Anda di halaman 1dari 11

TATA RUANG

JABODETABEK+PUNCUR
• PP No. 47 Tahun 1997 tentang RTRWN:
kawasan Jabodetabek dikategorikan sebagai
kawasan tertentu yang mempunyai nilai strategis secara
nasional sehingga penataan ruangnya diprioritaskan.

• Keppres No. 114 Tahun 1999:


pemanfaatan ruang kawasan Bopuncur sebagai
kawasan konservasi air dan tanah dan disebutkan
perlunya kaitan dengan dengan pemanfaatan ruang
Jabodetabek secara fisik, sosial dan ekonomi

• Rakeppres Penataan Ruang Jabodetabekpuncur


(Edisi Draft 14/06/04):
sasaran penyelenggaraan tata ruang di Jabodetabekpuncur
antara lain tercapainya keseimbangan antara fungsi
lindung dan fungsi budidaya

1
POLA INTERAKSI PUSAT KEGIATAN

Tangerang Bekasi
DKI
Jakarta
Tambun
Serpong Cibitung
Cikupa
Ciputat Cikarang
Depok
Kawasan
Kawasan
FOKUS
Perkotaan
Perkotaan STUDI INI
Cibinong
Jakarta
Jakarta
Parung Cileungsi
Bogor

Cisarua

Cisarua
Pacet
Kawasan
Kawasan
Cipanas Ciranjang

Cianjur
Bopuncur
Bopuncur

2
SKALA PERMINTAAN PERJALANAN DI
JABODETABEK

• Total perjalanan yang membebani jaringan jalan di DKI Jakarta mencapai 13 juta penumpang/hari
(SITRAMP, Tahun 2004) atau sekitar 14,9 juta penumpang/hari Tahun 2008 (ekivalen dengan 1,49
juta penumpang per jam puncak)
• Angka tersebut akan membengkak menjadi 2 kali lipat (31,6 juta penumpang/hari) pada Tahun 2030
• Artinya, untuk mempertahankan kinerja sistem transportasi di Jabodetabek sama seperti kondisi
sekarang diperlukan penambahan kapasitas jaringan sekitar 2 kali lipat juga 3
SEDIAAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI
JABODETABEK
Sediaan armada Kapasitas
Arah Pergerakan Bus Kereta Api Bus Kereta Api
(unit) (lintas/jam) (pnp/jam) (pnp/jam)
Tangerang - DKI Jakarta 1163 2 71072 2333
Serpong - DKI Jakarta 762 3 46567 3167
Bogor/Depok- DKI Jakarta 1417 14 86594 10000
Bekasi - DKI Jakarta 871 17 53228 8667
Internal DKI Jakarta 14713 36 641667 9000
Total Jabotabek ke DKI Jakarta 18926 36 899128 33167

• Angkutan umum di Jabodetabek hanya mampu menyediakan


kapasitas sekitar 923 ribu penumpang per jam (atau hanya sekitar
62,6% dari total demand yang mengarah ke Jakarta (sekitar 1,49
juta penumpang/jam
• Sebagian besar dari kapasitas angkutan umum di Jabodetabek
disokong oleh angkutan umum berbasis jalan (bus dan busway)
• Ketergantungan transportasi di Jabodetabek sangatlah besar, baik
untuk kendaraan pribadi maupun untuk angkutan umum
4
SEDIAAN PRASARANA JALAN DI
JABODETABEK
Indeks Aksesibilitas Indeks Mobilitas
Luas Jumlah (km/km2) (km/1000 penduduk)
Provinsi/ Panjang
No. Area Penduduk
Kab/Kota Jalan Eksis SPM Pemenu- Eksis SPM Pemenu-
(km2) (jiwa)
(km) ting jalan han SPM ting jalan Han SPM
Provinsi
1 DKI Jakarta 661,52 9.041.605 7.616,27 11,51 5 Memenuhi 0,84 5 Kurang
2 Kab Bogor 2237,09 4.100.934 1.996,94 0,89 1,5 Kurang 0,49 5 Kurang
3 Kab Tangerang 1110,38 3.324.949 110,39 0,10 1,5 Kurang 0,03 5 Kurang
4 Kab Bekasi 1065,35 1.953.380 974,10 0,91 1,5 Kurang 0,50 5 Kurang
5 Kota Bogor 108,98 844.788 702,05 6,44 5 Memenuhi 0,83 2 Kurang
6 Kota Depok 212,24 1.373.860 383,37 1,81 5 Kurang 0,28 2 Kurang
7 Kota Tangerang 184,00 1.537.244 375,86 2,04 5 Kurang 0,24 5 Kurang
8 Kota Bekasi 209,55 1.994.850 352,79 1,68 5 Kurang 0,18 5 Kurang

• Penyediaan jalan di Jabodetabek masih belum memenuhi Standar Pelayanan


Minimal (SPM) jalan pada Kepmenkimpraswil No. 534/KPTS/M/2001, sehingga
kemacetan lalulintas tidak terhindarkan
• Pembangunan jalan tetap diperlukan, namun solusi melalui optimalisasi peran
angkutan umum sepertinya lebih rasional, dilihat dari kebutuhan ruang, daya
angkut, lingkungan, dan biaya investasi.
5
STUDI-STUDI YANG PERNAH
DILAKUKAN
• Arterial Road System Development Study in Jakarta
Metropolitan Area (ARSDS), 1987
• Study on Integrated Transportation System
Improvement by Railway and Feeder Service
(ITSI),1990
• Study Transport Network Planning and Regulation
(TNPR), 1993
• Studi Jakarta Urban Transport Short-Term
Implementation (JUTSI), 1996
• SITRAM (Study on Integrated Transportation
Masterplan) for Jabodetabek Phase I dan Phase,
2003-2004
• PTM (Pola Transportasi Makro) DKI Jakarta, 2003
• Tatrawil/Tatralok di setiap Provinsi/Kab/Kota di
Jabodetabek
• Studi ini ……
6
MASALAH TRANSPORTASI DI
JABODETABEK
1. Ketidakseimbangan demand vs supply
– Pola perjalanan (commuter) ke Jakarta sangat besar,
padahal pergerakan internal di Jakarta juga sudah besar
– Kapasitas angkutan (trunk line dan trunk road) masih kurang

2. Pelayanan angkutan umum belum optimal


– Penetrasi layanan dan aksesibilitas moda angkutan umum
belum baik
– Integrasi jaringan intermoda belum baik
– Penyediaan layanan belum beragam sesuai keinginan user

3. In-efisiensi kapasitas jaringan


– HOV priority (buspriority, perlintasan tidak sebidang KA)
belum disediakan secara meluas
– Gangguan samping jalan (akibat aktivitas non-transport)
sangat besar
– Aplikasi teknologi dalam manajemen lalulintas belum optimal

7
SOLUSI YANG DAPAT DILAKUKAN
(1)
1. DEMAND SIDE
• Manajemen kebutuhan transportasi:
 Peak-spreading (variasi waktu kegiatan: jam sekolah,
jam kantor, dll)
 Teknologi informasi untuk mengurangi kebutuhan
transportasi (tele-conference, internet, dll)
• Manajemen tataruang:
 penyebaran pusat kegiatan ke luar wilayah DKI
Jakarta (khususnya untuk kegiatan industri, pendidikan,
pusat pemerintahan)
 Pembatasan pengembangan kawasan (zerro-growth)
di DKI Jakarta
 Konsep mixed-land use di pusat kota DKI Jakarta
(rumah susun/apartemen yang dekat pusat pelayanan)

8
SOLUSI YANG DAPAT DILAKUKAN
(1)
2. SUPPLY SIDE
• Peningkatan kapasitas jaringan:
 Perbaikan dan pelengkapan pola jaringan jalan dan
transportasi (terutama pelengkapan JORR dan JOORR)
 Pengembangan sistem angkutan massal (MRT,
BRT/Bustoll, dll)
 Integrasi sistem jaringan dan pelayanan angkutan umum
 Perbaikan aksesibilitas moda angkutan umum (park-and-
ride, moda pra/purna, fasilitas pejalan kaki, dll)
• Manajemen lalulintas:
 HOV Priority (3 in 1, traffic-restriction)
 Dis-insentif pengguna kendaraan pribadi (road pricing,
parking policy, Pajak Kendaraan Bermotor)
 Optimalisasi kapasitas jalan (ATCS, GPS traffic information,
Fly-Over/Under-Pass, off-street parking, dll)

9
PENUTUP
• Perlu ada satu dokumen perencanaan transportasi
Jabodetabek yang disepakati sebagai acuan

• Perlu dukungan kelembagaan untuk menjalankan


skema integrasi implementasi rencana transportasi di
Jabodetabek

• Perlu alternatif pendanaan untuk merealisasikan


rencana yang ada, tidak dapat mengandalkan
APBN/APBD semata, khususnya yang melibatkan
swasta

• Perlu penjaminan resiko investasi (termasuk subsidi


atau penyertaan modal) dari Pusat/Daerah

10
11

Anda mungkin juga menyukai