Anda di halaman 1dari 23

Pemasangan Dental Implan pada

Pasien Diabetes Melitus

Disusun oleh :
Dirga Radita (2018-16-034)
Disca Parma Sari (2018-16-035)
Dyah Munsyi Aulia (2018-16-036)
Apa itu diabetes melitus?

Diabetes melitus atau kencing manis adalah suatu gangguan


kesehatan berupa kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
dalam darah akibat kekurangan insulin ataupun resistensi
insulin dan gangguan metabolik pada umumnya.
Klasifikasi Diabetes Melitus

1. Diabetes melitus tipe I (Insulin dependent) : 2. Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin dependent) :
• DM jenis ini paling sering terdapat pada anak-anak dan • DM jenis ini biasanya timbul pada umur lebih dari 40
dewasa muda tahun.
• Kenaikan gula darah disebabkan karena kerusakan sel • Produksi insulin biasanya memadai untuk mencegah
beta pankreas KAD, namun KAD dapat timbul bila ada stress berat.
• Destruksi sel-sel pembuat insulin melalui mekanisme • Insulin eksogen dapat digunakan untuk mengobati
imunologik menyebabkan hilangnya hampir seluruh hiperglikemia yang membandel pada para pasien jenis
insulin endogen. ini.

3. Diabetes Mellitus lain (sekunder) :


• DM jenis ini hiperglikemia berkaitan dengan penyebab
lain yang jelas, meliputi penyakit-penyakit pankreas,
pankreatektomi, sindroma cushing, acromegaly dan
sejumlah kelainan genetik yang tak lazim.
Apa itu Dental Implant?

Implant gigi (Dental Implant) adalah suatu alat yang terbuat dari logam metal
berbentuk menyerupai akar gigi dan biasanya mempunyai ulir dibagian luar,
dipasang dengan cara menanam material tersebut secara bedah ke dalam
jaringan lunak atau kedalam tulang rahang berfungsi untuk menggantikan
akar gigi asli yang hilang didalam mulut.
Keuntungan Dental Implant

Restorasi tersebut sangat menyerupai gigi asli

Estetika senyum pasien menjadi lebih baik dengan


susunan gigi yang menyerupai gigi asli

Implant gigi lebih rigid dan stabil nampak lebih alami

Mempunyai kekuatan gigitan yang lebih baik


Indikasi Dental Implant

Pada pasien dengan ketebalan tulang rahang yang


cukup

Pasien dengan kebersihan rongga mulut yang baik

Pasien yang kehilangan semua /sebagian gigi geliginya, akan tetapi sulit
memakai gigi tiruan konvensional akibat adanya koordinasi otot mulut
yang kurang sehingga stabilitas gigi tiruan sulit tercapai /adanya reflex
muntah sehingga sulit memakai gigi tiruan.

Pasien yang menolak gigi aslinya diasah untuk


pembuatan gigi tiruan
Kontraindikasi Dental Implant
Pasien yang
Pasien dengan penyakit hipersensitif terhadap
sistemik salah satu komponen
implant

Luka ekstraksi yang Pasien dengan kebiasaan


baru buruk seperti bruksism,
merokok dan alkohol

Pada pasien dengan keadaan Pasien dengan


patologi pada jaringan lunak dan Kontraindikasi kebersihan mulut
keras yang buruk
Klasifikasi Dental Implant

1. Berdasarkan bahan yang digunakan


a) Logam
Terdiri dari Stainless Steel, Vitallium, Titanium dan logam. Pemakaian Stainless Steel merupakan kontra
indikasi bagi pasien yang alergi terhadap nikel, pemakaiannya juga dapat menyebabkan arus listrik galvanik jika
berkontak dengan logam campuran atau logam murni. Vitallium paling sering digunakan untuk kerangka implan
subperiosteal. Titanium terdiri dari titanium murni dan logam campuran titanium yang tahan terhadap korosi.
Implan yang dibuat dari logam dengan lapisan pada permukaan adalah implan yang menggunakan titanium yang
telah diselubungi dengan lapisan tipis keramik kalsium fosfat pada bagian strukturnya.
Klasifikasi Dental Implant

b) Keramik
Keramik terdiri dari keramik bioaktif dan bio-inert. Bioaktif berarti bahan yang memiliki kemampuan untuk
merangsang pertumbuhan tulang baru disekitar implan, contoh dari bahan ini adalah hidroksiapatit dan bioglass.
Bio-inert adalah bahan yang bertolenrasi baik dengan tulang tetapi tidak terjadi formasi tulang.
c) Polimer dan komposit
Polimer dibuat dalam bentuk porus dan padat, digunakan untuk peninggian dan penggantian tulang. Ia
merupakan suatu bahan yang sukar dibersihkan pada bagian yang terkontaminasi dan pada partikel porusnya
karena sifatnya yang sensitif terhadap formasi sterilisasi.
Klasifikasi Dental Implant

2. Berdasarkan penempatannya dalam jaringan


a) Implan subperiosteal
Implan ini lebih lama dibanding jenis implan yang lain dan pertama sekali diperkenalkan oleh Muller dan
Dahl pada tahun 1948. Implan ini tidak ditanam ke dalam tulang, melainkan diletakkan diatas tulang alveolar
dan dibawah periosteum. Terutama digunakan pada kondisi rahang yang mengalami atrofi yang hebat, apabila
pasien telah mengalami kegagalan berkali-kali dalam pemakaian protesa atau pada kasus dimana proses atrofi
menimbulkan rasa sakit pada daerah mentalis. Implan ini memerlukan teknik insersi dua tahap. Implan ini juga
tidak dianjurkan untuk ditempatkan pada tempat yang antagonisnya merupakan gigi asli.
Klasifikasi Dental Implant

b) Implan endosteal
Implan endosteal ditanam ke dalam tulang rahang melalui gusi dan periosteum, sebagian tertanam dan terkait
dalam tulang. Implan ini mempunyai tiga desain dasar yaitu blade, cylinder dan screw. Dalam implan endosteal
diharapkan terjadi osseointegrasi yaitu penyatuan tulang dengan implan tanpa diperantarai jaringan lunak.
Popularitas implan endosteal semakin meningkat, terlihat dari banyaknya pilihan desain yang dapat digunakan.
Ditinjau dari teknik bedahnya, implan endosteal terdiri dari teknik insersi satu tahap dan insersi dua tahap. Pada
teknik satu tahap, pembedahan hanya dilakukan sekali sehingga tonggak abutment menonjol keluar mukosa
setelah operasi selesai. Sedangkan pada teknik dua tahap, operasi dilakukan dua kali yaitu operasi pertama untuk
meletakkan implan pada tulang rahang. Setelah masa penyembuhan, dilakukan operasi kedua untuk pemasangan
abutment.
Klasifikasi Dental Implant

c) Implan transosteal atau transosseous


Merupakan implan gigi yang menembus tulang rahang dan hanya digunakan pada rahang
bawah. Implan jenis ini jarang dipakai dan dilaporkan memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.
Klasifikasi Dental Implant
3. Berdasarkan pilihan perawatan
 Lima pemilihan perawatan:

Tiga protesa cekat (FP): boleh disekrupkan atau disemenkan. Protesa cekat diklasifikasikan berdasarkan jumlah struktur
jaringan keras dan lunak yang diganti.

Dua protesa lepasan (RP) yang diklasifikasikan berdasarkan kekuatannya


 FP-1 : Protesa cekat, hanya mahkota gigi yang diganti; tampak seperti gigi asli
 FP-2 : Protesa cekat; mahkota dan sebagaian dari akarnya tampak normal pada sebagian oklusal tetapi mengalami elongasi
pada sebagian gingiva.
 FP-3 : Protesa cekat; menggantikan mahkota yang hilang dan warna gingiva sebagian dari ruang edentulus; protesa yang
paling sering digunakan adalah gigi palsu dan gingiva akrilik, tetapi boleh dibuat dari porselen atau logam
 RP-4 : Protesa lepasan; dukungan overdenture sepenuhnya oleh implan.
 RP-5 : Protesa lepasan; dukungan overdenture oleh jaringan lunak dan implan.
Penatalaksanaan Faktor Resiko Dalam Pemasangan Implan

Rencana perawatan: keberhasilan perawatan implan ini harus


dipertimbangkan sejak tahap rencana perawatan (resiko operasi, potensi
kegagalan dan desain protesa pada restorasi akhir.)

Kondisi sistemik pasien: Kondisi kardiovaskular, kelainan pendarahan,


diabetes mellitus, kondisi sistemik lainnya

Kondisi daerah implant: Kualitas dan kuantitas tulang serta bentuk alveolar
ridge pada daerah implant

Persetujuan tindakan medis

Pembuatan protesa: Teknik keahlian yang khusus dan berbeda


Laporan Kasus

• Seorang pasien pria Yaman berusia 60 tahun datang ke klinik dengan keluhan
utama giginya goyang dan kesulitan makan.
• Pemeriksaan klinis dan radiografis panoramik menunjukkan tingkat seluler
gigi anterior yang lebih rendah (grade III) dan daerah posterior mandibula
edentulous (Gambar 1).
• Menurut riwayat medis, pasien menderita diabetes mellitus tipe 2 selama satu
tahun yang telah dikendalikan dengan diet.
• Tingkat kontrol glikemik yang baik (gula darah puasa: 110-140 mg/dl; gula
darah postprandial: 160-190 mg/dl; HbA1c: 6,5%).
Laporan Kasus

• Perawatan dengan implantasi daerah posterior mandibula edentulous bersama-sama


dengan ekstraksi gigi anterior bawah dan penempatan implan segera direncanakan.
• Perencanaan bedah implan dilakukan dengan menggunaka CT scan dan perangkat
lunak program simplant untuk mengevaluasi tinggi, lebar, dan kepadatan tulang. Juga,
posisi kanal alveolar inferior terdeteksi (Gambar 2).
• Operasi dilakukan dibawah anestesi umum (GA) menggunakan intubasi
nasoendotrakeal.
• Pasien diberikan 1,5 gm Sulbactam/ Ampicillin dan Dexamethazone Naph 8 mg/ml IV
sebelum operasi setelah induksi GA.
• Lidocaine anestesi lokal mengandung adrenalin 1:100.000 disuntikkan di tempat
penempatan implan agar menurunkan perdarahan intraoperatif.
Laporan Kasus
Laporan Kasus

• Setelah itu, pengeboran dan penyisipan empat implan (6X8mm TSV, Zimmer, USA).
• Masing-masing implan ditempatkan di daerah posterior dilakukan dengan bantuan template bedah.
• Permukaan oklusal implan posterior dicangkokkan dengan hidroksiapatit anorganik sapi (Bio-Oss,
Geistlich AG, Wolhusen, Swiss) dan ditutupi dengan membran penghalang kolagen resorbable (Bio-Gide,
Geistlich AG).
• Kemudian, gigi anterior diekstraksi dan segera diganti dengan implan fife (masing-masing 3,7X16 mm).
Penutupan primer dilakukan untuk semua implan menggunakan vicryl 3/0.
• Pasien diberikan augmentin 1 gm/hari selama 5 hari, awalnya asam mefenamat 500 mg asam mefenamat
250 mg 4/hari selama 5 hari, dan chlorhexidine digluconate 0,12% 3/hari selama 4 minggu.
• Pasien diminta untuk tidak mengunyah pada daerah bedah selama 4 minggu pertama pasca operasi.
Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulutnya. Periode pasca operasi awal menunjukkan
penyembuhan yang lancar.
• Radiografi panoramik menunjukkan penempatan implan yang dapat diterima tanpa cedera alveolar
inferior kanal (Gambar 3).
Laporan Kasus

• Setelah 3 bulan, implan yang tertanam kemudian dicetak dan master cast diperoleh lalu dipasang
dan disesuaikan ke artikulator semi. Penyangga disiapkan di luar mulut pada working cast.
• Working cast dikirim ke laboratorium untuk pembuatan protesis tetap (dua jembatan kanan dan
kiri). Kemudian pada hasil pemeriksaan panoramik menunjukkan sejumlah besar resorpsi tulang
disekitar posterior implan (Gambar 4).
• Pada foto rongent panoramik lainnya diperoleh setelah dua tahun pemasangan implan
menunjukkan peningkatan minimal resorpsi tulang di sekitar implan posterior (Gambar 5).
• Pada pemeriksaan klinis, kedua jembatan itu terpelihara dengan baik dalam fungsi tanpa
mobilitas apapun.
Laporan Kasus
Pembahasan

 Penempatan implan gigi dalam soket ekstraksi baru telah dilaporkan dalam beberapa publikasi terbaru. Namun
demikian, ada sedikit informasi dalam literatur tentang hasil terapi implan gigi termasuk implan langsung pada
pasien dengan diabetes mellitus.
 Faktor utama yang menentukan keberhasilan penempatan segera adalah stabilitas awal implan. Disarankan bahwa
implan seharusnya ditempatkan dengan kedalaman minimal 3 mm apikal tulang padat ke lokasi ekstraksi.
 Dalam kasus ini, lima implan dengan panjang 16 mm dimasukkan di daerah anterior mandibular (sekitar 6 mm di
dalam soket dan 10 mm apikal ke soket). Periode tindak lanjut menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan.
Penyisipan implan dan kontak tulang implan yang memadai dapat menjelaskan hasil positif dari perawatan.
 Penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus tipe 1 menghasilkan pengurangan kepadatan mineral tulang
mekanisme yang dikaitkan dengan pembentukan tulang yang lebih rendah dan juga resorpsi tulang yang lebih besar.
Di sisi lain, perubahan ini belum ditunjukkan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2.
 Pada kasus ini, pasien memiliki diabetes mellitus tipe 2 yang terkontrol dengan baik dan kepadatan tulang daerah
anterior mandibula yang masuk akal . Meskipun ekstraksi gigi bawah dan anterior bawah dilakukan pemasangan
implan segera tanpa menggunakan selaput penutup dan/atau cangkok bahan, periode tindak lanjut menunjukkan
osseiointegrasi yang baik antara implan gigi dan tulang sekitarnya.
Pembahasan

 Di sisi lain, implan posterior yang dilakukan dalam kasus ini dimasukkan dengan kedalaman 7 mm hanya di
dalam tulang untuk menghindari cedera bundle neurovascular alveolar inferior. Karena itu, sisa bagian yang
terbuka dari implan dicangkokkan dengan hidroksiapatit anorganik sapi dan ditutup dengan resorbable
membrane penghalang kolagen.
 Rontgen panoramik menunjukkan resorpsi tulang di sekitar posterior implan sebagian besar terjadi selama
periode penyembuhan awal. Mirip dengan kasus yang telah ditemukan, studi prospektif terhadap 89 penderita
diabetes mellitus tipe 2 yang terkontrol dengan baik dengan total 178 implan mengungkapkan tingkat
kegagalan dini dari 2,2% (4 kegagalan) yang meningkat menjadi 7,3% (9 kegagalan lebih lanjut) satu tahun
penempatan, yang menunjukkan tingkat kelangsungan hidup 92,7% dalam tahun pertama pemuatan
fungsional.
 Resorpsi tulang crestal di sekitar implan posterior selama periode penyembuhan awal dapat dikaitkan dengan
refleks flap subperiosteal selama penempatan pengeboran implan.
 Nidhin et al mengevaluasi kadar tulang crestal setelah penempatan implan dengan teknik flap dan flapless di
daerah posterior edentulous mandibular. Kehilangan tulang crestal pada implan yang ditempatkan dengan
metode flapless secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan yang ditempatkan dengan menggunakan
metode flap konvensional
Kesimpulan

 Diabetes melitus atau kencing manis adalah suatu gangguan kesehatan berupa kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula dalam darah akibat
kekurangan insulin ataupun resistensi insulin dan gangguan metabolik pada umumnya.
Diabetes merupakan salah satu penyakit degeneratif yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikendalikan atau dikelola.
 Faktor utama yang menentukan keberhasilan implan adalah stabilitas awal implan. Disarankan
bahwa implan seharusnya ditempatkan dengan kedalaman minimal 3 mm apikal tulang padat
ke lokasi ekstraksi. Kehilangan tulang crestal pada implan yang ditempatkan dengan metode
flapless secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan yang ditempatkan dengan
menggunakan metode flap konvensional.
 Dalam kasus di atas, dikonfirmasi bahwa dental implant merupakan perawatan yang baik bagi
pasien dengan diabetes yang terkontrol. Terlebih lagi, osseointegrasi yang baik dan
peningkatan kemungkinan bertahannya dental implant pada pasien diabetes bisa didapatkan
dengan menggunakan implant langsung pada soket gigi yang baru dilakukan pencabutan
terutama pada regio anterior mandibula.

Anda mungkin juga menyukai