Estuari adalah suatu badan air pantai setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan
laut terbuka, sehingga sangat terpengaruh oleh gerakan pasang surut (pasut) air laut, dimana air laut
bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan, contohnya muara sungai, teluk pantai, rawa
pasut, dan badan air di balik pematang pantai (Odum, 1971).
Ekosistem perairan estuari banyak sekali populasi ikan yang berkembang biak untuk
membesarkan anak-anaknya karena wilayah estuari banyak sekali menerima secara terus-
menerus bahan organik dari aliran sungai dan sinar matahari yang cukup menerangi
perairan. (Dyer, K.R., 1997)
Latar Belakang
Kawasan estuari merupakan wilayah yang sangat penting baik dilihat dari
segi fisik maupun ekosistem darat dan perairannya.
Dari segi fisik banyak kawasan estuari yang digunakan untuk aktifitas
manusia (pabrik, gudang, pelabuhan, dll.) karena lahan sekitar estuari
relatif subur dan mudah sekali akses untuk dijadikan basis ekonomi dan
bisnis.
Penentuan batas estuari yang merupakan peralihan antara darat dan laut
sangat dipengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai yang terlindung
dari pengaruh gelombang laut. Lingkungan estuari umumnya merupakan
pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil,
terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Perairan estuari
mempunyai salinitas yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air
tawar, kisarannya antara 5-30 ppt (0/00).
Method
Estuari Cimandiri
Algoritma Wouthuyzen
Tidak
Method
Titik sampel yang diambil sebanyak 19 sampel di perairan laut dan lima
sampel di perairan sungai dengan menggunakan GPS (Global
Positioning System). Peralatan yang dipakai dalam pengambilan data
salinitas adalah alat CTD (Conductivity Temperature Depth) untuk
mengukur tingkat salinitas, suhu dari atas permukaan laut sampai
kedalaman sekitar 100 meter di bawah permukaan laut (mbpl). Alat
refraktometer atau salinometer dipergunakan untuk mengukur salinitas
di permukaan perairan. Selain itu, diambil juga data arus laut mulai dari
permukaan sampai kedalaman 100 mbpl dengan alat current meter.
Tanggal pengambilan Sampel:
Hasil - Musim hujan 12 Juni 2015
- Musim kemarau 15 Agutus 2015
- Pada saat satelit landsat merekam daerah penelitian
Gambar Grafik rata-rata hujan bulanan Februari 2014-Desember 2015 di sekitar DAS Cimandiri (Stasiun
curah hujan: Selabintana, Kota Sukabumi, Cisolok dan Jampangkulon). (Sumber: BMKG, 2015)
Grafik pasangsurut air laut harian di sekitar Estuari Cimandiri
(Sumber: P3SDLP, 2015)
D
Hasil pengolahan dengan Algoritma
Wouthuyzen (2008) ternyata menghasilkan Dalam mendapatkan persamaan baru
data ketidakcocokan antara nilai salinitas yang atau algoritma baru, terlebih dahulu
didapatkan dari citra satelit dengan nilai menghitung nilai reflektan setiap pixel
salinitas hasil pengukuran di lapangan. Hasil dari titik sampel pada band: 2,3, dan 4.
regresi linear antara data lapangan dengan Nilai-nilai reflektan ini kemudian dihitung
Algoritma Wouthuyzen sebesar 0,25, yang nilai regresinya agar didapatkan algortima
artinya hubungan lemah antara lapangan baru untuk pengukuran salinitas.
dengan data hasil citra penginderaan jauh.
Nilai tingkat salinitas pada titik sampel dalam format tabel dirubah ke dalam format shapefile
sehingga dapat di-overlay dengan citra landsat. Konversi nilai digital Citra Landsat 7 ETM+ dan 8
OLI dengan band 2, 3, dan 4 menjadi reflektan menggunakan persamaan (Donohue et al.,
2007):
ρλ' = MρQcal + Aρ .............................................................................
Dimana:
ρλ' = reflektan TOA (Top Of Atmosphere) yang belum terkoreksi sudut matahari.
Mρ = faktor skala (Band-specific multiplicative rescaling factor ).
Aρ = faktor penambah.
Qcal = nilai pixel (DN=Digital Number).
Dari hasil analisis regresi didapatkan nilai r
sebesar 0,821 atau dengan pengaruh sebesar
82 % dari setiap variabel terhadap nilai
salinitas