Anda di halaman 1dari 39

Gagal nafas pada kasus

trauma & Non Trauma


M. ZUL’IRFAN
Respiratory failure
Merupakan kondisi klinik dimana sistem pulmonal
gagal untuk memelihara pertukaran gas secara
adekuat.
Respiratory failure (lung failure) merupakan kondisi
dimana kadar O2 dalam darah menjadi sangat
rendahatau kadar CO2 sangat tinggi
Respiratory failure  kondisi emergensi diakibatkan
oleh kondisi penyakit paru atau penyakit paru berat
yang dapat muncul tiba-tiba sebagai respiratory
distress syndrome
Klasifikasi respiratory failure
Hypoxemic normocapnic respiratory failure
(tipe I)  pO2 rendah, pCO2 normal
Hypoxemic Hypercapnic respiratory failure
(tipe II) pO2 rendah, pCO2 tinggi
Acut
Chronic
Classification of Respiratory Failure

Fig. 66-2
Hypoxemic respiratory failure (type I)
Dengan karakteristik PaO2 kurang dari 60 mm Hg
dengan PaCO2 normal atau rendah. penyakit paru
akut secara umum meliputi pengisian cairan atau
kolap unit alveolar.
Terjadi pada cardiogenic atau noncardiogenic
pulmonary edema, pneumonia, dan pulmonary
hemorrhage
Penyebab umum tipe I (hypoxemic)
respiratory failure

 Chronic bronchitis dan Pneumoconiosis


emphysema (COPD) Granulomatous lung diseases
 Pneumonia Cyanotic congenital heart
 Pulmonary edema disease
 Pulmonary fibrosis Bronchiectasis
 Asthma Adult respiratory distress
 Pneumothorax syndrome
 Pulmonary embolism Fat embolism syndrome
 Pulmonary arterial Kyphoscoliosis
hypertension Obesity
Hypercapnic respiratory failure (type II)
PaCO2 lebih dari 50 mm Hg.
Terjadi pada drug overdose, neuromuscular disease,
chest wall abnormalities, dan severe airway disorders
[COPD].
Common causes of type II (hypercapnic)
respiratory failure

 Chronic bronchitis and  Cervical cordotomy


emphysema (COPD)  Head and cervical cord injury
 Severe asthma  Primary alveolar
 Drug overdose hypoventilation
 Obesity hypoventilation
 Poisonings
syndrome
 Myasthenia gravis
 Pulmonary edema
 Polyneuropathy  Adult respiratory distress
 Poliomyelitis syndrome
 Primary muscle disorders  Myxedema
 Porphyria  Tetanus
Perbedan antara gagal nafas akut dan
kronis
Acute hypercapnic respiratory failure berkembang
dari beberapa menit sampai beberapa jam oleh karena
itu pH kurang dari 7.3.
Chronic respiratory failure berkembang beberapa hari
atau lebih lama, terjadi kompensasi renal dan terjadi
peningkatan konsentrasi bikarbonat pH biasanya
menurun sedikit
Pathophysiologi penyebab gagal nafas akut
Alveolar Hypoventilation
Ventilation/perfusion mismatch
Intrapulmonal Shunting
Penyebab
Menurunnya pengaturan pernapasan
Disfungsi dinding dada
Disfungsi parenchyma paru
Penyebab lain
Menurunnya pengaturan pernapasan
Injury otak berat
Lesi yang besar di brain stem (multiple sclerosis)
Penggunaan obat tidur
Penyakit metabolik seperti hypothyroidism
mengganggu respon normal chemoreceptors di otak
untuk rangsang respirasi normal
Disfungsi dinding dada
Beberapa penyakit / gangguan saraf, spinal cord, otot
atau neuromuscular junction  gagal nafas akut.
Penyakit musculoskeletal (muscular dystrophy,
polymyositis),
Gangguan neuromuscular junction (myasthenia
gravis, poliomyelitis),
Eberapa gangguan saraf perifer dan gangguan spinal
cord (amyotrophic lateral sclerosis, Guillain-Barré
syndrome, dancervical spinal cord injuries).
Disfungsi parenchyma paru
Efusi Pleural, hemothorax, pneumothorax, dan
obstruksi jalan nafas atas  mengganggu ventilasi:
expansi paru.
Biasanya terjadi karena enyakit paru yang
mendasarinya, penyakit pleura, trauma atau injury
Penyakit lainnya pneumonia, status asthmaticus,
lobar atelectasis, pulmonary embolism, dan
pulmonary edema.
Penyebab lain
Periode Postoperatif.
Gagal nafas akut akibat dampak anestesi, analgetik
dan sedatif menekan pernafasan hypoventilasi.
Nyeri menggangu nafas dalam dan batuk
Mismatch ventilasi thd perfusi gagal nafas setelah
pembedahan besar abdomen, jantung atau bedah
thoraks.
Manifestasi klinik
Tanda awal berkaitan dengan gangguan oksigenasi :
gelisah, fatigue, headache, dyspnea, sesak,
tachycardia, dan TD meningkat.
Tanda hypoxemia: confusion, lethargy, tachycardia,
tachypnea, cyanosis sentral, diaphoresis, dan akhirnya
henti nafas.
Pemeriksaan fisik: acute respiratory distress:
penggunaan otot nafas tambahan, menurunnya suara
nafas jika ventilasi tidak adekuat.
Respiratory Failure
Clinical Manifestations

Consequences of hypoxemia and hypoxia


Metabolic acidosis and cell death
 Cardiac output
Impaired renal function
Management Medis
Memperbaiki penyebab yang mendasari dan
memperbaiki pertukaran gas secara adekuat di paru-paru.
Intubation dan mechanical ventilation diperlukan untuk
memelihara ventilasi yg adekuat dan oksigenasi sambil
penyebab dasarnya diperbaiki.
Farmakologi  bronkhodiltor (β2-adrnergik agonis,
antikolonergik), methilxanthine (aminophilin) tidak
direkomendasikan krn efek negatifnya, steroid,
mukolitik/ekspectoran tidak digunakan krn tidak ada
manfaat, sedasi memelihara adekuat ventilasi,
analgetik. Benzodiazepine  mengurangi cemas, nyeri
Sodium bicarbonat diberikan pada asidosis berat
(pH<7,1)
Terapi nutrisi mencegah malnutrisi. Enteral nutrisi
lebih disarankan daripada parenteral. d nutrisi
diberikan sebelum 3 hari masa pemasangan ventilator
dan 24 jam pd pasien malnutrisihh,u
Management perawatan
Membantu dengan intubasi dan memelihara ventilasi
mechanik .
Mengkaji status respirasi pasien dengan memonitor
tingkat respon pasien, AGD, pulse oximetry, tanda vital
dan mengkaji sistem respirasi
Implementasi strategis (perubahan posisi, perawatan
mulut, perawatan ulit, ROM) untuk mencegah
komplikasi
Mengkaji pemahaman pasien tentang managemen
yang diberikan
Menginisiasi beberapa bentuk komuniasi untuk
membantu mengungkap kebutuhan pasien ke tim
kesehatan
Tindakan keperawatan juga ditujukan untuk
mengatasi masalah keperawaan yang muncul
Diagnosa keperawatan
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan produksi sekret
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
sekresi tertahan,proses penyakit, pengesetan ventilator
yang tidak tepat
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat,
peningkatan sekresi, obstruksi ETT
Kecemasan
Masalah pulmonal yang lain
Acute lung injury
Pneumonia
Aspiration pneumonitis
Pulmonary embolism
Status asmatikus
Air leak disorder
Thoracic surgery
Long–term mechanical ventilator dependence
Trauma thoraks
Fraktur iga
Flail chest
Pneumothoraks
Tension pneumothoraks
Hemothoraks
Open pneumothoraks
Pulmonary contusion
Ruptur bronkhus dan trachea
Ruptur diapragma
Respiratory Failure
Diagnostic Studies

Serum electrolytes
Urinalysis
V/Q lung scan
Pulmonary artery catheter (severe cases)
Pulmonary therapeutic
management
Oxygen therapy
Artificial airways
OPA, NPA
ETT
Tracheostomy tube
Invasive mechanical ventilation
Noninvasive positive-pressure ventilation
Positioning therapy
Pharmacology (
TINDAKAN TERAPEUTIK
Aliran rendah
 Nasal kanul
 Masker
 Simple mask

 Partial rebreathing mask

 Non renreathing mask

Aliran tinggi
 Venturi mask
 Transracheal catheter

6/18/19 ASKEP SISTEM NAFAS 34


TINDAKAN TERAPEUTIK
Fisioterapi dada
Thoracentesis
Drainage dada (WSD)
Tracheostomy
Suctioning  hati-hati; hypoxia, stimulasi vagal
Intubasi
Ventilasi mekanik
 Ventilator  control / assist
 FiO2, TV, rate AC/CMV
 SIMV
 PS, PEEP, CPAP

6/18/19 ASKEP SISTEM NAFAS 35


Terapi oksigen
6/18/19 ASKEP SISTEM NAFAS 37
6/18/19 ASKEP SISTEM NAFAS 38
Terima kasih
atas
perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai