Anda di halaman 1dari 37

MESIN PREDATOR :

BRIKET SAMPAH
PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA

Wahyudi Sulistya
Disampaikan pada Seminar
Kemenkes RI
15 Februari 2021
LATAR BELAKANG
Kebijakan Energi Nasional
Permasalahan Sampah -> Limbah Masker Covid
Waste to Energy berbasis Teknologi Briket Sampah

•Permasalahan •Kebijakan Energi


sampah Nasional , Nasional, Co-Firing
Sampah Residu Batubara dan
Biomassa (Sampah)

Energy
Sampah
Terbarukan

Rekomendasi Mesin Briket


Solusi
Sampah

Covid 19 Sustainabilitas

•Limbah Medis, •Isu Lingkungan,


Masker selama Ekonomi dan Sosial
Covid 19, Virus
PT. KCS SUSTAINABLE INDUSTRY

PT. Kemasan Ciptatama Sempurna menuju ke arah


Industri Hijau dan Sirkular Ekonomi dimana
memperhatikan tiga pilar keberlanjutan yakni :
aspek lingkungan, aspek sosial dan aspek finansial
(ekonomi)
PENANGANGAN SAMPAH DOMESTIK,
LIMBAH MEDIS DAN RESIDU AUTOCLAVE

Sampah Masker Residu


Domestik Medis Autoclave

Teknologi Briket Sampah dapat memproses


sampah domestik juga limbah medis dan
residu sisa proses autoclave yang selama ini
belum ada solusinya
S.Maarif, eet all, 2018. IJRER
MENGAPA BRIKET SAMPAH
1. Reduksi Volume Sampah secara cepat melalui konversi sampah menjadi
“resource”
2. Solusi sebagai sumber energi baru terbarukan dari Sampah -> Waste to
Energy
3. Proses relatif cepat , tidak menunggu waktu (One Day Prosecc)
4. Suhu proses > 100 C , sehingga mikroorganisme, termasuk Virus C-19
mati
5. Produk dapat disimpan, di”upgrade” dan di gunakan untuk bahan bakar
pemanas, steam, listrik
6. Dapat digunakan sebagai bahan campuran /substitusi batubara dengan
Co-Firing
GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI BRIKET PT. KCS
Mesin Briket Sampah terdiri dari beberapa unit proses yakni
1. Unit Loading Material dan Belt Conveyor
2. Unit Pemilah (Scrambel rotary) dan Pencacah ( Shredder)
3. Unit Press (Dewatering Press )
4. Unit Pengering ( Rotary Dryer)
5. Unit Pencetak ( Screw Extruder)
Material
Sampah(15000kg) Bak Penampung
(Loading
ALUR FLOW CHART
  Material) PROSES PENGOLAHAN
BRIKET SAMPAH (Mesin
Shredder Leachete Predator)

Sampah
Tercacah

Dewatering
Press
Leachete
Sistem IPAL

 
Solid Material (padata
10500-11250 kg)

Cerobong
Rotary Dryer (temp Vapor
80 C) dan gas
Gases
cleaning
Solid Material
(Padatan 7500-8400
kg)

 
Screw Extruder
(temp 200-300C)

Briquette Waste
(7200-7800 kg)
GAMBARAN UMUM MATERIAL PROSES
No Description Value Unit
1 Shredder 15000 Kg/day
2 Dewatering Press    
  Reduksi (variatif) 30%-35%  
  Solid Material output 10500-11250 Kg/day
  Liquid (Leachete) 3750-4500 Kg/day
3 Rotary Dryer    
  Reduksi (variatif) 20-23%  
  Solid Material 7507,5 - 8400 Kg/day
  Vapor (Gases) 2100-2507,5 Kg/day
4 Screw Extruder    
  Loses 5%  
  Solid Material (Briquettes) 7123,13 - 7980 Kg/day
SPESIFIKASI TEKNIS MESIN PREDATOR
SAMPAH

Kapasitas Produksi
Input Material : 15 Ton/day
Output Material : 7.5 Ton/day
Unit Process : Jumlah Kapasita Kapasitas
Unit Unit s Total satuan
- Shredder = 700 kg/jam
Shredder 1 625 625 kg/jam
- Belt Conveyor Dewatering
- Dewatering Press = 250kg/jam Press 2 234,375 468,75 kg/jam

- Rotary Dryer = 400kg/jam Rotary Dryer 1 350 350 kg/jam

- Screw Ekstruder = 200kg/jam Ekstruder 2 166,25 332,5 kg.jam


LOADING MATERIAL
Didefinisikan sebagai lokasi
atau tempat penampungan
sampah untuk sementara.
Design dibuat naik 1 meter
dan ada pembatas disetiap
sisi agar tidak tercecer
atau terkontaminasi ke
tanah . Adapun lantai
terbuat dari bahan yang
kedap air / Lantai kedap
air (Cor), Dan Luas area
±100m2
BELT CONVEYOR
Behl Conveyor adalah suatu sistem yang berjalan secara continui. Sistem
ini dimaksudkan untuk pemilahan sampah / memisahkan material-
material yang masih memiliki nilai jual atau bernilai ekonomis , adapun
untuk sistem pemilihan ini masih mengandalkan tenaga manusia. Power
Consumption 1PK, 380V, With Gearbox Ratio 1:50. Dimensi Panjang
4000mm x Lebar 600mm.
SHREDDER
Shendder difungsikan
sebagai mesin pencacah
sampah / sejenis Crusser
yang bisa mencacah hingga
sampai berukuran 0-15 cm ,
proses ini dimaksudkan
untuk memudahkan ke
proses selanjutnya. Power
consumption 2 x 7,5 KW,
380 V with Gearbox.
Dimensi mesin panjang
1500mm x lebar 600mm x
tinggi 1500mm.
SCREW CONVEYOR
Screw Conveyor
didefinisikan sebagai
proses transfer material
dari shendder ke Screw
Press. Power
consumption 0,75 KW ,
380 V with Gearbox ,
Dimention Ø 200mm x
1700mm.
DEWATERING PRESS
Dewatering Press didefinisikan sebagai proses / alat pemerasan kadar
air, penurunan kadar air hingga ± 70% . Karena dari material terkndung
kadar air yang cukup tinggi ± 40-70%. Hingga diakhir proses
Dewatering ini kadar air dari material tinggal ± 20%. Hasil proses
dewatering press ini akan menghasilkan air Lindi yang bisa dimanfaatkan
untuk produk atau kebutuhan lain seperti Pupuk cair organik pada
umumnya ( untuk diaplikasikan diluar proses ini ).
ROTARY DRYER (HEATING
Heating Rotary didefinisikan sebagai proses penggeringan atau Penurunan
kadar air dalam material. Dalam prosesnya material didalam sistem
drum yang berputar menggunakan energi pemanas Burner berbahan
bakar briket dengan alur oxigen sirkulasi kembali ke sistem lagi. Power
Consumption 2,2 KW , 380 VAC with gearbox and inverter.
SCREW EKSTRUDER MESIN BRIKET
Mesin Briket didefinisikan sebagai proses Kompresasi tekanan hingga
menghasilkan sesuai yang dicetak ( sesuai mould ). Power koncumption
7,5KW , 380 VAC with gearbox 1:50. Dimention Ø 250mm x
1200mmwith gearbox rotation.
PRODUK BRIKET Karakteristik UTAMA Briket

Briket Sampah merupakan salah satu


metode untuk meningkatkan kualitas
sampah yang memiliki nilai kalor rendah Total Nilai
dan kadar air tinggi menjadi lebih Sulfur Kalor
berkualitas.
Briket Sampah merupakan bahan bakar
yang diproses dari material sampah , baik Fixed Ash
sampah organik dan sampah plastik atau Carbin Content
sejenisnya dengan proses pengeringan,
homogenisasi ukuran dan pencetakan .
Volatile
Briket merupakan bahan bakar yang dapat Moisture
Matter
mensubstitusi batubara. Nilai Kalor briket
bervariasi dan dapat diproses lanjut dengan
Pirolisis
1. Nilai Kalor (Gross 3768 Kcal/kg Nilai kalor merupakan sejumlah panas yang dihasilkan dari
Calorivic Value) pembakaran bahan- bahan yang mudah terbakar seperti karbon,
hidrogen dan sulfur dengan koreksi panas penguraian dan panas
karena reaksi eksotermis dan endotermis dari pembakaran unsur-
unsur pengotor.

1. Gross Calorivic value


GCV (gross calorific value) menggambarkan panas total yang
tersedia ketika
diukur dengan metode standar apabila semua produk pembakaran
dikembalikan ke suhu
ambient.
 
2. Net Calorivic Value
NCV (net calorific value) adalah panas berguna yang tersedia dari
suatu batubara
dan dihitung dari GCV dengan pengurangan kehilangan panas
tertentu seperti panaspanas
sensibel dan laten dari produk pembakaran.
 
Nilai kalor briket sudah cukup untuk bahan bakar , meningkat dari
nilai kalor sampah dibawah 1200 kcal/kg
2. Ash Content 31,98 % Abu terdiri dari seyawa- senyawa silicon, aluminium, besi, dan
kalsium serta sejumlah kecil Na, Ti, K, Mg, Mn, dalam bentuk
silikat, oksida, sulfat, dan posfat. Abu merupakan residu yang
berasal dari mineral matter yang tersisa setelahterbakar
sempurna. Oleh karena itu semakin tinggi kandungan abu
akan semakin berkurang nilai kalor  
Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi
tingkat pengotoran (fouling), keausan, dan korosi peralatan
yang dilalui.
 
Kadar Abu sisa proses pembakaran briket masih cukup tinggi,
diperlukan proses lebih lanjut
3. Volatile Matter 51,51 % Zat terbang terdiri dari gas yang mudah terbakar seperti H2, CO, metan
 Zat Mudah Terbang dan uap – uap yang mengembun seperti tar, juga gas CO2 dan H2O.
  Makin kecil zat terbang, makin tinggi rank briket/batubara ( Muchjidin,
Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara, 2006 ). Kandungan volatile
matter (%) memengaruhi kesempurnaa pembakaran dan intensitas api
yang dihasilkan. Hal ini didasarkan pada perbandingan antara
kandungan karbon tertambat ( fixed carbon ) dan zat terbang ( volatile
matter ), yang disebut fuel ratio. Semakin tinggi nilai fuel ratio, semakin
banyak juga jumlah karbon yang tidak terbakar. Jika nilai perbandingan
itu lebih dari 1,2, pengapian akan tidak optimal sehingga kecepatan
pembakarannya akan menurun.
 
Kadar volatile saat pembakaran sangat tinggi, sehingga diperlukan
proses lebih lanjut
4. Fixed Carbon 8,49 % Nilai kadar karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan
jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang.
Nilai ini semakin bertambah seiring dengan tingkat pembatubaraan.
Kadar karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan
untuk menilai kualitas bahan bakar
 
Karbon tertambat merupakan karbon yang terdapat pada batubara
berupa zat padat. Karbon tertambat ini menjadi komponen utama
batubara yang mampu menghasilkan panas pada proses
pembakaran. Semakin tinggi kandungan karbon tertambat maka nilai
kalor batubara akan semakin meningkat. Makin tinggi kadar karbon
padat makin tinggi rank briket. Kadar Karbon masih relatif rendah
 
5. Moisture Content 8,02 % Kadar air cukup rendah, dapat digunakan untuk bahan bakar
 
kelembaban tinggi akan membutuhkan udara primer lebih
banyak untuk mengeringkan briket.
 
kadar air yang terlalu tinggi akan menimbulkan masalah dalam
proses pembakaran. Adanya kandungan air yang cukup tinggi
akan mengurangi kalori briket pada saat pembakaran
 
6. Total Sulfur 0,13 % Kadar sulfur relatif rendah bila dibandingkan batubara
 
Kandungan sulfur dalam batubara terbagi menjadi tiga bentuk
bentuk sulfur pirit, sulfur organik dan senyawa sulfat. Dalam proses
pembakaran, sulfur organik dan sebagian dari sulfur pirit akan
teroksidasi menjadi SO2 dan sebagian lagi menjadi SO3. SO2 bila
beraksi dengan uap air dalam pembakaran dapat membentuk
H2SO4. Pemakaian batubara untuk industri-industri tertentu
diperlukan persyaratan kandungan sulfur yang relatif rendah sekali,
dimana standar maksimal kadar sulfur yang terkandung dalam
batubara adalah di bawah 1%.
 
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK
No Parameter Unit Briket Sampah Standar Pabrik Briket Sawdust Boiler Steam
KCS Semen (Charcoal) PLTU
Mulya jaya

1 Moisture (Inherent) % 8.02 4-15 5 34.83

2 Ash Content % 31.98 <8 5.6 3.12

3 Volatile Matter % 51.51 35-45 9.7 32.48

4 Fixed Carbon % 8.49 30-45 79.8 29.57

5 Gross Heating Value Kcal/kg 3768 5100-6000 7319 4134

6 Total Sulfur % 0.13 <1 0.06 0.12

             

Briket sampah PT. KCS secara umum


memiliki Nilai Kalor (GHV) yang mendekati
batubara dengan lebih kadar air rendah.
KEUNGGULAN TEKNOLOGI BRIKET SAMPAH
Teknologi dan Proses Produk dan Lingkungan Ekonomi dan Sosial

Handal Mudah dioperasikan Mengurangi volume sampah Kelayakan Investasi

Proses produksi cepat Bersih dan hemat Pemberdaayaan Masyarakat

Perawatan mudah Menghasilkan sumber energi Edukasi Waste to Energy

Hasil briket layak Mengurangi dampak GRK Solusi masalah sosial sampah

Dilengkapi IPAL (opt) Briket dapat diproses lanjut Multpliier effect ekonomi
NILAI TAMBAH TEKNOLOGI BRIKET

Mematikan
Mengurangi timbulan
Mikroorganisme dan
di TPST (Landfill)
Virus

Menjadi Sumber
Energi (waste to
energy)
PENYEMPURNAAN ASPEK LINGKUNGAN

Cerobong Site Plan


IPAL untuk
Udara dan Gas dengan
Lecheate
Cleaning Gudang Stok
RESUME DAN SIMPULAN
Teknologi Briket Sampah PT. KCS menggunakan mesin Predator Sampah saataini
beroperasi di Pasuruan . Teknologi ini mampu memproses sampah menjadi bahan
bakar melalui tahapan prosesnya. Nilai Kalor samph yang rendah dapat ditingkatkan
hingga lebih dari 3600 kkal/kg dengan kadar air rendah sekitr 8%.
Proses pengolahan sampah juga menggunakan tahapan pengeringan dan suhu pada
pencetak dengan suhu lebih dari 100C sehingga bila digunakan untuk limbah masker
mampu mematikan virus dan mikroorganisme
Teknologi Briket PT. KCS dapat dimodifikasi dan diadopsi sebagai salah satu
rekomendasi teknologi proses pengolahan limbah medis, masker selama Corona dan
juga residu autoclave dengan beberapa pertimbangan :
1. Lokasi Mesin briket harus jauh dari penduduk dan steril
2. Material yang masuk harus dipretreatment dengan disinfektan
3. Bila di campur dengan samapah, terutama sampah organik dengan kandungan air
tinggi >50% maka diperlukan sistem IPAL dan Gas Cleaning pada site plan

Disusun Oleh:
Tim Litbang Mesin Predator KCS

Anda mungkin juga menyukai