Anda di halaman 1dari 22

PENGERTIAN

• Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan


tulang dan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa. (Lukman dan Ningsih, Nurna, 2009 ; 25).
• Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. (Doenges. 2000 ;
761).
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. (Smeltzer, dkk. 2001 ; 2357).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat simpulkan,


Fraktur adalah patah tulang yang diakibatkan tekanan atau benturan
yang keras yang tulang.
Penyebab

• Kekerasan langsung
• Kekerasan tidak langsung
• Kekerasan akibat tarikan otot
• Trauma langsung
• Trauma tidak langsung
• Fraktur patologik
Klasifikasi
 BERDASARKAN SIFAT :
a. Fraktur Tertutup
Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen
frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
b. Fraktur Terbuka
Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen
frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
– Grade I :Luka bersih, panjang.
– Grade II :Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.
– Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak yang ekstensif, merupakan yang paling berat
 Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur :
• Fraktur komplit
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran bergeser dari posisi normal)
• Fraktur inkomplit
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang. Misal :Hair line fraktur,Green stick fraktur dimana salah
satu sisi tulang patah sedang sisi yang lain membengkok.
 Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan
mekanisme tauma :
• Fraktur transversal: Arah melintang dan merupakan akibat
trauma angulasi / langsung.
• Fraktur oblik: Arah garis patah membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma langsung.
• Fraktur spiral: Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma
rotasi.
• Fraktur kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi
(terjadi pada tulang belakang).
Manifestasi Klinis
Nyeri

Setelah fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan


cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa)

terjadi pemendeka tulang karena kontraksi otot

Dapat teraba derik tulang yang disebut krepitus akibat gesekan


antara fragmen satu dengan lainnya

Pembengkaan dan perubahan warna lokal pada kulit


Patofisiologi
Proses Penyembuhan
• Pembentukan Hematoma
Stadium
I

• Proliferasi Seluler
Stadium
II

• Pembentukan Kallus
Stadium
III

• Konsolidasi
Stadium
IV
• Remodelling
Stadium
V
Usia
penderita

Lokasi dan
Cairan
konfigurasi
synovial
fraktur

Faktor
penyembuhan
fraktur Pergeseran
Waktu
awal
imobilisasi.
fraktur

Vaskularisa
Reduksi
si pada
serta
kedua
imobilisasi.
fragmen
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemerikasaan Radiologi
Sinar rontgen (x-ray)
b. Pemeriksaan Laboratorium
• Kalsium serum dan fosfor serum
• Alkalin Fosfat
• Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat
Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
c. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas
d. Biopsi tulang dan otot
e. Elektromyografi
f. Arthroscopy
g. Indium Imaging
h. MRI
Komplikasi

Komplikasi awal Komplikasi Lanjutan


• Kerusakan arteri • Mal union
• Sindrom komprtemen • Delayed Union
• Fat Embolism Syndrome • Non Union
• Infeksi
• Syok
Penatalaksanaan
• Gips

• Traksi
• Pembedahan kisnerwayer
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
• identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, penanggung jawab
dan hubungan dengan klien.
• Keluhan utama
Tanyakan pada klien keluhan apa yang dirasakan klien pada saat ini
• Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan bagaimana terjadi kecelakaan,apa yang menyebabkan kecelakaan, patah
tulang
• Riwayat kesehatan dahulu
Adakah dalam klien pernah mengalami trauma/fraktur sebelumnya
• Riwayat kesehatan keluarga
Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami trauma atau fraktur seperti klien
atau penyakit yang berhubungan dengan tulang lainnya.
• Aktivitas istirahat
Adakah kehilangan fungsi pada bagian yang terkena/fraktur
keterbatasan imobilitas
• Sirkulasi
1) Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri. Ansietas)
2) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah ) tachikardi, crt,
lambat, pucat bagian yang terkena.
• Neurosensori
Adanya kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekkan,
kelemahan.
• Kenyamanan
Nyeri tiba-tiba saat cedera, spasma/ kram otot.
• Keamanan
Leserasi kulit, pendarahan, perubahan warna, pembengkakkan
lokal
Data subjektif Data objektif
• Kesulitan dalam • Gangguan mobilitas
beraktivitas : kelemahan, • Edema pada esktremitas
nyeri yang fraktur
• Mudah lelah, kesulitan • Adanya deformitas
istirahat ( nyeri) • Adanya peningkatan
• Kesulitan dalam suhu pada esktremitas
memenuhi kebutuhan yang fraktur
diri sendiri • Skala nyeri meningkat
jika ekstremitas
digerakan
Diagnosa dan Intervensi
1. Nyeri b.d Nyeri akut berhubungan dengan fraktur (Brunner &
Suddarth, 2002 ; 2363)
Intervensi :
• Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips,
pembebat, traksi.
• Ringgikan dan dukung ekstremitas yang terkena
• Hindari menggunakan sprei / bantal plastik di bawah ekstremitas
dalm gips.
• Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi karakteristik, intensitas (0-
10)
• Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sampai dengan cedera.
• Dorong menggunakan teknik managemen stress / nyeri
• Berikan alternatif tindakan kenyamanan : pijatan, alih baring
• Kolaborasi
- Beri obat sesuai indikasi
- Lakukan kompres dingin / es 24 – 28 jam pertama sesuai keperluan
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan otot
Intervensi :
• Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera
• Instruksikan ps untuk / bantu dalam rentang gerak
pasien / aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak
sakit.
• Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan
tungkai yang tersakit
• Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodic
• Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan (mandi
keramas)
• Dorong peningkatan masukan sampai 2000 – 3000 mliter
/ hr termasuk air asam, jus.
3. Kerusakan Integritas Jaringan b.d fraktur terbuka
Intervensi :
• Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, pendarahan,
perubahan warna
• Massase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur
kering dan bebas kerutan
• Ubah posisi dengan sering
• Traksi tulang dan perawatan kulit.
• Rasional :
• Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan mungkin masalah
yang mungkin disebabkan oleh alat / pemasangan gips, edema
• Menurukan tekanan pada area yang peka dan resiko kerusakan kulit
• Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimal
• Mencegah cedera pada bagian tubuh lain.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan
Intervensi :
• Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan kontinuitas
• Kaji sisi pen / kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri
• Berikan perawatan pen / kawat steril
• Observasi luka untuk pembentukan buta, krepitasi, bau
drainase yang tidak enak
• Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan
berbicara
• Selidiki nyeri tiba-tiba / keterbatasan gerakan dengan
edema local
• Berikan obat sesuai indikasi
5. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma jaringan
atau tulang (Tucker, 1998).
Intervensi :
• Pantau nadi distal dari fraktur setelah satu atau dua jam,
observasi terhadap warna dan suhu.
• Kaji pengisian kapiler laporkan temuan normal
bandingkan dengan eksterimitas yang fraktur
• Pertahankan Kesejajaran tubuh observasi terhadap
tanda-tanda sindroma kompertemen (warna jaringan
pucat, nadi lemah, nyeri, pati rasa, sianosis).
• Observasi perubahan tanda-tanda vital.
• Observasi tanda-tanda iskemi (penurunan suhu dan
peningkatan rasa)
• Observasi posisi dan lokasi bidai jangan sampai
menekan pembuluh darah.

Anda mungkin juga menyukai