19 - UIN Alaudin - Racun Mesa
19 - UIN Alaudin - Racun Mesa
• Ilmu modern mengklaim dirinya sebagai ilmu yang obyektif (objective), netral
(neutral), dan bebas nilai (value-free)
• Bentuk akuntansi lain di luar generally accepted adalah akuntansi yang tidak
benar
• Apakah akuntansi modern tidak melakukan pembohongan?
• Akuntansi modern telah secara nyata melakukan pembohongan dan bahkan
memasukkan racun pikiran yang sangat berbahaya bagi peradaban manusia
RACUN MESA
• Praktisi akuntansi mempraktikkan akuntansi bermesa ini tanpa ada sikap kritis
• Materialistik
• Nilai materialistik ini diturunkan dari suatu pemahaman bahwa “ada” atau
“keberadaan” itu adalah sesuatu yang konkrit dan berwujud materi. Segala sesuatu
yang tidak berwujud materi dianggap tidak ada
• Wujud materi hanya bisa diakses oleh panca indra manusia. Segala sesuatu yang tidak
dapat diakses oleh panca indra, maka sesuatu itu dianggap tidak ada
• Rasa iman, ihlas, ikhsan, rasa ilahi, jin, iblis, malaikat, dan Allah tidak dapat diakses oleh
panca indra, maka mereka semua dianggap tidak ada
• Lihatlah akuntansi modern! Apa yang dicatat dan dilaporkan?
• Semua yang dicatat dan dilaporkan adalah materi yang kemudian direduksi dalam
bentuk uang (monetary term)
• Egoistik
• Egoistik adalah nilai atau sifat mementingkan diri sendiri tanpa sama sekali peduli atas
kepentingan orang lain
• Lihatlah Laporan Keuangan (Financial Statements)!
Bentuknya yang demikian
adalah bentuk yang sarat kepentingan pihak tertentu, yaitu pemegang saham
(shareholders)
• Mengapa yang diakui oleh akuntansi modern hanya private costs and benefits
dan sebaliknya menolak public costs and benefits?
• Sekularistik
• Memisahkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang seharusnya satu kesatuan utuh
• Akuntansi modern memisahkan aspek materi dengan aspek mental dan spiritual,
padahal dalam kenyataannya satu transaksi mengandung tiga aspek tersebut.
Ketiganya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
• Sekularistik tidak hanya memisahkan, tetapi juga menolak yang lain. Akuntansi
modern menerima aspek materi, tapi menolak aspek mental dan spiritual
• Ateistik
• Sifat dan keadaan tidak mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Kuasa
• Akibat lebih lanjut dari sekularistik adalah menolak adanya Tuhan. Bagi ilmu
AEM modern keberadaan adalah segala sesuatu yang bersifat materi dan
bisa diakses oleh panca indra. Selain itu tidak ada, termasuk Tuhan
• Jadi, pada dasarnya ilmu AEM adalah ateistik
PERILAKU MESA
• Racun MESA membentuk pola pikir MESA. Pola pikir MESA akhirnya
membentuk perilaku dan tindakan sehari-hari manusia, yaitu perilaku MESA
• Sangat disayangkan kebanyakan ilmuan muslim atau intelektual muslim tidak
menyadari hal itu
• Keimanan seorang muslim tidak menyatu dalam konstruksi dan bentuk ilmu
AEM. Dengan kata lain, mereka memisahkan iman islam dengan ilmu
pengetahuan. Di satu sisi ia beriman kepada Allah SWT, tetapi di sisi lain
ilmunya tidak beriman
• Akibat yang sangat parah adalah lama-lama ia akan terseret pada
keyakinan tidak ada Tuhan (ateistik), karena ilmunya menghendaki demikian
(naudzu billaahi min dzalik)
• Bagi ilmu AEM modern, ilmu yang benar dan ilmiah adalah ilmu yang
materialistik, egoistik, sekularistik, dan ateistik
• Bagi paradigma religionis, ilmu yang
benar dan ilmiah adalah ilmu yang
berangkat dari iman tauhid, memandu tindakan sehari-hari dan yang
kemudian menguatkan iman, serta akhirnya mengantarkan manusia untuk
kembali kepada Allah SWT dengan jiwa yang tenang dan diridhai
Paradigms:
1. Positivist paradigm
2. Interpretivist paradigm
3. Critical paradigm
4. Postmodernist paradigm
5. Religionist paradigm
6. Spiritualist paradigm
7. Divine paradigm
• Bahan dasar untuk menciptakan teori adalah pengetahuan (knowledge) baik
ayat-ayat kauniyyah maupun ayat-ayat qauliyyah
• Mesin ilmiah apa yang akan digunakan oleh peneliti tergantung pada
“selera” dari peneliti
• Mesin ilmiah yang dapat dipilih dan digunakan oleh peneliti adalah:
• 1. Paradigma positivis (positivist paradigm)
• 2. Paradigma interpretivis (interpretivist paradigm)
• 3. Paradigma kritis (critical paradigm)
• 4. Paradigma posmodernis (postmodernist paradigm)
• 5. Paradigma religionis (religionist paradigm)
• 6. Paradigma spiritualis (spiritualist paradigm)
• 7. Paradigma ilahi (divine paradigm)
• Masing-masing paradigma memiliki metode ilmiah yang berbeda dengan
ukuran atau kriteria kebenaran yang berbeda pula
• Masing-masing paradigma memiliki cara kerja yang berbeda, sehingga
menghasilkan bentuk produk teori yang berbeda
• Selera yang dimiliki oleh peneliti dalam memilih mesin ilmiah yang digunakan
tergantung pada tingkat kesadaran (consciousness) yang dimiliki oleh masing-
masing peneliti
• Tingkat kesadaran peneliti seperti tampak pada tabel berikut ini
Variasi Kesadaran Manusia dan Daya Kesadaran
No Jenis Kesadaran Daya Kesadaran
1 Kesadaran Fisik Intelektual, Realitas fisik, Parsial, Obyektif
2 Kesadaran Makna Intelektual, Realitas fisik, Parsial, Subyektif
3 Kesadaran Emansipatif Intelektual, Realitas fisik-mental, Parsial, Obyektif-subyektif
4 Kesadaran Intelektual-mental-spiritual, Realitas fisik-mental-spiritual, Sinergi,
Transendental Obyektif-subyektif
5 Kesadaran Religius Intelektual-mental-spiritual, Realitas fisik-mental-spiritual-sifat
Tuhan-Tuhan, Kesatuan realitas, Obyektif-subyektif-religius
6 Kesadaran Spiritual Intelektual-mental-spiritual, Realitas fisik-mental-spiritual-sifat
Tuhan-Tuhan, Kesatuan realitas, Obyektif-subyektif-spiritual
7 Kesadaran Ilahi Ilahi, Realitas ilahi, Kesatuan ilahi, Subyektivitas ilahi
• Tingkat kesadaran bersifat hierarkhis, mulai dari yang terluar (fisik) hingga
yang terdalam (spiritual dan misteri)
• Masing-masing tingkat kesadaran berdampak pada cara pandang peneliti
terhadap obyek penelitian (ontologi), kriteria ilmu yang benar (epistemologi),
dan metodologi
• Cara pandang (paradigma) yang diaktualisasikan oleh tingkat kesadaran
tampak pada tabel berikut ini:
Variasi Kesadaran Manusia dan Paradigma
4 Paradigma Posmodernis (Postmodernist Konstruksi teori baru Mendekonstruksi (to deconstruct) Metode kualitatif
Paradigm)
5 Paradigma Religionis (Religionist Konstruksi teori baru Memahami (to understand) dan Metode religius
Paradigm) mengoperasionalkan (to
operationalise) ajaran agama
6 Paradigma Spiritualis (Spiritualist Konstruksi teori baru Merasakan kehadiran Tuhan (to Metode spiritual
Paradigm) feel the presence of God)
7 Paradigma Ilahi (Divine Paradigm) Konstruksi teori baru Menyatu dengan Tuhan (to unite Metode ilahi
with God)
• Orientasi penelitian dari paradigma positivis adalah verifikasi atau falsifikasi
teori dengan kuantitatif, kualitatif, dan campuran
• Sedangkan paradigma yang lain orientasinya adalah konstruksi teori baru
dengan metode kualitatif, religius, spiritual, dan ilahi
• Masing-masing paradigma memiliki tujuan penelitian yang bervariasi
ASUMSI ONTOLOGI
Asumsi Ontologi
A. Hakikat keberadaan
1. Realitas sosial adalah sebagai refleksi dari operasionalisasi dan praktik dari ayat-ayat suci
2. Ayat-ayat suci adalah kehendak, firman, hukum Tuhan sebagai panduan bagi manusia untuk hidup di dunia
3. Realitas sosial yang dibangun tidak berdasarkan pada ayat-ayat suci adalah realitas yang dapat menyesatkan
kehidupan manusia dari jalan yang benar
A. Katagori
1. Realitas sosial verbal adalah realitas sosial yang dibangun berdasarkan ayat-ayat verbal (ayat-ayat qauliyyah)
2. Realitas sosial non-verbal adalah realitas sosial yang dibangun melalui ayat-ayat non-verbal (ayat-ayat
kauniyyah)
A. Hubungan
1. Dalam kondisi ideal, realitas sosial verbal dan realitas sosial non-verbal berada dalam posisi keselarasan
Asumsi Epistemologi
A. Hakikat pengetahuan
1. Ilmu pengetahuan adalah teorisasi dan operasionalisasi dari ayat-ayat suci
1. Ilmu pengetahuan dibangun dan dipraktikkan berdasarkan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa
1. Iman (faith) dan ilmu pengetahuan berbasis iman (faith-based science) menghasilkan tindakan
beriman (faith-based action)
1. Tindakan beriman akan menguatkan keimanan pelaku (aktor) dan mengantarkannya kepada Tuhan
A. Tujuan penelitian
1. Memahami dan mengoperasionalkan ajaran agama
A. Logika penelitian
1. Menggunakan logika religius-rasional dalam membangun ilmu pengetahuan
1. Membangun ilmu pengetahuan dengan menggunakan teks (bayan), konteks (burhan), dan sedikit
(tanpa) intuisi (irfan)
CONTOH TOPIK