Anda di halaman 1dari 97

PENGANGGARAN 2

BAGIAN 1
PENYUSUNAN ANGGARAN KEUANGAN
· BAB 1 PENYUSUNAN ANGGARAN PERSEDIAAN
· BAB 2 PENYUSUNAN ANGGARAN PIUTANG
· BAB 3 PENYUSUNAN ANGGARAN KAS
· BAB 4 PENYUSUNAN ANGGARAN UTANG DAN
MODAL
BAGIAN 2
PENYUSUNAN ANGGARAN KOMPREHENSIF
· BAB 5 PENYUSUNAN ANGGARAN JANGKA PANJANG
· BAB 6 PENYUSUNAN ANGGARAN JANGKA PENDEK

BAGIAN 3
PENYUSUNAN ANGGARAN TETAP DAN
VARIABEL
· BAB 7 PENYUSUNAN ANGGARAN KONVENSIONAL
· BAB 8 PENYUSUNAN ANGGARAN BERDASARKAN
AKTIVITAS
· BAB 9 PENYUSUNAN ANGGARAN PERUSAHAAN
DAGANG
· BAB 10 PENYUSUNAN ANGGARAN PERUSAHAAN
JASA

REFERENSI UTAMA : PENGANGGARAN PERUSAHAAN ,


M. NAFARIN , EDISI 3
BAB 1
PENYUSUNAN ANGGARAN PERSEDIAAN
• Definisi :
• Sediaan ( Inventory ) adalah barang yang diperoleh dan
tersedia dengan maksud untuk dijual atau dipakai dalam
produksi untuk keperluan memproduksi dalam siklus
kegiatan yang normal.
• Perusahaan Manufaktur, persediaannya berbentuk : produk
jadi, produk dalam proses, bahan baku, bahan
penolong/pembantu
• Perusahaan dagang, persediannya berbentuk produk jadi
yang siap jual
• Persediaan barang jadi atau produk jadi termasuk dalam
kelompok asset lancar
• Faktor yang Mempengaruhi Sediaan
• Persediaan Produk Jadi
• Besar kecilnya persediaan produk jadi minimal dipengaruhi oleh :
Sifat penyesuaian jadwal produksi dengan pesanan ekstra
Sifat persaingan industry dan
Hubungan antara biaya penyimpanan di gudang ( Carrying cost ) dengan
biaya kehabisan sediaan ( stockout cost )
• Biaya Penyimpanan di Gudang adalah biaya yang berubah sesuai dengan
besarnya persediaan.
• Penentuan jumlah biaya penyimpanan di Gudang di dasarkan pada rata-
rata persediaan dan dinyatakan dalam bentuk persentase
• Yang termasuk Biaya Penyimpanan di Gudang adalah : Biaya sewa
Gudang, biaya pemeliharaan persediaan, biaya assuransi persediaan, dll.
• Contoh :
• Biaya penyimpanan produk jadi di Gudang sebesar Rp. 4.000.
Persediaan awal produk jadi sebesar Rp. 15.000 dan persediaan akhir
produk jadi sebesar Rp. 5.000
• Maka besarnya biaya penyimpanan produk jadi di Gudang adalah :

Rp.4000
= 40%
( Rp.15.000 + Rp.5.000 ) / 2
A. Manajemen persediaan adalah bagian dari perusahaan yang
berfungsi untuk mengatur persediaan barang yang dimiliki.
Mulai dari cara memperoleh persediaan, penyimpanannya,
sampai persediaan tersebut dimanfaatkan atau dikeluarkan.
B. Tujuan manajemen persediaan
• adalah untuk menyediakan jumlah material yang tepat, lead
time yang tepat, dan biaya rendah.
• Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya operasi atas
sistem persediaan.
• Biaya persediaan didasarkan parameter ekonomis yang
relevan dengan jenis biaya, menurut Yamit (2005:9) adalah
sebagai berikut:
a) Biaya pembelian (purchase cost)
• Biaya pembelian adalah harga per unit apabila item
dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit
apabila diproduksi dalam perusahaan.
b) Biaya pemesanan (order cost/setup cost)
• Biaya pemesanan adalah biaya yang berasal dari
pembelian pesanan dari suplier atau biaya persiapan
(setup cost) apabila item diproduksi di dalam
perusahaan.
c) Biaya simpan (carrying cost/holding cost)
• Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi
dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi
sarana fisik untuk menyimpan persediaan.
d) Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
• Biaya kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomis
atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan.
• Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen
tidak dapat dipenuhi.
• Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila
departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen
yang lain.
C. Fungsi Manajemen Persediaan
•Terdapat beberapa fungsi manajemen persediaan bagi perusahaan, antara lain:
1.Memastikan persediaan tersedia (safety stock)
2.Mengurangi risiko keterlambatan dalam pengiriman persediaan
3.Mengurangi risiko harga yang fluktuatif
4.Memperoleh diskon dari pemesanan dalam jumlah yang banyak
5.Menyesuaikan pembelian dengan jadwal produksi
6.Mengantisipasi perubahan yang terjadi pada penawaran maupun permintaan
7.Mengantisipasi permintaan mendadak
8.Menjaga jumlah persediaan yang hanya tersedia musiman, sehingga ketika bahan
sedang tidak musim, perusahaan masih memiliki persediaan barang tersebut.
9.Mengawasi pesanan persediaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, bisa
dikembalikan ke supplier bila tidak cocok.
10.Menjaga komitmen terhadap customer agar barang bisa diproduksi dengan waktu
dan kualitas yang diminta
11.Menentukan kuantitas persediaan yang harus di simpan untuk berjaga jaga
BIAYA PERSEDIAAN
• Umumnya, biaya persediaan dikelompokkan
menjadi 4 kategori, yaitu:
1.Biaya pemesanan (order cost)
2.Biaya penyimpanan (carrying cost)
3.Biaya persiapan (set up cost)
4.Biaya kekurangan/ kehabisan persediaan (Shortage
Cost /Stockout Cost)
1. BIAYA PEMESANAN ( ORDER COST )

• Biaya pemesanan adalah biaya yang berkaitan dengan kegiatan


pemesanan barang (persediaan).
• Biaya ini meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan mulai dari pertama kali
order (penempatan pemesanan) hingga barang yang dipesan tersebut
tersedia digudang.
• Beberapa contoh biaya pemesanan diantaranya adalah :
• 1.a. Biaya Komunikasi
• Biaya yang muncul karena dibutuhkannya komunikasi selama pemesanan barang
berlangsung. Seperti:
 Biaya telepon
 Biaya fax
 Biaya materai dan surat menyurat (ada biaya kirim surat), dan
 Biaya fee/komisi (bila komunikasi dilakukan oleh pihak ketiga)
• 1.b. Biaya Pengiriman
• Biaya pengiriman adalah biaya pengangkutan barang dari tempat supplier hingga
barang tersebut sampai kegudang pembeli. Yang termasuk biaya pengiriman antara
lain:
 Biaya transportasi atau ekspedisi
 Biaya bongkar muat
 Asuransi pengiriman
• Tetapi terkadang diberbagai kasus. Ada supplier menanggung biaya pengiriman.
• 1.c. Biaya Pengepakan (Packing)
• Pengepakan barang bertujuan supaya barang diterima dengan utuh dan meminimalisir
terjadinya cacat pada barang.
• Contohnya. Apabila barang bervolume besar, pecah belah dan jumlahnya banyak, maka biaya
packing ini bahkan bisa mencapai 5 persen harga barang.
• Misalnya gerabah atau mebel yang gampang tergores, proses packingnya bisa berlapis lapis,
mulai dari diikat tali, packing karton, plastik wrap, kemudian dimasukkan kedalam kardus
bahkan hingga dipacking kayu keliling.
• 1.d. Biaya Pemprosesan Pemesanan
• Ada kalanya perusahaan yang memesan barang khsusunya barang yang membutuhkan detail
dan kualitas tinggi seperti produk furniture jati atau rotan.
• Pembeli biasanya mengutus orang untuk mengunjungi workshop tempat supplier melakukan
produksinya.
• 1.e. Biaya Pemeriksaan Penerimaan (biaya inspeksi)
• Sebelum penerima barang menandatangi surat penerimaan barang, penerima harus
memeriksa dahulu barang tersebut apakah sudah sesuai dengan standar dan kualitas yang
sudah ditentukan.
• Misalnya pembelian telur yang jumlahnya sangat banyak. Pembelian seperti ini memerlukan
orang yang banyak untuk memeriksa telur telur tersebut agar tidak ada telur tidak layak
yang diterima.
2. BIAYA PENYIMPANAN (CARRYING COSTS/HOLDING COST)

• Biaya penyimpanan adalah biaya yang muncul dan dikeluarkan untuk


menyimpan barang atau material (bahan baku) yang telah dipesan
sebelumnya.
Biaya penyimanan ini bisa berubah sesuai dengan nilai persediaan yang
disimpan. Contoh biaya penyimpanan antara lain:
• 2.a. Biaya Fasilitas Penyimpanan
• Biaya fasilitas penyimpanan adalah semua biaya yang timbul akibat fasilitas
yang diperlukan untuk menyimpan persediaan barang.
• Contoh biaya fasilitas penyimpanan seperti:
 Biaya sewa gudang (jika menyewa dan tidak punya gudang sendiri)
 Biaya penerangan
 Biaya pengatur suhu udara dan kelembaban agar barang tetap awet
seperti untuk penyimpanan buah dan sayur, daging atau bahan makanan
lain yang memerlukan pengaturan suhu yang khusus.
• 2.b. Biaya Asuransi
• Biaya asuransi adalah biaya untuk meminimalisir risiko terhadap hal hal yang tidak
diinginkan seperti adanya kebakaran, banjir, runtuh karena gempa atau kondisi force majoer
lain yang bisa terjadi pada persediaan yang disimpan.
• 2.c. Biaya Keamanan
• Terkadang, asuransi tidak menjamin terhadap kerugian akibat gagalnya keamanan dalam
menjaga persediaan perusahaan seperti pencurian, perampokan maupun perusakan.
• Untuk mencegahnya, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah biaya seperti biaya cctv, gaji
satpam, pembangunan pagar atau biaya yang lain yang masih bertujuan untuk
mengamankan persediaan.
• 2.d. Biaya Keusangan
• Ketika penjualan perusahaan mengalalami penurunan dan menyebabkan perputaran
persediaan sangat lambat maka persediaan barang yang disimpan terlalu lama menjadi
usang atau berkurang nilainya.
• Contohnya pakaian, persediaan pakaian yang masih bertahan selama beberapa bulan bisa
menjadi usang karena trend pakaian yang berubah. Pakaian yang dianggap sudah tidak
"ngetrend" lagi atau modelnya sudah usang dan menjadi lebih sulit untuk dijual kembali.
• Atau produk teknologi seperti smartphone. Setiap bulan produk baru yang lebih canggih
dengan fitur yang lebih lengkap membuat stok lama menjadi usang atau ketinggalan
"jaman" sehingga semakin sulit untuk dijual kembali.
• 2.e Biaya Penyusutan Persediaan
• Bukan hanya aktiva tetap, penyusutan juga bisa terjadi pada persediaan perusahaan.
• Contohnya buah, semakin lama buah disimpan semakin menyusut beratnya (perkg/pergram).
• Contoh lain, penyusutan rumah bagi developer.
• Bagi developer yang bisnisnya adalah menjual rumah, rumah merupakan persediaan.
• Untuk rumah yg lama belum terjual ,fisik bangunan rumah tersebut pasti mengalami penyusutan.
• Apakah itu cat, kusen, pintu atau ornamen yang lain. Pada akhirnya developer harus mengeluarkan
biaya untuk perbaikan rumah.
• 2.f. Biaya Penurunan Harga
• Biaya penurunan harga biasanya terjadi karena harga barang yang tidak stabil (fluktuatif).
• Misalnya beras, saat beras dibeli harganya sebesar Rp 12.000 per kg. Kemudian, beras tersebut
disimpan dalam gudang untuk beberapa waktu karena belum terjual atau memang sengaja
disimpan tidak dijual. Namun ketika terjual ternyata harga pasar beras mengalami penurunan dan
beras tersebut hanya dihargai sebesar Rp 11.500 per kg
• 2.g. Biaya Perhitungan Fisik dan Konsiliasi Laporan
• Hanya untuk menghitung stok persediaan secara fisik ternyata membutuhkan biaya yang tidak
sedikit.
• Jika persediaan hanya sebanyak 1 gudang ukuran kecil mungkin tidak akan membutuhkan biaya
penghitungan (upah) yang besar. Namun apabila jumlah persediaan barangnya hingga puluhan
gudang dengan ukuran gudang yang sangat luas, tentu semakin banyak orang yang diperlukan.
semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan.
• 2.h. Biaya Penanganan Persediaan
• Setiap jenis persediaan tentu memerlukan penanganan yang berbeda. Biaya akan semakin
mahal apabila penanganan persediaan tersebut semakin sulit seperti barang pecah belah
(fragile) atau barang yang cepat busuk seperti buah dan makanan basah.

2.i. Biaya Pelaksana Gudang


• Biaya ini cukup jelas, bahwa gudang harus ada yang jaga. Harus ada personel yang mengawasi
dan mengatur alur dari barang yang keluar masuk gudang. Ada mandornya. dan ada anak
buanya.
• 2.j. Biaya Kerusakan Barang
• Kerusakan barang bisa terjadi kapan saja ketika barang disimpan digudang. Kerusakan bisa
terjadi karena kesalahan pengangkatan, penumpukan, atau sebab yang lain.
• 2.k. Biaya Modal (Cost of Capital)
• Biaya modal adalah biaya yang dihitung sebesar kesempatan atau peluang yang hilang apabila
dana yang digunakan untuk persediaan digunakan untuk kegiatan (investasi) lain yang lebih
menguntungkan.
Biasanya, persediaan yang disimpan karena adanya kelebihan produksi akan disimpan didalam
gudang. Jika saja perusahaan membeli persediaan sesuai dengan kebutuhan (membeli lebih
sedikit) maka tidak ada persediaan yang disimpan beserta biaya penyimpanannya.
Uang yang digunakan untuk membeli persediaan dan biaya penyimpanan tersebut seharusnya
bisa digunakan untuk hal lain yang lebih menguntungkan.
3. BIAYA PERSIAPAN ( SET UP COST )

• Biaya persiapan (set up cost) muncul apabila


perusahaan memproduksi sendiri barang atau
material persediaan yang dibutuhkan.

Contoh biaya set up cost diantaranya:


Biaya mesin yang tidak bekerja
Biaya persiapan tenaga kerja langsung
Biaya surat menyurat
Biaya persiapan peralatan dan perlengkapan
Biaya penjadwalan
4. BIAYA KEKURANGAN /KEHABISAN PERSEDIAAN
( SHORTAGE COST/ STOCKOUT COST )
• Biaya kekurangan atau kehabisan persediaan adalah biaya yang muncul karena
bahan persediaan tidak tersedia saat dibutuhkan.
• Misalnya perusahaan menerima pesanan namun ketika pesanan hendak
diproduksi, ternyata tidak ada bahan baku yang tersedia sehingga perusahaan
tidak bisa memenuhi permintaan pesanan tersebut.
• Beberapa biaya (peluang) yang timbul akibat kekurangan persediaan diantaranya:
• 4.a. Kehilangan Penjualan
• Penjualan yang sudah "deal" bisa batal karena perusahaan tidak mampu
memenuhinya.
• Ada peluang yang hilang dan ini adalah salah satu bentuk kerugian akibat
kesalahan manajemen persediaan.
• 4.b Kehilangan Pelanggan
• Bukan hanya kehilangan penjualan, pelanggan pun bisa kabur dan pindah
keperusahaan lain akibat kekecewaan dan tidak bisa ditangani.
• 4.c. Biaya Pemesanan Khusus
• Terkadang, untuk menjaga kepuasan pelanggan, perusahaan akan tetap memaksa memproduksi
pesanan walaupun persediaan bahan baku kurang atau habis.
• Ada beberapa opsi yang dipakai perusahaan agar bisa tetap menghasilkan produk.
• Pertama, perusahaan men-sub-kan pekerjaan ke perusahaan afiliasi sejenis.
• Dengan "mengoper" pekerjaan ini, ada risiko ketidaksamaan kualitas produk dan harga yang
lebih tinggi daripada jika barang produksi sendiri.
• Kedua, perusahaan membeli bahan baku secara mendadak dengan harga yang lebih tinggi. Bisa
ke supplier tetap atau pun kesuplier lain yang lebih tinggi harga bahan bakunya dengan
pengiriman yang cepat (tentu menambah biaya lagi)

• 5.d. Biaya Pengiriman Khusus


• Biasanya, perusahaan yang bahan bakunya kurang dan harus menunggu bahan baku yang baru,
kemungkinan mengalami keterlambatan dalam produksi.
• Agar barang tidak datang terlambat ketempat konsumen, ada kalanya perusahaan harus
memakai ekspedisi pengiriman khusus yang cepat. Bisa berupa pesawat, trucking, kapal atau
moda apapun yang cepat dan biayanya lebih besar daripada pengiriman standar.
• Kenaikan biaya pengiriman ini bisa merugikan atau paling tidak mengurangi pendapatan
perusahaan.
• 4.d. Produksi Terganggu
• Kekurangan bahan baku juga bisa menggangu produksi.
• Ketika bahan baku kurang, produksi ditunda sampai bahan baku yang
baru datang kembali.
• Namun waktu untuk menunggu bahan baku yang baru ini memakan
banyak waktu dan membuat deadline waktu produksi semakin sedikit.
• Ketika bahan baku sudah lengkap, kemungkinan toleransi waktu
semakin sedikit dan pengerjaan barang diproduksi secara tergesa-gesa.
• 4.e. Gangguan Jadwal Produksi
• Ada biaya peluang yang hilang apabila produksi tidak bisa berjalan pada
jadwal yang sudah direncanakan karena kekurangan bahan
• Jadwal yang berubah ini mengakibatkan produksi item atau barang
lainnya ikut terganggu. Hal ini bisa berpengaruh terhadap output yang
dihasilkan, kualitas barang dan juga biaya membengkak.
PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN
• Besar kecilnya persediaan barang dagangan di pengaruhi oleh :
a. Sifat persaingan dagang
• Apabila perusahaan bersaing dalam pelayanan yang cepat untuk
melayani pesanan maka diperlukan persediaan minimal barang dagangan
yang besar
b. Hubungan antara biaya penyimpanan digudang dengan kehabisan
persediaan
• Apabila biaya penyimpanan di Gudang lebih kecil daripada biaya
kehabisan, maka diperlukan persediaan yang besar
c. Ketersediaan barang di penyalur
• Apabila barang dagangan di tingkat penyalur selalu tersedia, maka tidak
diperlukan persediaan yang besar.
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
• Menurut Kasmir (2013: 267) dalam
praktiknya paling tidak terdapat tiga
jenis persediaan, khususnya untuk
perusahaan manufaktur, yaitu:
• (1) Bahan baku.
• (2) Barang dalam proses (barang ½
jadi).
• (3) Barang jadi.
PERSEDIAAN BAHAN BAKU
• Persediaan bahan baku dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain :
1. Anggaran Produk
2. Harga Beli bahan baku
3. Biaya penyimpanan bahan baku di Gudang ( Carrying cost ) dalam
hubungannya dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat dari
kehabisan persediaan ( Stockout cost )
4. Ketepatan kuantitas standar bahan baku yang dipakai
5. Ketepatan Leveransir ( penjual bahan baku ) dalam menyerahkan bahan
baku yang dipesan, dan
6. Jumlah bahan baku setiap kali pemesanan.
• Besarnya Pembelian Bahan baku baku untuk setiap kali pemesanan untuk
mendapatkan biaya pembelian minimal dapat di tentukan dengan
Kuantitas Pesanan Ekonomis ( Economic Order Quantity ) dan saat
pemesanan kembali ( Reorder Point )
PENDEKATAN METODE MANAJEMEN PERSEDIAAN

• Dalam mengelola persediaan, manajemen bisa


menggunakan salah satu dari beberapa metode
yang sering digunakan dibawah ini :
• Metode EOQ (economic order quantity)
• Metode MRP (material Requirement planning)
• Metode JIT (just in time)
• Metode analisa ABC
• Metode EOQ bisa dikatakan metode pemesanan yang paling optimal dan
ekonomis karena jumlah yang dipesan bisa memenuhi kebutuhan dengan
mengeluarkan biaya yang paling rendah.
• Namun Metode EOQ berlaku hanya jika:
1. Biaya pemesanan jumlahnya selalu sama
2. Item barang yang dipesan tidak tergantung pada barang lain (independen)
3. Pesanan telah diterima dengan pasti
4. Jumlah kebutuhan bahan baku sudah bisa ditentukan dan pasti
5. Biaya pemeliharaan persediaan per unit sama
6. Harga barang tidak berubah (konstan)
7. Ketersedaiaan barang tidak terbatas
8. Barang tidak cepat rusak
9. Jumlah kebutuhan stabil
TOTAL INVENTORY COST ( TIC )
• Dari keempat jenis biaya persediaan tersebut di atas, yang digunakan dalam
perhitungan biaya persediaan (Total Inventory Cost / TIC) adalah Ordering Cost
(Co) dan Holding Cost (Ch)
• TIC secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

• dimana
• TIC : Total Inventory Cost
• Q/2 : persediaan rata-rata
• R/Q : frekuensi pemesanan
• Ch : biaya penyimpanan per unit barang per satu satuan waktu
• Co : biaya pemesanan setiap kali pesan
• TIC minimum akan terjadi pada tingkat jumlah pembelian yang paling
ekonomis atau disebut Economic Order Quantity.
• Sedang untuk menghitung Total Biaya Anual (TAC( sering juga disingkat TC
adalah sebagai berikut:

• Dimana
D = R = Kebutuhan satu tahun
C = P = Harga perolehan barang
S= Cs = Co = Biaya Pesan per pesanan
H = Ch = Biaya Simpan per uni
• Biaya simpan per unit barang per satu satuan waktu memiliki
hubungan yang positif terhadap jumlah barang yang dipesan.
• Artinya, semakin banyak barang yang dipesan dalam setiap kali pesan,
semakin banyak barang yang disimpan, semakin besar pula biaya
simpan yang ditanggung.
• Sebaliknya biaya pemesanan setiap kali pesan memiliki hubungan yang
negatif terhadap jumlah barang yang dipesan.
• Artinya, semakin banyak barang yang dipesan dalam setiap kali pesan,
semakin kecil frekuensi pembelian, semakin rendah pula biaya
pemesanan yang harus ditanggung perusahaan.
• Dengan kata lain bahwa biaya pesan memiliki hubungan yang positif
terhadap frekuensi pemesanan.
ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ )
• EOQ adalah volume pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan
pada setiap kali pembelian. Secara matemastis dinyatakan sebagai
berikut:

• dimana
• R : kebutuhan bahan mentah satu tahun
Co : Ordering Cost setiap kali pesan
Ch : Holding Cost per unit per satu satuan waktu
• Model EOQ di atas dikembangkan dengan asumsi:
 Hanya ada satu jenis/item persediaan yang hendak direview.
 Seluruh jumlah bahan mentah yang dipesan datang pada satu titik
waktu tertentu.
 Permintaan akan bahan bersifat konstan atau mendekati tingkat
konstan.
 Lead time konstan.
 Holding cost didasarkan pada rata-rata persediaan
 Ordering atau setup cost konstan
 Tidak terjadi kehabisan bahan.
 Tidak ada pengembalian barang yang sudah dipesan
• Contoh 01
• Menghitung EOQ dan TIC
Misalnya kebutuhan bahan untuk satu tahun sebesar 24.000 unit,
biaya simpan 18% dari nilai persediaan,
dan biaya pesan setiap kali pemesanan Rp.38,00.
Harga barang per unit Rp.12,00.

Diminta menghitung jumlah pembelian yang paling ekonomis setiap kali


pembelian/ pemesanan.
PENYELESA IAN :

EOQ = 2(24.000)(Rp.38 )
0.18 x Rp.12

= 1,824,000
2.16

= 844,444.44

= 918.9365835
= 919 unit
1 24000
TIC = ( 919 ) ( 2.16 ) + Rp.38 EOQ
2 919

= 992.52 + 26.115 x Rp.38


= 992.52 + 992.37
= Rp1,984.89
REORDER POINT (SAAT PEMESANAN KEMBALI)
• Dengan menggunakan model EOQ, kita dapat mengetahui berapa
banyak yang harus dipesan dalam setiap kali pemesanan,
• pertanyaan kapan dilakukan pemesanan kembali ?
• Untuk sistem persediaan yang menggunakan asumsi bahwa tingkat
kebutuhan yang konstan dan lead time yang tetap, maka saat
pemesanan kembali (Re-Order Point) sama dengan kebutuhan selama
lead time.
• Secara matematik dinyatakan sebagai berikut:
• ROP = d x lt
• ROP : Reorder Point
d : Kebutuhan per hari
lt : lead time
• Kebutuhan Bahan Baku selama setahun 24.000 unit, dengan
mengandaikan perusahaan beroperasi 250 hari setahun, Apabila
pengantaran bahan dari saat pesan hingga barang datang dan siap
digunakan memerlukan waktu 3 hari atau lead time ( lt ) adalah 3 hari
• maka dapat dihitung kebutuhan per hari ( d ) yaitu sebanyak
(24.000/250 = 96 ).,
• Maka ROP = d x lt = 96 x 3 = 288 unit atau
• kebutuhan bahan selama lead time, yakni sebesar 288 unit
• Bila diasumsikan bahwa kebutuhan bersifat konstan dan lead time tetap,
maka saat pemesanan kembali (ROP) dilakukan pada waktu persediaan
di gudang berada pada tingkat 288 unit.
CYCLE TIME
• Setelah ROP diketahui, maka dapat dihitung jarak waktu antara satu
pemesanan dengan pemesanan berikutnya atau yang disebut cycle time.
Secara matematik, perhitungan Cycle Time adalah sebagai berikut:

• Keterangan:
T : Cycle Time
Q* : EOQ
R : Kebutuhan bahan selama satu tahun
N : jumlah hari operasi dalam satu tahun
• Dengan melanjutkan contoh di atas, di ketahui
bahwa kebutuhan bahan baku setahun 24.000 unit,
EOQ = 919 unit dan jumlah hari operasi 250 hari
setahun,
• maka dapat dihitung Cycle Time, yaitu :
• T = N.Q*/ R
• T = 250 x 919 / 24.000
• T = 9,6 hari
• Artinya, bahwa pemesanan dilakukan setiap 9,6
hari sekali.
CONTOH KASUS DISCOUNT DALAM MENGHITUNG EOQ

• Diketahui :
• D= R = 10.000 unit (permintaan/kebutuhan tahunan)
• Co / Biaya pemesanan = Rp.20,- per pesan
• H= Ch / Biaya penyimpanan = 20% dari harga per unit
• C=P = harga per unit tergantung besarnya pemesanan; yaitu apabila :
1. pesan di bawah 499 unit harga per unit =Rp.5,00;
2. pesan antara 500 sampai 999 unit, harga per unitnya Rp.4,50,
3. sedang bila pesan di atas 1.000, harga per unitnya Rp. 3,90.
• Berapa jumlah yang harus dipesan ?
PENYELESA IAN : L ANGK AH 1 : MENCARI EOQ MASING -MASING K ATEGORI HARGA

1. pesan di bawah 499 unit harga per unit = Rp.5,00;

= 2(10.000)(Rp.20 )
0.20 x Rp.5

= 400,000
1

= 400,000.00

= 632 Unit

Untuk pemesan di bawah 499 unit dengan harga per unit Rp. 5,- adalah TIDAK
FEASIBLE, karena jumlah pesanan Ekonomisnya ( EOQ ) nya adalah sebesar 632 Unit
PENYELESA IAN :

2. pesan antara 500 sampai 999 unit, harga per unitnya Rp.4,50

= 2(10.000)(Rp.20 )
0.20 x Rp.4.5

= 400,000
0.9

= 444,444.44

= 667 Unit

Untuk pemesan antara 500 unit s/d 999 unit, harga per unit Rp. 4,5,- adalah FEASIBLE,
karena jumlah pesanan Ekonomisnya ( EOQ ) nya adalah sebesar 667 Unit
PENYELESA IAN : 3. Pesan di atas 1.000, harga per unitnya 3,90.

= 2(10.000)(Rp.20 )
0.20 x Rp.3,9

= 400,000
0.78

= 512,820.51

= 716 Unit

• Untuk pemesan di atas 1.000 unit, harga Rp. 3,9,- adalah TIDAK
FEASIBLE, karena jumlah pesanan Ekonomisnya ( EOQ ) nya adalah
sebesar 716 Unit, akan tetapi Jika pesanan kurang dari atau sama
dengan 1.000 unit dg harga Rp.3,9,- adalah FEASIBLE
• Untuk P= Rp.5,- maka EOQ-nya = 632, tidak feasible,
• untuk P=Rp.4,5 maka EOQ-nya = 667, feasible
• untuk P=Rp.3,9, maka EOQ-nya = 716, tidak feasible
• Untuk P=Rp.3,9, Q ≤ 1.000, feasible
L ANGKAH 2 : DARI YANG FEASIBLE, DIHITUNG TC ATAU TAC-NYA

1. Untuk EOQ = 667 unit, harga Rp.4.5,- pemesan antara 500 unit s/d 999 unit

10,000 667
TC = ( 10.000 x 4.5 ) + x 20 + x ( 0,20 x 4,5 )
667 2
= 45,000 + 299.85 + 300.15
= 45,600

2. Untuk EOQ = 716 unit, harga Rp.3.9, Q ≤ 1.000

10,000 716
TC = ( 10.000 x 4.5 ) + x 20 + x ( 0,20 x 3,9 )
716 2
= 39,000 + 279.33 + 279.24
= 39,559

Untuk C=P=Rp.3,9,- Q ≤ 1.000, feasible dengan TC=Rp39.559 dan ini merupakan


solusi optimal.
KUANTITAS PESANAN EKONOMIS ( EOQ )
• Menurut Nafarin ( 2009 : 256 ) Kuantitas Pesanan Ekonomis ( economic
order quantity-EOQ ) adalah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan
biaya yang minimal atau sering dikatakan jumlah belian yang optimal.
• Perhitungan Kuantitas pesanan ekonomis dapat dirumuskan sebagai berikut
:
2 x KSt x S
KPE =
HSt x I
• Dimana :
• KSt : Kuantitas standar Bahan baku dipakai selama periode tertentu
• S : Biaya Pemesanan setiap kali pesan ( ordering cost )
• HSt : Harga standar bahan baku per unit
• I : Biaya penyimpanan bahan di Gudang yang dinyatakan dalam persentase dari
nilai persediaan rata-rata dalam satuan mata uang yang disebut dengan carrying
cost
• HSt x I : biaya penyimpanan per unit
• Biaya Penyimpanan ( Carrying cost ) disebut juga dengan storage cost atau
holding cost, meliputi : Biaya tempat menyimpan, biaya pemeliharaan bahan, biaya
kemungkinan bahan rusak dan hilang, biaya assuransi, biaya modal yang
diinvestasikan, biaya pajak, biaya menghitung dan menimbang bahan, dll.
• Biaya pemesanan ( procurement cost ) disebut juga dengan ordering cost
atau set up cost , meliputi : persiapan memesan bahan, biaya pengiriman untuk
memesan bahan, biaya penerimaan barang yang dipesan, biaya pembayaran
bahan yang dipesan.
• Pembelian berdasarkan KPE dapat dibenarkan bila syarat berikut terpenuhi :
• Bahan tidak mudah rusak dan pengiriman bahan tidak terlambat
• Biaya pemesanan dan penyimpanan per unit constant
• Kebutuhan bahan relative stabil sepanjang tahun ( periode )
• Harga beli bahan per unit constant sepanjang periode
• Setiap saat bahan diperlukan selalu tersedia di pasar
• Bahan yang dipesan tidak terkait dengan bahan yang lain, terkecuali bahan
tersebut ikut diperhitungkan tersendiri dalam KPE
CONTOH :
• Kuantitas standar bahan baku untuk membuat kecap berupa kedelai selama
tahun 2016 adalah sebanyak 364 ons ( KSt ). Harga Bahan baku per ons
sebesar Rp. 160,-( HSt ). Biaya Pesan setiap kali pesan Rp. 728 ,- ( S ). Biaya
penyimpanan bahan baku di Gudang 40% ( I ), hitunglah KPE ?
• Penyelesaian :
KPE = 2 x 364 x 728
160 x 0.40

= 529,984
64

= 8,281.00

= 91 Unit

• Berarti pembelian yang paling ekonomis untuk setiap kali pesan adalah
sebanyak 91 0ns.
• Karena dalam satu tahun kebutuhan kedelai adalah 364 ons, maka dalam
setahun dilakukan 4 kali pemesanan ( 364 : 91 ).
• Kebutuhan kedelai sebanyak 364 ons dapat saja dilakukan dengan
beberapa alternative:
1. 2 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 182 ons
2. 4 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 91 ons
3. 7 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 52 ons
• Akan tetapi dari ketiga alternative tersebut yang paling ekonomis
adalah bila dilakukan 4 kali pesan, pembuktian :
• Alternatif 1 : 2 kali pesan
• Nilai rata-rata persediaan = ( 182 ons x Rp.160 ) : 2 = Rp. 14.560
• Biaya-biaya
• Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp. 14.560 = Rp. 5.824
• Biaya pesan setahun = 2 x Rp. 728 = Rp. 1.456
• Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp.160 = Rp.58.240 +
• Jumlah biaya setahun = Rp.65,520
• Alternatif 2 : 4 kali pesan
• Nilai rata-rata persediaan = ( 91 ons x Rp.160 ) : 2 = Rp. 2.730
• Biaya-biaya
• Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp. 2.730 = Rp. 1.092
• Biaya pesan setahun = 4 x Rp. 728 = Rp. 2.912
• Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp.160 = Rp.58.240 +
• Jumlah biaya setahun = Rp.62.244
• Alternatif 3 : 7 kali pesan
• Nilai rata-rata persediaan = ( 52 ons x Rp.160 ) : 2 = Rp. 4.160
• Biaya-biaya
• Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp. 4.160 = Rp. 1.644
• Biaya pesan setahun = 7 x Rp. 728 = Rp. 5.096
• Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp.160 = Rp.58.240 +
• Jumlah biaya setahun = Rp.65.000
• Seandainya perusahaan pemasok memberikan potongan harga 10% untuk
setiap kali pesan sebanyak 182 ons, apakah tawaran tersebut disetujui ?
• Penyelesaian :
• Nilai rata-rata persediaan = ( 182 ons x Rp.160 x 90% ) : 2 = Rp. 13.104
• Biaya-biaya
• Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp. 13.104 = Rp. 5.242
• Biaya pesan setahun = 2 x Rp. 728 = Rp. 1.456
• Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp.160 x90% = Rp.52.416 +
• Jumlah biaya setahun = Rp.59.114
• Dengan pemberian potongan harga sebesar 10% oleh pemasok, jumlah
biaya untuk 2 kali pesan menjadi sebesar Rp. 59.114,- lebih rendah bila
dibandingkan dengan biaya untuk 4 kali pesan setahun yaitu sebesar Rp.
62.244, maka tawaran pemberian potongan harga tersebut dapat di
setujui.
REORDER POINT DAN SAFETY STOCK
• Reorder point ( saat pemesanan kembali ) adalah saat memesan
kembali bahan yang diperlukan.
• Safety stock adalah sediaan inti dari bahan yang harus di pertahankan
untuk menjamin kelangsungan usaha.
• Persediaan keamanan tidak boleh digunakan kecuali dalam keadaan
darurat, seperti bencana alam, alat angkut bahan rusak, bahan dipasar
dalam keadaan kosong, dll. Oleh karena itu safety stock termasuk
kelompok asset lancer.
• Contoh :
• Keperluan bahan baku selama setahun sebanyak 364 Kg dan keperluan
bahan baku per minggu 7 Kg ( setahun 52 minggu ). Lead Time ( waktu
tenggang ) 4 minggu. Harga bahan baku per kg Rp. 160,- dan biaya
pemesanan setiap kali pesan Rp. 728,- Persediaan bahan baku yang ada
digudang sebanyak 40 Kg, dan biaya penyimpanan 40%. Safety stock di
tetapkan 50% dari penggunaan selama lead time.
PENYELESAIAN :
• Pemakaian BB selama lead time = 4 Minggu x 7 Kg = 28 Kg
• Safety stock = 50% x 28 Kg = 14 Kg
• Reorder Point = 28 Kg + 14 Kg = 42 Kg

KPE = 2 x 364 x 728


160 x 0.40

= 529,984
64

= 8,281.00

= 91 Kg

• Artinya bahwa pesanan sebanyak 91 Kg dilakukan pada saat persediaan


BB di Gudang tersisa sebanyak 42 Kg.
• Persediaan maksimum = Safety stock + KPE
• = 14 Kg + 91 Kg = 105 Kg.
• Persediaan rata-rata termasuk safety stock adalah :
• ( KPE : 2 ) + Safety stock = ( 91Kg : 2 ) + 14 Kg = 59,5 Kg
• Persediaan rata-rata yang termasuk asset lancar adalah :
• 59,5 Kg – 14 Kg = 45,5 Kg
• Persediaan bahan baku yang ada sebanyak 40 Kg, berarti persediaan
bahan baku awal yang merupakan asset lancar yaitu : 40 Kg – 14 Kg =
26 Kg.
• Sedangkan anggaran persediaan bahan baku akhir yang merupakan
asset lancar adalah : KPE – Persediaan awal
• = 91 Kg – 26 Kg
• = 65 Kg.
PENYUSUNAN ANGGARAN PERSEDIA AN PRODUK

• Anggaran persediaan produk jadi dan produk dalam proses untuk


perusahaan manufaktur dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
• Menetapkan tingkat putaran persediaan produk
• Menyusun anggaran produk
• Sebagai ilustrasi :
• PT OKE menyusun anggaran persediaan produk selama tahun 2018
adalah sebagai berikut :
• Persediaan produk dalam proses awal terdiri dari :
• BBB = 65 unit x 100% x Rp. 20 = Rp. 1.300,-
• BTKL = 65 Unit x 60% x Rp. 15 = Rp. 585,-
• BOP = 65 unit x 40% x Rp. 5 = Rp. 130,-
• = Rp. 2.015,-
• Persediaan produk jadi awal tahun 2018 sebanyak 60 unit @ Rp. 40,- =
Rp. 2.400,-
• Harga pokok standar produk per unit sbb :
• BBB = Rp. 20,-
• BTKL = Rp. 15,-
• BOP = Rp. 5,-
• = Rp. 40,-
• Penjualan dianggarkan untuk tahun 2018 sebanyak 1.000 unit @ Rp.60,-
= Rp. 60.000,-. Manajemen PT OKE menetapkan tingkat perputaran
persediaan produk jadi ( TPSPJ ) 20 Kali, sedangkan tingkat perputaran
persediaan produk dalam proses ( TPSPDP ) adalah 19,55 kali.
• Dari data tersebut dibuat anggaran Laba Rugi tahun 2018 yang belum
lengkap sbb :
• PT OKE
• Anggaran laba Rugi
• Tahun berakhir 31 Desember 2018
• Penjualan 1.000 unit @ Rp. 60,- Rp.60.000
• Biaya Bahan Baku ( BBB ) Rp. ?
• Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL ) Rp. ?
• Biaya Overhead Pabrik ( BOP ) Rp. ? +
• Biaya Pabrik ? Rp. ?
• Persediaan awal PDP 65 unit Rp. 2.015 +
• Biaya Produksi ? unit Rp. ?
• Persediaan akhir PDP ? unit Rp. ? -
• Harga Pokok Produk Jadi (PJ) ? unit @Rp.40 Rp. ?
• Persediaan awal PJ 60 unit @Rp.40 Rp. 2.400 +
• Produk siap jual ? unit @Rp.40 Rp. ?
• Persediaan akhir PJ ? unit @Rp.40 Rp. ? -
• Harga Pokok Penjualan 1.000 unit @Rp.40 Rp.40.000 -
• Laba Kotor Rp.20.000
Penyelesaian : Pertama : menentukan anggaran Persediaan akhir Produk jadi
PENYELESAIAN :
• Pertama : Menentukan anggaran persediaan akhir produk jadi
• Rumus :
J
SPJX = x 2 - SPJA
TPSPJ

• Dimana :
• SPJX = Persediaan akhir produk jadi
• J = Penjualan = hasil penjualan
• SPJA = Persediaan awal produk jadi
• TPSPJ = Tingkat perputaran persediaan produk jadi
J
SPJX = x 2 - SPJA
TPSPJ

= 1,000 x 2 - 60
20
= ( 50 x 2 ) - 60
= 40 Unit

• Dengan demikian anggaran persediaan akhir produk jadi adalah 40 unit @ Rp. 40
= Rp. 1.600,-
• PT OKE
• Anggaran laba Rugi
• Tahun berakhir 31 Desember 2018
• Penjualan 1.000 unit @ Rp. 60,- Rp.60.000
• Biaya Bahan Baku ( BBB ) Rp. ?
• Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL ) Rp. ?
• Biaya Overhead Pabrik ( BOP ) Rp. ? +
• Biaya Pabrik ? Rp. ?
• Persediaan awal PDP 65 unit Rp. 2.015 +
• Biaya Produksi ? unit Rp. ?
• Persediaan akhir PDP ? unit Rp. ? -
• ? unit @Rp.40
Harga Pokok Produk Jadi (PJ) 980 Rp. 39.200
?
• Persediaan awal PJ 60 unit @Rp.40 Rp. 2.400 +
• Produk siap jual ? unit @Rp.40
1.040 Rp. 41.600
?
• Persediaan akhir PJ 40 unit @Rp.40 Rp. 1.600 -
• Harga Pokok Penjualan 1.000 unit @Rp.40 Rp.40.000 -
• Laba Kotor Rp.20.000
ANGGARAN PERSEDIAAN AKHIR PRODUK DALAM PROSES
• Rumus :
HPPJ
SPDPX = X 2 - SPDPA
TPSPDP

• Dimana :
• SPDPX = Persediaan akhir produk dalam proses
• HPPJ = Harga pokok produk jadi
• TPSPDP = Tingkat perputaran persediaan produk dalam proses
• SPDPA = Persediaan awal produk dalam proses
• Maka persediaan akhir produk dalam proses adalah :
Rp.39.200
SPDPX = X 2 - Rp.2.015
19,55

= 2,005.12 X 2 - Rp.2.015
= 4,010.23 - Rp.2.015
= 1,995.23
• Misalkan pada tahun 2018 dianggarkan persediaan akhir produk dalam
proses sebanyak 70 unit dengan tingkat penyelesaian BBB 90%, BTKL 50%
dan BOP 60%, maka dapat dihitung unit ekuivalennya sbb :
• BBB = 980 unit + ( 70 unit x 90% ) – ( 65 unit x 100% ) = 978 unit
• BTKL = 980 unit + ( 70 unit x 50% ) – ( 65 unit x 100% ) = 976 unit
• BOP = 980 unit + ( 70 unit x 90% ) – ( 65 unit x 40% ) = 996 unit
• Sehingga Biaya Pabrik dapat dihitung sbb :
• BBB = 978 x Rp. 20 = Rp. 19.560
• BTKL = 976 x Rp. 15 = Rp. 14.640
• BOP = 996 x Rp. 5 = Rp. 4.980 +
• Biaya Pabrik = Rp. 39.180
• Sehingga laporan Laba / Rugi dapat dilengkapi sbb :
• PT OKE
• Anggaran laba Rugi
• Tahun berakhir 31 Desember 2018
• Penjualan 1.000 unit @ Rp. 60,- Rp.60.000
• Biaya Bahan Baku ( BBB ) Rp.19.560
?
• Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL ) Rp.14.640
?
• Biaya Overhead Pabrik ( BOP ) Rp. 4.980
? +
• Biaya Pabrik ? unit
985 Rp.39.180
?
• Persediaan awal PDP 65 unit Rp. 2.015 +
• Biaya Produksi ? unit
1.050 Rp. 41.195
?
• Persediaan akhir PDP ? unit
70 Rp. 1.995
? -
• Harga Pokok Produk Jadi (PJ) 980 unit @Rp.40 Rp. 39.200
• Persediaan awal PJ 60 unit @Rp.40 Rp. 2.400 +
• Produk siap jual 1.040unit @Rp.40 Rp. 41.600
• Persediaan akhir PJ 40 unit @Rp.40 Rp. 1.600 -
• Harga Pokok Penjualan 1.000 unit @Rp.40 Rp.40.000 -
• Laba Kotor Rp.20.000
• Jadi :
• Jumlah produksi selama tahun 2018 adalah sebanyak 1.050 unit dengan
biaya produksi sebesar Rp. 41.195, dengan jumlah produk jadi / selesai yang
ditransfer ke Gudang sebanyak 980 unit dengan harga pokok produksi
sebesar Rp. 39.200,-
• Untuk menentukan besarnya persediaan akhir produk jadi adalah dengan
menetapkan tingkat perputaran persediaan produk jadi ( TPSPJ )
• Rumus : TPSPJ = HPJ / RSPJ
• Dimana :
• HPJ = Harga pokok penjualan
• RSPJ = Rata-rata persediaan produk jadi atau
• RSPJ = (Pers. awal Produk jadi + Pers. Akhir Produk jadi) / 2
• Sedangkan untuk menentukan besarnya perputaran persediaan produk
dalam proses ( TPSPDP ) adalah :
• TPSPDP = HPPJ / RSPDP
• Dimana :
• HPPJ : Harga Pokok Produk Jadi
• RSPDP : Rata-rata persediaan produk dalam proses, atau
• RSPDP = (Pers. Awal PDP + Pers. Akhir PDP ) / 2
• Jadi :
• TPSPJ = 1.000 unit / (( 60 unit + 40 Unit ) : 2 ))
• = 1.000 unit / 50 = 20 Kali, atau
• TPSPJ = Rp.40.000 / (( Rp.1.600 + Rp.2.400 ) : 2 ))
• = Rp.40.000 / 2.000 = 20 Kali
• TPSPDP = Rp.39.200 / (( Rp.2.015 + Rp.1.995 ) : 2 ))
• = Rp.39.200 / 2.005 = 19,55 Kali
A N G G A R A N B I AYA P R O D U KS I D I H I T U N G S B B :
PT. OKE
Anggaran Biaya Produksi
Tahun berakhir 31 Desember 2018
1 Data Produksi :
Produk dalam proses awal ( BBB 100%, BTKL 60%,BOP 40% ) 65 unit
Produk masuk produksi periode ini 985 unit
Produk di proses…………………………………………………………………… 1,050 unit
Produk jadi 980 unit
Produk dalam proses akhir ( BBB 100%, BTKL 60%,BOP 40% ) 70 unit
Produk yang dihasilkan…………………………………………………………… 1,050 unit
2 Biaya produksi dibebankan
Biaya Unit Ekuivalen Biaya Pabrik HPProduk/unit
BBB 980 + ( 70 x 90% ) - ( 65 X 100 % ) = 978 Rp19,560 Rp. 20
BTKL 980 + ( 70 x 50% ) - ( 65 X 60 % ) = 976 Rp14,640 Rp. 15
BOP 980 + ( 70 x 60% ) - ( 65 X 40 % ) = 996 Rp4,980 Rp. 5
Jumlah biaya pabrik untuk 985 unit Rp39,180
Harga Pokok Produk dalam proses awal 65 unit Rp2,015
Biaya Produksi ( 985 + 65 = 1.050 ) Rp41,195
3 Biaya produksi diperhitungkan
a. Harga Pokok produk jadi
Harga prokok produk dalam proses awal Rp2,015
Penyelesaian produk dalam proses awal :
BTKL 40% x 65 x Rp.20 = Rp. 395
BOP 60% x 65 x Rp. 5 = Rp. 195 Rp585
Produk jadi masuk produksi periode ( 980 - 65 ) x Rp. 40 Rp36,600
Harga pokok produk jadi 980 unit Rp39,200
b. Persediaan akhir produk dalam proses :
BBB ( 70 x 90% x Rp.20 ) = 1260
BTKL ( 70 x 50% x Rp.15 ) = 525
BOP ( 70 x 60% x Rp. 5 ) = 210 Rp1,995
Biaya Produksi ( 980 unit + 70 Unit = 1.050 unit ) Rp41,195
PENYUSUNAN ANGGARAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN
• Ada 3 cara untuk menyusun persediaan barang dagangan yaitu :
1. Menentukan Kuantitas pesanan ekonomis ( KPE )
2. Menetapkan tingkat perputaran persediaan
3. Menyusun anggaran persediaan barang dagangan
• Menentukan Kuantitas Pesanan Ekonomis ( KPE )
• Rumus :
2 x KSt x S
KPE =
HSt x I

• Menentukan persediaan barang dagangan Akhir ( SBDX ), Rumus :


• SBDX = KPE – SBDA
• SBDA : Persediaan Barang Dagangan Awal.
CONTOH :
• Selama setahun Kuantitas Standar ( Kst ) Barang dagangan adalah
sebanyak 364 Kg. Biaya Pesanan setiap kali pesan Rp. 7.280,- Harga
Standar Barang Dagangan Per Kg Rp. 1.600,- dan biaya penyimpanan di
Gudang 40%. Persediaan Awal Barang Dagangan sebanyak 26 Kg.
• Berdasarkan informasi diatas, hitunglah KPE dan Persediaan Akhir
Barang Dagangan.

2 x KSt x S
KPE =
HSt x I

2 x 364 x 7.280
=
1.600 x 0,40

5299840
=
640

= 8281
= 91 Kg
PERPUTARAN PERSEDIAAN :
• Contoh :
• Toko Mubarokah adalah perusahaan penjual daging, mempunyai data
selama triwulan I tahun 2017 adalah sbb :
• Anggaran penjualan :
• Januari 1.100 Kg
• Februari 1.200 Kg
• Maret 1.300 Kg
• Persediaan awal Daging Januari 2017 adalah 100 Kg x Rp. 100.000 = Rp.
10.000.000,-
• Harga Pokok Standar per Kg Rp.100.000, dan tingkat perputaran
persediaan barang dagangan yang dinginkan setiap bulan adalah 8 kali.
• Berdasarkan informasi di atas, maka dapat di hitung harga pokok
penjualan pada triwulan I adalah sbb :
• Harga Pokok Penjualan :
• Januari = 1.100 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 110.000.000,-
• Februari = 1.200 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 120.000.000,-
• Maret = 1.300 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 130.000.000,-
• Perhitungan anggaran persediaan barang dagangan Akhir ( SBDX )
setiap bulan adalah sbb :
• Rumus :
HPJ
SBDX = x 2 - SBDA
TPSBD

• Dimana :
• HPJ : Harga Pokok Penjualan
• TPSBD : Tingkat Perputaran Persediaan Barang Dagangan
• SBDA : Persediaan Barang Dagangan Awal
• Maka Anggaran Persediaan akhir Barang Dagangan setiap Bulan selama
triwulan I adalah sbb :
Januari 2017 :
HPJ
SBDX = x 2 - SBDA
TPSBD
110.000.000
= x 2 - 10.000.000
8
= 13,750,000 x 2 - 10.000.000
= 17,500,000

Februari 2017 :
120.000.000
SBDX = x 2 - 17.500.000
8
= 15,000,000 x 2 - 17.500.000
= 12,500,000

Maret 2017 :
130.000.000
SBDX = x 2 - 12.500.000
8
= 16,250,000 x 2 - 12.500.000
= 20,000,000
• Tingkat Perputaran persediaan Barang Dagangan ( TPSBD ) sbb :
• TPSBD = HPJ / RSBD
• Dimana :
• HPJ : Harga Pokok Penjualan
• RSBD : Rata-rata persediaan barang dagangan
• RSBD = ( SBDA + SBDX ) : 2
• SBDA : Persediaan Barang Dangangan Awal
• SBDX : Persediaan Barang Dagangan Akhir
• Januari :
• TPSBD = 110.000.000 / (( 10.000.000 + 17.500.000 ) : 2 ) = 8 Kali
• Februari :
• TPSBD = 120.000.000 / (( 17.500.000 + 12.500.000 ) : 2 ) = 8 Kali
• Maret :
• TPSBD = 130.000.000 / (( 12.500.000 + 20.000.000 ) : 2 ) = 8 Kali
MENYUSUN ANGGARAN PERSEDIAAN AKHIR BARANG DAGANGAN

• Anggaran persediaan akhir barang dagangan dihitung sbb :


• Pembelian barang dagangan Rp. xxxxxx
• Persediaan awal barang dagangan Rp.xxxxxx +
• Barang Siap Jual……………………. Rp.xxxxxx
• Harga Pokok Penjualan……………. Rp.xxxxxx –
• Persediaan akhir barang dagangan…. Rp.xxxxxx
• Contoh :
• Toko Mubarokah membuat anggaran pembelian daging tahun 2017
untuk bulan :
• Januari = 1.175 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 117.500.000,-
• Februari = 1.150 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 115.000.000,-
• Maret = 1.375 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 137.500.000,-
• Jumlah………………………………….. = Rp. 370.000.000,-
• Persediaan awal Daging Januari 2017 adalah 100 Kg x Rp. 100.000 = Rp.
10.000.000,-
• Harga Pokok Penjualan yang dianggarkan :
• Januari = 1.100 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 110.000.000,-
• Februari = 1.200 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 120.000.000,-
• Maret = 1.300 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 130.000.000,-
• Jumlah……………………………….. = Rp. 360.000.000,-
• Dari informasi diatas, dapat disusun anggaran persediaan akhir barang
dagangan sbb :
Toko Mubarokah
Anggaran Persediaan Akhir Barang Dagangan
Triwulan I Tahun 2017 ( Dalam 000 )
Keterangan Januari ( Rp ) Februari ( Rp ) Maret ( Rp ) Triwulan I
Pembelian 117,500 115,000 137,500 370,000
Persediaan awal 10,000 ? ? 10,000
Barang Siap Jual 127,500 ? ? ?
Harga Pokok Penjualan 110,000 120,000 130,000 360,000
Persediaan Akhir ? ? ? ?

Toko Mubarokah
Anggaran Persediaan Akhir Barang Dagangan
Triwulan I Tahun 2017 ( Dalam 000 )
Keterangan Januari ( Rp ) Februari ( Rp ) Maret ( Rp ) Triwulan I
Pembelian 117,500 115,000 137,500 370,000
Persediaan awal 10,000 17,500 12,500 10,000
Barang Siap Jual 127,500 132,500 150,000 380,000
Harga Pokok Penjualan 110,000 120,000 130,000 360,000
Persediaan Akhir 17,500 12,500 20,000 20,000
• Misalkan Harga jual daging per Kg Rp. 120.000,-, Beban usaha variable
per Kg Rp. 15.000,- dan Beban usaha Tetap sebulan Rp. 6.000.000,-
• Maka anggaran Laba rugi dapat disusun sbb :
Toko Mubarokah
Anggaran Laba / Rugi
Triwulan I Tahun 2017 ( Dalam 000 )
Keterangan Januari ( Rp ) Februari ( Rp ) Maret ( Rp ) Triwulan I
Penjualan 132,000 144,000 156,000 432,000
HP Penjualan 110,000 120,000 130,000 360,000
Margin Kontribusi Kotor 22,000 24,000 26,000 72,000
Beban Usaha Variabel 16,500 18,000 19,500 54,000
Margin Kontribusi Bersih 5,500 6,000 6,500 18,000
Beban Usaha Tetap 6,000 6,000 6,000 18,000
Laba ( Rugi ) ( 500 ) 0 500 0
BAB 2
PENYUSUNAN ANGGARAN PIUTANG
• A. Pengertian
• Anggaran Piutang adalah anggaran yang merencanakan secara lebih
terperinci tentang sejumlah piutang perusahaan beserta perubahan-
perubahanya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
• Anggaran piutang menunjukan besarnya piutang dari transaksi-transaksi
penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan.
• Anggaran tersebut menerangkan mengenai jumlah piutang yang tertagih dari
waktu ke waktu, serta menunjukan pula sisa piutang yang belum tertagih
dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
• Sebagai salah satu bentuk investasi, maka piutang dagang:
• Menyerap sejumlah dana modal kerja
• Mempunyai usia tertentu sesuai dengan waktu keterikatan
• Memengaruhi tingkat risiko perusahaan secara keseluruhan
• Perlu dimonitor tingkat efisiensi pengelolaannya dari waktu ke waktu
• Piutang sebagian besar timbul karena terjadinya penjualan secara kredit,
• Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penjualan kredit:
1. Merupakan upaya untuk meningkatkan omset penjualan
2. Kenaikan keuntungan
3. Menjamin kontinuitas hubungan dagang antara perusahaan dengan
pembeli
4. Kredit jangka panjang menciptakan keuntungan tambahanbagi penjual
• Berbagai jenis beban dan biaya yang timbul karena penjualan kredit:
1. Beban biaya modal
2. Biaya administrasi piutang (biaya organisasi dan biaya penagihan piutang)
3. Piutang tak tertagih (bad debts)
• Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan budget
piutang:
• Budget penjualan
• Keadaan persaingan dipasar
• Posisi perusahaan dalam persaingan
• Syarat pembayaran yang ditawarkan perusahaan
• Kebijakan perusahaan dalam penagihan piutang
• Rencana perusahaan untuk melakukan penjualan-penjualan secara
kredit
• Kebijakan Piutang
• Berbagai langkah yang perlu disiapkan antara lain meliputi:
• Dibentuknya unit kerja atau seksi yang khusus ditugaskan mengurusi piutang.
Tugas pokok dari unit kerja ini meliputi:
– Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit
– Menyeleksi calon debitur
– Membukukan transaksi kredit yang terjadi
– Melakukan penagihan piutang
– Membukukan mutasi kredit/piutang
– Menyusun dan mengklasifikasi piutang outstanding menurut usianya
masing-masing
– Membuat analisis dan evaluasi piutang sebagai salah satu bentuk investasi
– Menyusun dan memperkirakan arus kas masuk dari piutang
– Membuat laporan tentang pengelolaan piutang bagi para pengambil
kebijakan
• Digariskannya kebijakan piutang yang jelas untuk dapat digunakan
sebagai pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang. Kebijakan ini,
meliputi:
– Penentuan plafon kredit untuk berbagai jenis/tingkatan debitur
– Penentuan jangka waktu kredit
– Pedoman melakukan seleksi calon debitur (berdasarkan 5C:
Character, Capacity, Capital, Collateral, Conditions)
– Penentuan jumlah piutang ragu-ragu maksimal yang dapat
dibenarkan sebagai dasar penetuan besarnya cadangan piutang
ragu-ragu
– Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk
mengadministrasikan piutang
• Data yang dibutuhkan dalam menyusun Budget Piutang :
1. Rencana penjualan yang tertuang dalam budget penjualan, khusunya
rencana tentang jenis (kualitas), jumlah (kuantitas) serta harga barang
yang akan dijual dari waktu ke waktu.
2. Keadaan persaingan di pasar.
3. Posisi perusahaan dalam persaingan
4. Kebijakan perusahaan dalam penagihan piutang.
5. Syarat pembayaran (term of payment) yang digunakan oleh perusahaan
pada calon pembeli.
• syarat pembayaran, misalkan perusahaan menetapkan sebesar 8/10, n /
30, ini berarti :
• Apabila pihak pembeli membayar dalam waktu 10 hari sejak tanggal
transaksi pembelian, maka kepadanya diberikan potongan (discount)
sebesar 8 % dari jumlah pembelian
• Apabila pihak pembeli membayar setelah batas waktu 10 hari
terlewatkan, maka kepadanya tidak diberikan potongan(discount),
sehingga harus membayar penuh jumlah pembeliannya
• Batas waktu pembayaran paling lambat adalah 30 hari sejak tanggal
transaksi pembelian. Apabila sampai dengan batas tanggal 30 hari
tersebut pihak pembeli belum juga belum membayar, berarti akan di
berikan sanksi.
CONTOH 1
• Berdasar target yang telah di tentukan dalam budget penjualan selama tahun 2018,
PT. Anugrah menawarkan syarat pembayaran (term of payment) kepada para calon
pembelinya sebesar 4/10, n/30 untuk produk “ Titan” dan sebesar 5/10, n/30 untuk
produk adiva.
• Ketentuan :
• Untuk Produk “Titan”
a. Sebanyak 40 % dari transaksi penjualan, dilakukan secara tunai (cash and carry),
sehingga diberikan potongan penjualan (sales discount).
b. Sebanyak 20 % dari transaksi penjualan, dilakukan secara kredit (piutang), kurang
dari batas waktu 10 hari, dengan pelunasan pembayaran dilakukan pihak debitur
pada bulan yang sama pada saat terjadi transaksi dng demikian kepada pembeli di
berikan potongan pemjualan
c. Sebanyak 30 % dari tarnsaksi penjualan, dilakukan secara kredit (piutang), lebih dari
batas waktu 10 hari dengan pelunasan pembayaran di lakukan oleh pihak debitur
pada bulan yang sama maka tidak di berikan discount
d. Sebanyak 10 % dari transaksi-transaksi penjualan, dilakukan secara kredit (piutang),
lebih dari batas waktu 10 hari, dengan pelunasan pembayaran oleh pihak debitur
pada bulan berikutnya dari bulan terjadinya transaksi tersebut. Dengan demikian
kepada pembeli yang bersangkutan tidak akan diberikan potongan penjualan
• Untuk Produk “Adiva”
a. Sebanyak 50 % dari transaksi penjualan, dilakukan secara tunai (cash and
carry), sehingga diberikan potongan penjualan (sales discount).
b. Sebanyak 20 % dari transaksi penjualan, dilakukan secara kredit
(piutang), kurang dari batas waktu 10 hari, dengan pelunasan
pembayaran dilakukan pihak debitur pada bulan yang sama pada saat
terjadi transaksi dengan demikian kepada pembeli di berikan potongan
penjualan
c. Sebanyak 20 % dari tarnsaksi penjualan, dilakukan secara kredit
(piutang), lebih dari batas waktu 10 hari dengan pelunasan pembayaran
di lakukan oleh pihak debitur pada bulan yang sama dimana terjadinya
transaksi maka tidak di berikan discount
d. Sebanyak 10 % dari transaksi-transaksi penjualan, dilakukan secara
kredit (piutang), lebih dari batas waktu 10 hari, dengan pelunasan
pembayaran oleh pihak debitur pada bulan berikutnya dari bulan
terjadinya transaksi tersebut. Dengan demikian kepada pembeli yang
bersangkutan tidak akan diberikan potongan penjualan.
• Misalkan, Budget penjualan perusahaan januari 2018, untuk produk titan
direncanakan terjual sebanyak 115.000 botol dengan harga total penjualan
sebesar Rp. 481.200.000,-, sementara produk “adiva” direncanakan terjual
sebanyak 800.000 kaleng dengan total penjualan sebesar Rp. 204.300.000,-
• Berapakah piutang yang akan diperoleh perusahaan dari kedua produk
tersebut dan susunlah anggaran Piutangnya ?
PENYELESAIAN

1. Perkiraan transaksi penjualan Untuk Produk “ Titan “


• a. Sebanyak 40 % x Rp. 481.200.000,00 = Rp. 192.480.000,00
• potongan 4 % x Rp. 192.480.000,00 = Rp. 7.699.200,00 -
• Diterima Tunai untuk bulan januari 2018 = Rp. 184.780.800,00

• b. Sebanyak 20 % x Rp. 481.200.000,00 = Rp. 96.240.000,00
• Potongan 4 % x Rp. 96.240.000,00 = Rp. 3.849.600,00 -
• Tagihan piutang untuk bulan januari 2018 = Rp. 92.390.400,00

• c. Sebanyak 30 % x Rp. 481.200.000,00 = Rp. 144.360.000,00


• (tagihan piutang bulan januari 2018, tanpa potongan )

• d. Sebanyak 10 % x Rp. 481.200,00 = Rp. 48.120.000,00


• (tagihan Piutang bulan Februari 2018, tanpa potongan)
• 2. Perkiraan transaksi penjualan Untuk Produk “ Adiva “
• a. Sebanyak 50 % x Rp. 204.300.000,00 = Rp. 102.150.000,00
• potongan 5 % x Rp. 102.150.000,00 = Rp. 5.107.750,00 -
• Diterima Tunai untuk bulan januari 2018 = Rp. 97.042.500,00

• b. Sebanyak 20 % x Rp. 204.300.000,00 = Rp. 40.860.000,00


• Potongan 5 % x Rp. 40.860.000,00 = Rp. 2.043.000,00 -
• Tagihan piutang bulan januari 2018 = Rp. 38.817.000,00

• c. Sebanyak 20 % x Rp. 204.300.000,00 = Rp. 40.860.000,00
• (tagihan piutang bulan januari, tanpa potongan )

• d. Sebanyak 10 % x Rp. 204.300,00 = Rp. 20.430.000,00


• (tagihan Piutang bulan Februari 2018, tanpa potongan)
CONTOH 2
• Rencana penjualan perusahaan selama semester II tahun 2018 sebagai
berikut:

Bulan Penjualan (Rp)


Juli 18.000.000
Agustus 17.000.000
September 16.000.000
Oktober 19.000.000
Nopember 19.000.000
Desember 20.000.000
• Syarat pembayaran ditentukan 5/10, n/30 dengan pola pembayaran
sebagai berikut:
a. Sebanyak 40% penjualan dilakukan tunai
b. Sebanyak 30% penjualan dilakukan kredit, dengan pembayaran kurang dari 10 hari
dan dilakukan pada bulan yang sama dengan bulan transaksi penjualan itu
c. Sebanyak 15% penjualan dilakukan secara kredit , dengan pembayaran setelah 10
hari, dan dilakukan pada bulan yang sama dengan bulan transaksi penjualan itu.
d. Sebanyak 10% penjualan dilakukan secara kredit, dengan pembayaran setelah 10
hari, dan dilakukan pada bulan berikutnya dari bulan transaksi penjualan itu
e. Sisanya merupakan penjualan kredit dengan pembayaran setelah 10 hari , dan
dilakukan dua bulan dari bulan transaksi penjualan
• Dengan data diatas, Saudara di minta untuk:
1. Menyusun penerimaan dari penjualan tunai
2. Menyusun anggaran penerimaan dari mereka yang menggunakan hak discount
3. Menyusun anggaran penerimaan dari mereka yang tidak menggunakan hak discount
4. Menyusun anggaran penerimaaan kas keseluruhan
PENYELESAIAN
1. Perhitungan Penerimaan Tunai
Bulan Anggaran Penjualan (Rp) Penjualan tunai 40% Potongan harga 5% Penerimaan neto

Juli 18,000,000 7,200,000 360,000 6,840,000


Agustus 17,000,000 6,800,000 340,000 6,460,000
September 16,000,000 6,400,000 320,000 6,080,000
Oktober 19,000,000 7,600,000 380,000 7,220,000
Nopember 19,000,000 7,600,000 380,000 7,220,000
Desember 20,000,000 8,000,000 400,000 7,600,000
Total 43,600,000 2,180,000 41,420,000

2. Anggaran penerimaan dari penjualan kredit dengan discount

Penjualan dg Potongan
Bulan Anggaran Penjualan (Rp) Potongan harga 5% Penerimaan neto
30%
Juli 18,000,000 5,400,000 270,000 5,130,000
Agustus 17,000,000 5,100,000 255,000 4,845,000
September 16,000,000 4,800,000 240,000 4,560,000
Oktober 19,000,000 5,700,000 285,000 5,415,000
Nopember 19,000,000 5,700,000 285,000 5,415,000
Desember 20,000,000 6,000,000 300,000 5,700,000
Total 32,700,000 1,635,000 31,065,000
C = 15% d = 10% e = 5%

• 3. Anggaran penerimaan dari penjualan tanpa discount


Bulan Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Juli 2,700,000 1,800,000 900,000
Agustus - 2,550,000 1,700,000 850,000
September - - 2,400,000 1,600,000 800,000
Oktober - - - 2,850,000 1,900,000 950,000
Nopember - - - - 2,850,000 1,900,000
Desember - - - - - 3,000,000
Jumlah 2,700,000 4,350,000 5,000,000 5,300,000 5,550,000 5,850,000

• 4. Anggaran penerimaan penjualan keseluruhan


Keterangan Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Penj. tunai 6,840,000 6,460,000 6,080,000 7,220,000 7,220,000 7,600,000
Penjualan kredit (disc) 5,130,000 4,845,000 4,560,000 5,415,000 5,415,000 5,700,000
Penj. kredit tanpa disc. 2,700,000 4,350,000 5,000,000 5,300,000 5,550,000 5,850,000
Jumlah 14,670,000 15,655,000 15,640,000 17,935,000 18,185,000 19,150,000

Anda mungkin juga menyukai