Anda di halaman 1dari 34

RACUN MESA DAN KONSTRUKSI

ILMU ISLAMI BERBASIS


PARADIGMA RELIGIONIS
IWAN TRIYUWONO
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PENGANTAR

• Ilmu modern mengklaim dirinya sebagai ilmu yang obyektif (objective), netral
(neutral), dan bebas nilai (value-free)

• Demikian juga ilmu akuntansi, ekonomi, dan manajemen (AEM)


• Benarkah demikian? Benarkah ilmu AEM adalah ilmu yang obyektif, netral,
dan bebas-nilai?
KEPENTINGAN MANUSIA

• Dalam kenyataannya, sepanjang sesuatu itu diciptakan dan dibangun oleh


manusia, maka sesuatu itu pasti mengandung kepentingan manusia itu sendiri

• Meskipun, katakanlah, akuntansi modern itu adalah obyektif, netral, dan


bebas-nilai, maka sebetulnya obyektivitas itu berdasarkan pada subyektivitas
manusia itu sendiri. Jadi, yang namanya benar-benar obyektif itu tidak ada.
Demikian juga tentang netral dan bebas-nilai
• Ilmu akuntansi modern juga mengklaim dirinya bahwa hanya ilmu akuntansi
modern yang dipraktikkan di seluruh dunia itu (generally accepted) adalah
akuntansi yang benar

• Bentuk akuntansi lain di luar generally accepted adalah akuntansi yang tidak
benar
• Apakah akuntansi modern tidak melakukan pembohongan?
• Akuntansi modern telah secara nyata melakukan pembohongan dan bahkan
memasukkan racun pikiran yang sangat berbahaya bagi peradaban manusia
RACUN MESA

• Apa racun pikiran tersebut?


• Racun itu adalah MESA (Materialistik, Egoistik, Sekularistik, dan Ateistik)
• Ini adalah scientific toxin yang tanpa disadari sudah masuk ke dalam pikiran
akuntan akademisi, mahasiswa akuntansi, dan praktisi akuntansi
• Akuntan akademisi melakukan penelitian, mengembangkan, dan
menyebarkan akuntansi dengan racun mesa ini ke penjuru dunia dan
kalangan manusia

• Mahasiswa akuntansi menerima akuntansi yang bermesa ini sebagai sebuah


kebenaran yang tidak bisa ditolak

• Praktisi akuntansi mempraktikkan akuntansi bermesa ini tanpa ada sikap kritis
• Materialistik
• Nilai materialistik ini diturunkan dari suatu pemahaman bahwa “ada” atau
“keberadaan” itu adalah sesuatu yang konkrit dan berwujud materi. Segala sesuatu
yang tidak berwujud materi dianggap tidak ada

• Wujud materi hanya bisa diakses oleh panca indra manusia. Segala sesuatu yang tidak
dapat diakses oleh panca indra, maka sesuatu itu dianggap tidak ada

• Rasa iman, ihlas, ikhsan, rasa ilahi, jin, iblis, malaikat, dan Allah tidak dapat diakses oleh
panca indra, maka mereka semua dianggap tidak ada
• Lihatlah akuntansi modern! Apa yang dicatat dan dilaporkan?
• Semua yang dicatat dan dilaporkan adalah materi yang kemudian direduksi dalam
bentuk uang (monetary term)
• Egoistik
• Egoistik adalah nilai atau sifat mementingkan diri sendiri tanpa sama sekali peduli atas
kepentingan orang lain
• Lihatlah Laporan Keuangan (Financial Statements)!
Bentuknya yang demikian
adalah bentuk yang sarat kepentingan pihak tertentu, yaitu pemegang saham
(shareholders)
• Mengapa yang diakui oleh akuntansi modern hanya private costs and benefits
dan sebaliknya menolak public costs and benefits?
• Sekularistik
• Memisahkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang seharusnya satu kesatuan utuh

• Akuntansi modern memisahkan aspek materi dengan aspek mental dan spiritual,
padahal dalam kenyataannya satu transaksi mengandung tiga aspek tersebut.
Ketiganya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

• Sekularistik tidak hanya memisahkan, tetapi juga menolak yang lain. Akuntansi
modern menerima aspek materi, tapi menolak aspek mental dan spiritual
• Ateistik
• Sifat dan keadaan tidak mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Kuasa

• Akibat lebih lanjut dari sekularistik adalah menolak adanya Tuhan. Bagi ilmu
AEM modern keberadaan adalah segala sesuatu yang bersifat materi dan
bisa diakses oleh panca indra. Selain itu tidak ada, termasuk Tuhan
• Jadi, pada dasarnya ilmu AEM adalah ateistik
PERILAKU MESA

• Racun MESA membentuk pola pikir MESA. Pola pikir MESA akhirnya
membentuk perilaku dan tindakan sehari-hari manusia, yaitu perilaku MESA
• Sangat disayangkan kebanyakan ilmuan muslim atau intelektual muslim tidak
menyadari hal itu
• Keimanan seorang muslim tidak menyatu dalam konstruksi dan bentuk ilmu
AEM. Dengan kata lain, mereka memisahkan iman islam dengan ilmu
pengetahuan. Di satu sisi ia beriman kepada Allah SWT, tetapi di sisi lain
ilmunya tidak beriman
• Akibat yang sangat parah adalah lama-lama ia akan terseret pada
keyakinan tidak ada Tuhan (ateistik), karena ilmunya menghendaki demikian
(naudzu billaahi min dzalik)
• Bagi ilmu AEM modern, ilmu yang benar dan ilmiah adalah ilmu yang
materialistik, egoistik, sekularistik, dan ateistik
• Bagi paradigma religionis, ilmu yang
benar dan ilmiah adalah ilmu yang
berangkat dari iman tauhid, memandu tindakan sehari-hari dan yang
kemudian menguatkan iman, serta akhirnya mengantarkan manusia untuk
kembali kepada Allah SWT dengan jiwa yang tenang dan diridhai

• Iman1  ilmu1  tindakan1  iman2  ilmu2  tindakan2  iman3 


ilmu3  tindakan3  iman4.... Imann+1  Tuhan
• Iman 0  ilmu 0  tindakan 0  iman -1  ilmu -1  tindakan -1  iman -
2  ilmu -2  tindakan -2  iman -3.... Iman n-1  tidak ada Tuhan
MESIN ILMIAH

Knowledge Scientific Machine Theory

Paradigms:
1. Positivist paradigm
2. Interpretivist paradigm
3. Critical paradigm
4. Postmodernist paradigm
5. Religionist paradigm
6. Spiritualist paradigm
7. Divine paradigm
• Bahan dasar untuk menciptakan teori adalah pengetahuan (knowledge) baik
ayat-ayat kauniyyah maupun ayat-ayat qauliyyah

• Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dialami atau diketahui oleh


manusia baik secara indrawi maupun secara spiritual
• Pengetahuan diproses dan diolah sedemikian rupa di dalam “mesin ilmiah”
untuk kemudian dihasilkan sebuah teori

• Mesin ilmiah apa yang akan digunakan oleh peneliti tergantung pada
“selera” dari peneliti
• Mesin ilmiah yang dapat dipilih dan digunakan oleh peneliti adalah:
• 1. Paradigma positivis (positivist paradigm)
• 2. Paradigma interpretivis (interpretivist paradigm)
• 3. Paradigma kritis (critical paradigm)
• 4. Paradigma posmodernis (postmodernist paradigm)
• 5. Paradigma religionis (religionist paradigm)
• 6. Paradigma spiritualis (spiritualist paradigm)
• 7. Paradigma ilahi (divine paradigm)
• Masing-masing paradigma memiliki metode ilmiah yang berbeda dengan
ukuran atau kriteria kebenaran yang berbeda pula
• Masing-masing paradigma memiliki cara kerja yang berbeda, sehingga
menghasilkan bentuk produk teori yang berbeda
• Selera yang dimiliki oleh peneliti dalam memilih mesin ilmiah yang digunakan
tergantung pada tingkat kesadaran (consciousness) yang dimiliki oleh masing-
masing peneliti
• Tingkat kesadaran peneliti seperti tampak pada tabel berikut ini
Variasi Kesadaran Manusia dan Daya Kesadaran
No Jenis Kesadaran Daya Kesadaran
1 Kesadaran Fisik Intelektual, Realitas fisik, Parsial, Obyektif
2 Kesadaran Makna Intelektual, Realitas fisik, Parsial, Subyektif
3 Kesadaran Emansipatif Intelektual, Realitas fisik-mental, Parsial, Obyektif-subyektif
4 Kesadaran Intelektual-mental-spiritual, Realitas fisik-mental-spiritual, Sinergi,
Transendental Obyektif-subyektif
5 Kesadaran Religius Intelektual-mental-spiritual, Realitas fisik-mental-spiritual-sifat
Tuhan-Tuhan, Kesatuan realitas, Obyektif-subyektif-religius
6 Kesadaran Spiritual Intelektual-mental-spiritual, Realitas fisik-mental-spiritual-sifat
Tuhan-Tuhan, Kesatuan realitas, Obyektif-subyektif-spiritual
7 Kesadaran Ilahi Ilahi, Realitas ilahi, Kesatuan ilahi, Subyektivitas ilahi
• Tingkat kesadaran bersifat hierarkhis, mulai dari yang terluar (fisik) hingga
yang terdalam (spiritual dan misteri)
• Masing-masing tingkat kesadaran berdampak pada cara pandang peneliti
terhadap obyek penelitian (ontologi), kriteria ilmu yang benar (epistemologi),
dan metodologi
• Cara pandang (paradigma) yang diaktualisasikan oleh tingkat kesadaran
tampak pada tabel berikut ini:
Variasi Kesadaran Manusia dan Paradigma

No Jenis Kesadaran Paradigma


1 Kesadaran Fisik Paradigma Positivis (Positivist Paradigm)
2 Kesadaran Makna Paradigma Interpretivis (Interpretivist Paradigm)
3 Kesadaran Emansipatif Paradigma Kritis (Critical Paradigm)
4 Kesadaran Transendental Paradigma Posmodernis (Postmodernist Paradigm)
5 Kesadaran Religius Paradigma Religionis (Religionist Paradigm)
6 Kesadaran Spiritual Paradigma Spiritualis (Spiritualist Paradigm)
7 Kesadaran Ilahi Paradigma Ilahi (Divine Paradigm)
• Tingkat kesadaran dan paradigma sebetulnya menunjukkan anak-anak tangga bagi
para peneliti dalam melakukan perjalanan spiritual-ilmiah menuju kepada Tuhan
• Kesadaran fisik dengan paradigma positivis merupakan titik awal peneliti dalam
melalukan perjalanan spiritual-ilmiah
• Capaian akhir adalah pada kesadaran ilahi dengan paradigmanya yaitu
paradigma ilahi
• Pada capaian akhir ini “aku” (ego) peneliti telah terlampaui dan masuk pada zona
“tidak ada aku, yang ada hanya Tuhan”
Paradigma, Orientasi, Tujuan, dan Metode

No Paradigma Orientasi Tujuan Metode


1 Paradigma Positivis (Positivist Verifikasi teori atau Menjelaskan (to explain) dan Metode kuantitatif, metode
Paradigm) falsifikasi teori meramalkan (to predict) kualitatif, atau metode
campuran
2 Paradigma Interpretivis (Interpretivist Konstruksi teori baru Menafsirkan (to interpret) dan Metode kualitatif
Paradigm) memahami (to understand)
3 Paradigma Kritis (Critical Paradigm) Konstruksi teori baru Membebaskan (to emancipate)dan Metode kualitatif
mengubah (to transform)

4 Paradigma Posmodernis (Postmodernist Konstruksi teori baru Mendekonstruksi (to deconstruct) Metode kualitatif
Paradigm)
5 Paradigma Religionis (Religionist Konstruksi teori baru Memahami (to understand) dan Metode religius
Paradigm) mengoperasionalkan (to
operationalise) ajaran agama

6 Paradigma Spiritualis (Spiritualist Konstruksi teori baru Merasakan kehadiran Tuhan (to Metode spiritual
Paradigm) feel the presence of God)

7 Paradigma Ilahi (Divine Paradigm) Konstruksi teori baru Menyatu dengan Tuhan (to unite Metode ilahi
with God)
• Orientasi penelitian dari paradigma positivis adalah verifikasi atau falsifikasi
teori dengan kuantitatif, kualitatif, dan campuran
• Sedangkan paradigma yang lain orientasinya adalah konstruksi teori baru
dengan metode kualitatif, religius, spiritual, dan ilahi
• Masing-masing paradigma memiliki tujuan penelitian yang bervariasi
ASUMSI ONTOLOGI
Asumsi Ontologi
A. Hakikat keberadaan
1. Realitas sosial adalah sebagai refleksi dari operasionalisasi dan praktik dari ayat-ayat suci
2. Ayat-ayat suci adalah kehendak, firman, hukum Tuhan sebagai panduan bagi manusia untuk hidup di dunia
3. Realitas sosial yang dibangun tidak berdasarkan pada ayat-ayat suci adalah realitas yang dapat menyesatkan
kehidupan manusia dari jalan yang benar

A. Katagori
1. Realitas sosial verbal adalah realitas sosial yang dibangun berdasarkan ayat-ayat verbal (ayat-ayat qauliyyah)
2. Realitas sosial non-verbal adalah realitas sosial yang dibangun melalui ayat-ayat non-verbal (ayat-ayat
kauniyyah)

A. Hubungan
1. Dalam kondisi ideal, realitas sosial verbal dan realitas sosial non-verbal berada dalam posisi keselarasan
Asumsi Epistemologi
A. Hakikat pengetahuan
1. Ilmu pengetahuan adalah teorisasi dan operasionalisasi dari ayat-ayat suci
1. Ilmu pengetahuan dibangun dan dipraktikkan berdasarkan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa
1. Iman (faith) dan ilmu pengetahuan berbasis iman (faith-based science) menghasilkan tindakan
beriman (faith-based action)
1. Tindakan beriman akan menguatkan keimanan pelaku (aktor) dan mengantarkannya kepada Tuhan

A. Cara mendapatkan pengetahuan


1. Ayat-ayat suci sebagai sumber kebenaran dalam upaya mengkonstruksi ilmu pengetahuan
1. Ayat-ayat suci verbal (ayat-ayat qauliyyah) dan ayat-ayat non-verbal (ayat-ayat kauniyyah)
merupakan sumber dan bahan konstruksi ilmu pengetahuan
Asumsi Metodologi
A. Orientasi penelitian
1. Membangun teori baru (theory building)

A. Tujuan penelitian
1. Memahami dan mengoperasionalkan ajaran agama

A. Logika penelitian
1. Menggunakan logika religius-rasional dalam membangun ilmu pengetahuan
1. Membangun ilmu pengetahuan dengan menggunakan teks (bayan), konteks (burhan), dan sedikit
(tanpa) intuisi (irfan)
CONTOH TOPIK

• Akuntabilitas dana desa berbasis al-fatihah


• Tanggung-jawab perusahaan berbasis al-Maun
• Filosofi auditing dengan basis al-Ashr
• Makrifat akuntansi aktiva dengan basis basmalah untuk membangkitkan rasa
cinta ilahi (mahabbatullah)
• Tata-kelola perusahaan dengan basis wa ilahukum ilaahun wahid (al-Baqarah
163)
• Tata-kelola lembaga filantropi islami dengan basis an-Nahl 90
• Corporate income dengan basis al-Hasyr 7
PENUTUP

• Innaa lillaahi wa innaa ilahi raajiuun

Anda mungkin juga menyukai