Anda di halaman 1dari 57

FTIOKIMIA UHAMKA

Rini Prastiwi
FENOL DAN ASAM FENOLAT
 Senyawa fenol : aneka ragam senyawa yang berasal
dari tumbuhan, yang mempunyai ciri yang sama yaitu
cincin aromatik yang mengandung satu atau dua lebih
gugus hidroksil.
 Beberapa contoh senyawa fenol diantaranya :
flavonoid (golongan terbesar), fenol monosiklik
sederhana, fenilpropanoid, kuinon serhana, beberapa
golongan bahan polimer diantaranya lignin, melanin,
tanin, kadang juga dijumpai fenolik pada protein,
alkaloid dan terpenoid.
Sifat senyawa fenol
 Mudah larut dalam air
 Berikatan dengan gula sebagai glikosida
 Mampu membentuk komplek dengan protein melalui
ikatan hidrogen
 Fenol sangat peka terhadap oksidasi enzim dan
mungkin hilang pada proses isolasi akibat kerja enzim
fenolase yang terdapat pada tumbuhan
 Biasa terdapat dalam vokuola sel
Contoh senyawa fenol
 Golongan terbesar flavonoid
 Fenol monosiklik sederhana
 Kuinon fenolik
 Bahan polimer penting dalam tumbuhan ( lignin,
melanin, tanin)
 Kadang satuan fenolik juga terdapat pada protein,
alkaloid dan terpenoid
Peranan golongan senyawa fenol
 Lignin ( sebagai bahan pembangun sel)
 Antosianin (pigmen bunga)
 Flavonol ( pengaturan pengndalian tumbuh pada
tanaman kacang Pisum sativum)
Cara deteksi senyawa fenol
 Di tambah larutan FeCL3 1% dalam air atau etanol
yang akan menimbulkan warna hijau, merah ungu,
biru atau hitam yang kuat
 Atau dimodifikasi larutan FeCL3 1% dalam air dan
kalium heksasianoferat (III) 1% ( pada kromatogram
kertas)
 Deteksi kromatogram berdasarkan warnanya atau
flouresensinya di bawah uv dan diperkuat atau
berubah dengan uap amonia (untuk senyawa
flavonoid)
 Identifikasi analisis kuantitatif senyawa fenol dengan
menggunakan spektrofotomeri
 Semua senyawa fenol merupakan senyawa aromatik
sehingga menunjukkan serapan kuat di daerah
spektrum UV
 Menunjukkan pergeseran batokrom pada
spektrumnya bila ditambahkan basa
Senyawa fenol dan asam fenolat

hidrokuinon
• Resorsinol, orsinol dan floroglusol
• Katekol, pirogalol
• Asam p-hidroksibenzoat, asam
protokatekuat, asam vanilat
• Asam sirigat
• Asam salisilat, asam o-protokatekuat
• Asam isovanilat
 Senyawa asam fenolat ada hubungannya dengan lignin
terikat sebagai ester atau terdapat pada daun di dalam
fraksi yang tak larut dalam etanol, atau mungkinterdapat
dalam fraksi yang larut dalam etanol yaitu sebagai glikosida
sederhana
 Asam Ϸ-hidroksi benzoat, asam katekuat, asam vanilat dan
asam sirigat terdapat umum pada tumbuhana
angiospermae
 Asam gentisat tersebar luas
 Asam salisilat dan asam asam protokatekuat
penyebarannya lebuh terbatas khas pada Ericaceae
 Asam galat terdapat pada tumbuhan berkayu, terikat
sebagai galotanin. Senyawa ini lazim terdapat dalam
ekstrak tumbuhanyang sudah dihidrolisis dalam suasana
asam.
Pemisahan dan identifikasi
senyawa fenol
 Cara terbaik untuk identifikasi senyawa fenol sederhana
adalah dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
 Fenol di deteksi setelah hidrolisis jaringan tumbuhan
(segar atau kering) dalam suasana asam atau basa atau
setelah pemekatan ekstrak tumbuhan dalam etanol-air.
 Hidrolisis dalam suasana asam dengan HCL 2M selama 30
menit larutan didinginkan dan disaring sebelum di
ekstraksi
 Hidrolisis dalam suasana basa dengan NaOH 2 M pada
suhu kamar dalam lingkungan nitrogen, sebelum
diekstraksi harus di asamkan dulu
 Pada kedua cara hidrolisis ini , fenol yang dibebaskan
diekstraksi dengan eter, kemudian ekstrak eter di cuci,
dikeringkan, diuapkan sampai kering
 Sisa penguapan dilarutkan dalam eter kemudian di
kromatografi dua arah pada silika gel dengan
pengembang asam asetat-kloroform dan etil asetat-
benzen. Pada selulosa MN 300 dengan pengembang
benzen-metanol-asam asetat dan asam asetat-air.
Fenolat KLT Rf (x100) dalam Warna EtOH EtOh-NaOh
pengembang max max
1 2 3 4
Fenol sederhana Vanilin-HCL
Orsinol 19 62 46 67 Merah jambu biru 276,282 294
4-metilresorsinol 25 63 59 65 Merah bata 282 291
2-metilresorsinol 40 64 58 73 Merah jambu biru 275, 280 288

Resorsinol 17 59 48 74 Merah 276,283 293


Katekol 35 66 58 72 279 mengurai
Hidrokuinon 18 58 34 69 Nihil 295 mengurai
Pirogalol 08 15 19 72 266 mengurai
Floroglusinol 05 47 09 62 269,273 350

Asam fenolat Folin


Galat 05 40 05 40 Biru 272 mengurai
Protokatekuat 19 44 19 52 Biru 260,295 240,283
Gentisat 33 44 41 61 237,335 308
p-hidroksibenzoate 55 80 60 62 Biru setelah diuapi 265 278
Siringat 79 58 74 52 amonia 271 298
Vanilat 82 73 70 57 260,290 285,297
Salisilat 91 82 86 66 235,305 225,297
Isolasi senyawa fenolik

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:


 Senyawa fenolik cenderung untuk berpolimerisasi
dalam proses yg melibatkan pemanasan
 Bentuk glikosida tdk tahan terhadap pengaruh
pengasaman dan pemanasan
 Cenderung untuk membentuk ikatan yang kuat
dengan gugus silanol dari fase diam silika
 Bentuk glikosida memberikan sifat kelarutan tinggi
pada pelarut polar
 Pengembang
1 dan 2 : silika gel HOAc-CHCL3nm(1:9) dan EtOAc-
benzena (9:11)
3 dan 4 : pada selulosa MN 300 : benzen –MeOH-HOAc
(45:8:4) dan HOAc encer 6%
Deteksi senyawa fenol
 Fenol dapat dideteksi pada daerah UV pendek, pada
plat silika gel yang berfluoresensi pada panjang
gelombang 253 nm.
 Pereaksi semprot Folin_Ciocalteu fenol yang
berinti katekol atau hidrokuinon akan terlihat sebagai
bercak biru segera setelah disemprot
 Pereaksi semprot Vanilin-HCL (2 gr vanilin dalam 10
ml HCL pekat) dan Vanilin-H2SO4 pekat (2:1)
turunan resorsinol dan floroglusinol berwarna merah
muda
 Berbagai fenol dapat di deteksi dengan pereaksi Gibs (
2,6 diklorokuinon-kloromida 2% dalam CHCL3) dan
diuapi dengan uap amonia 2M akan menghasilkan
bermacam-macam warna.
 Pereaksi Gibs dapat digunakan untuk membedakan
asam vanilat (merah muda) dan isovanilat (biru)
 Fenol juga dapat diidentifikasikan dengan
membandingkan pada spektrum UV seperti pada tabel
sebelumnya
Cara lain deteksi senyawa fenol
1. Kromatografi kertas
- Banyak dipakai tetapi ada kekurangan pada cairan
pengembang yang baik dipakai ( butanol-asam
asetat-air), fenol sederhana cenderung
mengelompok pada garis depan.
- Pemisahan pengembang dua arah yang baik untuk
KKt benzena-asam asetat- air (6:7:3) dan Na. format-
as.format-air (10:1:2)
- Pengembang untuk pemisahan satu arah fenol
adalah butanol- NH4OH 2M (1:1, lapisan atas)
2. Kromatografi gas-cair
- Tidak digunakan secara luas karena senyawa fenol
ini harus dirubah menjadi turunannya yang cocok
(eter trimetilsilil atau asetat)
- Cara ini penting untuk campuran fenol sederhana
yang rumit dalam jaringan tumbuhan, misal pada
daun tembakau.
- Cocok untuk deteksi fenol dalam jumlah yang sangat
kecil, misal asam fenolat pada kultur jaringan
kentang yang diinfeksi Phytophtora infestans
3. KCKT
- Turunan o- atau p-hidroksi benzen sederhana dalam
ekstrak tumbuhan sederhana dapat langsung
ditentukan dengan mengubahnya menjadi
semikuinon dengan moksidasi udara pada larutan
basa.
- Cara ini semikuantitatif dan sangat peka, dapat
digunakan untuk mendeteksi hidrokuinon dan
katekol serta asam dihidroksi sinamat seperti asam
kafeat.
 Fenil propanoid merupakan senyawa fenolalam yang
mempunyai cincin aromatik dengan rantai samping
terdiri atas 3 karbon
 Secara biositesis merupakan turunan asam amino
protein aromatik yaitu fenilalanin dan fenilpropanoid
dapat mengandung satu sisa C6-C3 atau lebih
 Yang penting dan tesebar luas adalah asam
hidroksisinamat sebagai bahan bangunan lignin
 Termasuk dalam fenilpropanoid antara lain :
hidroksikumarin, fenilpropena, dan lignan.
Asam hidroksi sinamat
 Terdapat umum dalam tumbuhan
 Termasuk dalam asam hidroksisinamat yaitu : asam
ferulat, sinapat, kafeat, dan Ϸ-kumarat
 Bisa dipisahkan secara sederhana dan mudah dengan
KKt karena berfluoresensi dengan sinar UV ( derajat
warna biru dan hijau yang berbeda)
 Asam hidroksisinamat biasanya terdapat dalam
tumbuhan sebagai esterdan dapt diperoleh dengan
hasil baik dengan cara hidrolisis basa lemah, karena
dengan hidrolisis asam panas bahan akan hilang
akibat dekarboksilasi menjadi hidroksistirena
Kumarin
 Tersebar luas dalam 27 suku tumbuhan dalam bentuk
kumarin
 Kumarin tesebar luas dalam rerumputan serta
tumbuhan makanan ternak dan biasa dikenal sebagai
bahan atsiri berbau wangi yang dilepaskan oleh jerami
yang baru dipotong.
 Termasuk dalam kumarin yaitu : umbeliferon (7-
hidroksikumarin), eskuletin ( 6,7 dihidroksikumarin),
skopoletin (6-metoksi-7-hidroksikumarin), daphne
dan fraksetin (6-metoksi-7, 8 dihidroksikumarin) dari
fraxinus
 Kumarin lain yang lebih rumit dan terdapat pada
tumbuhan yaitu : furano kumarin dan psoralen yang
terbatas pada suku rutaceae dan umbelliferae
 Dikumarol dan warfarin menunjukkan aktivitas
antikoagulan darah dengan menghambat aktivitas
vitamin K. Rumput Melilotus officinalis yang
membusuk membentuk dikumarol yang dapat
menyebabkan pendarahan fatal bagi ternak yang
memakannya.
 Psoralen: perpanjangan kromofor bersifat menyerap
sinar uv dekat dan mendorong pembentukan pigmen
kulit melanin. Digunakan baik secara oral maupun
luar untuk penggelap kulit (suntanning). Efek
samping dapat menyebabkan efek „sunburn“
Biosintesis kumarin

 Dalam pembentukanya kumarin berasal dari senyawa tran sinamat


yang selanjutnya setelah mengalami glikosidasi, berisomerasi cis-trans
dan dilanjutkan dengan membentuk cincin lakton. Isomerasi dapat
terjadi secara enzimatik maupun akibat paparan sinar uv
Cara deteksi asam hidroksisinamat
dan hidroksikumarin
 Bisa di deteksi bersama-sama setelah ekstrak
tumbuhan dihidrolisis dalam suasana asam maupun
basa
 Ekstraksi dengan eter atau etil asetat, lalu ekstrak
dicuci dikeringkan dan diuapkan sampai kering.
 Deteksi dengan KKt atau KLT dua arah dengan
menggunakan selulosa kristal
 Gambar liat hal 61 ( Harbone)
Fenilpropena
 Berperan penting dalam bau dan citarasa tumbuhan
 Terdapat dalam fraksi minyak atsiri jaringan
tumbuhan bersama-sama dengan terpena atsiri.
 Keduanya larut dalam lemak, jadi berbeda dengan
kebanyakan senyawa fenol
 Beberapa contoh senyawa fenilpropena yaitu : eugenol
(dalam minyak cengkih), anetol (dalam minyak anis),
miristin (dalam pala)
 Dikenal juga isomer alil dan propenil yaitu misal
eugenol dan isoeugenol.
 Senyawa fenil propena mudah dipisahkan dengan plat
silika gel dan pengembang benzen dan campuran
benzen dan kloroform (10%), benzen dan eter minyak
bumi (20%) atau n-hkesana dan kloroform (3:2)
 Bila disemprot denga vanilin-H2SO4 1M ( 2 gram
vanilin , 1 g asam sulfat diencerkan dengan etanol 96%
menjadi 100 ml) atau dengan perekasi Gibs tampak
becak berwarna
 Hal 65 tabel 2.6
TANIN
 Tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan ,
yang mampu merubah kulit hewan mentah menjadi
kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung
silang protein
 Dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer
mantap yang tak larut dalam air
 Terdapat luas pada tumbuhan berpembuluh ,dan
Angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu
 Banyak digunakan dalam industri penyamakan kulit, terutama
bentuk tannin terkondensasi dari unit-unit proanthosianidin.
Contoh penghasil: Gambir (Uncaria gambier), quebracho
(Schinopsis lorentzii), cutch (Acacia catechu).
 Sifat adstringent dari tannin memberikan rasa kelat
 Molekul tannin membentuk ikatan silang dengan protein
sehingga dapat mencegah serangan bakteri dan jamur.
 Ikatan ini pula yang menjadi dasar dalam industri penyamakan
untuk menghasilkan kulit (hewan) yang elastis dan tahan
lama.
 Efektivitas ikatan tergantung berat molekul dan struktur
tannin.
 BM efektif berada di kisaran 500-2000
Distribusi tanin
 Tannin umumnya berada di vakuola sel tumbuhan.
 Tannin sering terkonsentrasi di jaringan epidermal
dan kulit batang tumbuhan berkayu, selain itu juga
dapat ditemukan di daun, akar, cabang, buah, dan
bagian lainnya dari tumbuhan.
 Kandungan tannin berubah sesuai dengan
pertumbuhan-musim dari bagian tumbuhan.
 Tannin terkondensasi lebih banyak dijumpai di
kulitbatang sedangkan tannin yg dpt dihidrolisa
banyak terdapat di buah yang belum matang
Fungi tanin
 Penolak herbivora
 Tanin sebagai metal ion chelator
 Tanin sebagai protein precipitating agent
 Tanin sebagai antioksidan biologis
 Anti kanker, anti mutagenik
 Anti mikroba, anti diare
 Antidiabetik
 Pewarna coklat
Penggolongan tanin
1. Tanin Terkondensasi
- Dalam paku-pakuan dan Gymnospermae
- Angiospermae pada tumbuhan berkayu
2. Tanin terhidrolisis
- Tumbuhan berkeping dua
 Hidrolisa dengan asam atau basa memecah tannin
hydrolizable tannin menjadi komponen gula dan asam
karboksilat fenolat.
TANNINS (Basic structure)
Hydrolysable Tannins Condensed Tannins
Glucose
o
oH oH oH oH oH
o
o oH oH oH oH
o oo
o o
oH o
Glucose OH

oH oH
oH OH
OH

Gallotannins Ellagitannins
Catechin
Tanin terkondensasi
 Atau flavolan
 Secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan
cara kondensasi katekin tunggal ( atau galokatekin)
yang membentuk senyawa dimer kemudian oligomer
yang lebih tinggi
 Nama lain tanin terkondensasi adalah proantosianidin
karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa
ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus
dan dibebaskan monomer antosianidin
 Kebanyakan proantosianidin adalah sianidin
 Terkondensasi
sehingga tidak bisa
dihidrolisis
 Berasal dari
proantosianidin
(molekul yang
membentuk
antosianidin jika
dipanaskan)
 Komponen utama
penyusun tannin
terkondensasi adalah
• Flavan-3,4-diol
• Flavan-3-ol
Tanin terhidrolisis
 kompleks ester dari
asam galat dengan
karbohidrat (umumnya
glukosa)
 contoh gallotannin dan
ellagitannin
Ellagitannin
Biosintesis tanin
 Tannin termasuk dalam golongan fenol. Semua
senyawa fenol baik primer maupun sekunder,
keduanya dibentuk melalui jalur asam sikimat
(skhimic acid pathway) yang biasa disebut juga sebagai
jalur fenilpropanoid (phenylpropanoid pathway). Jalur
ini juga merupakan jalur pembentukan senyawa
golongan fenol lain seperti isoflavon, kumarin, lignin,
dan asam amino aromatik (triptophan, fenilalanin,
dan tirosin).
 Dua kelompok utama dari tannin adalah tannin
terhidrolisis dan tannin terkondensasi biasa disebut sebagai
proanthosianidin. Beberapa contoh bagaimana tannin
tersintesis adalah sebagai berikut :
 Asam gallat terderivasi dari asam kuinat.
 Ellagotannins terbentuk dari hexahydroxydiphenic acid
esters melalui proses oxidative coupling dengan
menggabungkan asam gallat dengan suatu inti D-glucose.
 Oxidative coupling yang lebih lanjut akan membentuk
bentuk polimer tannin terhidrolisis.
 Prekursor biosintesis proanthosianidin adalah
leucocyanidins (flavan-3,4-diol and flavan-4-ol)
 Melalui autooksidasi, dengan ketidakhadiran panas akan
terbentuk anthocyanidin dan 3-deoxyanthocianidin,
dimana pada akhirnya akan berpolimerasi membentuk
proanthosianidin.
 Jalur shikimat mengubah prekusor karbohidrat sederhana
yang merupakan hasil dari glikolisis dan jalur pentosa
phospat menjadi asam amino aromatic (Herrmann and
Weaver, 1999). Jalur asam shikimat hanya dijumpai pada
tumbuhan, fungi, dan bakteri tetapi tidak ada pada hewan.

 Jalur asam shikimat dimulai dari asam shikimat yang dengan


adanya Erithrose PO4 + PEP akan menjadi asam kuinat,
asam kuinat inilah yang nantinya menjadi asam gallat. Asam
gallat merupakan salah satu asam pembentuk tanin
terhidrolisis. Pada tanin terhidrolisis golongan Gallotanin,
asam gallat satu dengan yang lain akan dihubungkan
dengan adanya ester, lalu bergabung dengan alkoholnya
(umumnya glukosa) membentuk Ellagitanin.

 Asam shikimat tadi juga akan menjadi fenilalanin;


fenilalanin akan menjadi tyrosin dan asam sinamat. Asam
sinamat nantinya akan menjadi salah satu penyusun
pseudotanin. Asam sinamat akan berikatan dengan asam
kuinat atau asam shikimat membentuk pseudotanin.
Jalur asam sikimat
Jalur asam sikimat
Identifikasi tanin
Identifikasi Tanin Secara Umum
 Dengan FeCl3
 Dengan larutan gelatin 0,5% akan terjadi endapan
putih, sensivitas sangat tinggi bila pH + 4 dan
ditambahkan NaCl (Robinson T., 1983)
 Dengan pereaksi Prusian Blue [FeCl, K3F3(CN)6] (Ann.
E. Hagerman, 1998, 2002).
 Salah satu metode adalah ikatan dengan serbuk kulit
atau protein albumin
Identifikasi tanin terkondensasi
 Proantosianidin dapat dideteksi langsung dalam jaringan
tumbuhan hijau (yaitu tanpa adanya pigmentasi sian) dengan
mencelupkannya dalam HCl 2M mendidih selama 30 menit akan
terbentuk warna merah. Untuk memastikannya dapat dilakukan
ekstraksi dengan amil alcohol. Dipekatkan di plat KLT dan
dilakukan identidikasi pelargonidin, sianidin, atau delfidin.
 Dengan pereaksi asam butanol, Leucoanthocyanidin (flavan-3,4-
diols dan flavan-4-ols), proanthocyaidin dan 3-deoxy
proanthocyanidin, akan menjadi anthocyaidin merah (Ann.E.
Hagerman, 1998,2002).
 Untuk telaah yang lebih rinci, jaringan tumbuhan segar diekstraksi
dengan methanol 50-80%.
 Pola tannin terkondensasi dapat diperiksa dengan KCKT, missal
dengan memakai kolom Li Chrosorb RP-8 yang dielusi dengan
campuran air methanol(Lea,1980). Eksrak ini dapat
mengendapkan albumin serum sapi bila ditamb ahkan kedalam
larutan 5% dalam air.
Identifikasi tanin terkondensasi
 Proantosianidin dapat dideteksi langsung dalam jaringan
tumbuhan hijau (yaitu tanpa adanya pigmentasi sian)
dengan mencelupkannya dalam HCl 2M mendidih selama
30 menit akan terbentuk warna merah. Untuk
memastikannya dapat dilakukan ekstraksi dengan amil
atau butil alcohol. Dipekatkan di plat KLT dan dilakukan
identidikasi pelargonidin, sianidin, aatau delfidin.
 Dengan pereaksi asam butanol, Leucoanthocyanidin
(flavan-3,4-diols dan flavan-4-ols), proanthocyaidin dan 3-
deoxy proanthocyanidin, akan menjadi anthocyaidin
merah (Ann.E. Hagerman, 1998,2002).
 Untuk telaah yang lebih rinci, jaringan tumbuhan segar
diekstraksi dengan methanol 50-80%. Tapi pada kasus ini hanya
dapat mengekstraksi beberapa tannin saja.
 Bila digunakan jaringan kering, hasil tannin agak berkurang
karena terjadi perlekatan tannin pada tempatnya dalam sel.
Campura tannin yang terdapat dalam ekstrak kasar dapat
dipantau dengan kromatografi kertas 2 arah, memakai fase
atapengembang butanol-as.asetat-air (14:1:5),. Diikuti dengan
asam asetat 6%.
 Tannin dapat dideteksi dengan sinar UV pendek berupa bercak
lembayung yang bereaksi positif dengan setiap pereaksi fenol
baku.
 Pola tannin terkondensasi dapat diperiksa dengan KCKT, missal
dengan memakai kolom Li Chrosorb RP-8 yang dielusi dengan
campuran air methanol(Lea,1980). Eksrak ini dapat
mengendapkan albumin serum sapi bila ditambahkan kedalam
larutan 5% dalam air.
Tanin total
a. Setara asam Tanat (SAT)
 Sejumlah ekstrak yang sesuai diencerkan ad 1 ml dan dicampur 1 ml darah
segar manusia yang telah diencerkan (1:50 dengan air). Setelah
disentrifuse, untuk menghilangkan endapan tanin-protein, sisa Hb
ditentukan kadarnya dengan meukur serapan pada 578 nm. Kemudian SAT
dapat ditentukan dari pengukuran baku yang dilakukan pada asam tanat
yang diketahui. Kesempatan – nisbi ekstrak tumbuhan merupakan ukuran
langsung tanin- larut total.
b. Kadar proantosianidin
 Ekstrak yang volumenya diketahui dipekatkan ad1/3 dan dipanaskan
dengan n-butanol yang mengandung HCL pekat 5% (0,5 ml ekstrak
dengan 4 ml pereaksi) selama 2 hari pada 95˚C. serapan diukur dengan
spektrofotometer pada 545 nm(untuk sianidin) dan pada 560 (untuk
delfidin). Pembandingan dengan larutan antosianidin baku menghasikan
kadar proantosianidin asal.
c. Kadar elagitanin
 Ekstrak 0,5 ml ditambah 2,0 ml Hno2 0,1 M( dibuat dari
NaNO2 dan asam asetat) pada suhu kamar dalam
lingkungan N2; 15 menit kemudian warna biru yang
terbentuk diukur pada 600 nm (Bate-Smith, 1972)
d. Kadar galotanin
 Cuplikan ekstrak (0,5 ml) direlasikan dengan 1,5 ml
KIO3 12 % dalam metanol 33% pada 15˚C, warna
tengguli yang terbentuk segara biukur pada 550 nm
(Bate-Smith,1977). Cara ini menentukan gugus galoil
yang terdapat dalam tanin yang berkerangka dasar
galoil.
Isolasi tanin
a) Preparasi Sampel
 Jika sampel yang disediakan masih segar dan harus disimpan,
freezedrying adalah metode penyimpanan yang paling mudah dan
direkomendasikan.
 Jika cara freeze drying terlalu mahal dan peralatannya tidak tersedia,
maka freezing tanpa pencairan seperti sampel sebelum diekstraksi.
 Jika drying adalah satu-satunya cara yang tersedia untuk memelihara
material, temperatur drying harus lebih besar dari 40°C (untuk
menghindari oksidasi namun tetap menggunakan enzim yang aktif )
dan lebih rendah dari 60°C (untuk menghindari kerusakan akibat
pemanasan dan polimerisasi)
b) Penanganan Sampel
 Setelah sampel dipotong seharusnya:
 Disimpan di tempat yang sejuk dan jauh dari sinar matahari,
 Kecil dan dibekukan dengan nitrogen cair,
 Digerus memggunakan suatu alat khusus, dan
 Ekstraksi harus cepat atau dibekukan kering lalu disimpan pada
suhu -4°C.
Membedakan tanin terkondensasi
dan tanin terhidrolisa

 Tambahkan 2 kali volume asam asetat 10% dan 1 kali


volume Pb asetat 10% ke dalam larutan tanin 0,4%.
Dalam waktu 5 menit akan terjadi endapan pada
galotanin sedangkan tanin terkondensasi tidak akan
mengendap (Robinson T., 1983).
 Dengan larutan Vanillin 1%, tanin terkondensasi akan
berwarna merah. Reaksi ini tidak spesifik untuk tanin
terkondensasi saja, senyawa monomer flavanol juga
akan memberikan reaksi yang sama (An E. Hagerman,
1998, 2002).
Menghilangkan tanin dalam isolasi
 Sering memberikan positif palsu dalam uji aktivitas
karena bertendensi untuk membentuk ikatan
kompleks nonselektif dengan protein (enzim, protein
struktural, reseptor)
 Pemisahan:
– Elusi melalui polyvinyl pyrrolidone (PVP) or
polyamide, collagen, Sephadex LH-20, silica gel, or
– Precipitasi oleh gelatin/sodium chloride solution (5%
w/v NaCl and 0.5% w/v gelatin), atau caffeine
– Partisi kloroform – NaCl 1% (tannin masuk fraksi
airgaram)
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai