi 19 type.
• Type 1-3 termasuk tipe mitis, tipe 4-6 termasuk
type intermedius, type ke 7 termauk type gravis
yang tidak ganas, sedangkan type yang lain
termasuk tipe gravis yang virulen.
• Bakteri ini dapat dijumpai pada tenggorokan
manusia, pada selaput lendir mukosa.
• Serta dapat dijumpai pada selaput mukosa pada
luka bakar
• Toxin yang dikeluarkan oleh bakteri tersebut
bekerja sebagai imunogen, infeksi sering
dilaporkan tampa gejala penyakit
• Penyakit ini dapat menyebabkan carier apabila
tidak mendapat pengobatan yang adekuat
• Menurut Chisti di rumania pada masa non
epidemi ditemukan carier rate 0,5 – 1,2 % dari
penduduk dan bakterinyanya type mitis
• Pada epidemi carier rate 25-40%
Distribusi
• Penyakit ini ditemukan pada anak-anak yang berumur 1-
5 tahun.
• Pada anak dibawah satu tahun masih mendapat
perlingdungan pasif dari antibody ibunya
• Sumber penyakit manusia yang sakit atau yang carier
• Penularan kontak dengan penderita melalui pernafasan
droplet infection atau melalui formit( benda mati)
bersentuhan dengan tangan
• Masa inkubasi 2-5 hari
potogenesis
• Yang diserang saluran pernafasan bagian atas,
ciri khas pembengkakkan didaerah leher, yang
berupa reaksi radang lokal.
• Pembuluh-pembuluh darah melebar
mengeluarkan sel darah putih, sedangkan sel
epitel dirusak sehingga terbentuk membran
putih keabu-abuan (pseudo membran)
• Oleh karena Exo toxin dapat menyebabkan
kelumpuhan, myokarditis dll.
GEJALA KLINIS
• Demam diatas 38 derjat celsius
• Ada pseudo membrane
• Sakit pada waktu menelan
• Sesak nafas bunyi stridor.
• Tidak semua gejala klinis jelas
Tahapan pemeriksaan kuman
difteri dilaboratorium
• Tahapa skrening , pemeriksaan miskroskopis
dan Isolasi biakan bakteri
• Tahap presumtive, pemeriksaan fermentasi
gula-gula yang bisa memberikan keterangan
mengenai type kuman
• Tahap ketiga pemeriksaan toxigenicity.
Justifikasi
• Difteri penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi DPT

• Difteri berpotensi menimbulkan KLB

• Setiap letusan KLB HARUS DILAKUKAN


PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI KASUS
• Kasus Probable, klinis difteri yang disertai
laryngitis dan pharyngitis atau tonsilitis

• Kasus komfirmasi laboratorium


SUMBER DATA DIFTERI
• Rumah Sakit
Laporan morbiditas dan mortalitas bulanan
penderita dari laporan rawan jalan maupun
rawat inap, RL2a danRL2b yang dihimpun dari
sistem survailen terpadu
PUSKESMAS
Dari Laporan SP2TP dan SP3, SSTP, laporan
mingguan (W2) Ataupun dari laporan W1 (24
JAM) Apabila ada KLB.
Kegiatan pelacakan lapangan
• Kontak Serumah , seluruh anggota keluarga
diperiksa dgn mengambil spesimen apus dari
tenggorokan
• Kontak sekolah/ tetangga, bila tanda2 khas
difteri harus segeran dirujuk ke puskesmas/
rumah sakit terdekat, untuk pemeriksaan
spesimen, apabila positif harus mendapat
pengobatan sampai sembuh.
• Data cakupan imunisasi DPT
Kegunaan data survailen untuk
manejemen
• Monitoring Case Fatality rate untuk
meningkatkan manajemen kasus di rumah sakit

• Monitor inside rate untuk menilai dampak


program imunisasi
• SELESAI

Anda mungkin juga menyukai