Anda di halaman 1dari 29

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN


AKHIR (TPA) SAMPAH

DIREKTORAT PENGELOLAAN SAMPAH


DIRJEN PSLB3 -KLHK
18 SEPTEMBER 2019
Acuan Kinerja Pengelolaan Sampah Nasional
• Target kinerja pengelolaan sampah Nasional berdasarkan Perpres No.
97/2017 tentang Jakstranas Pengelolaan Sampah

TARGET PENGELOLAAN SAMPAH


Indikator
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Jumlah timbulan sampah


(juta ton) 65.8 66.5 67.1 67.8 68.5 69.2 69.9 70.6 70.8

Target Pengurangan
Sampah (juta ton) 9.89 12 13.4 14 16.4 17.99 18.9 19.7 20.9
(15%) (18%) (20%) (22%) (24%) (26%) (27%) (28%) (30%)

Target Sampah tertangani


(juta ton) 47.3 48.5 50.3 50.8 50.7 50.52 50.3 50.1 49.9
(72%) (73%) (75%) (75%) (74%) (73%) (72%) (71%) (70%)
TARGET JAKTRANAS

TARGET
• K/L PROV/KAB/KOTA • PENGURANGAN
• KLHK • KAB/KOTA • PENANGANAN
(Sebagian) • PROVINSI

TARGET
TARGET K/L
JAKTRANAS
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PNGELOLAAN SAMPAH

MODEL SARANA DAN


PRASARANA
- Pengoperasian Bank Sampah
- Pengoperasian Pusat Daur OUTPUT
Ulang (PDU) KINERJA SARANA DAN
- Penanganan Sampah dari
- Biodigester PRASARANA
Sumber
- Produksi Kompos UNTUK MENDUKUNG
- Pengoperasian Urban KINERJA PENGELOLAAN
SAMPAH
Farming
- Pengembangan Pendukung
Sarpras (Wadah, Transport)
ALUR PENGOLAHAN SAMPAH

PEMDA/Masyarakat
• Permukiman • Residu
• Apartemen • Manajemen
• Memilah/Memilih Pengumpulan
• Pasar
• Mengumpulkan • Ditrasformasikan ke TPA
• Dll
• Bank Sampah
• Produk Kompos
• Pusat Daur Ulang (PDU) TPS yg di
Sumber Sampah Transformasikan ke
TPA
BISNIS PROSES PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA

Residu
• Produk Kompos • Penguburan Sampah
• Produk Material Recycle • Pengoperasian Alat Berat
• Substitusi Bahan Bakar (RDF) • Sampah sisa • Tata Cara pengelolaan Landfill
• Pemanfaatan Gas menjadi • Sampah yang belum ada • Pengelolaan Lindi
Energi teknologi pengolahannya
• Pengolahan Sampah Menjadi
Energi

Proses Pengolahan
Pekerjaan Landfill
Sampah
Pasal 44 & 45 UU18/2008 pengelolaan TPA
UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Pasal 44 ayat (1)
dan ayat (2), menyebutkan;
(1) Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat
pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka
paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya UU ini.
(2) Pemerintah Daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun
terhitung sejak berlakunya UU ini.

Sedangkan Pasal 45 menyatakan :


Sedangkan kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan Industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas social, dan fasilitas lainnya yang belum
memiliki fasilitas pemilahan sampah pada saat diundangkannya UU ini wajib
membangun atau menyediakan fasilitas pemilahan sampah paling lama 1
(satu) tahun.
Sistem Pengelolaan Sampah Mendatang

Kertas dll PDU/TPS


30% pengurangan 3R, BS
Gelas dll

RESIDU
PEMILAHAN
Organik
DAN
PEWADAHAN TPST,
Bahan termasuk
SUMBER Beracun
SAMPAH Berbahaya 70% penanganan infrastruktur
WTE
Residu

TEMPAT 20%
PENAMPUNGAN
WTE (Waste to Energy), merupakan proses B3
pengkonversian pengolahan sampah menjadi energi
(listrik dan panas) yang menggunakan teknologi
termal atau non termal.
TPA
- Teknologi termal termasuk: insinerasi, gasifikasi,
pirolisis, dll
SAMPAH
- Teknologi non termal termasuk: anaerobic digestion,
fermentasi, dan Mechanical Biological Treatment
TPS 3R: Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recyle, berbasis masyarakat
(MBT). TPST: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu, berbasis institusi
PENGELOLAAN SAMPAH
PENGURANGAN PENANGANAN
(PASAL 20 & 21) (PASAL 22)

1. PEMBATASAN 1. PEMILAHAN.
TIMBULAN SAMPAH.
2. PENGUMPULAN.
2. PENDAURAN ULANG
3. PENGANGKUTAN.
SAMPAH.
4. PENGOLAHAN.
3. PEMANFAATAN Pemrosesan akhir sampah dilakukan
KEMBALI SAMPAH. 5. PEMROSESAN AKHIR.
dengan menggunakan:
Diatur PP dan Perda
1. metode lahan urug terkendali;
Diatur PP dan/atau Perda
metode lahan urug saniter;

2. teknologi ramah lingkungan. .


1. penimbunan/pemadatan;
Pemrosesan akhir sampah dilakukan di TPA, meliputi 2. penutupan tanah;
kegiatan: 3. pengolahan lindi;
4. penanganan gas.

Penyediaan dan pengoperasian, harus memperhatikan pemilihan


Persyaratan TPA
lokasi, kondisi fisik, kemudahan operasi, aspek lingkungan, dan
meliputi:
sosial
Harus memperhatikan pemilihan lokasi paling sedikit memenuhi kriteria aspek:
1.Geologi, yaitu tidak berada di daerah sesar atau patahan yang masih aktif, tidak berada di zona bahaya geologi
misalnya daerah gunung berapi, tidak berada di daerah karst, tidak berada di daerah berlahan gambut, dan
dianjurkan berada di daerah lapisan tanah kedap air atau lempung;
2.Hidrogeologi, antara lain berupa kondisi muka air tanah yang tidak kurang dari tiga meter, kondisi kelulusan tanah
tidak lebih besar dari 10-6 cm/detik, dan jarak terhadap sumber air minum lebih besar dari 100 m (seratus meter) di
hilir aliran.

3.Kemiringan zona, yaitu berada pada kemiringan kurang dari 20% (dua puluh perseratus).
4.Jarak dari lapangan terbang, yaitu berjarak lebih dari 3000 m (tiga ribu meter) untuk lapangan terbang yang
didarati pesawat turbo jet dan berjarak lebih dari 1500 m (seribu lima ratus meter) untuk lapangan terbang yang
didarati pesawat jenis lain;
5. Jarak dari permukiman, yaitu lebih dari 1 km (satu kilometer) dengan mempertimbangkan pencemaran lindi,
kebauan, penyebaran vektor penyakit, dan aspek sosial;

6.Tidak berada di kawasan lindung/cagar alam;

7.Bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 (dua puluh lima) tahun.
1. Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga, sampah
sejenis sampah rumah tangga, dan residu;

2. Limbah yang dilarang diurug di TPA meliputi:


a.Limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga;
b.Limbah yang berkatagori B3 sesuai peraturan perundang-undangan;
c.Limbah medis dari fasilitas pelayanan kesehatan.

Pemrosesan akhir 3.Residu tidak berkategori B3 atau mengandung limbah B3.


sampah di TPA harus
memperhatikan:
4.Dalam hal terdapat sampah yang berkategori B3 atau mengandung limbah B3
di TPA harus disimpan di tempat penyimpanan sementara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan mengenai pengelolaan limbah B3.

5. Dilarang melakukan kegiatan peternakan di TPA .


1. Dalam hal penempatan TPA pada lokasi lahan gambut yang tidak dapat dihindari, TPA direkayasa
secara teknologi sehingga berada di atas lapisan kedap air dengan menggunakan lapisan kedap
alamiah dan/atau lapisan kedap artifisial seperti geosintetis dan/atau bahan lain yang memenuhi
persyaratan hidrogeologi serta pondasi dan lantai kerja TPA diperkuat dengan konstruksi perbaikan
tanah bawah.

2. Dalam hal penempatan TPA pada lokasi hidrogeologi yang kurang dan tidak dapat dihindari, TPA
tersebut harus direkayasa secara teknologi sehingga berada di atas lapisan kedap air dengan
menggunakan lapisan kedap alamiah dan/atau lapisan kedap artifisial seperti geosintetis dan/atau
bahan lain yang memenuhi persyaratan kelulusan hidrogeologi tidak lebih besar dari 10-6 cm/detik.

3. Dalam hal lokasi TPA lama yang sudah beroperasi tidak memenuhi persyaratan, TPA tersebut harus
dioperasikan dengan metode lahan urug terkendali atau lahan urug saniter meliputi:
a) melakukan penutupan timbunan sampah dengan tanah penutup secara periodik;
b) mengolah lindi yang dihasilkan sehingga efluen yang keluar sesuai baku mutu;
c) mengelola gas bio yang dihasilkan sesuai persyaratan teknis yang berlaku; dan
d) membangun area tanaman penyangga di sekeliling lokasi TPA tersebut.
Penentuan luas lahan dan kapasitas TPA harus mempertimbangkan
 timbulan sampah,
 tingkat pelayanan, dan
 kegiatan yang akan dilakukan di dalam TPA.

Umur teknis TPA paling sedikit 10 (sepuluh) tahun.


1. fasilitas dasar; jalan masuk; jalan operasional, listrik atau
genset, drainase, air bersih, pagar; dan kantor.
2. fasilitas perlindungan lingkungan; lapisan kedap air, saluran
pengumpul lindi, instalasi pengolahan lindi, zona penyangga,
sumur uji atau pantau dan penanganan gas.
3. fasilitas operasional: alat berat, truk pengangkut tanah dan
Prasarana dan sarana tanah
TPA meliputi: 4. fasilitas penunjang: bengkel, garasi, tempat pencucian alat
angkut dan alat berat, alat pertolongan pertama pada
kecelakaan, jembatan timbang, laboratorium; dan tempat
parkir.
5. TPA dapat dilengkapi dengan fasilitas pendauran ulang,
pengomposan, dan atau gas bio.
1.Melakukan pemilihan lokasi sesuai dengan rencana tata ruang
Dalam melakukan wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota
pemrosesan akhir sampah
pemerintah kabupaten/kota
wajib menyediakan dan 2.Mengacu pada SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA
mengoperasikan TPA. Dalam Sampah
menyediakan TPA
pemerintah 3. menyusun analisis biaya dan teknologi
kabupaten/kota:
4. menyusun rancangan teknis

Dalam hal kondisi khusus atau terdapat kerjasama penanganan sampah lintas kabupaten/kota pemerintah
provinsi dapat menyediakan dan mengoperasikan TPA Regional.
1. Pengendalian vektor penyakit dilakukan dengan cara
a. pemadatan sampah dilakukan dengan alat berat untuk mencapai
kepadatan sampah minimal 600 kg/m3 dengan kemiringan
timbunan sampah maksimum 300.
b. penutupan sampah dengan menggunakan tanah dan/atau material
lainnya yang dapat meloloskan air. Penutupan sampah dilakukan
sekurang-kurangnya setiap tujuh hari untuk metode lahan urug
terkendali dan setiap hari untuk metode lahan urug saniter
c. penyemprotan insektisida secara aman dan terkendali

Pengoperasian 2.Sistem pengumpulan dan pengolahan lindi dimaksudkan untuk


TPA menurunkan kadar pencemar lindi.
Harus Dapat
Menjamin Fungsi 3. Penanganan gas

4. Pemeliharaan estetika sekitar lingkungan

5. Pelaksanaan keselamatan pekerja

6.Penanganan tanggap darurat bahaya kebakaran dan kelongsoran.


Pengolahan Lindi
1. Proses operasional TPA

2. Curah hujan
Pengoperasian pengolahan lindi
dilakukan untuk menurunkan kadar 3. Dimensi instalasi pengolah lindi (IPL)
pencemar lindi yang dipengaruhi
oleh: 4. Waktu detensi

5.Kedalaman kolam pengolahan


Pengolahan Lindi Lanjutan….
a. Pengaliran lindi diutamakan menggunakan sistem gravitasi.
b. Pengolahan lindi dilakukan dengan proses biologis, fisik, kimia
dan/atau gabungan dari proses biologis, fisik dan kimia.
c. Pengolahan lindi dengan proses biologis didahului dengan
aklimatisasi.
d. Persyaratan efluen hasil pengolahan lindi harus sesuai dengan
baku mutu.
e. Dalam hal kualitas efluen hasil pengolahan lindi belum memenuhi
baku mutu dilakukan resirkulasi efluen.
Baku Mutu Lindi Kadar Paling Tinggi

Parameter
Nilai Satuan

‘pH 6-9 -
BOD 150 mg/L
COD 300 mg/L
TSS 100 mg/L
N Total 60 mg/L
Merkuri 0,005 mg/L
Kadmium 0,1 mg/L
Penanganan Gas

1.Gas yang dihasilkan selama proses dekomposisi di TPA tidak


diperkenankan dialirkan ke udara terbuka

Penanganan gas harus


dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengurangi efek gas
rumah kaca dengan cara: 2. Menggunakan perpipaan gas vertikal dan/atau horizontal
yang berfungsi mengalirkan gas yang terkumpul untuk
kemudian dibakar atau dimanfaatkan sebagai sumber energi

Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol secara berkala


Estetika, Keselamatan Pekerja dan Tanggap Darurat
 Pemeliharaan estetika sekitar lingkungan dilakukan dengan penyediaan
zona penyangga dan revegetasi.

 Pelaksanaan keselamatan pekerja dilakukan dengan penyediaan fasilitas


kesehatan di lokasi TPA dan menggunakan peralatan kerja standar untuk
menjamin keselamatan kerja.
Tanggap Darurat
Penanganan tanggap darurat bahaya kebakaran dan kelongsoran berupa:

1.Dalam hal terjadi kebakaran dalam TPA pemadaman api dapat dilakukan
dengan:
a. menggunakan air;
b. menggali dan membongkar tumpukan sampah;
c. mengatasi oksigen kontak langsung sampah.

2. Dalam hal terjadi kelongsoran TPA, penanganan berdasarkan pada :


a. skala kelongsoran;
b. korban kelongsoran;
c. kerusakan fasilitas.

Dalam hal penanganan evakuasi korban bencana perlu melakukan koordinasi


dengan instasi terkait penanganan bencana di kabupaten kota terkait.
CATATAN TPA REGIONAL

 Kesepakatan kabupaten/kota yang akan menggunakan TPA


Regional untuk membuat komitmen bersama penentuan
tipping fee
 Jarak dengan permukiman 1 km
 Pemanfaatan teknologi sampah menjadi energi
TPA REGIONAL
PP 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
(SRT) dan Sampah Sejenis Rumah Tangga (SSRT) Pasal 23 ayat (3)
huruf e, menyebutkan jarak lokasi TPA dengan permukiman lebih dari
1 Km dengan mmpertimbangkan pencemaran lindi, kebauan,
penyebaran vector penyakit dan aspek sosial;
1. Harmonisasi Peraturan
Secara Peraturan Perundangan harus melakukan revisi PP 81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (SRT) dan Sampah Sejenis
Rumah Tangga (SSRT),(membutuhkan waktu lama).
2. Operasional (alternative solusi)
Difungsikan sebagai Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
dengan menggunakan teknologi pengolahan sampah seperti secara kimia,
biologi, termal dan teknologi ramah lingkungan. Sesuai Permen PU
No. 03/2014 Pasal 28.
KOMPONEN PENILAIAN
Lokasi Komponen Sub-Komponen Baik Baik
Sekali
TPA a. Prasarana Dasar, 1) Jalan masuk
Sarpen, dan Kondisi
Area
2)Kantor
3)Pencatatan
4) Pagar dan Pintu Gerbang

5)Garasi di TPA
6) Truk Sampah
7) Lalat
8)Asap kebakaran Sampah

9)Pohon peneduh
Lokasi Komponen Sub-Komponen Baik Baik
Sekali
TPA b. Sarana Operasi 1) Alat Berat

c. Pencatatan Sampah
d. Keberadaan dan Kebersihan
Drainase
e. Saluran dan pengolahan Lindi

f. Sumur pantau
g.Penanganan Gas metan

h.Sampah dan Zona aktif

i. Pengaturan Lahan
j. Penimbunan Sampah
k.Penutupan Sampah dg Sampah atau
Media lain
l. Pengolahan Samapah
KRITERIA DAN INDIKATOR TPA
1. Kriteria dan indikator Teknis masih sama dengan TPA biasa, yaitu :
Jalan masuk, Timbangan, Pencatatan (Lokasi sampah, Volume), Pagar pembatas,
drainase, dan vegatasi.
2. Kriteria dan indikator tambahan:
a. Kelembagaan pengelola TPA Regional: Badan pengelola
b. Gabungan (provinsi dan kab/kota yang dilayani), UPTD Provinsi, BUMD,
atau pihak swasta.
c. Keberadaan kontribusi setiap kabupaten/kota yang dilayani.
d. Anggaran, peralatan, tenaga kerja, dan kontrak kerja sama.
e. Pencatatan: keberadaan jembatan timbang, ada pencatatan yang jelas asal
sampah.
f. Rasio jumlah sampah yang masuk terhadap kontribusi dari setiap
kabupaten/kota.
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA

Terima kasih atas perhatian anda

Direktorat Pengelolaan Sampah, Ditjen PSLB3 KLHK


Jl. DI Panjaitan Kav. 24 Kebon Nanas Jakarta Timur
No. TLP/Fax : 021- 85904934

Anda mungkin juga menyukai