Anda di halaman 1dari 15

SUBINVOLUSI UTERUS.

Kelompok 4
DEFINISI

 Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk


mengikuti pola normal involusi/proses involusi rahim
tidak berjalan sebagaimana mestinya,sehingga proses
pengecilan uterus terhambat.
 Subinvolusi merupakan istilah yang digunakan
untuk menunjukkan kemunduran yang terjadi pada
setiap organ dan saluran reproduktif,kadang lebih
banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran
uterus yang mengarah ke ukurannya.(Varney’s
Midwivery).
 Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis
pada sisitem reproduksi pada masa nifas yang terjadi
pada setiap organ dan saluran yang reproduktif.
ETIOLOGI
 Status gizi ibu nifas buruk (kurang gizi)
 Ibu tidak menyusui bayinya.
 Kurang mobilisasi.
 Usia
 Parietas
 Terdapat bekuan darah yang tidak keluar.
 Terdapat sisa plasenta dan selaputnya dalam uterus
sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan
normal atau terlambat.
 Tidak ada kontraksi
 Terjadi infeksi pada endometrium
 Inflamasi
 Terdapat sisa plasenta dan selaputnya
 Terdapat bekuan darah
 Mioma uteri
PATOFISIOLOGI
 Kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini
bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup
lama, tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah
yang pergi ke uterus di dalam perut ibu hamil, karena
uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan
pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya,
darah banyak dialirkan keuterus dapat mengadakan
hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak
diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang,
kembali seperti biasa. Demikian dengan adanya hal-hal
tersebut uterus akan mengalami kekurangan darah
sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami atrofi
kembali ke ukuran semula.
 Subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus
menurun sehingga pembuluh darah yang lebar tidak
menutup sempurna, sehingga pendarahan terjadi terus
menerus, menyebabkan permasalahan lainya baik itu
infeksi maupun inflamasi pada bagian rahim terkhususnya
endromatrium. Sehingga proses involusi yang mestinya
terjadi setelah nifas terganggu
MANISFESTASI KLINIS
 Fundus uteri letaknya tetap tinggi didalam abdomen/pelvis
dari yang diperkirakan/penurunan fundus uteri lambat
dan tonus uterus lembek.
 Keluaran kochia seringkali gagal berubah dari bentuk
rubra ke bentuk serosa,lalu kebentuk kochia alba.
 Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu
beberapa hari postpartum/lebih dari 2 minggu pasca nifas
 Lochia bisa lebih banyak daripada yang diperkirakan
 Leukore dan lochia berbau menyengat,bisa terjadi jika ada
infeksi.
 Pucat,pusing,dan tekanan darah rendah
 Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah yang
banyak (>500 ml)
 Nadi lemah,gelisah ,letih,ekstrimitas dingin.
KLASIFIKASI
 Subinvolusi Tempat Plasenta
 Kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah.
 Subinvolusi Ligamen
Yaitu kegagalan ligamen dan diafragma pelvis fasia kembali seperti
sedia kala
 Subinvolusi Serviks
Kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil

 Subinvolusi Lochea
Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi lochea. Seharusnya lochea
berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum.

 Subinvolusi Vulva Vagina


Tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti
semula setelah beberapa hari postpartus.
 Subinvolusi Perinium
Tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan.
KOMPLIKASI

 Subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi


uterus menurun sehingga pembuluh darah yang
lebar tidak menutup sempurna, sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Perdarahan
postpartum (PPH) merupakan perdarahan
vagina yang lebih dari 24 jam setelah
melahirkan. Penyebab utama adalah subinvolusi
uterus. Yakni kondisi dimana uterus tidak dapat
berkontraksi dan kembali kebentuk awal. Ketika
miometrium kehilangan kemampuan untuk
berkontraksi, pembuluh rahim mungkin
berdarah secara luas dan menyajikan situasi
yang mengancam jiwa mengharuskan
histerektomi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan penunjang
 USG
 Radiologi
 Laboratorium (Hb.golongan darah, eritrosit,
leukosit, trombosit, hematokrit, CT, Blooding
time)
 Terapi
 Pemberian Antibiotika
 Pemberian Uterotonika
 Pemberian Tansfusi
 Dilakukan kerokan bila disebabkan karena
tertinggalnya sisa – sisa plasenta
PENATALAKSANAAN

 Dapatkan sampel locea untuk kultur


 Pemerksaan USG dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
fragmen yang tertahan didalam uterus
 Methergin atau ergotrate, 0,2 mg setiap 3-4 jam selama
3hari dapat diprogramkan. Antibiotik spektrum luas bisa
ditambahkan jika uterus nyeri tekan setelah 2 minggu.
 Beberapa praktisi merekomendasikan terapi awal dengan
antibiotik, dengan pertimbangan teryata infeksi
merupakan faktor yang sering ditemukan pada involisi
yang terlambat
 Pengobatan alternatif:
 kupuntur digunakan dalam terap lokia yang berlebihan
 Refleksologi: terapi pada hipofisis dan zona uterus dikaki
dapat meredakan subinvolusi sehingga tidak perlu
ditemukan intervensi medis.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
SUBINVOLUSIO UTERI
Pengkajian
 Identitas klien
 Riwayat kesehatan  Pemeriksaan khusus
 Riwayat obstetrik
 Uterus
 Riwayat menstruasi meliputi : Meliputi: tinggi fundus uteri dan
menarche ,lamanya siklus, posisinya serta konsistensinya.
banyaknya, baunya, keluhan waktu
haid.  Lochia
Meliputi: warna, banyaknya dan
 Riwayat perkawinan meliputi : usia baunya.
kawin, kawin yang keberapa,
usia mulai hamil  Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah
 Riwayat hamil,persalinan dan ada tanda infeksi dan luka
nifas yang lalu jahitan
 Riwayat hamil meliputi: waktu  Vulva
hamil muda, hamil tua, apakah ada Dilihat apakah ada edema atau
abortus. tidak
 Riwayat persalinan meliputi:  Payudara
Tuanya kehamilan, cara persalinan, Dilihat kondisi aerola,konsistensi
penolong, tempat bersalin, dan kolostrum
adakah kesulitan dalam persalinan,
anak lahir hidup/mati, BB &
panjang anak waktu lahir.
Diagnosa Keperawatan

 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan


perdarahan
pervaginam
 Infeksi berhubungan dengan adanya sisa
plasenta dan selaput ketuban.
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
pervaginal.
no Dx kep Tujuan Intervensi Rasional

1 Gangguan Perfusi jaringan - Monitor tanda-tanda - Perubahan perfusi jaringan


perfusi menjadi adekuat vital menimbulkan perubahan pada tanda
jaringan - Catat perubahan vital
Kriteria hasil :
berhubungan warna kuku,mukosa - Dengan adanya perdarahan maka
Klien tidak
dengan bibir,gusi dan volume darah disirkulasi menjadi
terlihat pucat,
perdarahan lidah,suhu kulit. berkurang sehingga sirkulasi di
pervaginam HB meningkat - Evaluasi tingkat jaringan perifer pun berkurang hal
kesadaran inilah yang menyebabkan cyanosis
- Kolaborasi (Monitor dan kulit yang dingin.
kadar gas darah dan - Perubahan tingkat kesadaran
PH) merupakan salah satu indikator
- Berikan terapi peningkatan/penurunan gangguan
oksigen perfusi jaringan
- Perubahan kadar gas darah dan PH
darah merupakan tanda hipoksia
jaringan)
- Oksigen diperlukan untuk
menurunkan hipoksia.
no Dx kep Tujuan Intervensi Rasional

2 Infeksi Tujuan : - . Kaji tanda-tanda vital. - Tanda vital menandakan adanya perubahan di

berhubung Infeksi dapat dalam tubuh


- Catat karakteristik
an dengan diatasi dan
lochia. - Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi
adanya sisa mencegah
kemajuan atau penyimpangan dari lochia
plasenta terjadinya
- Berikan perawatan yang normal.
dan selaput infeksi sistemik perineal,pertahankan
ketuban. agar tetap bersih dan - Untuk menjaga kebersihan dan membatasi
kering. pertumbuhan bakteri.
- Kolaborasi Pemberian - Untuk membasmi kuman penyebab infeksi
Antibiotik
- Untuk mengeluarkan sisa plasenta dan selaput
ketuban yang
- Tindakan kerokan pada tertinggal.
uterus
no Dx kep Tujuan Intervensi Rasional

3 Kekurangan Tujuan: - Tidurkan pasien dengan - Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan
posisi kaki lebih tinggi venous return dan
volume Mencegah
sedangkan memungkinkan darah ke otak dan organ lain.
cairan disfungsional
badannya tetap terlentang. - Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan
berhubunga bleeding dan - Monitor tanda-tanda vital semakin hebat
n dengan memperbaiki - Monitor intake dan output - Perubahan output merupakan tanda adanya
- Evaluasi kandung kencing gangguan fungsi ginjal.
perdarahan volume cairan
- Lakukan masase uterus. - Kandung kencing yang penuh menghalangi
pervaginal.
- Kolaborasi : kontraksi uterus
 Pemberian Infus/cairan - Masase uterus merangsang kontraksi uterus
intravena - Berkolaborasi
 Pemberian uterotonika  Cairan intravena dapat meningkatkan volume
 Pemberian Transfusi whole intravascular
blood (bila perlu)  Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan
mengontrol
perdarahan
 Whole blood membantu menormalkan volume
cairan tubuh
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai