Anda di halaman 1dari 207

……

Abdur Rahim
Widyaiswara Madya Pusdiklatjemenhan
Susjemen Minlakgar Han A. IX TA 2019
AGAR SERDIK DAPAT MENGERTI, MENGERJAKAN TTG
KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN, SUBJEK, OBJEK
PPN&PPH SESUAI PERHITUNGAN PAJAK YANG BENAR

 MEMAHAMI TTG PENGERTIAN DN KETENTUAN UMUM


PAJAK
 MEMAHAMI TTG SUBJEK & OBJEK PPN &PPH
 MEMAHAMI DN BISA MENGHITUNG PPH 21, 22, 23, 25,
26 & PPN
2
Pokok Bahasan
A. Pendahuluan

B. Ketentuan Umum
C. Subjek & Objek PPh dan
PPN
D. Tata Cara Perhitungan PPh
21,22,23,25, 26 & PPN
E. Penutup
3
Referensi
• PP RI No 51 tahun 2008 ttg Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha Jasa Konstruksi
• UU No 6 tahun 1983 ttg Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU RI No 16
tahun 2009
• PP No 23 tahun 2018 ttg Pajak Penghasilan
• PMK RI No 9/PMK.03/2018 ttg Perubahan atas PMK No
243/pmk.03/2014 ttg Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), PMK NO 49
/PMK.03/2019 TTG TATA CARA PELAKSANAAN PROSEDUR PERSETUJUAN
BERSAMA

4
Indonesia

5
Geografi Indonesai
Pulau 17.504
Koordinat 6°LU – 11°08'LS dan dari 95°'BT –
141°45'BT
Wilayah bentang sepanjang 3.977 mil
Luas daratan 1.922.570 km²
Luas perairannya 3.257.483 km²
Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu:
Jawa dengan luas 132.107 km²,
Sumatra dengan luas 473.606 km²,
Kalimantan dengan luas 539.460 km²,
Sulawesi dengan luas 189.216 km²,
Papua dengan luas 421.981 km².
Batas wilayah territorial laut: 12 mil laut serta zee:
200 mil laut
6
Kolonialisme

• Portugis pada tahun 1509


• Spanyol pada tahun 1521
• Belanda pada tahun 1602
• Prancis pada tahun 1795
• Belanda pada tahun 1811
• Jepang pada tahun 1942

7
Sumber daya alam
SDA Indonesia berupa minyak bumi, timah,
gas alam, nikel, kayu, bauksit, tanah subur,
batu bara, emas, dan perak dengan
pembagian lahan terdiri dari:

Tanah pertaniansebesar 10%,


Perkebunan sebesar 7%,
Padang rumput sebesar 7%,
Hutan dan daerah berhutan sebesar 62%,
Wilayah lainnya sebesar 14% dengan lahan
irigasi seluas 45.970 km

8
Pembagian administratif
• Indonesia saat ini secara de facto terdiri dari 34 provinsi, lima di
antaranya memiliki status yang berbeda (Aceh, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Papua Barat, Papua, dan DKI Jakarta)
• Provinsi dibagi menjadi 416 kabupaten dan 98 kota
• 7.024 daerah setingkat kecamatan
• 81.626 daerah setingkat desa.

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Indonesia 1945-2019

21
APBN
Pembangunan…

22
Siklus APBN

23
Sejarah Pajak….

24
Sidang BPUPK tanggal 14 Juli 1945 Pasal 23
UUD 1945 dengan kalimat “Segala pajak
untuk keperluan negara berdasarkan
Undang-Undang”. Ini menjadi tonggak awal
era baru pajak di Indonesia serta cikal bakal
diperingatinya tanggal 14 Juli sebagai Hari
Pajak.

25
Sumber Penerimaaan Negara
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penerimaan Hibah

26
Mengapa Belajar ...

27
28
29
30
31
32
Tema APBN TA. 2019
“Adil, Sehat, dan Mandiri”
Sehat artinya APBN memiliki defisit yang semakin rendah dan
keseimbangan primer menuju positif.
Adil karena APBN digunakan sebagai instrumen kebijakan meraih
keadilan, menurunkan tingkat kemiskinan, menciptakan lapangan
kerja, dan mengatasi disparitas antarkelompok pendapatan dan
antarwilayah.
Kemandirian APBN Tahun Anggaran 2019 dapat dilihat dari
penerimaan perpajakan yang tumbuh signifikan sehingga
memberikan kontribusi dominan terhadap pendapatan negara serta
mengurangi kebutuhan pembiayaan yang bersumber dari utang.

33
34
………………. 35
36
Undang-undang tentang
ketentuan umum dan tata cara
perpajakan dilandasi Filsafah
Pancasila dan Undang-undang
dasar 1945, yang didalamnya
tertuang ketentuan yang
menjunjung tinggi hak warga
Negara dan menempatkan
kewajiban perpajakan sebagai
kewajiban kenegaraan

37
38
39
40
41
3. Prof. Dr. MJH. Smeeths. Menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeeths,
pengertian pajak adalah sebuah prestasi yang dicapai oleh pemerintah
yang terhutang dengan melalui berbagai norma serta dapat untuk
dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi dari masing-masing individual,
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
4. Dr. Soeparman Soemahamidjaya. Menurut Dr. Soeparman
Soemahamidjaya, pengertian pajak adalah iuran wajib bagi warga atau
masyarakat, baik itu dapat berupa uang ataupun barang yang
dipungut oleh penguasa dengan menurut berbagai norma hukum
yang berlaku untuk menutup biaya produksi barang dan juga jasa guna
meraih kesejahteraan masyarakat.

42
UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007

Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh


orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. 43
• Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan.
• Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
• Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor, mengekspor
barang, melakukan usaha perdagangan, dll.
• Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena
pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
• Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagi tanda pengenal diri
Wajib Pajak.
• Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar wajib pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu.
• Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender.
44
• Surat Pemberitahuan Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak.
• Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu
Masa Pajak.
• Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
• Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang
telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau dengan cara lain.
• Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang berhubungan dengan
pembayaran pajak.

45
UU RI NOMOR 16 TAHUN 2009

PP No 23 tahun 2018 - PMK RI No 9/PMK.03/2018

UU Nomor 42 Tahun 2009

UU NOMOR 36 th 2017

46
47
48
49
Nomor Pokok Wajib Pajak biasa disingkat dengan NPWP
adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak (WP)
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.

Manfaat memiliki NPWP: Fungsi NPWP:

1. Memudahkan Kredit Bank a. Sebagai tanda pengenal diri atau


2. Memudahkan Membuka Rekening Tabungan identitas wajib pajak.
3. Mengurus Restitusi (Pengembalian) Pajak b. Untuk menjaga ketertiban dalam
4. Mengajukan Pengurangan Pembayaran Pajak pembayaran pajak dan dalam
5. Potongan Pajak Lebih Rendah pengawasan
6. Memudahkan Memantau PPh 21
50
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan
diri untuk diberikan nomor pokok wajib pajak, atau
menyalah gunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat
menimbulkan kerugiaan pada pendapatan Negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan
dan paling lam 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.

51
52
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib


pajak digunakan untuk melaporkan atau pembayaran pajak ,
objek pajak atau bukan objek pajak, atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuuan peraturan - undangan
perpajakan

53
Fungsi SPT
Fungsi SPT bagi wajib pajak , pajak penghasilan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri melalui


pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak.
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak atau bukan objek pajak .
c. Harta dan kewajiban
d. Pembayaran dari pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau
badan lain dalam satu masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

54
Jenis SPT
Secara garis besar SPT dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Surat pemberitahuan masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.
b. Surat pemberitahuan tahunan adalah surat untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun
pajak
SPT meliputi:
1. SPT tahunan pajak penghasilan
2. SPT masa yang terdiri dari:
a). SPT masa pajak penghasilan
b). SPT masa pajak pertambahan nilai
c). SPT masa pajak pertambahan nilai bagi pemungut pajak pertambahan
nilai.

SPT dapat berbentuk:


1). Formulir kertas
2). e- SPT

55
PP NO 23 TAHUN 2018 (BU)

…. 56
….
SURAT SETORAN PAJAK (SSP) DAN PEMBAYARAN PAJAK

Surat setoran pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran


pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau
telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan

57
Sanksi Terlambat Atau Tidak Menyampaikan SPT
Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang talah di tentukan
atau batas waktu perpanjangan penyampaian surat pemberitahuan, dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar:

a. Rp. 500.000 untuk surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai


b. Rp. 100.000 untuk surat pemberitahuan masa lainnya
c. Rp. 1000.000 untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan
d. Rp. 100.000 untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi

58
..
..
.. 59
PPH…
PPN…
PPnBM…

60
Perbedaan PPN dan PPnBM
Jenis pungutan. Pada PPN, jenis pungutan yang dibebankan adalah
pungutan atas nilai tambah barang. Sementara, PPnBM merupakan
pungutan tambahan yang dikenakan selain PPN kepada barang yang
sifatnya mewah.
Pengenaan Pajak. PPN dikenakan di setiap mata rantai jalur produksi
maupun jalur distribusi, mulai dari tingkat pabrikan, tingkat pedagang
besar hingga tingkat pedagang pengecer. Sementara, PPnBM hanya
dikenakan satu kali, yakni saat impor atau saat penyerahan BKP di
dalam negeri oleh pabrikan yang menghasilkannya.
Pengkreditan. PPN dapat dikreditkan melalui mekanisme pajak
masukan dan pajak keluaran. Sementara, PPnBM tidak dapat
dikreditkan dengan PPN atau PPnBM lainnya

61
Pengertian dan Perbedaan PPH, PPN dan PPNBM

• Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak. Cakupan PPh meliputi setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima baik berasal baik dari Indonesia maupun dari luar negeri
yang dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan dengan bentuk apapun.
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (wilayah Indonesia). Pada dasarnya, setiap barang
dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kecuali ditentukan oleh Undang-Undang
PPN. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sendiri dikenakan untuk semua Wajib Pajak baik orang
pribadi, perusahaan, maupun pemerintah.
• Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Selain PPN (Pajak Pertambahan Nilai), konsumsi
Barang Kena Pajak tertentu yang tergolong mewah akan dikenakan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM). Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah : Barang yang bukan barang
kebutuhan pokok, Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, Umumnya barang
dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi, Barang dikonsumsi untuk menunjukkan status,
Bila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban
masyarakat
62
Perbedaan PPN dan PPh
Objek pajak yang dikenakan. PPN dikenakan terhadap setiap
proses produksi ataupun distribusi, sedangkan PPh dikenakan
terhadap setiap penghasilan yang dimiliki wajib pajak.
PPN dibebankan kepada konsumen akhir (bukan oleh
produsen), sedangkan PPh dikenakan langsung kepada pihak
yang memiliki penghasilan.
Perbedaan PPN dan PPh juga terletak pada jenis pajaknya.
PPN terdiri dari pajak masukan dan pajak keluaran, sedangkan
PPh terdiri dari beberapa jenis seperti: PPh 21, PPh 22, PPh 23,
PPh 25 dan PPh 29.
Tarif potongan juga menjadi perbedaan PPN dan PPh. PPN
dikenakan tarif 10% sedangkan tarif PPh dikenakan sesuai
dengan jenis PPhnya

63
Kewajiban
Individu

Pertumbuhan Kewajiban
ekonomi Perusahaan

Pajak

Penerimaan
Negara

64
..

..

..

.
.
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
Jenis Pajak
Pajak

Golongan Sifat Lemb.


Pemungutnya

Pajak Pajak
Subyektif Obyektif

Pajak pajak tdk Pajak Pusat Pajak


Langsung langsung Daerah

75
75
76
“Setiap jenis pajak tentu memiliki objek pajak dan subjek pajak.
Secara sederhana, objek pajak merupakan sumber pendapatan yang
dikenakan pajak. Sedangkan subjek pajak merupakan perorangan
atau badan yang ditetapkan menjadi subjek pajak.
Setiap subjek pajak pasti mempunyai objek pajak. Sementara orang
atau badan yang punya kewajiban pajak disebut sebagai wajib pajak”

77
78
79
80
81
Subjek dan Objek Pajak Penghasilan
UUNomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh)

 Orang pribadi.
 Badan
 Warisan

Subjek pajak digolongkan menjadi dua:


 Subjek pajak dalam negeri
 Subjek pajak luar negeri

82
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI

Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.


Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia.
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
83
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia
Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia
Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
84
SUBJEK DAN OBJEK PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI (PPN)
Subjek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau
pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang PPN
Namun, untuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan
oleh Menteri Keuangan masih belum termasuk, kecuali
pengusaha kecil tersebut memilih dikukuhkan sebagai PKP

85
SUBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN)
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak, tidak termasuk Pengusaha Kecil
yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil
yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima
penyerahan Barang Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar harga
Barang Kena Pajak tersebut.
Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya
menerima penyerahan Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar
Penggantian atas Jasa Kena Pajak tersebut. 86
OBJEK PAJAK YANG DIKENAKAN PPN
Undang-Undang 42 Tahun 2009 tentang PPN berlaku sejak 1 Januari 2010

• Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean yang


dilakukan pengusaha.
• Impor BKP.
• Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha.
• Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean.
• Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
• Ekspor BKP Berwujud oleh PKP.
• Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP.
• Ekspor JKP oleh PKP.
87
PERBEDAAN PAJAK
• RETRIBUSI
Mendapat
kontraprestasi langsung

Unsur yang melekat pada pengertian retibusi adalah:


1. Pemungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang.
2. Sifat pemungutannya dapat dipaksakan
3. Pemungutannya dilakukan oleh negara
4. Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum
5. Kontraprestasi langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi
88
88
PERBEDAAN PAJAK
 SUMBANGAN
Yang mendapat manfaat penerima
sumbangan

• Sumbangan tidak diartikan untuk kepentingan pengeluaran2 yang dikelola oleh


pemerintah,tetapi dilaulan oleh dan untuk kepentingan sekelompok masyarakat
tertentu dan tidak memerlukan dasar hukum pungutannyaberdasarkan UU serta
unsur pelaksanaannya pun tidak ada
• Sumbangan pungutannya tidak berdasarkan UU tetapi lebih bersifat gotong royong

89
89
90
Azas Pemungutan
Azas Menurut Falsafah Hukum Azas yuridis
• Teori Asuransi (melindungi) Hukum pajak harus
• Teori Kepentingan memberikan jaminan hukum
• Teori daya pikul  UU
• Teori Bakti
• Teori azas daya beli
Azas untuk memungut
Azas ekonomi  Azas tempat tinggal
Negara  perekonomian meningkat.  Azas kebangsaan
Pajak tidak menghambat ekonomi  Azas sumber

91
91
92
TEORI ASURANSI
Benarkah ?

• Pembayaran pajak disamakan


dengan pembayaran premi.
• Masyarakat seakan
mempertanggungjawabkan
keselamatan dan keamanan
jiwanya kepada negara.

93
93
TEORI KEPENTINGAN

• Negara melindungi
kepentingan harta dan jiwa
warga negara dengan
memperhatikan beban yang
harus dipungut dari
masyarakat

94
94
TEORI GAYA PIKUL

• Tiap orang dikenakan pajak dengan bobot


yang sama (adil) sesuai dengan daya pikul:
• Unsur Obyektif (besarnya penghasilan)
• Unsur Subyektif (besarnya pengeluaran)

95
95
TEORI BAKTI

• Pajak dianggap sebagai bentuk bakti


rakyat kepada negara
• Teori kewajiban pajak mutlak.
• Pada jaman kerajaan, pajak=ulubekti
sebagai bentuk kesetiaan rakyat pada
raja. Raja=wakil Dewa

96
96
TEORI DAYA BELI

• Pajak untuk memelihara kepentingan


masyarakat
• Pajak ditekankan untuk fungsi
mengatur

97
97
HUKUM PAJAK

Kumpulan peraturan-peraturan yang


mengatur hubungan antara pemerintah
sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai
pembayar pajak

98
98
99
Kedudukan Hukum Pajak

• Hukum Pidana
Mengenakan sanksi atas kealpaan dan kesengajaan terhadap WP
yang melanggar peraturan.

• Hukum Perdata
Mencari dasar kemungkinan pemungutan atas kejadian,keadaan
dan perbuatan hukum yang bergerak dalam lingkungan perdata.

100
100
Ilustrasi Ketentuan Pidana:
(Pasal 38 UU No. 16 Tahun 2000)
• Karena kealpaan
• Tidak menyampaikan SPT; atau
• Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara .
• Dipidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/ atau denda
paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.

101
101
Ilustrasi Ketentuan Pidana:
(Pasal 38 UU No. 16 Tahun 2000)
• Kesalahan Disengaja
• Tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan NPWP; atau
• Tidak menyampaikan SPT; atau
• Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap; atau
• Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
• Menolak memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang
palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; atau
• Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan
atau tidak meminjamkan buku, catatan atau dokumen lainnya; atau
• Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
• Dipidana paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling tinggi 4 (empat) kali
jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
102
102
Hutang pajak
• Saat timbul hutang pajak
• Materiil : saat diberlakukannya UU
• Formal : saat ditagih / ditetapkan oleh fiskus
• Berakhirnya utang pajak
• Pembayaran
• Kompensasi
• Daluwarsa
• Pembebasan / penghapusan

103
103
104
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI
MENDAFTARKAN
adalah KEWAJIBAN bagi setiap
DIRI
WAJIB PAJAK
Yaitu:
Orang pribadi atau badan yang telah
memenuhi persyaratan subjektif
maupun persyaratan objektif
berdasarkan UU PPh 1984

Sebagai pemikul beban pajak ataupun


sebagai pemotong dan/ pemungut pajak
105
KEWAJIBAN PPH PASAL 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) merupakan jenis pajak progresif. Penerapan tarif pajak
mengikuti besar lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) seseorang dalam setahun, artinya
semakin besar penghasilan akan dikenai pajak yang semakin tinggi pula Perhitungan mengenai
tarif PPh 21 telah diatur dalam UU No 36 Tahun 2008, Pasal 17.
106
Pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam
bentuk apa pun sehubungan
dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh orang
pribadi subyek pajak dalam
negeri.
107
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)

Merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis


yang:
- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak.

Dengan nama dan dalam bentuk apapun

108
108
Tarif PPh
Memiliki NPWP

Lapisan

5% 50.000.000
15% 50.000.000 s.d 250.000.000
25% 250.000.000 s.d 500.000.000
30% Lebih dari 500.000.000

Penghasilan Kena Pajak =


Misalnya Rp 600 juta maka penerapan tarif :
- 5% dikalikan 50 juta = Rp 2.500.000
- 15% dikalikan 200 juta = Rp 30.000.000
- 25% dikalikan 250 juta = Rp 62.500.000
- 30% dikalikan 100 juta = Rp 30.000.000
- Jumlah PPh terhutang = 125.000.000
109
Peraturan Dirjen Pajak No PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi:

(1) Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang


tidak memiliki NPWP dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan
tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib
pajak yang memiliki NPWP.
(2) Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 120% dari jumlah PPh
Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan
memiliki NPWP.
110
111
Contoh, dua orang karyawan masing-masing memiliki PKP setahun Rp
48.000.000, tetapi yang satu memiliki NPWP dan yang lainnya tidak punya.
Maka perhitungan PPh 21 mereka juga berbeda, sebagai berikut:

Karyawan memiliki NPWP Karyawan tidak memiliki NPWP

PPh 21 setahun PPh 21 setahun


5% x Rp 48.000.000 Rp 2.400.000 120% x 5% x Rp 48.000.000 Rp 2.880.000

PPh 21 dipotong sebulan Rp 200.000 PPh 21 dipotong sebulan Rp 240.000

112
Contoh untuk karyawan dengan PKP Rp 60.000.000 setahun, perhitungan PPh 21-nya
sebagai berikut:

Karyawan memiliki NPWP Karyawan tidak memiliki NPWP


120% x 5% x Rp Rp
5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000 50.000.000 3.000.000
15% x Rp 10.000.000 Rp 1.500.000 120% x 15% x Rp Rp
10.000.000 1.800.000
Rp
PPh 21 setahun Rp 4.000.000 PPh 21 setahun
4.800.000
PPh 21 dipotong
Rp 333.333 PPh 21 dipotong sebulan Rp 400.000
sebulan

113
PKP (Penghasilan Kena Pajak) PPh 21 menurut
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak.

a. Penghasilan Kena Pajak (PKP)


PKP (Penghasilan Kena Pajak) PPh Pasal 21 menurut Peraturan Direktorat
Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 adalah sebagai berikut:
• Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan PKP sebesar
penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru.
• Pegawai tidak tetap dikenakan PKP sebesar penghasilan bruto dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru.
• Bagi bukan pegawai seperti tercantum dalam Peraturan Direktorat Jenderal
Pajak No. PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c, PKP yang dikenakan sebesar 50%
dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.

114
b. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Berdasarkan PMK No. 101/PMK.010/2016, Anda tidak akan dikenakan pajak
pengahasilan jika penghasilan Anda kurang atau sama dengan Rp54.000.000.
Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
• Rp 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.
• Rp 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
• Rp 54.000.000 untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami.
• Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

115
c. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, tarif pajak penghasilan pribadi
perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif sebagai berikut:
• Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp50.000.000,-
adalah 5%.
• Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp50.000.000,- sampai
dengan Rp250.000.000,- adalah 15%.
• Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp250.000.000,- sampai
dengan Rp500.000.000,- adalah 25%.
• Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp500.000.000,- adalah
30%.
• Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20% lebih tinggi
dari mereka yang memiliki NPWP.
116
117
3 metode perhitungan PPh 21
1. Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)

Metode gross diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan


yang menanggung PPh 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji pegawai
tersebut belum dipotong PPh 21.

Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan


senilai Rp 10.000.000, maka perhitungannya sebagai berikut:
Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
Tarif PPh: 15%
PPh 21 (yang ditanggung sendiri): Rp 9.900.000/tahun atau Rp
825.000/bulan
Gaji bersih (take home pay): Rp 9.175.000

118
2. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)

Metode gross-up diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan


yang diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar
pajak yang dipotong.

Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan senilai
Rp 10.000.000, maka perhitungannya:
•Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
•Tarif PPh: 15%
•Tunjangan pajak (dari perusahaan): Rp 9.900.000/tahun atau Rp
825.000/bulan
•Total gaji bruto: 10.825.000
•Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
•Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan

119
3. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan)
Metode net diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang
mendapatkan gaji bersih dengan pajak yang ditanggung perusahaan.

Misalnya jika Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan
sejumlah Rp 10.000.000, maka: perhitungannya:
•Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
•Total gaji bruto: Rp 10.000.000
•Tarif PPh 21: 15%
•Pajak yang ditanggung perusahaan: Rp 9.900.000/tahun atau Rp
825.000/bulan
•Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan

120
121
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 75.000.000,00

Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yang memiliki
NPWP adalah:
5% x Rp50.000.000,00= Rp2.500.000,00
15% x Rp25.000.000,00= Rp3.750.000,00 (+)
Jumlah Rp6.250.000,00

Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP
adalah:
5% x 120% x Rp50.000.000,00= Rp3.000.000,00
15% x 120% x Rp25.000.000,00= Rp4.500.000,00 (+)
Jumlah Rp7.500.000,00
122
Cara Perhitungan PPh 21 Karyawan Tetap
Gaji Pokok 6.000.000
(i) Tunjangan Lainnya (jika ada) 2.000.000
(ii) JKK 0,24% 14.400
JK 0,3% 18.000
Penghasilan Bruto 8.032.400
Pengurangan:
1. (iii) Biaya jabatan 5% x 8.032.400 401.620
2. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT), 2% dari gaji pokok 120.000
3. (iv) Jaminan Pensiun (JP), 1% dari gaji pokok 60.000
(581.620)
Penghasilan neto (bersih) sebulan 7.450.780

(v) Penghasilan neto setahun 12 x 7.450.780 89.409.360


(vi) PTKP 54.000.000
(54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun 35.409.360
(vii) Pembulatan ke bawah 35.409.000
PPh Terutang 5% x 35.409.000 1.770.450 123
Perhitungan PPh 21 Karyawan dengan Tunjangan Pajak

Gaji Pokok 5.500.000

(i) Tunjangan Pajak 35.167

Penghasilan bruto (kotor) sebulan 5.464.833


Pengurangan

1. (iii) Biaya Jabatan: 5% x 5.464.833,00 = 276.758,00 276.758

2. Iuran/Jaminan Pensiun, 1% dari gaji pokok 55.000

3. (iv) JP (Jaminan Pensiun), 1% dari gaji pokok, jika ada 60.000

(331.758)

(v) Penghasilan neto (bersih) sebulan 5.203.408

Penghasilan neto setahun 12 x 5.203.408,00 62.440.900

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 54.000.000


(54.000.000)

(vii) Penghasilan Kena Pajak Setahun 8.440.000


PPh Terutang

5% x 8.440.000,00 422.000

PPh Pasal 21 Bulan September = 422.000 / 12 35.167 124


Cara Perhitungan PPh 21 Karyawan dengan Tunjangan Pajak

Gaji Pokok 5.500.000


(i) Tunjangan Pajak 35.167
Penghasilan bruto (kotor) sebulan 5.464.833
Pengurangan
1. (iii) Biaya Jabatan: 5% x 5.464.833,00 = 276.758,00 276.758
2. Iuran/Jaminan Pensiun, 1% dari gaji pokok 55.000
3. (iv) JP (Jaminan Pensiun), 1% dari gaji pokok, jika ada 60.000
(331.758)
(v) Penghasilan neto (bersih) sebulan 5.203.408
Penghasilan neto setahun 12 x 5.203.408,00 62.440.900
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 54.000.000
(54.000.000)
(vii) Penghasilan Kena Pajak Setahun 8.440.000
PPh Terutang
5% x 8.440.000,00 422.000

PPh Pasal 21 Bulan September = 422.000 / 12 35.167 125


Cara Perhitungan PPh 21 Karyawan Tetap
Gaji Pokok 6.000.000
(i) Tunjangan Lainnya (jika ada) 2.000.000
(ii) JKK 0,24% 14.400
JK 0,3% 18.000
Penghasilan Bruto 8.032.400
Pengurangan:
1. (iii) Biaya jabatan 5% x 8.032.400 401.620
2. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT), 2% dari gaji pokok 120.000
3. (iv) Jaminan Pensiun (JP), 1% dari gaji pokok 60.000
(581.620)
Penghasilan neto (bersih) sebulan 7.450.780

(v) Penghasilan neto setahun 12 x 7.450.780 89.409.360


(vi) PTKP 54.000.000
(54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun 35.409.360
(vii) Pembulatan ke bawah 35.409.000
PPh Terutang 5% x 35.409.000 1.770.450

PPh Pasal 21 Bulan Juli: 1.770.450/12 147.538 126


Cara Perhitungan PPh 21 Karyawan Tidak Tetap Tidak Berkesinambungan

Berikut ini adalah cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai


tidak tetap yang menerima penghasilan tidak berkesinambungan:

Ardi adalah pegawai tenaga lepas untuk desain grafis di PT. Cahaya Kurnia
dengan penghasilan Rp 5.000.000.
Besarnya PPh 21 yang terutang adalah:
5% x 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp 125.000.

Bila Aditya tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang
terutang adalah:
120% x 5% x 50% x Rp 5.000.000,00 = Rp 150.000.
127
128
Pemotong • Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
PPh Pasal 26 adalah PPh yang
dikenakan/dipotong atas
21/26 penghasilan yang bersumber
dari Indonesia yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak
(WP) luar negeri selain bentuk
usaha tetap (BUT) di
Indonesia.Bentuk usaha tetap
merupakan subjek pajak yang
perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek
pajak badan.

129
Perhitungan PPh Pasal 26 untuk penghasilan yang diterima subyek
pajak luar negeri di Indonesia
Contoh: 1 Suatu badan Subjek Pajak Dalam Negeri membayarkan royalti sebesar Rp
,00.- kepada Wajib Pajak Luar Negeri, maka Subjek Pajak Dalam Negeri tersebut
bekewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan sebesar: 20% x Rp ,00.- = Rp ,00.-
Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri adalah orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih 12 bulan memperoleh gaji, honorarium,
imbalan lainnya sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

Contoh: 2 Sahona adalah pegawai asing yang berada di Indonesia kurang dari 12 bulan,
status kawin mempunyai dua orang anak. Ia memperoleh gaji pada bulan maret 2003
sebesar US$ 2.500,00.- sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp 8.500,00 per US$1,00.-
Penghitungan PPh Pasal 26: Penghasilan bruto berupa gaji sebulan $2.500,00.- x Rp
8.500,00.- = Rp ,00.- Penetapan tarif 20% x Rp , = Rp ,00.- PPh Pasal 26 atas gaji US$ = Rp
,00.- Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi Pajak dari BUT di Indonesia dipotong
pajak sebesar 20%.
KONSEP DASAR: SIFAT PEMOTONGAN
 PPh Pasal 21 TIDAK FINAL, Kecuali:
 Pembayaran pesangon sekaligus; dan
 Honorarium untuk PNS, TNI.

 PPh Pasal 26 FINAL;


 Pasal 26 ayat (5) huruf a, pemotongan PPh Pasal 26
bersifat final, kecuali pemotongan atas penghasilan
yang diterima orang pribadi yang statusnya berubah
menjadi WPDN.

131
KONSEP DASAR:
HAK PEMOTONG PPh 21/26 Jika KELEBIHAN
SETOR
Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan
penyetoran PPh Pasal 21 yang terutang, kelebihan
pembayaran tersebut dapat diperhitungkan dengan
PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan berikutnya
melalui SPT Masa.

Kompensasi lebih setor:


 Pasal 22 (7) PMK - 252/PMK.03/2008 jo .
 Pasal 22 (7) PER-16/PJ./2016:

132
KONSEP DASAR:
SAAT TERUTANG PPh PASAL 21/26
Pasal 21 PMK-252/PMK.03/2008:

Bagi pemotong PPh  terutang setiap masa, yaitu


akhir bulan:
 Dilakukannya pembayaran; atau
 Terutangnya penghasilan yang bersangkutan
(Saat dibebankan sebagai biaya).

133
KONSEP DASAR :
TEMPAT TERUTANG PPh PASAL 21
Butir 1 SE-23/PJ.43/2000:
• Pemotong PPh 21/26: Pusat, cabang, BUT, perwakilan atau
unit;
• Pemotongan Pajak tersebut juga dilakukan oleh kantor cabang,
perwakilan atau unit tempat pembayaran imbalan jasa
ketenagakerjaan dimaksud dilakukan yang pada umumnya
menunjuk pada tempat pelaksanaan pekerjaan, jasa dan
kegiatan.
• UU PPh tidak mengatur mekanisme pemusatan (sentralisasi)
pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21.
134
Obyek PPh Pasal 21
Imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jabatan,
RUANG LINGKUP jasa dan kegiatan yang diterima/diperoleh Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Penghasilan tetap dan teratur


(ditanggung pemerintah)
Penerima
Penghasilan PNS/
Selain penghasilan tetap dan
Anggota TNI/Polri
teratur (tidak ditanggung
pemerintah dan bersifat final)
JENIS
PEMOTONGAN
Pegawai Tetap
Penerima
Penghasilan
Bukan Pegawai Tidak Tetap
PNS/Anggota
TNI/Polri
Bukan Pegawai

Peserta Kegiatan
135
Penerima Penghasilan Tetap dan teratur
penghasilan Gaji dan Tunjangan Lainnya
PNS/anggota Termasuk gaji dan tunjangan ke-13
TNI/POLRI Dikurangi Dengan
Biaya jabatan adalah persentasi 1. Biaya Jabatan, 5% dari penghasilan Bruto maksimal Rp6.000.000 per
asumsi pihak perpajakan bahwa tahun atau Rp500.000 per bulan.
sebagai seorang 2. Iuran terkait gaji kepada Dana Pensiun/BPJS
pekerja/karyawan pasti memiliki
pengeluaran(biaya) selama PENGHASILAN NETO
setahun pasti dalam
Dikurangi : PTKP
hubungannya dengan
pekerjaannya. ... jadi BIAYA Penghasilan Kena Pajak
JABATAN adalah biaya yang Dikenakan Tarif Pasal 17
ditetapkan pihak perpajakan
sebagai pengurang penghasilan DITANGGUNG PEMERINTAH
bruto/gaji anda. 136
SELAIN PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR
Penerima Penerima Penghasilan Tarif PPh
penghasilan PNS Gol I dan II, Anggota TNI/POLRI 0%
PNS/anggota Golongan Pangkat Tamtama dan
Bintara
TNI/POLRI PNS Gol III, Anggota TNI/POLRI 5%
Golongan Pangkat Perwira Pertama
PNS IV, Anggota TNI/POLRI Golongan 15%
Pangkat perwira Menengah dan Tinggi

PPh Pasal 21 Bersifat Final 137


Pegawai Tetap
Penerima Penghasilan Bruto Pegawai Tetap
penghasilan Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Dibayar Pemberi Kerja
BUKAN Dikurangi Dengan

PNS/anggota 1. Biaya Jabatan, 5% dari penghasilan Bruto maksimal Rp6.000.000 per


tahun atau Rp500.000 per bulan
TNI/POLRI 2. Iuran pensiun, THT/JHT yang dibayar sendiri
PENGHASILAN NETO

Dikurangi : PTKP
Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17

Lebih Tinggi 20% Jika Tidak BerNPWP


138
PEGAWAI TETAP:

• Pegawai Tetap:
Ph. KP = Ph. Neto – PTKP
Ph. Neto = Ph. Bruto – B. Jabatan – Iuran
Pensiun/THT
• Penerima Pensiun:
Ph. KP = Ph. Neto – PTKP
Ph Neto = Ph. Bruto – B. Pensiun

139
PEGAWAI TETAP:
PENGURANG PENGHASILAN
• Biaya Jabatan:
 5% x Ph. Bruto;
 max Rp500.000,- per bulan atau Rp6.000.000,- per tahun;
 Bdskn. Jml bulan kerja/perolehan yg sebenarnya.

• Biaya Pensiun:
 5% x Pensiun;
 max. Rp200.000,- per bulan atau Rp2.400.000,- per tahun
 Bdskn. Jml bulan perolehan yg sebenarnya.
• Iuran pensiun dan JHT ditanggung karyawan;
 Dapen yang disahkan Menkeu;
 JHT kepada penyelenggara jamsostek.

• PTKP, SESUAI KONDISI WP PADA AWAL TAHUN


140
PTKP Pegawai Wanita
STATUS KAWIN SUAMI TDK STATUS TDK
STATUS KAWIN MENERIMA/MEMPEROLEH KAWIN
PENGHASILAN

HANYA UTK DIRI - UTK DIRI SENDIRI


SENDIRI, YAITU - STATUS KAWIN - UTK DIRI SENDIRI
Rp54.000.000,- - TANGGUNGAN MAKS. - TANGGUNGAN
SETAHUN 3 ORG MAKS 3 ORG

SYARAT

MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI


PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT
SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN

141
PEGAWAI TETAP : KONSEP PENGHITUNGAN

Penghitungan Masa
(Atas Dasar Estimasi Penghasilan Yang Disetahunkan )

Penghitungan Masa pajak terakhir


(Atas Dasar realisasi Penghasilan):

Untuk Masa Pajak:


1. Masa Desember, atau
2. Masa pajak karyawan berhenti bekerja

142
Penghitungan PPh Pasal 21 Masa

Ph. Bruto Pengurang Ph. Ph. Neto Perk. Ph. neto Dikurangi
Sebulan Bruto Sebulan setahun (x 12) PTKP
(-) = (-)
*

=
Ph. yang B. Jabatan,
menjadi Iuran
Objek PPh Pensiun, dan Ph KP
Pasal 21. THT.
x trf Psl
17

PPh 21 Sebulan = PPh 21


PPh 21 setahun /12 Setahun

143
Penghitungan PPh 21 Masa:
Menentukan Perkiraan (Estimasi) Penghasilan Neto setahun

 Bekerja sejak Januari


 Ph. Neto sebulan × 12
 PPh 21 sebulan = PPh 21 setahun /12

 Bekerja mulai tengah tahun


 Ph. Neto sebulan × ∑ bln sejak masuk kerja sampai dengan Desember
(n bulan)
 PPh 21 sebulan = PPh 21 setahun/n bulan

 WNA – Di Indonesia tdk setahun penuh


 Ph. Neto × 12
 PPh 21 sebulan = PPh 21 setahun /12

144
4.1 PEGAWAI TETAP-PTKP BARU :
Jan - Nov Des
Masa
Masa Terakhir
Ph. bruto sebulan / setahun 5.000.000 60.000.000
Dikurangi:
- Biaya jabatan (5% x Rp5.000.000,-) 250.000 3.000.000
- Iuran Pensiun 100.000 1.200.000
Ph neto sebulan 4.650.000
Contoh:
Perkiraan Ph. neto setahun / real setahun 55.800.000 55.800.000
Toto, status TK/0.
Dikurangi:
Gaji sebulan
PTKP 54.000.000 54.000.000
Rp5.000.000,-
PhKP 1.800.000 1.800.000
Toto ikut
PPh 21 setahun 90.000 90.000
program pensiun
PPh 21 sebulan 7.500
dengan iuran
PPh 21 dipotong/ disetor Jan - Nov
sebulan 82.500
(11 bulan x Rp 7.500,- )
Rp100.000,- PPh 21 terutang Des 7.500

145
4.1 PEGAWAI TETAP :
Jan - Nov Des

Masa Masa Terakhir


Ph. bruto sebulan / setahun 5.000.000 60.000.000
Dikurangi:
- Biaya jabatan (5% x Rp5.000.000,-) 250.000 3.000.000
- Iuran Pensiun 100.000 1.200.000
Contoh: Ph neto sebulan 4.650.000
Toto, status TK/0. Perkiraan Ph. neto setahun / real setahun 55.800.000 55.800.000
Gaji sebulan
Dikurangi:
Rp5.000.000,-
PTKP 36.000.000 36.000.000
Tommy ikut
program pensiun PhKP 19.800.000 19.800.000
dengan iuran PPh 21 setahun 990.000 990.000
sebulan PPh 21 sebulan 82.500
Rp100.000,- PPh 21 dipotong/ disetor Jan - Nov
907.500
(11 bulan x Rp 82.500,- )
PPh 21 terutang Des 82.500
146
Bekerja sejak awal tahun
Gaji 10.000.000
Premi Kesehatan 400.000
Jumlah Ph. Bruto teratur sebulan 10.400.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan 500.000
(maksimum Rp500.000,- sebulan)
2. Iuran terkait dengan gaji – THT 200.000 (+)
Jumlah pengurang 700.000 (-)
Jumlah Ph neto sebulan 9.700.000
Jumlah perkiraan Ph. neto teratur setahun 116.400.000
(12 bulan x Rp9.340.000,- )
Dikurangi: Dalam hal pegawai yang
PTKP: K/0 58.500.000 (-) bersangkutan belum
Ph. Kena Pajak 57.900.000 memiliki NPWP, maka
Ph. Kena Pajak Dibulatkan 57.900.000 jumlah PPh Pasal 21 yang
PPh Pasal 21 Setahun
5% x Rp50.000.000,- = 2.500.000,- harus dipotong adalah
15% x Rp7.900.000,- = 1.185.000,- (+) sebesar:
3.685.000 120% x Rp307.083,- =
PPh Pasal 21 sebulan 307.083
(Rp3.685.000,-/12 bln) Rp368.499,-

147
Masuk Kerja di Tengah Tahun
Tidak membawa 1721 A1
Penghasilan teratur
Gaji 10.000.000
Premi Kesehatan 400.000
(+)
Jumlah Ph. Bruto sebulan 10.400.000
Contoh : Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
Dikdik (TK/0), bekerja pada (maksimum Rp500.000,- sebulan) 500.000
PT ABC sebagai pegawai 2. Iuran pensiun 200.000 (+)
tetap sejak 1 Juli 2019. Jumlah 700.000 (-)
Dikdik menerima gaji Jml Ph. neto sebulan 9.700.000
sebulan sebesar Jml Ph. neto setahun 58.200.000
Rp10.000.000,- dan ikut Dikurangi:
program BPJS Kesehatan , PTKP: TK/0 54.000.000 (-)
serta membayar iuran Ph. Kena Pajak 4.200.000
pensiun yang dipotong dari Ph. Kena Pajak Dibulatkan 4.200.000
gaji sebesar 200.000,- PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp4.200.000,- 210.000
PPh Pasal 21 sebulan 35.000
(Rp 210.000,- : 6) 148
Masuk Kerja di Penghasilan teratur
Gaji 10.000.000
Tengah Tahun - Premi Kesehatan 400.000

Cabang Jumlah Ph. Bruto sebulan


Pengurangan:
10.400.000

Membawa 1721 A1 1. Biaya Jabatan


(maksimum Rp500.000,- sebulan) 500.000
2. Iuran pensiun 200.000 (+)
Contoh : Jumlah 7 00.000 (-)
Jml Ph. neto sebulan 9.700.000
Tn. Randu bekerja sebagai Jml Perkiraan Ph. Neto setahun 58.200.000
pegawai tetap sejak 1 Juli 2019 ( 6 bln x Rp9.700.000,-)
dgn gaji Rp10.000.000,- dan Jml Ph neto masa sebelumnya 58.200.000
diikutsertakan dalam program
Jml seluruh Ph neto 116.400.000
BPJS Kesehatan sesuai
ketentuan yang berlaku-.
Dikurangi:
PTKP: TK/0 54.000.000 (-)
Sblmnya kerja di CABANG X dgn Ph. Kena Pajak 62.400.000
data Ph dalam 1721 A1: Ph. Kena Pajak Dibulatkan 62.400.000
Ph. Neto Rp 58.200.000,- PPh Pasal 21 terutang
4.360.000
PPh 21 terutang Rp 3.305.000,-
PPh Pasal 21 yang terutang di masa sebelumnya
3.305.000 (-)
PPh Pasal 21 terutang di tempat sekarang 1.055.000
PPh Pasal 21 sebulan 175.833
(Rp1.055.000,- : 6)
149
Masuk Kerja di Tengah Tahun
(Kewajiban pajak subjektif dimulai setelah bulan Januari)
Penghasilan bruto sebulan
Gaji 20.000.000
Jumlah Ph. Bruto sebulan 20.000.000
Contoh
Pengurangan:
David (K/0) mulai bekerja 1 Biaya Jabatan
Juli 2016 dengan gaji per (maksimum Rp500.000,- sebulan) 500.000
bulan Rp20.000.000,- Jumlah 500.000 (-)
Jml Ph. neto sebulan 19.500.000
Jml Perkiraan Ph. Neto setahun 234.000.000
(12 x Rp19.500.000,-)
Jml Ph neto masa sebelumnya
Jml seluruh Ph neto
Dikurangi:
PTKP: K/0 58.500.000 (-)
Ph. Kena Pajak 175.500.000
Ph. Kena Pajak Dibulatkan 175.500.000
PPh Pasal 21 terutang setahun
5% x Rp50.000.000,- = 2.500.000
15% x Rp125.500.000,- = 18.825.000 (+)
21.325.000
PPh Pasal 21 sebulan 1.777.083
(Rp21.325.000,- : 12)
Bila kewajiban pajak subjektif David Raisita telah ada sejak bulan Januari, maka jumlah Ph. Neto 150
setahun = 6 x Ph neto sebulan.
Gaji Jan sd Mei : Rp10.000.000,-. Bulan Jun: Rp15.000.000,- berlaku surut sejak Jan. (Rapel: 5bln x
Rp5.000.000,-= Rp25.000.000,-)

Sebelum Kenaikan Setelah Kenaikan


Gaji 10.000.000 15.000.000
JKK 10.000 15.000
RAPEL = JPK 30.000 (+) 45.000 (+)
Jumlah Teratur sebulan 15.060.000
Kenaikan gaji Pengurangan:
10.040.000

yang berlaku 1. Biaya Jabatan


(maksimum Rp500.000,- sebulan)
500.000 500.000

2. Iuran terkait dengan gaji – THT 200.000 (+) 300.000 (+)


surut Jumlah 700.000 (-) 800.000 (-)
Ph. neto sebulan 9.340.000 14.260.000
Perkiraan Ph neto setahun 171.120.000
112.080.000
12 bulan x Rp 9.340.000,-
Dikurangi:
PTKP: K/0 58.500.000 (-) 58.500.000 (-)
Ph. Kena Pajak 112.620.000
53.580.000
Ph. Kena Pajak Dibulatkan 112.620.000
53.580.000
PPh Pasal 21 Setahun 3.037.000 11.893.000
PPh Pasal 21 sebulan 253.083 991.083
PPh 21 (Jan - Mei) seharusnya: 4.955.415
(5 x Rp 991.083,-)
PPh 21 yang telah dipotong (Jan - Mei) 2016 1.265.415 (-)
(5 x Rp 253.083,-)
PPh 21 Rapel 3.690.000 151
PPh Pasal 21 atas Bonus /Ph. Tidak Teratur:
Selisih PPh Pasal 21 atas seluruh Ph (Ph teratur + tidak teratur) dengan PPh
Pasal 21 atas Ph teratur
PPh 21 atas Gaji + Bonus PPh 21 Gaji
Penghasilan teratur
Gaji 10.000.000 10.000.000
JKK 10.000 10.000
JKM 30.000 (+) 30.000 (+)
Jml Ph. Bruto teratur sebulan 10.040.000 10.040.000
PPh 21 Jml. Perkiraan Ph Bruto teratur setahun
Bonus
120.480.000
10.000.000
120.480.000

Bonus/Ph Jml Ph teratur + tdk teratur


Pengurangan:
130.480.000 120.480.000

1. Biaya Jabatan
Tdk teratur (maksimum Rp6.000.000,- setahun)
3. Iuran – THT (2% x gaji sebulan x 12 bln)
6.000.000
2.400.000 (+)
6.000.000
2.400.000 (+)
Jumlah 8.400.000 (-) 8.400.000 (-)
Jml Ph. Neto setahun 122.080.000 112.080.000
Dikurangi:
PTKP: K/0 58.500.000 (-) 58.500.000 (-)
Ph. Kena Pajak 63.580.000 53.580.000
Ph. KP dibulatkan 63.580.000 53.580.000
PPh 21 setahun 4.537.000
PPh atas penghasilan teratur setahun 3.037.000
PPh 21 atas Bonus saja 1.500.000
(Rp4.537.000,- -- Rp3.037.000,-)
PPh 21 sebulan atas penghasilan teratur 253.083 (+)
PPh 21 terutang bulan ini 1.753.083
(Rp1.500.000,- + Rp253.083,-)
152
Ph. Neto Real yang Disetahunkan
 WPOP kewajiban pajak subjektifnya tidak setahun penuh:
 WNA (datang/pergi) meninggalkan Indonesia ditengah tahun ;atau
 WNI meninggal dunia tengah tahun.

Ph neto disetahunkan = Ph. Neto Real x 12/n


PPh 21 terutang = PPh 21 setahun x n/12

 Pegawai pindah cabang.


Ph Neto disetahun = Ph neto real x MK/n
PPh 21 terutang = PPh 21 atas Ph neto disetahunkan x n/MK

153
Penghitungan PPh 21 MASA TERAKHIR (Masa Desember)
Ilustrasi : PPh 21 PPh 21
Des-16
(Jan-Jun) (Jul-Nov)
Jaka , K/0, kerja di PT Indah Kayu dengan Gaji 10.000.000 15.000.000 150.000.000
memeroleh gaji dan tunjangan setiap JKK 10.000 15.000 150.000
JKM 30.000 45.000 450.000
bulan sebesar Rp10.000.000,-, dan oleh
Jumlah Ph bruto teratur sebulan 10.040.000 15.060.000 150.600.000
Perusahaan diikutsertakan dalam Pengurangan:
program pensiun,-. Mulai bulan JULI 2019, 1. Biaya Jabatan 500.000 500.000 6.000.000
(maksimum Rp500.000,- sebulan)
Jaka memperoleh kenaikan penghasilan 2. Iuran terkait dengan gaji – THT 200.000 300.000 3.000.000
tetap setiap bulan menjadi Jumlah 700.000 800.000 9.000.000
Rp15.000.000,-. Jumlah teratur sebulan 9.340.000 14.260.000 141.600.000
Jumlah Teratur setahun 112.080.000 171.120.000
12 bulan x Ph neto sebulan
Dikurangi:
PTKP – K/0:
Diri sendiri 58.500.000 58.500.000 58.500.000
Ph. Kena Pajak 53.580.000 112.620.000 83.100.000
Ph. Kena Pajak Dibulatkan 53.580.000 112.620.000 83.100.000
PPh Pasal 21 Setahun
Trf Psl 17 x Ph Kena Pajak 5.962.000 11.893.000 7.465.000
PPh Pasal 21 sebulan 253.083 991.083
PPh 21 dipotong s.d November 2019
(6 x 253.083,-) + (5 x Rp991.083,-) 1.518.498 4.955.415 6.473.913
PPh 21 dipotong bulan Desember 2019 991.087

154
Agustinus yang berstatus K/0 adalah pegawai pada PT Griaya Sejahtera. Sejak 1 Juli 2016, yang bersangkutan berhenti bekerja .Gaji
Agustinus setiap bulan sebesar Rp10.000.000,- dan juga memperoleh tunjangan lainnya sebesar Rp. 40.000, serta mengikuti program
pensiun.
Jan sd Mei Juni
Penghasilan teratur
Gaji 10.000.000 60.000.000
Tunjangan lainnya 40.000(+) 240.000(+)
Berhenti Tengah Tahun

Jumlah Ph. Bruto sebulan 10.040.000 60.240.000


Pengurangan:
1. BiayaJabatan
(max. Rp500.000,-
500.000 3.000.000
sebulan)
2. Iuranpensiun 200.000(+) 1.200.000(+)
Jumlah 700.000(-) 4.200.000(-)
Jml Ph. neto sebulan 9.340.000
Jml Perkiraan Ph. Neto
112.080.000 56.040.000
setahun
Dikurangi:
PTKP: K/0 58.500.000(-) 58.500.000(-)
Ph. Kena Pajak 53.580.000 0
Ph. Kena Pajak Dibulatkan 53.580.000 0
PPh Pasal 21 terutang
Trf Pasal 17 x Ph Kena Pajak 3.037.000 0
PPh Pasal 21 sebulan 253.083
(Rp3.037.000,- : 12)
PPh Pasal 21 yang telah disetor di masa sebelumnya (Jan-Mei) 1.265.415(-)
5 bln x Rp253.083,-)
PPh Pasal 21 kurang (lebih) bayar Lebih Bayar (1.265.415)
155
Andi Budiasa, K/0 adalah pegawai PT IL J di Jakarta. Sejak 1 Juli 2019 dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung ,Gaji
Andi Budiasa sebesar Rp10.000.000,- dan perusahaan juga mengikutsertakan Andi Budiasa dalam program BPJS Kesehatan dan
Program pensiun.

Januari Juni
Gaji 10.000.000 60.000.000

Pindah Cabang di Tengah Tahun


Premi BPJS Kesehatan 40.000 240.000

Jumlah Ph. neto sebulan /realisasi 10.040.000 60.240.000


Pengurangan:
1. Biaya Jabatan 500.000 3.000.000
max. Rp500.000,-/bulan; atau Rp6 juta /tahun
2. Iuran – THT 200.000 1.200.000
Jumlah 700.000 4.200.000
Jumlah Ph neto sebulan 9.340.000 56.040.000
Jumlah Perkiraan Ph neto setahun /real setahun 112.080.000
12 bulan x Ph neto sebulan
Ph neto disetahunkan 112.080.000
Dikurangi:
PTKP: K/0 58.500.000 58.500.000
Ph. Kena Pajak 53.580.000 53.580.000
Ph. Kena Pajak Dibulatkan 53.580.000 53.580.000
PPh Pasal 21 Setahun
Trf Psl 17 x Ph Kena Pajak dibulatkan 3.037.000 3.037.000
PPh 21 terutang setahun/disetahunkan 1.518.500
(6/12 x PPh Pasal 21 setahun)
PPh 21 sebulan 253.083
(5 x Rp253.083,-) 1.265.415
PPh 21 kurang (lebih) bayar 253.085
156
Penerima penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
BUKAN PNS/anggota
TNI/POLRI Upah Harian, Mingguan, Satuan, Borongan, Uang Saku
Harian, Mingguan
Dibayarkan Bulanan

Disetahunkan
Upah Sehari

≤ 450.000 > 450.000 Dikurangi PTKP Setahun

TIDAK DIPOTONG Dikurangi


450.000 Penghasilan Kena Pajak
Dipotong 5%
Dikenakan Tarif Ps 17
> 4.500.000 sebulan
> 10.200.000
sebulan PPh Ps 21 Setahun
Upah sehari dikurangi PTKP sehari

Tarif PPh 21 : 5% Tarif Ps. 17 atas Dibagi 12


PKP Disetahunkan
PPh Pasal 21 Sebulan
Diperhitungkan PPh 21 Yang Telah
Dipotong
Lebih Tinggi 20% Jika Tidak BerNPWP 157
Penerima penghasilan BUKAN
PNS/anggota TNI/POLRI Bukan Pegawai
 TENAGA AHLI
 PEMBAWA PESANAN, YG
 PEMAIN MUSIK DAN SENIMAN
LAINNYA MENEMUKAN LANGGANAN
 OLAHRAGAWAN ATAU PERANTARA
 PENASIHAT, PENGAJAR,  PETUGAS PENJAJA BARANG
PELATIH, PENCERAMAH,
PENYULUH DAN MODERATOR DAGANGAN
 PENGARANG, PENELITI DAN
PENTERJEMAH  PETUGAS DINAS LUAR
 PEMBERI JASA DALAM SEGALA ASURANSI
BIDANG
 AGEN IKLAN  DISTRIBUTOR MLM/DIRECT
 PENGAWAS ATAU PENGELOLA SELLING
PROYEK

158
Penerima penghasilan
BUKAN PNS/anggota
Bukan Pegawai
TNI/POLRI
MENERIMA IMBALAN MENERIMA IMBALAN TIDAK
BERKESINAMBUNGAN BERKESINAMBUNGAN

MEMILIKI NPWP DAN HANYA MEMPEROLEH


PENGHASILAN DARI HUBUNGAN KERJA DAN TIDAK
MEMPEROLEH PENGHASILAN LAINNYA?

YA TIDAK

PPH PASAL 21
TARIF PASAL 17 ATAS :

KUMULATIF PKP (50% KUMULATIF 50%


PENGH. BRUTO – PTKP) PENGHASILAN BRUTO
50% PENGHASILAN BRUTO
DALAM SATU TAHUN DALAM SATU TAHUN
KALENDER KALENDER

Lebih Tinggi 20% Jika Tidak BerNPWP 159


BUKAN PEGAWAI: PERHITUNGAN

Bukan pegawai tidak berkesinambungan

PENGHASILAN BRUTO

BUKAN PEGAWAI

Bukan pegawai berkesinambungan:

PENGHASILAN PENGHASILAN KENA


BRUTO PAJAK (PKP)

160
BUKAN PEGAWAI: PERHITUNGAN

TIDAK
Berkesinambungan PPh 21 = Trf Psl 17 x 50% x Ph. Bruto

Pasal 1 angka 22 PER-16/PJ./2016:

Imbalan kepada bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan adalah imbalan


kepada bukan pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam
satu tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

161
BUKAN PEGAWAI:
PENGHASILAN BERKESINAMBUNGAN

Tdk Berhak PTKP Trf Psl 17 x Kumulatif (50% x Ph. Bruto)

Berhak PTKP Trf Psl 17 x Kumulatif Ph. KP

Ph. KP = (50% x Ph Bruto) – PTKP Sebulan

162
Penerima penghasilan
BUKAN PNS/anggota
TNI/POLRI

SKB PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PPH BAGI WAJIB PAJAK YANG


MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU
• Pemotong pajak TIDAK melakukan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap
bukan pegawai apabila telah menerima fotokopi Surat Keterangan Bebas
yang telah dilegalisasi oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
menyampaikan kewajiban Surat SPT Tahunan
• Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah Wajib Pajak
yang memenuhi kriteria menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 dalam 1 Tahun Pajak

163
Penerima penghasilan
BUKAN PNS/anggota
TNI/POLRI 1. PESERTA PERLOMBAAN DALAM SEGALA BIDANG;
2. PESERTA RAPAT, KONFERENSI,SIDANG,PERTEMUAN

Peserta Kegiatan DAN KUNJUNGAN KERJA;


3. PESERTA/ANGGOTA DALAM SUATU KEPANITIAAN;
4. PESERTA PENDIDIKAN,PELATIHAN & MAGANG;
5. PESERTA KEGIATAN LAINNYA

UANG SAKU, UANG


REPRESENTASI, UANG RAPAT, HONORARIUM, HADIAH
DAN PENGHARGAAN

DIPOTONG PPH PS.21 DGN TARIF PASAL 17 AYAT (1) HURUF a


DARI JUMLAH PENGHASILAN BRUTO UTK SETIAP KALI
PEMBAYARAN YG BERSIFAT UTUH & TDK DIPECAH

Lebih Tinggi 20% Jika Tidak BerNPWP 164


MANTAN PEGAWAI, KOMISARIS NON
PEGAWAI TETAP, PENARIKAN DANA
PENSIUN

• Honorarium yg bersifat tidak teratur yg diterima atau diperoleh


Komisaris/dewan pengawas yg bukan pegawai tetap pada
perusahaan yg sama;
• Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yg diterima atau diperoleh oleh mantan
pegawai;
• Penarikan Dapen o/ peserta program pensiun yg berstatus sbg
pegawai dari Dapen yang pendiriannya telah disahkan oleh
MenKeu.
165
PESERTA KEGIATAN

PESERA KEGIATAN:
• Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya;
• Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
• Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
• Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
• Peserta kegiatan lainnya.
166
• Pemotong pajak membuat dan memberikan Bukti
Potong PPh Pasal 21 pada saat melakukan
pemotongan PPh Pasal 2.
TATACARA • Untuk penghasilan pegawai tetap dan PNS, Anggota
PEMOTONGAN, TNI/Polri yang bersifat tetap dan teratur, Bukti Potong
diberikan sekali dalam setahun berupa formulir 1721
PENYETORAN DAN A1 (non PNS/Anggota TNI/POLRI) atau 1721 A2
(PNS/Anggota TNI/POLRI).
PELAPORAN • Pemotong Pajak melakukan penyetoran PPh Pasal 21
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
• Pemotong Pajak melaporkan pemotongan dengan
menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21 paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya.

167
168
OBJEK PPH 21: MACAM-MACAM
PENGHASILAN
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang
pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua,
dan pembayaran lain yang sejenis;
d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan;
e. Imbalan kepada bukan pegawai, seperti: honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan;
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

169
NON OBJEK PPH 21: MACAM-MACAM PENGHASILAN
YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PPh PSL. 21
Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa;
Natura/kenikmatan yang diberikan oleh Wajib Pajak atau oleh pemerintah;
Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran THT atau iuran JHT kepada badan
penyelenggara THT atau badan penyelenggara JAMSOSTEK yang dibayar oleh
pemberi kerja;
Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemberi kerja, termasuk yang
ditanggung oleh pemerintah;
Beasiswa sepanjang memenuhi ketentuan yang disyaratkan oleh Menteri
Keuangan;
Zakat yang diterima orang pribadi dari badan LAZ yang dibentuk & disahkan
pemerintah. Sumbangan Wajib Keagamaan yang diterima oleh OP dari lembaga
keagamaan yang disahkan oleh Pemerintah.

170
PERHITUNGAN PPH PASAL 21: TARIF PAJAK
Pasal 17 huruf a UU PPh No. 36/2008)

Tarif Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
NPWP Non NPWP
sd Rp50.000.000,00 5% 6%

> Rp50.000.000,00 sd Rp250.000.000,00 15% 18%

> Rp250.000.000,00 sd Rp500.000.000,00 25% 30%


> Rp500.000.000,00 30% 36%

Pasal 21 (5a) UU PPh 2008, WPOP yang tidak ber-NPWP dikenai tarif lebih tinggi 20%.

171
PPH PSL 21 BAGI NON NPWP
(Psl. 20 PMK-252/PMK.03/2008)
• Penerima Ph. Non NPWP akan dikenai tarif 20% lebih tinggi
daripada tarif yang ber-NPWP;
PPh 21 Non NPWP= 120% x PPh terutang;
• Hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 tidak final;
• Bagi Pegawai Tetap/pensiunan: PPh 21 yang dipotong dengan
tarif 20% lebih tinggi dapat diperhitungkan dengan PPh 21
terutang untuk bulan selanjutnya setelah ber-NPWP.
• Selain pegawai Tetap: Dalam hal WP yang dikenai pemotongan
PPh 21 dengan tarif lebih tinggi mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP, PPh 21 yang dikenakan dengan tarif lebih
tinggi tsb dapat dikreditkan di SPT PPh WPOP-nya.

172
PPh Pasal 21
Menghitung PPh pasal 21 Pegawai Tetap:

Ahmad Zakaria adalah pegawai tetap PT ABC sejak 1 januari 2018. Ia memperoleh gaji sebulan Rp
6.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00 sebulan. ahmad menikah tetapi belum
mempunyai anak (status K/0). Penghitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp 6.000.000,00
Pengurangan:
•- Biaya jabatan:
5% X Rp 6.000.000,00 Rp 300.000,00
•- Iuran pensiun Rp 100.000,00
Rp 400.000,00 -
Penghasilan neto sebulan Rp 5.600.000,00
Penghasilan neto setahun:
12 X Rp5.600.000,00 Rp 67.200.000,00
PTKP setahun
•- Untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00
•- Tambahan WP kawin Rp 4.500.000,00
Rp 58.500.000,00 -
Penghasilan kena pajak setahun Rp 8.700.000,00
PPh pasal 21 terutang:
5% X Rp 8.700.000,00 Rp 435.000,00
PPh pasal 21 sebulan
Rp 435.000,00 : 12 Rp 36.250,00 173
“Pajak yang dipungut oleh
bendaharawan pemerintah pusat
maupun daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga negara lainya, berkenaan
dengan pembayaran atas
penyerahan barang, dan badan-
badan tertentu, baik badan
pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan
dibidang impor atau kegiatan
usaha dibidang lain”

174
Tarif PPh Pasal 22
A. Atas impor :
1) Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;
2) non-API = 7,5% x nilai impor;
3) yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.

B. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD =
1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final.)

C. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak,
yaitu:
1) Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
2) Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
3) Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
4) Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)

176
D. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar
minyak,gas, dan pelumas adalah bersifat final, selain penyalur/agen bersifat tidak final

E. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul
ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)

F. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API = 0,5% x nilai
impor.

G. Atas penjualan
1) Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,-
2) Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,-
3) Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,-
dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
4) Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp
10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
5) Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport
utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp
5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga
jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.

H. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
177
PPh Pasal 22

Menghitung PPh Pasal 22

Zabila mengimpor mesin cetak dari USA seharga


US$ 700,00 termasuk bea masuk untuk dijual di
Indonesia. Kurs menurut Keputusan Menteri
Keuangan yang berlaku pada waktu pengimporan
tersebut adalah US$ 1= Rp 10.000,00. Hitunglah
PPh pasal 22 atas impor tersebut!
PPh pasal 22= (US$ 700,00 x Rp 10.000,00) x 7,5%
= Rp 525.000,00. 179
“Pajak penghasilan yang dipotong atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh
wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap yang berasal dari modal, penyerahan
jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang telah dipotong pajak penghasilan pasal
21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan
pemerintah atau subjek pajak dalam negeri,
penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap
atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainya”

Penghasilan modal : berupa bunga, dividen, royalti, hadiah, bonus, penghargaan, sewa, dan jasa manajemen
atau jasa konstruksi. Subjek pajak atau penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 23 adalah wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap. 180
Ada dua jenis tarif pph 23:

a. Dividen, kecuali pembagian dividen kepada


orang pribadi dikenakan final

b. Bunga

c. Royalti

d. Hadiah dan penghargaan, selain yang telah


dipotong PPh pasal 21

181
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta khusus angkutan
darat untuk jangka waktu tertentu
berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis
ataupun tidak tertulis

b. Sewa dan penghasilan lain sehubungan


dengan penggunaan harta kecuali sewa
tanah dan/atau bangunan.

c. Jasa teknik, Manajemen dan Konsultan


182
d. Jasa lain:
1) Jasa penilai
2) Jasa aktuaris
3) Jasa akuntansi
4) Jasa perancang (design)
5) Jasa pengeboran di bidang penambangan minyak dan gas bumi, kecuali yang
dilakukan oleh BUT
6) Jasa penunjang dibidang penambangan migas
7) Jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan selain migas
8) Jasa penunjang dibidang penerbangan dan bandar udara
9) Jasa penebangan hutan
10) Jasa pengolahan/ pembuangan limbah
11) Jasa rekruitmen/ penyediaan tenaga kerja
12) Jasa perantara
13) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan KSEI
dan KPEI

183
14) Jasa kustodian/penyimpanan-/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
15) Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
16) Jasa mixing film;
17) Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan;
18) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
19) Jasa perawatan / pemeliharaan / pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
20) Jasa maklon
21) Jasa penyelidikan dan keamanan;
22) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
23) Jasa pengepakan;
24) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media
lain untuk penyampaian informasi;
25) Jasa pembasmian hama;
26) Jasa kebersihan atau cleaning service;
27) Jasa katering atau tata boga.
184
•PPh Pasal 23
Menghitung PPh Pasal 23:
PT. GYA memberikan pekerjaan berupa jasa
teknik kepada PT. GYANTI dengan nilai sebesar
Rp 45.000.000 tidak termasuk PPN. Hitunglah
PPh pasal 23 atas imbalah jasa teknik tersebut!
PPh Pasal 23 = (Rp 45.000.000,00 x 2%) = Rp
900.000,00.
185
“peraturan yang mengatur hak wajib
pajak untuk memanfaatkan kredit
pajak mereka di luar negeri, untuk
mengurangi nilai pajak terhutang
yang dimiliki di Indonesia”
Nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi utang pajak
yang ingin dibayar di Indonesia.

Maksimum PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan =

Penghasilan di LN x PPh Terutang


PKP

186
Ilustrasi ini akan membantu Anda untuk memahaminya

PT Boy Thohir di Indonesia adalah pemegang saham mayoritas atas Newcastle


United di Inggris. Selama tahun 2014, PT Boy Thohir memperoleh keuntungan
sebesar USD 500.000. Ketentuan Pajak Penghasilan yang berlaku di Inggris
adalah 48% dan Pajak Dividen adalah 38%.
Terdapat dua perhitungan yang digunakan di sini: pajak atas dividen dan pajak
atas penghasilan.

Penghitungan pajak atas dividennya adalah sebagai berikut.

Keuntungan Newcastle United USD 500.000.


Pajak Penghasilan (Corporate Income Tax) atas Newcastle United (48%)
USD 240.000 (‐) USD 260.000.
Pajak atas dividen (38%) USD 98.800 (‐) dividen yang dikirim ke Indonesia
adalah sebesar USD 161.200.
187
•PPh Pasal 24
Menghitung PPh Pasal 24:

Tn. Farrel Wijaya dengan status belum menikah, memperoleh Penghasilan Netto Dalam
Negeri Rp 300.000.000 dan memperoleh Penghasilan dari Luar Negeri sebesar Rp
95.000.000 dengan tarif pajak 25%. Hitunglah pasal 24 yang dikreditkan!
PKP = Penghasilan Netto Dalam Negeri + Penghasilan Netto Luar Negeri – PTKP
PKP =(Rp 300.000.000 + Rp 95.000.000) – Rp 54.000.000 = Rp 341.000.000
Pajak Terutang:
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 91.000.000 = Rp 22.750.000 +
Rp 55.250.000
Pajak atas Penghasilan Netto Luar Negeri 25% x Rp 95.000.000 = Rp 23.750.000
Maka Batas maksimum PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah:
Rp 95.000.000 x Rp 55.250.000 = Rp 15.392.228
Rp 341.000.000

188
“Pembayaran Pajak Penghasilan secara
angsuran. Tujuannya adalah untuk
meringankan beban Wajib Pajak,
mengingat pajak yang terutang harus
dilunasi dalam waktu satu tahun.
Adapun tarifnya adalah:
1) Untuk WPOP
a. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan usaha penjualan
barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT =
0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat usaha.

b. Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja bebas atau karyawan,
yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat
(1) huruf a UU PPh (12 bulan).

2) Untuk WP Badan, PPh Pasal 25= PKP x 25% 189


PPh Pasal 25
Cara menghitung PPh Pasal 25:

PT Almond, perusahaan yang baru berdiri terdaftar sebagai wajib pajak


pada awal bulan Juni 2009. Selama bulan Juni penjualan PT Almond
sebesar Rp 100.000.000 dan biaya-biaya yang terjadi adalah sebesar Rp
60.000.000. Hitungla PPh Pasal 25 atas ilustrasi tersebut!
Penjualan Rp 100.000.000
Biaya Rp 60.000.000
Penghasilan Netto sebulan Rp 40.000.000
Penghasilan Netto disetahunkan
(12 x Rp 40.000.000) Rp 480.000.000
PPh terutang
(28% x Rp 480.000.000)= Rp 134.400.000
PPh Pasal 25 sebulan
Rp 134.400.000/12 = Rp 11.200.000
190
“Pajak penghasilan yang dikenakan/
dipotong atas penghasilan yang bersumber
dari indonesia yang diterima atau diperoleh
wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap (BUT) diindonesia”

191
191
192
PPh Pasal 26
Menghitung PPh Pasal 26:

PT. KUSUMAWARDANA membayar bunga


pinjaman kepada Bank Birma sebesar Rp
95.000.000. Berdasarkan transaksi tersebut,
hitunglah PPh pasal 26 yang wajib dipotong!
PPh pasal 26 = Rp 95.000.000 x 20% = Rp
19.000.000
193
Perhitungan PPh Pasal 26 untuk penghasilan yang diterima subyek
pajak luar negeri di Indonesia
Contoh: 1 Suatu badan Subjek Pajak Dalam Negeri membayarkan royalti sebesar Rp
,00.- kepada Wajib Pajak Luar Negeri, maka Subjek Pajak Dalam Negeri tersebut
bekewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan sebesar: 20% x Rp ,00.- = Rp ,00.-
Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri adalah orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih 12 bulan memperoleh gaji, honorarium,
imbalan lainnya sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

Contoh: 2 Sahona adalah pegawai asing yang berada di Indonesia kurang dari 12 bulan,
status kawin mempunyai dua orang anak. Ia memperoleh gaji pada bulan maret 2003
sebesar US$ 2.500,00.- sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp 8.500,00 per US$1,00.-
Penghitungan PPh Pasal 26: Penghasilan bruto berupa gaji sebulan $2.500,00.- x Rp
8.500,00.- = Rp ,00.- Penetapan tarif 20% x Rp , = Rp ,00.- PPh Pasal 26 atas gaji US$ = Rp
,00.- Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi Pajak dari BUT di Indonesia dipotong
pajak sebesar 20%. 194
195
196
“salah satu jenis pajak atas penghasilan
dengan beberapa ketentuan spesifik mulai dari
objek pajak, pemotong pajak sampai subjek
pajak yang bisa dikenakan pajak ”.

( Pemotongan pajak dalam PPh Pasal 4 Ayat 2 bersifat final. Artinya, pajak harus
diselesaikan atau dilunasi dalam masa pajak yang sama)

197
198
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008
TENTANG
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
Pasal 3

199
Pasal 3
Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi
adalah sebagai berikut:

a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.

200
201
PPh Pasal 4 ayat (2)
Menghitung PPh Pasal 4 ayat 2:

PT. Dipta dalam rangka mempromosikan


produk barunya menyelenggarakan undian
dengan hadiah berupa uang tunai senilai Rp
100.000.000.
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT. Dipta
adalah:
25% x Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000
202
203
204
205
206
SUMATERA KALIMANTAN

IRIAN JAYA

JAVA

Anda mungkin juga menyukai