Abdur Rahim
Widyaiswara Madya Pusdiklatjemenhan
Susjemen Minlakgar Han A. IX TA 2019
AGAR SERDIK DAPAT MENGERTI, MENGERJAKAN TTG
KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN, SUBJEK, OBJEK
PPN&PPH SESUAI PERHITUNGAN PAJAK YANG BENAR
B. Ketentuan Umum
C. Subjek & Objek PPh dan
PPN
D. Tata Cara Perhitungan PPh
21,22,23,25, 26 & PPN
E. Penutup
3
Referensi
• PP RI No 51 tahun 2008 ttg Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha Jasa Konstruksi
• UU No 6 tahun 1983 ttg Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU RI No 16
tahun 2009
• PP No 23 tahun 2018 ttg Pajak Penghasilan
• PMK RI No 9/PMK.03/2018 ttg Perubahan atas PMK No
243/pmk.03/2014 ttg Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), PMK NO 49
/PMK.03/2019 TTG TATA CARA PELAKSANAAN PROSEDUR PERSETUJUAN
BERSAMA
4
Indonesia
5
Geografi Indonesai
Pulau 17.504
Koordinat 6°LU – 11°08'LS dan dari 95°'BT –
141°45'BT
Wilayah bentang sepanjang 3.977 mil
Luas daratan 1.922.570 km²
Luas perairannya 3.257.483 km²
Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu:
Jawa dengan luas 132.107 km²,
Sumatra dengan luas 473.606 km²,
Kalimantan dengan luas 539.460 km²,
Sulawesi dengan luas 189.216 km²,
Papua dengan luas 421.981 km².
Batas wilayah territorial laut: 12 mil laut serta zee:
200 mil laut
6
Kolonialisme
7
Sumber daya alam
SDA Indonesia berupa minyak bumi, timah,
gas alam, nikel, kayu, bauksit, tanah subur,
batu bara, emas, dan perak dengan
pembagian lahan terdiri dari:
8
Pembagian administratif
• Indonesia saat ini secara de facto terdiri dari 34 provinsi, lima di
antaranya memiliki status yang berbeda (Aceh, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Papua Barat, Papua, dan DKI Jakarta)
• Provinsi dibagi menjadi 416 kabupaten dan 98 kota
• 7.024 daerah setingkat kecamatan
• 81.626 daerah setingkat desa.
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Indonesia 1945-2019
21
APBN
Pembangunan…
22
Siklus APBN
23
Sejarah Pajak….
24
Sidang BPUPK tanggal 14 Juli 1945 Pasal 23
UUD 1945 dengan kalimat “Segala pajak
untuk keperluan negara berdasarkan
Undang-Undang”. Ini menjadi tonggak awal
era baru pajak di Indonesia serta cikal bakal
diperingatinya tanggal 14 Juli sebagai Hari
Pajak.
25
Sumber Penerimaaan Negara
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penerimaan Hibah
26
Mengapa Belajar ...
27
28
29
30
31
32
Tema APBN TA. 2019
“Adil, Sehat, dan Mandiri”
Sehat artinya APBN memiliki defisit yang semakin rendah dan
keseimbangan primer menuju positif.
Adil karena APBN digunakan sebagai instrumen kebijakan meraih
keadilan, menurunkan tingkat kemiskinan, menciptakan lapangan
kerja, dan mengatasi disparitas antarkelompok pendapatan dan
antarwilayah.
Kemandirian APBN Tahun Anggaran 2019 dapat dilihat dari
penerimaan perpajakan yang tumbuh signifikan sehingga
memberikan kontribusi dominan terhadap pendapatan negara serta
mengurangi kebutuhan pembiayaan yang bersumber dari utang.
33
34
………………. 35
36
Undang-undang tentang
ketentuan umum dan tata cara
perpajakan dilandasi Filsafah
Pancasila dan Undang-undang
dasar 1945, yang didalamnya
tertuang ketentuan yang
menjunjung tinggi hak warga
Negara dan menempatkan
kewajiban perpajakan sebagai
kewajiban kenegaraan
37
38
39
40
41
3. Prof. Dr. MJH. Smeeths. Menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeeths,
pengertian pajak adalah sebuah prestasi yang dicapai oleh pemerintah
yang terhutang dengan melalui berbagai norma serta dapat untuk
dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi dari masing-masing individual,
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
4. Dr. Soeparman Soemahamidjaya. Menurut Dr. Soeparman
Soemahamidjaya, pengertian pajak adalah iuran wajib bagi warga atau
masyarakat, baik itu dapat berupa uang ataupun barang yang
dipungut oleh penguasa dengan menurut berbagai norma hukum
yang berlaku untuk menutup biaya produksi barang dan juga jasa guna
meraih kesejahteraan masyarakat.
42
UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007
45
UU RI NOMOR 16 TAHUN 2009
UU NOMOR 36 th 2017
46
47
48
49
Nomor Pokok Wajib Pajak biasa disingkat dengan NPWP
adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak (WP)
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
51
52
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
53
Fungsi SPT
Fungsi SPT bagi wajib pajak , pajak penghasilan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
54
Jenis SPT
Secara garis besar SPT dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Surat pemberitahuan masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.
b. Surat pemberitahuan tahunan adalah surat untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun
pajak
SPT meliputi:
1. SPT tahunan pajak penghasilan
2. SPT masa yang terdiri dari:
a). SPT masa pajak penghasilan
b). SPT masa pajak pertambahan nilai
c). SPT masa pajak pertambahan nilai bagi pemungut pajak pertambahan
nilai.
55
PP NO 23 TAHUN 2018 (BU)
…. 56
….
SURAT SETORAN PAJAK (SSP) DAN PEMBAYARAN PAJAK
57
Sanksi Terlambat Atau Tidak Menyampaikan SPT
Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang talah di tentukan
atau batas waktu perpanjangan penyampaian surat pemberitahuan, dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar:
58
..
..
.. 59
PPH…
PPN…
PPnBM…
60
Perbedaan PPN dan PPnBM
Jenis pungutan. Pada PPN, jenis pungutan yang dibebankan adalah
pungutan atas nilai tambah barang. Sementara, PPnBM merupakan
pungutan tambahan yang dikenakan selain PPN kepada barang yang
sifatnya mewah.
Pengenaan Pajak. PPN dikenakan di setiap mata rantai jalur produksi
maupun jalur distribusi, mulai dari tingkat pabrikan, tingkat pedagang
besar hingga tingkat pedagang pengecer. Sementara, PPnBM hanya
dikenakan satu kali, yakni saat impor atau saat penyerahan BKP di
dalam negeri oleh pabrikan yang menghasilkannya.
Pengkreditan. PPN dapat dikreditkan melalui mekanisme pajak
masukan dan pajak keluaran. Sementara, PPnBM tidak dapat
dikreditkan dengan PPN atau PPnBM lainnya
61
Pengertian dan Perbedaan PPH, PPN dan PPNBM
• Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak. Cakupan PPh meliputi setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima baik berasal baik dari Indonesia maupun dari luar negeri
yang dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan dengan bentuk apapun.
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (wilayah Indonesia). Pada dasarnya, setiap barang
dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kecuali ditentukan oleh Undang-Undang
PPN. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sendiri dikenakan untuk semua Wajib Pajak baik orang
pribadi, perusahaan, maupun pemerintah.
• Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Selain PPN (Pajak Pertambahan Nilai), konsumsi
Barang Kena Pajak tertentu yang tergolong mewah akan dikenakan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM). Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah : Barang yang bukan barang
kebutuhan pokok, Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, Umumnya barang
dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi, Barang dikonsumsi untuk menunjukkan status,
Bila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban
masyarakat
62
Perbedaan PPN dan PPh
Objek pajak yang dikenakan. PPN dikenakan terhadap setiap
proses produksi ataupun distribusi, sedangkan PPh dikenakan
terhadap setiap penghasilan yang dimiliki wajib pajak.
PPN dibebankan kepada konsumen akhir (bukan oleh
produsen), sedangkan PPh dikenakan langsung kepada pihak
yang memiliki penghasilan.
Perbedaan PPN dan PPh juga terletak pada jenis pajaknya.
PPN terdiri dari pajak masukan dan pajak keluaran, sedangkan
PPh terdiri dari beberapa jenis seperti: PPh 21, PPh 22, PPh 23,
PPh 25 dan PPh 29.
Tarif potongan juga menjadi perbedaan PPN dan PPh. PPN
dikenakan tarif 10% sedangkan tarif PPh dikenakan sesuai
dengan jenis PPhnya
63
Kewajiban
Individu
Pertumbuhan Kewajiban
ekonomi Perusahaan
Pajak
Penerimaan
Negara
64
..
..
..
.
.
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
Jenis Pajak
Pajak
Pajak Pajak
Subyektif Obyektif
75
75
76
“Setiap jenis pajak tentu memiliki objek pajak dan subjek pajak.
Secara sederhana, objek pajak merupakan sumber pendapatan yang
dikenakan pajak. Sedangkan subjek pajak merupakan perorangan
atau badan yang ditetapkan menjadi subjek pajak.
Setiap subjek pajak pasti mempunyai objek pajak. Sementara orang
atau badan yang punya kewajiban pajak disebut sebagai wajib pajak”
77
78
79
80
81
Subjek dan Objek Pajak Penghasilan
UUNomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
Orang pribadi.
Badan
Warisan
82
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
85
SUBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN)
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak, tidak termasuk Pengusaha Kecil
yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil
yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima
penyerahan Barang Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar harga
Barang Kena Pajak tersebut.
Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya
menerima penyerahan Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar
Penggantian atas Jasa Kena Pajak tersebut. 86
OBJEK PAJAK YANG DIKENAKAN PPN
Undang-Undang 42 Tahun 2009 tentang PPN berlaku sejak 1 Januari 2010
89
89
90
Azas Pemungutan
Azas Menurut Falsafah Hukum Azas yuridis
• Teori Asuransi (melindungi) Hukum pajak harus
• Teori Kepentingan memberikan jaminan hukum
• Teori daya pikul UU
• Teori Bakti
• Teori azas daya beli
Azas untuk memungut
Azas ekonomi Azas tempat tinggal
Negara perekonomian meningkat. Azas kebangsaan
Pajak tidak menghambat ekonomi Azas sumber
91
91
92
TEORI ASURANSI
Benarkah ?
93
93
TEORI KEPENTINGAN
• Negara melindungi
kepentingan harta dan jiwa
warga negara dengan
memperhatikan beban yang
harus dipungut dari
masyarakat
94
94
TEORI GAYA PIKUL
95
95
TEORI BAKTI
96
96
TEORI DAYA BELI
97
97
HUKUM PAJAK
98
98
99
Kedudukan Hukum Pajak
• Hukum Pidana
Mengenakan sanksi atas kealpaan dan kesengajaan terhadap WP
yang melanggar peraturan.
• Hukum Perdata
Mencari dasar kemungkinan pemungutan atas kejadian,keadaan
dan perbuatan hukum yang bergerak dalam lingkungan perdata.
100
100
Ilustrasi Ketentuan Pidana:
(Pasal 38 UU No. 16 Tahun 2000)
• Karena kealpaan
• Tidak menyampaikan SPT; atau
• Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara .
• Dipidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/ atau denda
paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
101
101
Ilustrasi Ketentuan Pidana:
(Pasal 38 UU No. 16 Tahun 2000)
• Kesalahan Disengaja
• Tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan NPWP; atau
• Tidak menyampaikan SPT; atau
• Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap; atau
• Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
• Menolak memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang
palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; atau
• Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan
atau tidak meminjamkan buku, catatan atau dokumen lainnya; atau
• Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
• Dipidana paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling tinggi 4 (empat) kali
jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
102
102
Hutang pajak
• Saat timbul hutang pajak
• Materiil : saat diberlakukannya UU
• Formal : saat ditagih / ditetapkan oleh fiskus
• Berakhirnya utang pajak
• Pembayaran
• Kompensasi
• Daluwarsa
• Pembebasan / penghapusan
103
103
104
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI
MENDAFTARKAN
adalah KEWAJIBAN bagi setiap
DIRI
WAJIB PAJAK
Yaitu:
Orang pribadi atau badan yang telah
memenuhi persyaratan subjektif
maupun persyaratan objektif
berdasarkan UU PPh 1984
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) merupakan jenis pajak progresif. Penerapan tarif pajak
mengikuti besar lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) seseorang dalam setahun, artinya
semakin besar penghasilan akan dikenai pajak yang semakin tinggi pula Perhitungan mengenai
tarif PPh 21 telah diatur dalam UU No 36 Tahun 2008, Pasal 17.
106
Pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam
bentuk apa pun sehubungan
dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh orang
pribadi subyek pajak dalam
negeri.
107
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)
108
108
Tarif PPh
Memiliki NPWP
Lapisan
5% 50.000.000
15% 50.000.000 s.d 250.000.000
25% 250.000.000 s.d 500.000.000
30% Lebih dari 500.000.000
112
Contoh untuk karyawan dengan PKP Rp 60.000.000 setahun, perhitungan PPh 21-nya
sebagai berikut:
113
PKP (Penghasilan Kena Pajak) PPh 21 menurut
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak.
114
b. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Berdasarkan PMK No. 101/PMK.010/2016, Anda tidak akan dikenakan pajak
pengahasilan jika penghasilan Anda kurang atau sama dengan Rp54.000.000.
Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
• Rp 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.
• Rp 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
• Rp 54.000.000 untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami.
• Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
115
c. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, tarif pajak penghasilan pribadi
perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif sebagai berikut:
• Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp50.000.000,-
adalah 5%.
• Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp50.000.000,- sampai
dengan Rp250.000.000,- adalah 15%.
• Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp250.000.000,- sampai
dengan Rp500.000.000,- adalah 25%.
• Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp500.000.000,- adalah
30%.
• Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20% lebih tinggi
dari mereka yang memiliki NPWP.
116
117
3 metode perhitungan PPh 21
1. Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)
118
2. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)
Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan senilai
Rp 10.000.000, maka perhitungannya:
•Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
•Tarif PPh: 15%
•Tunjangan pajak (dari perusahaan): Rp 9.900.000/tahun atau Rp
825.000/bulan
•Total gaji bruto: 10.825.000
•Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
•Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
119
3. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan)
Metode net diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang
mendapatkan gaji bersih dengan pajak yang ditanggung perusahaan.
Misalnya jika Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan
sejumlah Rp 10.000.000, maka: perhitungannya:
•Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
•Total gaji bruto: Rp 10.000.000
•Tarif PPh 21: 15%
•Pajak yang ditanggung perusahaan: Rp 9.900.000/tahun atau Rp
825.000/bulan
•Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
120
121
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 75.000.000,00
Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yang memiliki
NPWP adalah:
5% x Rp50.000.000,00= Rp2.500.000,00
15% x Rp25.000.000,00= Rp3.750.000,00 (+)
Jumlah Rp6.250.000,00
Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP
adalah:
5% x 120% x Rp50.000.000,00= Rp3.000.000,00
15% x 120% x Rp25.000.000,00= Rp4.500.000,00 (+)
Jumlah Rp7.500.000,00
122
Cara Perhitungan PPh 21 Karyawan Tetap
Gaji Pokok 6.000.000
(i) Tunjangan Lainnya (jika ada) 2.000.000
(ii) JKK 0,24% 14.400
JK 0,3% 18.000
Penghasilan Bruto 8.032.400
Pengurangan:
1. (iii) Biaya jabatan 5% x 8.032.400 401.620
2. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT), 2% dari gaji pokok 120.000
3. (iv) Jaminan Pensiun (JP), 1% dari gaji pokok 60.000
(581.620)
Penghasilan neto (bersih) sebulan 7.450.780
(331.758)
5% x 8.440.000,00 422.000
Ardi adalah pegawai tenaga lepas untuk desain grafis di PT. Cahaya Kurnia
dengan penghasilan Rp 5.000.000.
Besarnya PPh 21 yang terutang adalah:
5% x 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp 125.000.
Bila Aditya tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang
terutang adalah:
120% x 5% x 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp 150.000.
127
128
Pemotong • Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
PPh Pasal 26 adalah PPh yang
dikenakan/dipotong atas
21/26 penghasilan yang bersumber
dari Indonesia yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak
(WP) luar negeri selain bentuk
usaha tetap (BUT) di
Indonesia.Bentuk usaha tetap
merupakan subjek pajak yang
perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek
pajak badan.
129
Perhitungan PPh Pasal 26 untuk penghasilan yang diterima subyek
pajak luar negeri di Indonesia
Contoh: 1 Suatu badan Subjek Pajak Dalam Negeri membayarkan royalti sebesar Rp
,00.- kepada Wajib Pajak Luar Negeri, maka Subjek Pajak Dalam Negeri tersebut
bekewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan sebesar: 20% x Rp ,00.- = Rp ,00.-
Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri adalah orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih 12 bulan memperoleh gaji, honorarium,
imbalan lainnya sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
Contoh: 2 Sahona adalah pegawai asing yang berada di Indonesia kurang dari 12 bulan,
status kawin mempunyai dua orang anak. Ia memperoleh gaji pada bulan maret 2003
sebesar US$ 2.500,00.- sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp 8.500,00 per US$1,00.-
Penghitungan PPh Pasal 26: Penghasilan bruto berupa gaji sebulan $2.500,00.- x Rp
8.500,00.- = Rp ,00.- Penetapan tarif 20% x Rp , = Rp ,00.- PPh Pasal 26 atas gaji US$ = Rp
,00.- Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi Pajak dari BUT di Indonesia dipotong
pajak sebesar 20%.
KONSEP DASAR: SIFAT PEMOTONGAN
PPh Pasal 21 TIDAK FINAL, Kecuali:
Pembayaran pesangon sekaligus; dan
Honorarium untuk PNS, TNI.
131
KONSEP DASAR:
HAK PEMOTONG PPh 21/26 Jika KELEBIHAN
SETOR
Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan
penyetoran PPh Pasal 21 yang terutang, kelebihan
pembayaran tersebut dapat diperhitungkan dengan
PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan berikutnya
melalui SPT Masa.
132
KONSEP DASAR:
SAAT TERUTANG PPh PASAL 21/26
Pasal 21 PMK-252/PMK.03/2008:
133
KONSEP DASAR :
TEMPAT TERUTANG PPh PASAL 21
Butir 1 SE-23/PJ.43/2000:
• Pemotong PPh 21/26: Pusat, cabang, BUT, perwakilan atau
unit;
• Pemotongan Pajak tersebut juga dilakukan oleh kantor cabang,
perwakilan atau unit tempat pembayaran imbalan jasa
ketenagakerjaan dimaksud dilakukan yang pada umumnya
menunjuk pada tempat pelaksanaan pekerjaan, jasa dan
kegiatan.
• UU PPh tidak mengatur mekanisme pemusatan (sentralisasi)
pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21.
134
Obyek PPh Pasal 21
Imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jabatan,
RUANG LINGKUP jasa dan kegiatan yang diterima/diperoleh Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Peserta Kegiatan
135
Penerima Penghasilan Tetap dan teratur
penghasilan Gaji dan Tunjangan Lainnya
PNS/anggota Termasuk gaji dan tunjangan ke-13
TNI/POLRI Dikurangi Dengan
Biaya jabatan adalah persentasi 1. Biaya Jabatan, 5% dari penghasilan Bruto maksimal Rp6.000.000 per
asumsi pihak perpajakan bahwa tahun atau Rp500.000 per bulan.
sebagai seorang 2. Iuran terkait gaji kepada Dana Pensiun/BPJS
pekerja/karyawan pasti memiliki
pengeluaran(biaya) selama PENGHASILAN NETO
setahun pasti dalam
Dikurangi : PTKP
hubungannya dengan
pekerjaannya. ... jadi BIAYA Penghasilan Kena Pajak
JABATAN adalah biaya yang Dikenakan Tarif Pasal 17
ditetapkan pihak perpajakan
sebagai pengurang penghasilan DITANGGUNG PEMERINTAH
bruto/gaji anda. 136
SELAIN PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR
Penerima Penerima Penghasilan Tarif PPh
penghasilan PNS Gol I dan II, Anggota TNI/POLRI 0%
PNS/anggota Golongan Pangkat Tamtama dan
Bintara
TNI/POLRI PNS Gol III, Anggota TNI/POLRI 5%
Golongan Pangkat Perwira Pertama
PNS IV, Anggota TNI/POLRI Golongan 15%
Pangkat perwira Menengah dan Tinggi
Dikurangi : PTKP
Penghasilan Kena Pajak
• Pegawai Tetap:
Ph. KP = Ph. Neto – PTKP
Ph. Neto = Ph. Bruto – B. Jabatan – Iuran
Pensiun/THT
• Penerima Pensiun:
Ph. KP = Ph. Neto – PTKP
Ph Neto = Ph. Bruto – B. Pensiun
139
PEGAWAI TETAP:
PENGURANG PENGHASILAN
• Biaya Jabatan:
5% x Ph. Bruto;
max Rp500.000,- per bulan atau Rp6.000.000,- per tahun;
Bdskn. Jml bulan kerja/perolehan yg sebenarnya.
• Biaya Pensiun:
5% x Pensiun;
max. Rp200.000,- per bulan atau Rp2.400.000,- per tahun
Bdskn. Jml bulan perolehan yg sebenarnya.
• Iuran pensiun dan JHT ditanggung karyawan;
Dapen yang disahkan Menkeu;
JHT kepada penyelenggara jamsostek.
SYARAT
141
PEGAWAI TETAP : KONSEP PENGHITUNGAN
Penghitungan Masa
(Atas Dasar Estimasi Penghasilan Yang Disetahunkan )
142
Penghitungan PPh Pasal 21 Masa
Ph. Bruto Pengurang Ph. Ph. Neto Perk. Ph. neto Dikurangi
Sebulan Bruto Sebulan setahun (x 12) PTKP
(-) = (-)
*
=
Ph. yang B. Jabatan,
menjadi Iuran
Objek PPh Pensiun, dan Ph KP
Pasal 21. THT.
x trf Psl
17
143
Penghitungan PPh 21 Masa:
Menentukan Perkiraan (Estimasi) Penghasilan Neto setahun
144
4.1 PEGAWAI TETAP-PTKP BARU :
Jan - Nov Des
Masa
Masa Terakhir
Ph. bruto sebulan / setahun 5.000.000 60.000.000
Dikurangi:
- Biaya jabatan (5% x Rp5.000.000,-) 250.000 3.000.000
- Iuran Pensiun 100.000 1.200.000
Ph neto sebulan 4.650.000
Contoh:
Perkiraan Ph. neto setahun / real setahun 55.800.000 55.800.000
Toto, status TK/0.
Dikurangi:
Gaji sebulan
PTKP 54.000.000 54.000.000
Rp5.000.000,-
PhKP 1.800.000 1.800.000
Toto ikut
PPh 21 setahun 90.000 90.000
program pensiun
PPh 21 sebulan 7.500
dengan iuran
PPh 21 dipotong/ disetor Jan - Nov
sebulan 82.500
(11 bulan x Rp 7.500,- )
Rp100.000,- PPh 21 terutang Des 7.500
145
4.1 PEGAWAI TETAP :
Jan - Nov Des
147
Masuk Kerja di Tengah Tahun
Tidak membawa 1721 A1
Penghasilan teratur
Gaji 10.000.000
Premi Kesehatan 400.000
(+)
Jumlah Ph. Bruto sebulan 10.400.000
Contoh : Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
Dikdik (TK/0), bekerja pada (maksimum Rp500.000,- sebulan) 500.000
PT ABC sebagai pegawai 2. Iuran pensiun 200.000 (+)
tetap sejak 1 Juli 2019. Jumlah 700.000 (-)
Dikdik menerima gaji Jml Ph. neto sebulan 9.700.000
sebulan sebesar Jml Ph. neto setahun 58.200.000
Rp10.000.000,- dan ikut Dikurangi:
program BPJS Kesehatan , PTKP: TK/0 54.000.000 (-)
serta membayar iuran Ph. Kena Pajak 4.200.000
pensiun yang dipotong dari Ph. Kena Pajak Dibulatkan 4.200.000
gaji sebesar 200.000,- PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp4.200.000,- 210.000
PPh Pasal 21 sebulan 35.000
(Rp 210.000,- : 6) 148
Masuk Kerja di Penghasilan teratur
Gaji 10.000.000
Tengah Tahun - Premi Kesehatan 400.000
1. Biaya Jabatan
Tdk teratur (maksimum Rp6.000.000,- setahun)
3. Iuran – THT (2% x gaji sebulan x 12 bln)
6.000.000
2.400.000 (+)
6.000.000
2.400.000 (+)
Jumlah 8.400.000 (-) 8.400.000 (-)
Jml Ph. Neto setahun 122.080.000 112.080.000
Dikurangi:
PTKP: K/0 58.500.000 (-) 58.500.000 (-)
Ph. Kena Pajak 63.580.000 53.580.000
Ph. KP dibulatkan 63.580.000 53.580.000
PPh 21 setahun 4.537.000
PPh atas penghasilan teratur setahun 3.037.000
PPh 21 atas Bonus saja 1.500.000
(Rp4.537.000,- -- Rp3.037.000,-)
PPh 21 sebulan atas penghasilan teratur 253.083 (+)
PPh 21 terutang bulan ini 1.753.083
(Rp1.500.000,- + Rp253.083,-)
152
Ph. Neto Real yang Disetahunkan
WPOP kewajiban pajak subjektifnya tidak setahun penuh:
WNA (datang/pergi) meninggalkan Indonesia ditengah tahun ;atau
WNI meninggal dunia tengah tahun.
153
Penghitungan PPh 21 MASA TERAKHIR (Masa Desember)
Ilustrasi : PPh 21 PPh 21
Des-16
(Jan-Jun) (Jul-Nov)
Jaka , K/0, kerja di PT Indah Kayu dengan Gaji 10.000.000 15.000.000 150.000.000
memeroleh gaji dan tunjangan setiap JKK 10.000 15.000 150.000
JKM 30.000 45.000 450.000
bulan sebesar Rp10.000.000,-, dan oleh
Jumlah Ph bruto teratur sebulan 10.040.000 15.060.000 150.600.000
Perusahaan diikutsertakan dalam Pengurangan:
program pensiun,-. Mulai bulan JULI 2019, 1. Biaya Jabatan 500.000 500.000 6.000.000
(maksimum Rp500.000,- sebulan)
Jaka memperoleh kenaikan penghasilan 2. Iuran terkait dengan gaji – THT 200.000 300.000 3.000.000
tetap setiap bulan menjadi Jumlah 700.000 800.000 9.000.000
Rp15.000.000,-. Jumlah teratur sebulan 9.340.000 14.260.000 141.600.000
Jumlah Teratur setahun 112.080.000 171.120.000
12 bulan x Ph neto sebulan
Dikurangi:
PTKP – K/0:
Diri sendiri 58.500.000 58.500.000 58.500.000
Ph. Kena Pajak 53.580.000 112.620.000 83.100.000
Ph. Kena Pajak Dibulatkan 53.580.000 112.620.000 83.100.000
PPh Pasal 21 Setahun
Trf Psl 17 x Ph Kena Pajak 5.962.000 11.893.000 7.465.000
PPh Pasal 21 sebulan 253.083 991.083
PPh 21 dipotong s.d November 2019
(6 x 253.083,-) + (5 x Rp991.083,-) 1.518.498 4.955.415 6.473.913
PPh 21 dipotong bulan Desember 2019 991.087
154
Agustinus yang berstatus K/0 adalah pegawai pada PT Griaya Sejahtera. Sejak 1 Juli 2016, yang bersangkutan berhenti bekerja .Gaji
Agustinus setiap bulan sebesar Rp10.000.000,- dan juga memperoleh tunjangan lainnya sebesar Rp. 40.000, serta mengikuti program
pensiun.
Jan sd Mei Juni
Penghasilan teratur
Gaji 10.000.000 60.000.000
Tunjangan lainnya 40.000(+) 240.000(+)
Berhenti Tengah Tahun
Januari Juni
Gaji 10.000.000 60.000.000
Disetahunkan
Upah Sehari
158
Penerima penghasilan
BUKAN PNS/anggota
Bukan Pegawai
TNI/POLRI
MENERIMA IMBALAN MENERIMA IMBALAN TIDAK
BERKESINAMBUNGAN BERKESINAMBUNGAN
YA TIDAK
PPH PASAL 21
TARIF PASAL 17 ATAS :
PENGHASILAN BRUTO
BUKAN PEGAWAI
160
BUKAN PEGAWAI: PERHITUNGAN
TIDAK
Berkesinambungan PPh 21 = Trf Psl 17 x 50% x Ph. Bruto
161
BUKAN PEGAWAI:
PENGHASILAN BERKESINAMBUNGAN
162
Penerima penghasilan
BUKAN PNS/anggota
TNI/POLRI
163
Penerima penghasilan
BUKAN PNS/anggota
TNI/POLRI 1. PESERTA PERLOMBAAN DALAM SEGALA BIDANG;
2. PESERTA RAPAT, KONFERENSI,SIDANG,PERTEMUAN
PESERA KEGIATAN:
• Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya;
• Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
• Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
• Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
• Peserta kegiatan lainnya.
166
• Pemotong pajak membuat dan memberikan Bukti
Potong PPh Pasal 21 pada saat melakukan
pemotongan PPh Pasal 2.
TATACARA • Untuk penghasilan pegawai tetap dan PNS, Anggota
PEMOTONGAN, TNI/Polri yang bersifat tetap dan teratur, Bukti Potong
diberikan sekali dalam setahun berupa formulir 1721
PENYETORAN DAN A1 (non PNS/Anggota TNI/POLRI) atau 1721 A2
(PNS/Anggota TNI/POLRI).
PELAPORAN • Pemotong Pajak melakukan penyetoran PPh Pasal 21
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
• Pemotong Pajak melaporkan pemotongan dengan
menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21 paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya.
167
168
OBJEK PPH 21: MACAM-MACAM
PENGHASILAN
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang
pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua,
dan pembayaran lain yang sejenis;
d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan;
e. Imbalan kepada bukan pegawai, seperti: honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan;
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
169
NON OBJEK PPH 21: MACAM-MACAM PENGHASILAN
YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PPh PSL. 21
Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa;
Natura/kenikmatan yang diberikan oleh Wajib Pajak atau oleh pemerintah;
Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran THT atau iuran JHT kepada badan
penyelenggara THT atau badan penyelenggara JAMSOSTEK yang dibayar oleh
pemberi kerja;
Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemberi kerja, termasuk yang
ditanggung oleh pemerintah;
Beasiswa sepanjang memenuhi ketentuan yang disyaratkan oleh Menteri
Keuangan;
Zakat yang diterima orang pribadi dari badan LAZ yang dibentuk & disahkan
pemerintah. Sumbangan Wajib Keagamaan yang diterima oleh OP dari lembaga
keagamaan yang disahkan oleh Pemerintah.
170
PERHITUNGAN PPH PASAL 21: TARIF PAJAK
Pasal 17 huruf a UU PPh No. 36/2008)
Tarif Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
NPWP Non NPWP
sd Rp50.000.000,00 5% 6%
Pasal 21 (5a) UU PPh 2008, WPOP yang tidak ber-NPWP dikenai tarif lebih tinggi 20%.
171
PPH PSL 21 BAGI NON NPWP
(Psl. 20 PMK-252/PMK.03/2008)
• Penerima Ph. Non NPWP akan dikenai tarif 20% lebih tinggi
daripada tarif yang ber-NPWP;
PPh 21 Non NPWP= 120% x PPh terutang;
• Hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 tidak final;
• Bagi Pegawai Tetap/pensiunan: PPh 21 yang dipotong dengan
tarif 20% lebih tinggi dapat diperhitungkan dengan PPh 21
terutang untuk bulan selanjutnya setelah ber-NPWP.
• Selain pegawai Tetap: Dalam hal WP yang dikenai pemotongan
PPh 21 dengan tarif lebih tinggi mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP, PPh 21 yang dikenakan dengan tarif lebih
tinggi tsb dapat dikreditkan di SPT PPh WPOP-nya.
172
PPh Pasal 21
Menghitung PPh pasal 21 Pegawai Tetap:
Ahmad Zakaria adalah pegawai tetap PT ABC sejak 1 januari 2018. Ia memperoleh gaji sebulan Rp
6.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00 sebulan. ahmad menikah tetapi belum
mempunyai anak (status K/0). Penghitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp 6.000.000,00
Pengurangan:
•- Biaya jabatan:
5% X Rp 6.000.000,00 Rp 300.000,00
•- Iuran pensiun Rp 100.000,00
Rp 400.000,00 -
Penghasilan neto sebulan Rp 5.600.000,00
Penghasilan neto setahun:
12 X Rp5.600.000,00 Rp 67.200.000,00
PTKP setahun
•- Untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00
•- Tambahan WP kawin Rp 4.500.000,00
Rp 58.500.000,00 -
Penghasilan kena pajak setahun Rp 8.700.000,00
PPh pasal 21 terutang:
5% X Rp 8.700.000,00 Rp 435.000,00
PPh pasal 21 sebulan
Rp 435.000,00 : 12 Rp 36.250,00 173
“Pajak yang dipungut oleh
bendaharawan pemerintah pusat
maupun daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga negara lainya, berkenaan
dengan pembayaran atas
penyerahan barang, dan badan-
badan tertentu, baik badan
pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan
dibidang impor atau kegiatan
usaha dibidang lain”
174
Tarif PPh Pasal 22
A. Atas impor :
1) Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;
2) non-API = 7,5% x nilai impor;
3) yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
B. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD =
1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final.)
C. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak,
yaitu:
1) Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
2) Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
3) Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
4) Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
176
D. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar
minyak,gas, dan pelumas adalah bersifat final, selain penyalur/agen bersifat tidak final
E. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul
ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)
F. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API = 0,5% x nilai
impor.
G. Atas penjualan
1) Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,-
2) Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,-
3) Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,-
dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
4) Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp
10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
5) Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport
utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp
5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga
jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
H. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
177
PPh Pasal 22
Penghasilan modal : berupa bunga, dividen, royalti, hadiah, bonus, penghargaan, sewa, dan jasa manajemen
atau jasa konstruksi. Subjek pajak atau penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 23 adalah wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap. 180
Ada dua jenis tarif pph 23:
b. Bunga
c. Royalti
181
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta khusus angkutan
darat untuk jangka waktu tertentu
berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis
ataupun tidak tertulis
183
14) Jasa kustodian/penyimpanan-/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
15) Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
16) Jasa mixing film;
17) Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan;
18) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
19) Jasa perawatan / pemeliharaan / pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
20) Jasa maklon
21) Jasa penyelidikan dan keamanan;
22) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
23) Jasa pengepakan;
24) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media
lain untuk penyampaian informasi;
25) Jasa pembasmian hama;
26) Jasa kebersihan atau cleaning service;
27) Jasa katering atau tata boga.
184
•PPh Pasal 23
Menghitung PPh Pasal 23:
PT. GYA memberikan pekerjaan berupa jasa
teknik kepada PT. GYANTI dengan nilai sebesar
Rp 45.000.000 tidak termasuk PPN. Hitunglah
PPh pasal 23 atas imbalah jasa teknik tersebut!
PPh Pasal 23 = (Rp 45.000.000,00 x 2%) = Rp
900.000,00.
185
“peraturan yang mengatur hak wajib
pajak untuk memanfaatkan kredit
pajak mereka di luar negeri, untuk
mengurangi nilai pajak terhutang
yang dimiliki di Indonesia”
Nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi utang pajak
yang ingin dibayar di Indonesia.
186
Ilustrasi ini akan membantu Anda untuk memahaminya
Tn. Farrel Wijaya dengan status belum menikah, memperoleh Penghasilan Netto Dalam
Negeri Rp 300.000.000 dan memperoleh Penghasilan dari Luar Negeri sebesar Rp
95.000.000 dengan tarif pajak 25%. Hitunglah pasal 24 yang dikreditkan!
PKP = Penghasilan Netto Dalam Negeri + Penghasilan Netto Luar Negeri – PTKP
PKP =(Rp 300.000.000 + Rp 95.000.000) – Rp 54.000.000 = Rp 341.000.000
Pajak Terutang:
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 91.000.000 = Rp 22.750.000 +
Rp 55.250.000
Pajak atas Penghasilan Netto Luar Negeri 25% x Rp 95.000.000 = Rp 23.750.000
Maka Batas maksimum PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah:
Rp 95.000.000 x Rp 55.250.000 = Rp 15.392.228
Rp 341.000.000
188
“Pembayaran Pajak Penghasilan secara
angsuran. Tujuannya adalah untuk
meringankan beban Wajib Pajak,
mengingat pajak yang terutang harus
dilunasi dalam waktu satu tahun.
Adapun tarifnya adalah:
1) Untuk WPOP
a. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan usaha penjualan
barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT =
0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat usaha.
b. Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja bebas atau karyawan,
yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat
(1) huruf a UU PPh (12 bulan).
191
191
192
PPh Pasal 26
Menghitung PPh Pasal 26:
Contoh: 2 Sahona adalah pegawai asing yang berada di Indonesia kurang dari 12 bulan,
status kawin mempunyai dua orang anak. Ia memperoleh gaji pada bulan maret 2003
sebesar US$ 2.500,00.- sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp 8.500,00 per US$1,00.-
Penghitungan PPh Pasal 26: Penghasilan bruto berupa gaji sebulan $2.500,00.- x Rp
8.500,00.- = Rp ,00.- Penetapan tarif 20% x Rp , = Rp ,00.- PPh Pasal 26 atas gaji US$ = Rp
,00.- Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi Pajak dari BUT di Indonesia dipotong
pajak sebesar 20%. 194
195
196
“salah satu jenis pajak atas penghasilan
dengan beberapa ketentuan spesifik mulai dari
objek pajak, pemotong pajak sampai subjek
pajak yang bisa dikenakan pajak ”.
( Pemotongan pajak dalam PPh Pasal 4 Ayat 2 bersifat final. Artinya, pajak harus
diselesaikan atau dilunasi dalam masa pajak yang sama)
197
198
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008
TENTANG
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
Pasal 3
199
Pasal 3
Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi
adalah sebagai berikut:
a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
200
201
PPh Pasal 4 ayat (2)
Menghitung PPh Pasal 4 ayat 2:
IRIAN JAYA
JAVA