Anda di halaman 1dari 71

FENOL

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PROF. DR. HAMKA
2017
SENYAWA FENOL senyawa yang berasal dari
alam yang mempunyai ciri yaitu berupa cincin
aromatik yang mengandung satu atau lebih
gugus hidroksil.
ASAM FENOLAT fenol sederhana yang
mengandung gugus karboksil
PERAN SENYAWA FENOL BAGI
TUMBUHAN
Lignin terdapat pada dinding sel tumbuhan
bersama selulosa menunjang struktur dan
kekokohan batang tumbuhan
Antosianin memberikan pigmmen pada
bunga
Flavonol merupakan turunan senyawa fenol
yang berperan dalam pengaturan
pengendalian pertumbuhan pada tumbuhan
kacang (Pisum sativum)
KELOMPOK SENYAWA TURUNAN
FENOL
SENYAWA FENOL SEDERHANA

Hidrokuinon banyak ditemukan di alam


dibanding senyawa fenol lain
Katekol, orsino dan fluoroglusinol juga banyak
ditemukan di alam
Asam Fenolat
Kelompok senyawa Fenol
Fenil propanoid
1. asam hidroksi sinamat
2. kumarin
3. fenilpropena
4. lignan
5. Flavonoid (minggu depan)
Tanin
1. tanin terhidrolisis
2. Tanin terkondensasi
SIFAT SENYAWA FENOL

Mudah larut dalam air


Berikatan dengan gula sebagai glikosida
Mampu membentuk komplek dengan protein
melalui ikatan hidrogen
Fenol sangat peka terhadap oksidasi enzim dan
mungkin hilang pada proses isolasi akibat kerja
enzim fenolase yang terdapat pada tumbuhan
Biasa terdapat dalam vakuola sel
BIOSINTESIS
FENOL
SEDERHANA
BIOSINTESIS ASAM FENOLAT
IDENTIFIKASI SENYAWA FENOL
1. Dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Fenol di deteksi setelah hidrolisis jaringan tumbuhan
(segar atau kering) dalam suasana asam atau basa atau
setelah pemekatan ekstrak tumbuhan dalam etanol-air.
Hidrolisis dalam suasana asam dengan HCl 2M selama
30 menit, kemudian larutan didinginkan dan disaring
sebelum di ekstraksi.
Hidrolisis dalam suasana basa dengan NaOH 2M pada
suhu kamar dalam lingkungan nitrogen selama 4 jam,
sebelum diekstraksi harus di asamkan dulu.
Pada kedua cara hidrolisis ini, fenol yang
dibebaskan diekstraksi dengan eter, kemudian
ekstrak eter dikeringkan, dan diuapkan sampai
kering
Sisa penguapan dilarutkan dalam eter
kemudian di kromatografi dua arah:
Pada silika gel dengan pengembang asam
asetat-kloroform dan etil asetat-benzena.
Pada selulosa MN 300 dengan pengembang
benzena-metanol-asam asetat dan asam
asetat-air.
Fenolat KLT Rf (x100) dalam Warna EtOH EtOh-NaOH
pengembang max max
1 2 3 4
Fenol sederhana Vanilin-HCl
Orsinol 19 62 46 67 Merah jambu biru 276,282 294
4-metilresorsinol 25 63 59 65 Merah bata 282 291
2-metilresorsinol 40 64 58 73 Merah jambu biru 275, 280 288

Resorsinol 17 59 48 74 Merah 276,283 293


Katekol 35 66 58 72 279 mengurai
Hidrokuinon 18 58 34 69 Nihil 295 mengurai
Pirogalol 08 15 19 72 266 mengurai
Floroglusinol 05 47 09 62 269,273 350

Asam fenolat Folin


Galat 05 40 05 40 Biru 272 mengurai
Protokatekuat 19 44 19 52 Biru 260,295 240,283
Gentisat 33 44 41 61 237,335 308
p-hidroksibenzoate 55 80 60 62 Biru setelah diuapi 265 278
Siringat 79 58 74 52 amonia 271 298
Vanilat 82 73 70 57 260,290 285,297
Salisilat 91 82 86 66 235,305 225,297
IDENTIFIKASI SENYAWA FENOL
2. Reaksi Warna
Penambahan FeCl3 1% (dalam air atau etanol)
biru, hijau, ungu atau hitam yang kuat
Modifikasi FeCl3 1% dalam air dan Kalium
heksasianoferat (III) 1%
Deteksi senyawa fenol dengan spektrum UV
karena senyawa fenol merupakan aromatis
sehingga dapat berfluoresensi dibawah UV
Senyawa fenol menunjukan pergeseran
batokromik bila direaksikan dengan basa
IDENTIFIKASI SENYAWA FENOL
Pereaksi semprot Folin-Ciocalteu fenol yang
berinti katekol atau hidrokuinon akan terlihat
sebagai bercak biru segera setelah disemprot.
Fenol lain yang disemprot dengan pereaksi Folin-
Ciocalteu kemudian plat diuapi dengan amonia
menghasilkan bercak biru sampai kelabu.
Pereaksi semprot Vanilin-HCl (1 gr vanilin dalam
10 ml HCl pekat) dan Vanilin-H2SO4 pekat (2:1)
turunan resorsinol dan floroglusinol berwarna
merah muda
Pereaksi Gibbs timbul berbagai warna
IDENTIFIKASI SENYAWA FENOL
3. Kromatografi Kertas
Eluen yang dapat digunakan :
- BAA (butanol : asam Asetat : air)
- Benzena : asam asetat : air (6:7:3) Kromatografi
2 arah )
- Na. format : asam format : air (10:1:200)
- butanol-NH4OH 2M (1:1, lapisan atas)1 arah
IDENTIFIKASI SENYAWA FENOL
4. KROMATOGRAFI GAS CAIR
- Tidak digunakan secara luas karena senyawa fenol ini
harus diubah dahulu menjadi turunannya yang cocok
(eter trimetilsilil atau asetat) agar cukup menguap
pada suhu kolom KGC.
- Cara ini penting untuk campuran fenol yang rumit
dalam jaringan tumbuhan, misal pada daun
tembakau.
- Cocok untuk deteksi fenol dalam jumlah yang sangat
kecil, misal asam fenolat pada kultur jaringan kentang
yang diinfeksi Phytophtora infestans
IDENTIFIKASI SENYAWA FENOL
- Turunan o- atau p-hidroksi benzen sederhana
dalam ekstrak tumbuhan sederhana dapat
langsung ditentukan dengan mengubahnya
menjadi semikuinon dengan oksidasi udara
pada larutan basa.
- Cara ini semikuantitatif dan sangat peka,
dapat digunakan untuk mendeteksi
hidrokuinon dan katekol serta asam dihidroksi
sinamat seperti asam kafeat.
FENIL
PROPANOID
1. Asam Hidroksi Sinamat
Contoh yang termasuk asam hidroksisinamat:
asam ferulat, sinapat, kafeat dan p-kumarat.
Asam hidroksisinamat biasanya terdapat
dalam tumbuhan sebagai ester dan dapat
diperoleh lebih baik dengan hidrolisis basa
lemah, karena dengan hidrolisis asam panas
bahan akan hilang akibat dekarboksilasi
menjadi hidroksistirena
2. KUMARIN
Kumarin merupakan senyawa turunan sikimat.
Kumarin dicirikan dengan adanya cincin lakton pada
strukturnya
Tersebar luas dalam 27 suku tumbuhan, Kumarin
tersebar luas dalam rerumputan serta tumbuhan
makanan ternak dan biasa dikenal sebagai bahan atsiri
berbau wangi yang dilepaskan oleh jerami yang baru
dipotong.
Kumarin umumnya ditemukan pada famili Apiaceae,
Rutaceae, Asteraceae, dan Fabaceae.
Kumarin lain yang lebih rumit dan terdapat pada
tumbuhan yaitu : furanokumarin/psoralen yang terbatas
pada suku rutaceae dan umbelliferae/apiaceae.
2. KUMARIN
Kumarin dicirikan dengan adanya cincin lakton
pada strukturnya

Contoh cincin lakton Kumarin


Beberapa contoh senyawa alam turunan kumarin
adalah :
1. skopoletin adalah kumarin yang paling umum yang
disintesis oleh kentang (Solanum tuberosum) setelah
diinfeksi fungi
2. umbeliferon ditemukan pada tanaman mouse ear,
Hieracium pilosella (Asteraceae). Umbeliferon
mempunyai aktivitas sebagai antibakteri
3. dikumarol pada tumbuhan semanggi manis
(Melilotus officinalis, Fabaceae). Dikumarol
digunakan sebagai antikoagulan di AS baik secara
tunggal maupun bersama heparin untuk terapi
profilaksis dan pengobatan koagulasi darah.
Senyawa turunan
kumarin

(Solanum tuberosum)

Hieracium pilosella

(Melilotus officinalis)
Senyawa obat yang disintesis berdasarkan
struktur dikumarol yaitu warfarin dan
nikumalon, banyak digunakan sebagai
antikoagulan yang mengganggu fungsi vitamin
K di dalam sel hati.
BIOSINTESA KUMARIN

Dalam pembentukannya kumarin berasal dari senyawa tran sinamat


yang selanjutnya setelah mengalami glikosidasi, berisomerasi cis-
trans dan dilanjutkan dengan membentuk cincin lakton. Isomerasi
dapat terjadi secara enzimatik maupun akibat paparan sinar uv
CONTOH CARA DETEKSI KUMARIN
Asam hidroksisinamat dan hidroksikumarin
Bisa di deteksi bersama-sama setelah ekstrak
tumbuhan dihidrolisis dalam suasana asam
maupun basa (seperti fenol sederhana)
Deteksi dengan KKt atau KLT dua arah dengan
menggunakan selulosa kristal.
Pemisahan KLT asam sinamat pada selulosa mikrokristal

Ket :
1. Asam kafeat
2. Asam galat
3. Asam sinamat
4. Asam p-kumarat
5. Asam o-kumarat
6. Asam sinapat
7. Asam ferulat

1,4,5,6,7 berfluoresensi bila


dengan sinar UV dan bila
diuapi amonia
2,3 bercak gelap pada sinar UV
2 berwarna biru dengan
pereaksi Folin setelah
diuapi amonia
Pengembang 1 = benzena-asam asetat-air (6:7:3)
Pengembang 2 = asam asetat 15% dalam air
Furanokumarin
Furanokumarin umumnya larut dalam lemak dan dapat
diisolasi dengan eter atau eter minyak bumi.
Kadang terdapat dalam bentuk glikosida sehingga harus
dibebaskan dengan hidrolisis asam.
Pemisahan baik dilakukan dengan silika gel dengan
pengembang kloroform, kloroform beretanol 1,5%, eter-
benzena (1:1), dan eter-benzena-asam asetat 10% (1:1:1).
Furanokumarin dideteksi dengan sinar UV yang
menghasilkan warna biru, ungu, coklat, hijau, atau kuning.
Warna dapat diperkuat jika plat disemprot dengan KOH
10% dalam metanol, atau antimonium klorida 20% dalam
kloroform.
3.FENILRPOPENA
Berperan penting dalam bau dan citarasa tumbuhan
Terdapat dalam fraksi minyak atsiri jaringan tumbuhan
bersama-sama dengan terpena atsiri.
Fenilpropena larut dalam lemak, sehingga dapat
dideteksi dalam ekstrak eter (berbeda dengan
kebanyakan senyawa fenol)
Beberapa contoh senyawa fenilpropena yaitu : eugenol
(dalam minyak cengkeh), anetol (dalam minyak adas),
miristin (dalam pala)
Dikenal juga isomer alil dan propenil yaitu misal
eugenol dan isoeugenol.
DETEKSI SENYAWA FENILPROPENA
Senyawa fenilpropena mudah dipisahkan
menggunakan plat silika gel dengan eluen :
Benzena
Benzena dan kloroform (10%),
benzena dan eter minyak bumi (20%) atau
n-heksana dan kloroform (3:2).
Bila disemprot dengan vanilin-H2SO4 1M (2 g
vanilin, 1 g H2SO4 diencerkan dengan etanol 96%
menjadi 100 ml) atau dengan perekasi Gibbs
akan tampak bercak berwarna.
4. LIGNAN
Lignan adalah senyawa turunan fenolik yang
ditemukan pada dinding sel tumbuhan
Merupakan salah satu senyawa fitoestrogen
alam
DETEKSI SENYAWA LIGNAN
1. Kromatografi kertas
Eluen :
Butanol-asam asetat-air (4:1:5) dan asam asetat 15%.
lignan sederhana
Butanol-asam asetat-larutan asam molibdat dalam air.
2. KLT
Eluen : etil asetat-metanol (9:1) atau benzena-etanol (9:1)
3. Serapan sinar UV pada 280-284 nm dan pita bergeser
sekitar 298 nm bila ada basa.
4. Reaksi warna :
larutan antimonium klorida 10% dalam kloroform
Pereaksi semprot H2SO4 pekat pada KLT
TANIN
Tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang
mampu mengubah kulit hewan mentah menjadi kulit siap
pakai karena kemampuannya menyambung silang protein
(sehingga dapat mencegah serangan bakteri dan jamur).
Sifat adstringent dari tannin memberikan rasa kelat/sepat
Ikatan kopolimer tanin dengan protein menjadi dasar
dalam industri penyamakan untuk menghasilkan kulit
(hewan) yang elastis dan tahan lama.
Distribusi : Terdapat luas pada tumbuhan berpembuluh,
dan Angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu
MANFAAT TANIN
Penolak herbivora (hewan pemakan tumbuhan)
Tanin sebagai metal ion chelator
Tanin sebagai protein precipitating agent
Tanin sebagai antioksidan biologis
Anti kanker, anti mutagenik
Anti mikroba, anti diare
Antidiabetik
Pewarna coklat
Penggolongan Tanin Tumbuhan
1. Tanin terkondensasi
2. Tanin terhidrolisiskan
TANIN TERKONDENSASI
Terdapat di dalam paku-pakuan dan gymnospermae
dan tersebar luas pada angiospermae (terutama
tumbuhan berkayu)
Tanin terkondensasi secara biosintesis dapat
dianggap terbentuk dengan cara kondensasi (reaksi
polimerisasi)antar flavonoid membentuk senyawa
dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi.
Nama lain tanin terkondensasi adalah
proantosinidin. Hal ini dikarenakan bila tanin ini
direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan
karbon penghubung satuan akan terputus dan
membebaskan monomer antosianidin. Kebanyakan
proantosianidin adalah prosianidin.
TANIN TERKONDENSASI
Terkondensasi sehingga tidak bisa dihidrolisis
Komponen utama penyusun tannin
terkondensasi adalah
Flavan-3,4-diol
Flavan-3-ol
CONTOH
TANIN
TERKON
DENSASI
2. TANIN TERHIDROLISIS
Terbatas pada tumbuhan berkeping dua.
Tanin ini terbentuk dari esterifikasi gula (misalnya glukosa)
dengan asam fenolat sederhana yang merupakan tanin
turunan-sikimat.
Sesuai dengan namanya, tanin terhidrolisiskan dapat
dihidrolisis oleh basa untuk membentuk asam sederhana
dan gula.
Tanin ini biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis,
berwarna coklat kuning yang larut dalam air (terutama air
panas).
LARUT DALAM PELARUT ORGANIK POLAR, tetapi tidak larut
dalam pelarut organik nonpolar seperti benzena dan
kloroform.
Senyawa tanin terhidrolisiskan terutama terdiri atas 2
kelas, yaitu:
a. Galotanin, strukturnya terdiri atas ester asam galat
dan glukosa

b. Elagitanin, strukturnya terdiri atas


asam heksahidroksidifenat dan glukosa
kompleks ester dari
asam galat dengan
karbohidrat
(umumnya glukosa)
contoh gallotannin
dan ellagitannin
BIOSINTESA TANIN
Tannin termasuk dalam golongan fenol.
Semua senyawa fenol baik primer maupun
sekunder, keduanya dibentuk melalui jalur
asam sikimat (skhimic acid pathway) yang
biasa disebut juga sebagai jalur
fenilpropanoid (phenylpropanoid pathway).
Jalur ini juga merupakan jalur pembentukan
senyawa golongan fenol lain seperti isoflavon,
kumarin, lignin, dan asam amino aromatik
(triptophan, fenilalanin, dan tirosin).
Jalur shikimat mengubah prekusor karbohidrat sederhana yang
merupakan hasil dari glikolisis dan jalur pentosa phospat menjadi asam
amino aromatic (Herrmann and Weaver, 1999). Jalur asam shikimat
hanya dijumpai pada tumbuhan, fungi, dan bakteri tetapi tidak ada
pada hewan.

Jalur asam shikimat dimulai dari asam shikimat yang dengan adanya
Erithrose PO4 + PEP akan menjadi asam kuinat, asam kuinat inilah yang
nantinya menjadi asam gallat. Asam galat merupakan salah satu asam
pembentuk tanin terhidrolisis. Pada tanin terhidrolisis golongan
Gallotanin, asam gallat satu dengan yang lain akan dihubungkan dengan
adanya ester, lalu bergabung dengan alkoholnya (umumnya glukosa)
membentuk Ellagitanin.

Asam shikimat tadi juga akan menjadi fenilalanin; fenilalanin akan


menjadi tyrosin dan asam sinamat. Asam sinamat nantinya akan
menjadi salah satu penyusun pseudotanin. Asam sinamat akan
berikatan dengan asam kuinat atau asam shikimat membentuk
pseudotanin.
Jalur asam sikimat
EKSTRAKSI TANIN
Jaringan tumbuhan segar yang diekstraksi
dengan metanol 50-80%
Untuk jaringan tumbuhan yang dikeringkan
Ekstraksi tanin dapat dilakukan dengan
metanol:air (1:1) berturut-turut sebanyak 3x
pada serbuk halus jaringan tumbuhan.
IDENTIFIKASI TANIN
FeCl3 violet-biru
Gelatin 0,5% terjadi endapan
Pereaksi Prussian blue (FeCl3, K3F3(CN)6)
Mereaksikan dengan serbuk kulit atau protein
albumin
Identifikasi tanin terkondensasi
Proantosianidin dapat dideteksi langsung dalam jaringan
tumbuhan hijau (yaitu tanpa adanya pigmentasi sian)
dengan mencelupkannya dalam HCl 2M mendidih selama
30 menit akan terbentuk warna merah.
Untuk memastikannya dapat dilakukan ekstraksi dengan
amil alkohol. Dipekatkan di plat KLT dan dilakukan
identifikasi pelargonidin, sianidin, atau delfidin.
Dengan pereaksi asam butanol :
Leucoanthocyanidin (flavan-3,4-diols dan flavan-4-ols),
proanthocyaidin dan 3-deoxy proanthocyanidin, akan menjadi
anthocyaidin merah (Ann.E. Hagerman, 1998,2002).
Campuran tannin yang terdapat dalam ekstrak
kasar dapat dipantau dengan kromatografi kertas
2 arah, memakai pengembang butanol-as.asetat-
air (14:1:5), diikuti dengan asam asetat 6%.
Tannin dapat dideteksi dengan sinar UV pendek
berupa bercak lembayung yang bereaksi positif
dengan setiap pereaksi fenol baku.
Pola tannin terkondensasi dapat diperiksa dengan
KCKT, misal dengan memakai kolom Li Chrosorb
RP-8 yang dielusi dengan campuran air-methanol
(Lea,1980). Eksrak ini dapat mengendapkan
albumin serum sapi bila ditambahkan ke dalam
larutan 5% dalam air.
DETEKSI TANIN TOTAL
a. Setara Asam Tanat (SAT)
Sejumlah ekstrak yang sesuai diencerkan ad 1 ml dan dicampur 1 ml
darah segar manusia yang telah diencerkan (1:50 dengan air).
Setelah disentrifuse, untuk menghilangkan endapan tanin-protein,
sisa Hb ditentukan kadarnya dengan meukur serapan pada 578 nm.
Kemudian SAT dapat ditentukan dari pengukuran baku yang
dilakukan pada asam tanat yang diketahui. Kesempatannisbi
ekstrak tumbuhan merupakan ukuran langsung tanin-larut total.
b. Kadar proantosianidin
Ekstrak yang volumenya diketahui dipekatkan ad 1/3 dan
dipanaskan dengan n-butanol yang mengandung HCl pekat 5% (0,5
ml ekstrak dengan 4 ml pereaksi) selama 2 hari pada 95C. serapan
diukur dengan spektrofotometer pada 545 nm(untuk sianidin) dan
pada 560 (untuk delfidin). Pembandingan dengan larutan
antosianidin baku menghasikan kadar proantosianidin asal.
DETEKSI TANIN TOTAL
c. Kadar elagitanin
Ekstrak 0,5 ml ditambah 2,0 ml HNO2 0,1 M(dibuat dari
NaNO2 dan asam asetat) pada suhu kamar dalam
lingkungan N2; 15 menit kemudian warna biru yang
terbentuk diukur pada 600 nm (Bate-Smith, 1972)
d. Kadar galotanin
Cuplikan ekstrak (0,5 ml) direlasikan dengan 1,5 ml KIO3 12
% dalam metanol 33% pada 15C, warna tengguli yang
terbentuk segera diukur pada 550 nm (Bate-Smith,1977).
Cara ini menentukan gugus galoil yang terdapat dalam
tanin yang berkerangka dasar galoil.
Membedakan tanin terkondensasi
dan tanin terhidrolisa
Tambahkan 2 kali volume asam asetat 10% dan 1
kali volume Pb asetat 10% ke dalam larutan tanin
0,4%. Dalam waktu 5 menit akan terjadi endapan
pada galotanin sedangkan tanin terkondensasi
tidak akan mengendap (Robinson T., 1983).
Dengan larutan Vanillin 1%, tanin terkondensasi
akan berwarna merah. Reaksi ini tidak spesifik
untuk tanin terkondensasi saja, senyawa
monomer flavanol juga akan memberikan reaksi
yang sama (An E. Hagerman, 1998, 2002).
Menghilangkan tanin dalam isolasi
Sering memberikan positif palsu dalam uji aktivitas
karena bertendensi untuk membentuk ikatan
kompleks nonselektif dengan protein (enzim, protein
struktural, reseptor)
Pemisahan:
Elusi melalui polyvinyl pyrrolidone (PVP) or
polyamide, collagen, Sephadex LH-20, silica gel, or
Precipitasi oleh gelatin/sodium chloride solution (5%
w/v NaCl and 0.5% w/v gelatin), atau caffeine
Partisi kloroform NaCl 1% (tannin masuk fraksi air
garam)
CONTOH ISOLASI SENYAWA FENOL
Pada penelitian ini dilakukan isolasi senyawa yang
berpotensi sebagai antikanker dari daun bawang
Kajian skrining fitokimia dan
bioaktivitas terhadap
golongan allium telah banyak
dilakukan dan diketahui
bahwa senyawa organosulfur
bertanggun jawab dalam
induksi enzim pada fase II di
berbagai organ dan jaringan
hewan
Pada penelitian ini dilanjutkan
usaha dalam mengidentifikasi
senyawa keopreventif dari
daun bawang menggunakan
isolasi langsung dengan QR-
Inductin Bioassay
Proses ekstraksi dapat dilihat
disamping
Pengujian subfraksi aktif yang
menginduksi QR (Quinon Reductase)
6 buah fraksi yang dihasilkan dari pemisahan
dengan kromatografi flash ekstrak metanol daun
bawang yaitu fraksi ME-EA diujikan aktivitasnya
terhadap QR
Diketahui bahwa subfraksi yang dielusi dengan
2,5% (ME-EA1) dan 5% (ME-EA2) MeOH yang
memberikan potensi menginduksi QR (CD<15%)
Dikarenakan untuk mempertimbangkan jumlah
sampel dan kesulitan dalam proses isolasi maka
yang dilanjutkan untuk isolasi adalah ME-EA 2
Isolasi Senyawa Kimia dari ME-EA2
Proses isolasi senyawa kimia dari subfraksi
ME-EA dilakukan dengan 2 cara yaitu :
HPLC Preparatif
KLT preparatif
Elusidasi struktur
Struktur senyawa hasil isolasi subfraksi ME-EA
2 dikonfirmasi menggunakan alat NMR yang
dilarutkan dalam DMSo-d6 (COSY, HMQC,
HSQC, dan HMBC
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai