REPUBLIK INDONESIA
Target Pengurangan
Sampah (juta ton) 9.89 12 13.4 14 16.4 17.99 18.9 19.7 20.9
(15%) (18%) (20%) (22%) (24%) (26%) (27%) (28%) (30%)
TARGET
• K/L PROV/KAB/KOTA • PENGURANGAN
• KLHK • KAB/KOTA • PENANGANAN
(Sebagian) • PROVINSI
TARGET
TARGET K/L
JAKTRANAS
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PNGELOLAAN SAMPAH
PEMDA/Masyarakat
• Permukiman • Residu
• Apartemen • Manajemen
• Memilah/Memilih Pengumpulan
• Pasar
• Mengumpulkan • Ditrasformasikan ke TPA
• Dll
• Bank Sampah
• Produk Kompos
• Pusat Daur Ulang (PDU) TPS yg di
Sumber Sampah Transformasikan ke
TPA
BISNIS PROSES PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA
Residu
• Produk Kompos • Penguburan Sampah
• Produk Material Recycle • Pengoperasian Alat Berat
• Substitusi Bahan Bakar (RDF) • Sampah sisa • Tata Cara pengelolaan Landfill
• Pemanfaatan Gas menjadi • Sampah yang belum ada • Pengelolaan Lindi
Energi teknologi pengolahannya
• Pengolahan Sampah Menjadi
Energi
Proses Pengolahan
Pekerjaan Landfill
Sampah
Pasal 44 & 45 UU18/2008 pengelolaan TPA
UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Pasal 44 ayat (1)
dan ayat (2), menyebutkan;
(1) Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat
pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka
paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya UU ini.
(2) Pemerintah Daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun
terhitung sejak berlakunya UU ini.
RESIDU
PEMILAHAN
Organik
DAN
PEWADAHAN TPST,
Bahan termasuk
SUMBER Beracun
SAMPAH Berbahaya 70% penanganan infrastruktur
WTE
Residu
TEMPAT 20%
PENAMPUNGAN
WTE (Waste to Energy), merupakan proses B3
pengkonversian pengolahan sampah menjadi energi
(listrik dan panas) yang menggunakan teknologi
termal atau non termal.
TPA
- Teknologi termal termasuk: insinerasi, gasifikasi,
pirolisis, dll
SAMPAH
- Teknologi non termal termasuk: anaerobic digestion,
fermentasi, dan Mechanical Biological Treatment
TPS 3R: Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recyle, berbasis masyarakat
(MBT). TPST: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu, berbasis institusi
PENGELOLAAN SAMPAH
PENGURANGAN PENANGANAN
(PASAL 20 & 21) (PASAL 22)
1. PEMBATASAN 1. PEMILAHAN.
TIMBULAN SAMPAH.
2. PENGUMPULAN.
2. PENDAURAN ULANG
3. PENGANGKUTAN.
SAMPAH.
4. PENGOLAHAN.
3. PEMANFAATAN Pemrosesan akhir sampah dilakukan
KEMBALI SAMPAH. 5. PEMROSESAN AKHIR.
dengan menggunakan:
Diatur PP dan Perda
1. metode lahan urug terkendali;
Diatur PP dan/atau Perda
metode lahan urug saniter;
3.Kemiringan zona, yaitu berada pada kemiringan kurang dari 20% (dua puluh perseratus).
4.Jarak dari lapangan terbang, yaitu berjarak lebih dari 3000 m (tiga ribu meter) untuk lapangan terbang yang
didarati pesawat turbo jet dan berjarak lebih dari 1500 m (seribu lima ratus meter) untuk lapangan terbang yang
didarati pesawat jenis lain;
5. Jarak dari permukiman, yaitu lebih dari 1 km (satu kilometer) dengan mempertimbangkan pencemaran lindi,
kebauan, penyebaran vektor penyakit, dan aspek sosial;
7.Bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 (dua puluh lima) tahun.
1. Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga, sampah
sejenis sampah rumah tangga, dan residu;
2. Dalam hal penempatan TPA pada lokasi hidrogeologi yang kurang dan tidak dapat dihindari, TPA
tersebut harus direkayasa secara teknologi sehingga berada di atas lapisan kedap air dengan
menggunakan lapisan kedap alamiah dan/atau lapisan kedap artifisial seperti geosintetis dan/atau
bahan lain yang memenuhi persyaratan kelulusan hidrogeologi tidak lebih besar dari 10-6 cm/detik.
3. Dalam hal lokasi TPA lama yang sudah beroperasi tidak memenuhi persyaratan, TPA tersebut harus
dioperasikan dengan metode lahan urug terkendali atau lahan urug saniter meliputi:
a) melakukan penutupan timbunan sampah dengan tanah penutup secara periodik;
b) mengolah lindi yang dihasilkan sehingga efluen yang keluar sesuai baku mutu;
c) mengelola gas bio yang dihasilkan sesuai persyaratan teknis yang berlaku; dan
d) membangun area tanaman penyangga di sekeliling lokasi TPA tersebut.
Penentuan luas lahan dan kapasitas TPA harus mempertimbangkan
timbulan sampah,
tingkat pelayanan, dan
kegiatan yang akan dilakukan di dalam TPA.
Dalam hal kondisi khusus atau terdapat kerjasama penanganan sampah lintas kabupaten/kota pemerintah
provinsi dapat menyediakan dan mengoperasikan TPA Regional.
1. Pengendalian vektor penyakit dilakukan dengan cara
a. pemadatan sampah dilakukan dengan alat berat untuk mencapai
kepadatan sampah minimal 600 kg/m3 dengan kemiringan
timbunan sampah maksimum 300.
b. penutupan sampah dengan menggunakan tanah dan/atau material
lainnya yang dapat meloloskan air. Penutupan sampah dilakukan
sekurang-kurangnya setiap tujuh hari untuk metode lahan urug
terkendali dan setiap hari untuk metode lahan urug saniter
c. penyemprotan insektisida secara aman dan terkendali
2. Curah hujan
Pengoperasian pengolahan lindi
dilakukan untuk menurunkan kadar 3. Dimensi instalasi pengolah lindi (IPL)
pencemar lindi yang dipengaruhi
oleh: 4. Waktu detensi
Parameter
Nilai Satuan
‘pH 6-9 -
BOD 150 mg/L
COD 300 mg/L
TSS 100 mg/L
N Total 60 mg/L
Merkuri 0,005 mg/L
Kadmium 0,1 mg/L
Penanganan Gas
1.Dalam hal terjadi kebakaran dalam TPA pemadaman api dapat dilakukan
dengan:
a. menggunakan air;
b. menggali dan membongkar tumpukan sampah;
c. mengatasi oksigen kontak langsung sampah.
5)Garasi di TPA
6) Truk Sampah
7) Lalat
8)Asap kebakaran Sampah
9)Pohon peneduh
Lokasi Komponen Sub-Komponen Baik Baik
Sekali
TPA b. Sarana Operasi 1) Alat Berat
c. Pencatatan Sampah
d. Keberadaan dan Kebersihan
Drainase
e. Saluran dan pengolahan Lindi
f. Sumur pantau
g.Penanganan Gas metan
i. Pengaturan Lahan
j. Penimbunan Sampah
k.Penutupan Sampah dg Sampah atau
Media lain
l. Pengolahan Samapah
KRITERIA DAN INDIKATOR TPA
1. Kriteria dan indikator Teknis masih sama dengan TPA biasa, yaitu :
Jalan masuk, Timbangan, Pencatatan (Lokasi sampah, Volume), Pagar pembatas,
drainase, dan vegatasi.
2. Kriteria dan indikator tambahan:
a. Kelembagaan pengelola TPA Regional: Badan pengelola
b. Gabungan (provinsi dan kab/kota yang dilayani), UPTD Provinsi, BUMD,
atau pihak swasta.
c. Keberadaan kontribusi setiap kabupaten/kota yang dilayani.
d. Anggaran, peralatan, tenaga kerja, dan kontrak kerja sama.
e. Pencatatan: keberadaan jembatan timbang, ada pencatatan yang jelas asal
sampah.
f. Rasio jumlah sampah yang masuk terhadap kontribusi dari setiap
kabupaten/kota.
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA