BAGIAN 1
PENYUSUNAN ANGGARAN KEUANGAN
· BAB 1 PENYUSUNAN ANGGARAN PERSEDIAAN
· BAB 2 PENYUSUNAN ANGGARAN PIUTANG
· BAB 3 PENYUSUNAN ANGGARAN KAS
· BAB 4 PENYUSUNAN ANGGARAN UTANG DAN
MODAL
BAGIAN 2
PENYUSUNAN ANGGARAN KOMPREHENSIF
· BAB 5 PENYUSUNAN ANGGARAN JANGKA PANJANG
· BAB 6 PENYUSUNAN ANGGARAN JANGKA PENDEK
BAGIAN 3
PENYUSUNAN ANGGARAN TETAP DAN
VARIABEL
· BAB 7 PENYUSUNAN ANGGARAN KONVENSIONAL
· BAB 8 PENYUSUNAN ANGGARAN BERDASARKAN
AKTIVITAS
· BAB 9 PENYUSUNAN ANGGARAN PERUSAHAAN
DAGANG
· BAB 10 PENYUSUNAN ANGGARAN PERUSAHAAN
JASA
Rp.4000
= 40%
( Rp.15.000 + Rp.5.000 ) / 2
A. Manajemen persediaan adalah bagian dari perusahaan yang
berfungsi untuk mengatur persediaan barang yang dimiliki.
Mulai dari cara memperoleh persediaan, penyimpanannya,
sampai persediaan tersebut dimanfaatkan atau dikeluarkan.
B. Tujuan manajemen persediaan
• adalah untuk menyediakan jumlah material yang tepat, lead
time yang tepat, dan biaya rendah.
• Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya operasi atas
sistem persediaan.
• Biaya persediaan didasarkan parameter ekonomis yang
relevan dengan jenis biaya, menurut Yamit (2005:9) adalah
sebagai berikut:
a) Biaya pembelian (purchase cost)
• Biaya pembelian adalah harga per unit apabila item
dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit
apabila diproduksi dalam perusahaan.
b) Biaya pemesanan (order cost/setup cost)
• Biaya pemesanan adalah biaya yang berasal dari
pembelian pesanan dari suplier atau biaya persiapan
(setup cost) apabila item diproduksi di dalam
perusahaan.
c) Biaya simpan (carrying cost/holding cost)
• Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi
dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi
sarana fisik untuk menyimpan persediaan.
d) Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
• Biaya kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomis
atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan.
• Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen
tidak dapat dipenuhi.
• Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila
departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen
yang lain.
C. Fungsi Manajemen Persediaan
•Terdapat beberapa fungsi manajemen persediaan bagi perusahaan, antara lain:
1.Memastikan persediaan tersedia (safety stock)
2.Mengurangi risiko keterlambatan dalam pengiriman persediaan
3.Mengurangi risiko harga yang fluktuatif
4.Memperoleh diskon dari pemesanan dalam jumlah yang banyak
5.Menyesuaikan pembelian dengan jadwal produksi
6.Mengantisipasi perubahan yang terjadi pada penawaran maupun permintaan
7.Mengantisipasi permintaan mendadak
8.Menjaga jumlah persediaan yang hanya tersedia musiman, sehingga ketika bahan
sedang tidak musim, perusahaan masih memiliki persediaan barang tersebut.
9.Mengawasi pesanan persediaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, bisa
dikembalikan ke supplier bila tidak cocok.
10.Menjaga komitmen terhadap customer agar barang bisa diproduksi dengan waktu
dan kualitas yang diminta
11.Menentukan kuantitas persediaan yang harus di simpan untuk berjaga jaga
BIAYA PERSEDIAAN
• Umumnya, biaya persediaan dikelompokkan
menjadi 4 kategori, yaitu:
1.Biaya pemesanan (order cost)
2.Biaya penyimpanan (carrying cost)
3.Biaya persiapan (set up cost)
4.Biaya kekurangan/ kehabisan persediaan (Shortage
Cost /Stockout Cost)
1. BIAYA PEMESANAN ( ORDER COST )
• dimana
• TIC : Total Inventory Cost
• Q/2 : persediaan rata-rata
• R/Q : frekuensi pemesanan
• Ch : biaya penyimpanan per unit barang per satu satuan waktu
• Co : biaya pemesanan setiap kali pesan
• TIC minimum akan terjadi pada tingkat jumlah pembelian yang paling
ekonomis atau disebut Economic Order Quantity.
• Sedang untuk menghitung Total Biaya Anual (TAC( sering juga disingkat TC
adalah sebagai berikut:
• Dimana
D = R = Kebutuhan satu tahun
C = P = Harga perolehan barang
S= Cs = Co = Biaya Pesan per pesanan
H = Ch = Biaya Simpan per uni
• Biaya simpan per unit barang per satu satuan waktu memiliki
hubungan yang positif terhadap jumlah barang yang dipesan.
• Artinya, semakin banyak barang yang dipesan dalam setiap kali pesan,
semakin banyak barang yang disimpan, semakin besar pula biaya
simpan yang ditanggung.
• Sebaliknya biaya pemesanan setiap kali pesan memiliki hubungan yang
negatif terhadap jumlah barang yang dipesan.
• Artinya, semakin banyak barang yang dipesan dalam setiap kali pesan,
semakin kecil frekuensi pembelian, semakin rendah pula biaya
pemesanan yang harus ditanggung perusahaan.
• Dengan kata lain bahwa biaya pesan memiliki hubungan yang positif
terhadap frekuensi pemesanan.
ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ )
• EOQ adalah volume pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan
pada setiap kali pembelian. Secara matemastis dinyatakan sebagai
berikut:
• dimana
• R : kebutuhan bahan mentah satu tahun
Co : Ordering Cost setiap kali pesan
Ch : Holding Cost per unit per satu satuan waktu
• Model EOQ di atas dikembangkan dengan asumsi:
Hanya ada satu jenis/item persediaan yang hendak direview.
Seluruh jumlah bahan mentah yang dipesan datang pada satu titik
waktu tertentu.
Permintaan akan bahan bersifat konstan atau mendekati tingkat
konstan.
Lead time konstan.
Holding cost didasarkan pada rata-rata persediaan
Ordering atau setup cost konstan
Tidak terjadi kehabisan bahan.
Tidak ada pengembalian barang yang sudah dipesan
• Contoh 01
• Menghitung EOQ dan TIC
Misalnya kebutuhan bahan untuk satu tahun sebesar 24.000 unit,
biaya simpan 18% dari nilai persediaan,
dan biaya pesan setiap kali pemesanan Rp.38,00.
Harga barang per unit Rp.12,00.
EOQ = 2(24.000)(Rp.38 )
0.18 x Rp.12
= 1,824,000
2.16
= 844,444.44
= 918.9365835
= 919 unit
1 24000
TIC = ( 919 ) ( 2.16 ) + Rp.38 EOQ
2 919
• Keterangan:
T : Cycle Time
Q* : EOQ
R : Kebutuhan bahan selama satu tahun
N : jumlah hari operasi dalam satu tahun
• Dengan melanjutkan contoh di atas, di ketahui
bahwa kebutuhan bahan baku setahun 24.000 unit,
EOQ = 919 unit dan jumlah hari operasi 250 hari
setahun,
• maka dapat dihitung Cycle Time, yaitu :
• T = N.Q*/ R
• T = 250 x 919 / 24.000
• T = 9,6 hari
• Artinya, bahwa pemesanan dilakukan setiap 9,6
hari sekali.
CONTOH KASUS DISCOUNT DALAM MENGHITUNG EOQ
• Diketahui :
• D= R = 10.000 unit (permintaan/kebutuhan tahunan)
• Co / Biaya pemesanan = Rp.20,- per pesan
• H= Ch / Biaya penyimpanan = 20% dari harga per unit
• C=P = harga per unit tergantung besarnya pemesanan; yaitu apabila :
1. pesan di bawah 499 unit harga per unit =Rp.5,00;
2. pesan antara 500 sampai 999 unit, harga per unitnya Rp.4,50,
3. sedang bila pesan di atas 1.000, harga per unitnya Rp. 3,90.
• Berapa jumlah yang harus dipesan ?
PENYELESA IAN : L ANGK AH 1 : MENCARI EOQ MASING -MASING K ATEGORI HARGA
= 2(10.000)(Rp.20 )
0.20 x Rp.5
= 400,000
1
= 400,000.00
= 632 Unit
Untuk pemesan di bawah 499 unit dengan harga per unit Rp. 5,- adalah TIDAK
FEASIBLE, karena jumlah pesanan Ekonomisnya ( EOQ ) nya adalah sebesar 632 Unit
PENYELESA IAN :
2. pesan antara 500 sampai 999 unit, harga per unitnya Rp.4,50
= 2(10.000)(Rp.20 )
0.20 x Rp.4.5
= 400,000
0.9
= 444,444.44
= 667 Unit
Untuk pemesan antara 500 unit s/d 999 unit, harga per unit Rp. 4,5,- adalah FEASIBLE,
karena jumlah pesanan Ekonomisnya ( EOQ ) nya adalah sebesar 667 Unit
PENYELESA IAN : 3. Pesan di atas 1.000, harga per unitnya 3,90.
= 2(10.000)(Rp.20 )
0.20 x Rp.3,9
= 400,000
0.78
= 512,820.51
= 716 Unit
• Untuk pemesan di atas 1.000 unit, harga Rp. 3,9,- adalah TIDAK
FEASIBLE, karena jumlah pesanan Ekonomisnya ( EOQ ) nya adalah
sebesar 716 Unit, akan tetapi Jika pesanan kurang dari atau sama
dengan 1.000 unit dg harga Rp.3,9,- adalah FEASIBLE
• Untuk P= Rp.5,- maka EOQ-nya = 632, tidak feasible,
• untuk P=Rp.4,5 maka EOQ-nya = 667, feasible
• untuk P=Rp.3,9, maka EOQ-nya = 716, tidak feasible
• Untuk P=Rp.3,9, Q ≤ 1.000, feasible
L ANGKAH 2 : DARI YANG FEASIBLE, DIHITUNG TC ATAU TAC-NYA
1. Untuk EOQ = 667 unit, harga Rp.4.5,- pemesan antara 500 unit s/d 999 unit
10,000 667
TC = ( 10.000 x 4.5 ) + x 20 + x ( 0,20 x 4,5 )
667 2
= 45,000 + 299.85 + 300.15
= 45,600
10,000 716
TC = ( 10.000 x 4.5 ) + x 20 + x ( 0,20 x 3,9 )
716 2
= 39,000 + 279.33 + 279.24
= 39,559
= 529,984
64
= 8,281.00
= 91 Unit
• Berarti pembelian yang paling ekonomis untuk setiap kali pesan adalah
sebanyak 91 0ns.
• Karena dalam satu tahun kebutuhan kedelai adalah 364 ons, maka dalam
setahun dilakukan 4 kali pemesanan ( 364 : 91 ).
• Kebutuhan kedelai sebanyak 364 ons dapat saja dilakukan dengan
beberapa alternative:
1. 2 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 182 ons
2. 4 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 91 ons
3. 7 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 52 ons
• Akan tetapi dari ketiga alternative tersebut yang paling ekonomis
adalah bila dilakukan 4 kali pesan, pembuktian :
• Alternatif 1 : 2 kali pesan
• Nilai rata-rata persediaan = ( 182 ons x Rp.160 ) : 2 = Rp. 14.560
• Biaya-biaya
• Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp. 14.560 = Rp. 5.824
• Biaya pesan setahun = 2 x Rp. 728 = Rp. 1.456
• Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp.160 = Rp.58.240 +
• Jumlah biaya setahun = Rp.65,520
• Alternatif 2 : 4 kali pesan
• Nilai rata-rata persediaan = ( 91 ons x Rp.160 ) : 2 = Rp. 2.730
• Biaya-biaya
• Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp. 2.730 = Rp. 1.092
• Biaya pesan setahun = 4 x Rp. 728 = Rp. 2.912
• Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp.160 = Rp.58.240 +
• Jumlah biaya setahun = Rp.62.244
• Alternatif 3 : 7 kali pesan
• Nilai rata-rata persediaan = ( 52 ons x Rp.160 ) : 2 = Rp. 4.160
• Biaya-biaya
• Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp. 4.160 = Rp. 1.644
• Biaya pesan setahun = 7 x Rp. 728 = Rp. 5.096
• Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp.160 = Rp.58.240 +
• Jumlah biaya setahun = Rp.65.000
• Seandainya perusahaan pemasok memberikan potongan harga 10% untuk
setiap kali pesan sebanyak 182 ons, apakah tawaran tersebut disetujui ?
• Penyelesaian :
• Nilai rata-rata persediaan = ( 182 ons x Rp.160 x 90% ) : 2 = Rp. 13.104
• Biaya-biaya
• Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp. 13.104 = Rp. 5.242
• Biaya pesan setahun = 2 x Rp. 728 = Rp. 1.456
• Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp.160 x90% = Rp.52.416 +
• Jumlah biaya setahun = Rp.59.114
• Dengan pemberian potongan harga sebesar 10% oleh pemasok, jumlah
biaya untuk 2 kali pesan menjadi sebesar Rp. 59.114,- lebih rendah bila
dibandingkan dengan biaya untuk 4 kali pesan setahun yaitu sebesar Rp.
62.244, maka tawaran pemberian potongan harga tersebut dapat di
setujui.
REORDER POINT DAN SAFETY STOCK
• Reorder point ( saat pemesanan kembali ) adalah saat memesan
kembali bahan yang diperlukan.
• Safety stock adalah sediaan inti dari bahan yang harus di pertahankan
untuk menjamin kelangsungan usaha.
• Persediaan keamanan tidak boleh digunakan kecuali dalam keadaan
darurat, seperti bencana alam, alat angkut bahan rusak, bahan dipasar
dalam keadaan kosong, dll. Oleh karena itu safety stock termasuk
kelompok asset lancer.
• Contoh :
• Keperluan bahan baku selama setahun sebanyak 364 Kg dan keperluan
bahan baku per minggu 7 Kg ( setahun 52 minggu ). Lead Time ( waktu
tenggang ) 4 minggu. Harga bahan baku per kg Rp. 160,- dan biaya
pemesanan setiap kali pesan Rp. 728,- Persediaan bahan baku yang ada
digudang sebanyak 40 Kg, dan biaya penyimpanan 40%. Safety stock di
tetapkan 50% dari penggunaan selama lead time.
PENYELESAIAN :
• Pemakaian BB selama lead time = 4 Minggu x 7 Kg = 28 Kg
• Safety stock = 50% x 28 Kg = 14 Kg
• Reorder Point = 28 Kg + 14 Kg = 42 Kg
= 529,984
64
= 8,281.00
= 91 Kg
• Dimana :
• SPJX = Persediaan akhir produk jadi
• J = Penjualan = hasil penjualan
• SPJA = Persediaan awal produk jadi
• TPSPJ = Tingkat perputaran persediaan produk jadi
J
SPJX = x 2 - SPJA
TPSPJ
= 1,000 x 2 - 60
20
= ( 50 x 2 ) - 60
= 40 Unit
• Dengan demikian anggaran persediaan akhir produk jadi adalah 40 unit @ Rp. 40
= Rp. 1.600,-
• PT OKE
• Anggaran laba Rugi
• Tahun berakhir 31 Desember 2018
• Penjualan 1.000 unit @ Rp. 60,- Rp.60.000
• Biaya Bahan Baku ( BBB ) Rp. ?
• Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL ) Rp. ?
• Biaya Overhead Pabrik ( BOP ) Rp. ? +
• Biaya Pabrik ? Rp. ?
• Persediaan awal PDP 65 unit Rp. 2.015 +
• Biaya Produksi ? unit Rp. ?
• Persediaan akhir PDP ? unit Rp. ? -
• ? unit @Rp.40
Harga Pokok Produk Jadi (PJ) 980 Rp. 39.200
?
• Persediaan awal PJ 60 unit @Rp.40 Rp. 2.400 +
• Produk siap jual ? unit @Rp.40
1.040 Rp. 41.600
?
• Persediaan akhir PJ 40 unit @Rp.40 Rp. 1.600 -
• Harga Pokok Penjualan 1.000 unit @Rp.40 Rp.40.000 -
• Laba Kotor Rp.20.000
ANGGARAN PERSEDIAAN AKHIR PRODUK DALAM PROSES
• Rumus :
HPPJ
SPDPX = X 2 - SPDPA
TPSPDP
• Dimana :
• SPDPX = Persediaan akhir produk dalam proses
• HPPJ = Harga pokok produk jadi
• TPSPDP = Tingkat perputaran persediaan produk dalam proses
• SPDPA = Persediaan awal produk dalam proses
• Maka persediaan akhir produk dalam proses adalah :
Rp.39.200
SPDPX = X 2 - Rp.2.015
19,55
= 2,005.12 X 2 - Rp.2.015
= 4,010.23 - Rp.2.015
= 1,995.23
• Misalkan pada tahun 2018 dianggarkan persediaan akhir produk dalam
proses sebanyak 70 unit dengan tingkat penyelesaian BBB 90%, BTKL 50%
dan BOP 60%, maka dapat dihitung unit ekuivalennya sbb :
• BBB = 980 unit + ( 70 unit x 90% ) – ( 65 unit x 100% ) = 978 unit
• BTKL = 980 unit + ( 70 unit x 50% ) – ( 65 unit x 100% ) = 976 unit
• BOP = 980 unit + ( 70 unit x 90% ) – ( 65 unit x 40% ) = 996 unit
• Sehingga Biaya Pabrik dapat dihitung sbb :
• BBB = 978 x Rp. 20 = Rp. 19.560
• BTKL = 976 x Rp. 15 = Rp. 14.640
• BOP = 996 x Rp. 5 = Rp. 4.980 +
• Biaya Pabrik = Rp. 39.180
• Sehingga laporan Laba / Rugi dapat dilengkapi sbb :
• PT OKE
• Anggaran laba Rugi
• Tahun berakhir 31 Desember 2018
• Penjualan 1.000 unit @ Rp. 60,- Rp.60.000
• Biaya Bahan Baku ( BBB ) Rp.19.560
?
• Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL ) Rp.14.640
?
• Biaya Overhead Pabrik ( BOP ) Rp. 4.980
? +
• Biaya Pabrik ? unit
985 Rp.39.180
?
• Persediaan awal PDP 65 unit Rp. 2.015 +
• Biaya Produksi ? unit
1.050 Rp. 41.195
?
• Persediaan akhir PDP ? unit
70 Rp. 1.995
? -
• Harga Pokok Produk Jadi (PJ) 980 unit @Rp.40 Rp. 39.200
• Persediaan awal PJ 60 unit @Rp.40 Rp. 2.400 +
• Produk siap jual 1.040unit @Rp.40 Rp. 41.600
• Persediaan akhir PJ 40 unit @Rp.40 Rp. 1.600 -
• Harga Pokok Penjualan 1.000 unit @Rp.40 Rp.40.000 -
• Laba Kotor Rp.20.000
• Jadi :
• Jumlah produksi selama tahun 2018 adalah sebanyak 1.050 unit dengan
biaya produksi sebesar Rp. 41.195, dengan jumlah produk jadi / selesai yang
ditransfer ke Gudang sebanyak 980 unit dengan harga pokok produksi
sebesar Rp. 39.200,-
• Untuk menentukan besarnya persediaan akhir produk jadi adalah dengan
menetapkan tingkat perputaran persediaan produk jadi ( TPSPJ )
• Rumus : TPSPJ = HPJ / RSPJ
• Dimana :
• HPJ = Harga pokok penjualan
• RSPJ = Rata-rata persediaan produk jadi atau
• RSPJ = (Pers. awal Produk jadi + Pers. Akhir Produk jadi) / 2
• Sedangkan untuk menentukan besarnya perputaran persediaan produk
dalam proses ( TPSPDP ) adalah :
• TPSPDP = HPPJ / RSPDP
• Dimana :
• HPPJ : Harga Pokok Produk Jadi
• RSPDP : Rata-rata persediaan produk dalam proses, atau
• RSPDP = (Pers. Awal PDP + Pers. Akhir PDP ) / 2
• Jadi :
• TPSPJ = 1.000 unit / (( 60 unit + 40 Unit ) : 2 ))
• = 1.000 unit / 50 = 20 Kali, atau
• TPSPJ = Rp.40.000 / (( Rp.1.600 + Rp.2.400 ) : 2 ))
• = Rp.40.000 / 2.000 = 20 Kali
• TPSPDP = Rp.39.200 / (( Rp.2.015 + Rp.1.995 ) : 2 ))
• = Rp.39.200 / 2.005 = 19,55 Kali
A N G G A R A N B I AYA P R O D U KS I D I H I T U N G S B B :
PT. OKE
Anggaran Biaya Produksi
Tahun berakhir 31 Desember 2018
1 Data Produksi :
Produk dalam proses awal ( BBB 100%, BTKL 60%,BOP 40% ) 65 unit
Produk masuk produksi periode ini 985 unit
Produk di proses…………………………………………………………………… 1,050 unit
Produk jadi 980 unit
Produk dalam proses akhir ( BBB 100%, BTKL 60%,BOP 40% ) 70 unit
Produk yang dihasilkan…………………………………………………………… 1,050 unit
2 Biaya produksi dibebankan
Biaya Unit Ekuivalen Biaya Pabrik HPProduk/unit
BBB 980 + ( 70 x 90% ) - ( 65 X 100 % ) = 978 Rp19,560 Rp. 20
BTKL 980 + ( 70 x 50% ) - ( 65 X 60 % ) = 976 Rp14,640 Rp. 15
BOP 980 + ( 70 x 60% ) - ( 65 X 40 % ) = 996 Rp4,980 Rp. 5
Jumlah biaya pabrik untuk 985 unit Rp39,180
Harga Pokok Produk dalam proses awal 65 unit Rp2,015
Biaya Produksi ( 985 + 65 = 1.050 ) Rp41,195
3 Biaya produksi diperhitungkan
a. Harga Pokok produk jadi
Harga prokok produk dalam proses awal Rp2,015
Penyelesaian produk dalam proses awal :
BTKL 40% x 65 x Rp.20 = Rp. 395
BOP 60% x 65 x Rp. 5 = Rp. 195 Rp585
Produk jadi masuk produksi periode ( 980 - 65 ) x Rp. 40 Rp36,600
Harga pokok produk jadi 980 unit Rp39,200
b. Persediaan akhir produk dalam proses :
BBB ( 70 x 90% x Rp.20 ) = 1260
BTKL ( 70 x 50% x Rp.15 ) = 525
BOP ( 70 x 60% x Rp. 5 ) = 210 Rp1,995
Biaya Produksi ( 980 unit + 70 Unit = 1.050 unit ) Rp41,195
PENYUSUNAN ANGGARAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN
• Ada 3 cara untuk menyusun persediaan barang dagangan yaitu :
1. Menentukan Kuantitas pesanan ekonomis ( KPE )
2. Menetapkan tingkat perputaran persediaan
3. Menyusun anggaran persediaan barang dagangan
• Menentukan Kuantitas Pesanan Ekonomis ( KPE )
• Rumus :
2 x KSt x S
KPE =
HSt x I
2 x KSt x S
KPE =
HSt x I
2 x 364 x 7.280
=
1.600 x 0,40
5299840
=
640
= 8281
= 91 Kg
PERPUTARAN PERSEDIAAN :
• Contoh :
• Toko Mubarokah adalah perusahaan penjual daging, mempunyai data
selama triwulan I tahun 2017 adalah sbb :
• Anggaran penjualan :
• Januari 1.100 Kg
• Februari 1.200 Kg
• Maret 1.300 Kg
• Persediaan awal Daging Januari 2017 adalah 100 Kg x Rp. 100.000 = Rp.
10.000.000,-
• Harga Pokok Standar per Kg Rp.100.000, dan tingkat perputaran
persediaan barang dagangan yang dinginkan setiap bulan adalah 8 kali.
• Berdasarkan informasi di atas, maka dapat di hitung harga pokok
penjualan pada triwulan I adalah sbb :
• Harga Pokok Penjualan :
• Januari = 1.100 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 110.000.000,-
• Februari = 1.200 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 120.000.000,-
• Maret = 1.300 Kg x Rp. 100.000,- = Rp. 130.000.000,-
• Perhitungan anggaran persediaan barang dagangan Akhir ( SBDX )
setiap bulan adalah sbb :
• Rumus :
HPJ
SBDX = x 2 - SBDA
TPSBD
• Dimana :
• HPJ : Harga Pokok Penjualan
• TPSBD : Tingkat Perputaran Persediaan Barang Dagangan
• SBDA : Persediaan Barang Dagangan Awal
• Maka Anggaran Persediaan akhir Barang Dagangan setiap Bulan selama
triwulan I adalah sbb :
Januari 2017 :
HPJ
SBDX = x 2 - SBDA
TPSBD
110.000.000
= x 2 - 10.000.000
8
= 13,750,000 x 2 - 10.000.000
= 17,500,000
Februari 2017 :
120.000.000
SBDX = x 2 - 17.500.000
8
= 15,000,000 x 2 - 17.500.000
= 12,500,000
Maret 2017 :
130.000.000
SBDX = x 2 - 12.500.000
8
= 16,250,000 x 2 - 12.500.000
= 20,000,000
• Tingkat Perputaran persediaan Barang Dagangan ( TPSBD ) sbb :
• TPSBD = HPJ / RSBD
• Dimana :
• HPJ : Harga Pokok Penjualan
• RSBD : Rata-rata persediaan barang dagangan
• RSBD = ( SBDA + SBDX ) : 2
• SBDA : Persediaan Barang Dangangan Awal
• SBDX : Persediaan Barang Dagangan Akhir
• Januari :
• TPSBD = 110.000.000 / (( 10.000.000 + 17.500.000 ) : 2 ) = 8 Kali
• Februari :
• TPSBD = 120.000.000 / (( 17.500.000 + 12.500.000 ) : 2 ) = 8 Kali
• Maret :
• TPSBD = 130.000.000 / (( 12.500.000 + 20.000.000 ) : 2 ) = 8 Kali
MENYUSUN ANGGARAN PERSEDIAAN AKHIR BARANG DAGANGAN
Toko Mubarokah
Anggaran Persediaan Akhir Barang Dagangan
Triwulan I Tahun 2017 ( Dalam 000 )
Keterangan Januari ( Rp ) Februari ( Rp ) Maret ( Rp ) Triwulan I
Pembelian 117,500 115,000 137,500 370,000
Persediaan awal 10,000 17,500 12,500 10,000
Barang Siap Jual 127,500 132,500 150,000 380,000
Harga Pokok Penjualan 110,000 120,000 130,000 360,000
Persediaan Akhir 17,500 12,500 20,000 20,000
• Misalkan Harga jual daging per Kg Rp. 120.000,-, Beban usaha variable
per Kg Rp. 15.000,- dan Beban usaha Tetap sebulan Rp. 6.000.000,-
• Maka anggaran Laba rugi dapat disusun sbb :
Toko Mubarokah
Anggaran Laba / Rugi
Triwulan I Tahun 2017 ( Dalam 000 )
Keterangan Januari ( Rp ) Februari ( Rp ) Maret ( Rp ) Triwulan I
Penjualan 132,000 144,000 156,000 432,000
HP Penjualan 110,000 120,000 130,000 360,000
Margin Kontribusi Kotor 22,000 24,000 26,000 72,000
Beban Usaha Variabel 16,500 18,000 19,500 54,000
Margin Kontribusi Bersih 5,500 6,000 6,500 18,000
Beban Usaha Tetap 6,000 6,000 6,000 18,000
Laba ( Rugi ) ( 500 ) 0 500 0
BAB 2
PENYUSUNAN ANGGARAN PIUTANG
• A. Pengertian
• Anggaran Piutang adalah anggaran yang merencanakan secara lebih
terperinci tentang sejumlah piutang perusahaan beserta perubahan-
perubahanya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
• Anggaran piutang menunjukan besarnya piutang dari transaksi-transaksi
penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan.
• Anggaran tersebut menerangkan mengenai jumlah piutang yang tertagih dari
waktu ke waktu, serta menunjukan pula sisa piutang yang belum tertagih
dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
• Sebagai salah satu bentuk investasi, maka piutang dagang:
• Menyerap sejumlah dana modal kerja
• Mempunyai usia tertentu sesuai dengan waktu keterikatan
• Memengaruhi tingkat risiko perusahaan secara keseluruhan
• Perlu dimonitor tingkat efisiensi pengelolaannya dari waktu ke waktu
• Piutang sebagian besar timbul karena terjadinya penjualan secara kredit,
• Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penjualan kredit:
1. Merupakan upaya untuk meningkatkan omset penjualan
2. Kenaikan keuntungan
3. Menjamin kontinuitas hubungan dagang antara perusahaan dengan
pembeli
4. Kredit jangka panjang menciptakan keuntungan tambahanbagi penjual
• Berbagai jenis beban dan biaya yang timbul karena penjualan kredit:
1. Beban biaya modal
2. Biaya administrasi piutang (biaya organisasi dan biaya penagihan piutang)
3. Piutang tak tertagih (bad debts)
• Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan budget
piutang:
• Budget penjualan
• Keadaan persaingan dipasar
• Posisi perusahaan dalam persaingan
• Syarat pembayaran yang ditawarkan perusahaan
• Kebijakan perusahaan dalam penagihan piutang
• Rencana perusahaan untuk melakukan penjualan-penjualan secara
kredit
• Kebijakan Piutang
• Berbagai langkah yang perlu disiapkan antara lain meliputi:
• Dibentuknya unit kerja atau seksi yang khusus ditugaskan mengurusi piutang.
Tugas pokok dari unit kerja ini meliputi:
– Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit
– Menyeleksi calon debitur
– Membukukan transaksi kredit yang terjadi
– Melakukan penagihan piutang
– Membukukan mutasi kredit/piutang
– Menyusun dan mengklasifikasi piutang outstanding menurut usianya
masing-masing
– Membuat analisis dan evaluasi piutang sebagai salah satu bentuk investasi
– Menyusun dan memperkirakan arus kas masuk dari piutang
– Membuat laporan tentang pengelolaan piutang bagi para pengambil
kebijakan
• Digariskannya kebijakan piutang yang jelas untuk dapat digunakan
sebagai pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang. Kebijakan ini,
meliputi:
– Penentuan plafon kredit untuk berbagai jenis/tingkatan debitur
– Penentuan jangka waktu kredit
– Pedoman melakukan seleksi calon debitur (berdasarkan 5C:
Character, Capacity, Capital, Collateral, Conditions)
– Penentuan jumlah piutang ragu-ragu maksimal yang dapat
dibenarkan sebagai dasar penetuan besarnya cadangan piutang
ragu-ragu
– Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk
mengadministrasikan piutang
• Data yang dibutuhkan dalam menyusun Budget Piutang :
1. Rencana penjualan yang tertuang dalam budget penjualan, khusunya
rencana tentang jenis (kualitas), jumlah (kuantitas) serta harga barang
yang akan dijual dari waktu ke waktu.
2. Keadaan persaingan di pasar.
3. Posisi perusahaan dalam persaingan
4. Kebijakan perusahaan dalam penagihan piutang.
5. Syarat pembayaran (term of payment) yang digunakan oleh perusahaan
pada calon pembeli.
• syarat pembayaran, misalkan perusahaan menetapkan sebesar 8/10, n /
30, ini berarti :
• Apabila pihak pembeli membayar dalam waktu 10 hari sejak tanggal
transaksi pembelian, maka kepadanya diberikan potongan (discount)
sebesar 8 % dari jumlah pembelian
• Apabila pihak pembeli membayar setelah batas waktu 10 hari
terlewatkan, maka kepadanya tidak diberikan potongan(discount),
sehingga harus membayar penuh jumlah pembeliannya
• Batas waktu pembayaran paling lambat adalah 30 hari sejak tanggal
transaksi pembelian. Apabila sampai dengan batas tanggal 30 hari
tersebut pihak pembeli belum juga belum membayar, berarti akan di
berikan sanksi.
CONTOH 1
• Berdasar target yang telah di tentukan dalam budget penjualan selama tahun 2018,
PT. Anugrah menawarkan syarat pembayaran (term of payment) kepada para calon
pembelinya sebesar 4/10, n/30 untuk produk “ Titan” dan sebesar 5/10, n/30 untuk
produk adiva.
• Ketentuan :
• Untuk Produk “Titan”
a. Sebanyak 40 % dari transaksi penjualan, dilakukan secara tunai (cash and carry),
sehingga diberikan potongan penjualan (sales discount).
b. Sebanyak 20 % dari transaksi penjualan, dilakukan secara kredit (piutang), kurang
dari batas waktu 10 hari, dengan pelunasan pembayaran dilakukan pihak debitur
pada bulan yang sama pada saat terjadi transaksi dng demikian kepada pembeli di
berikan potongan pemjualan
c. Sebanyak 30 % dari tarnsaksi penjualan, dilakukan secara kredit (piutang), lebih dari
batas waktu 10 hari dengan pelunasan pembayaran di lakukan oleh pihak debitur
pada bulan yang sama maka tidak di berikan discount
d. Sebanyak 10 % dari transaksi-transaksi penjualan, dilakukan secara kredit (piutang),
lebih dari batas waktu 10 hari, dengan pelunasan pembayaran oleh pihak debitur
pada bulan berikutnya dari bulan terjadinya transaksi tersebut. Dengan demikian
kepada pembeli yang bersangkutan tidak akan diberikan potongan penjualan
• Untuk Produk “Adiva”
a. Sebanyak 50 % dari transaksi penjualan, dilakukan secara tunai (cash and
carry), sehingga diberikan potongan penjualan (sales discount).
b. Sebanyak 20 % dari transaksi penjualan, dilakukan secara kredit
(piutang), kurang dari batas waktu 10 hari, dengan pelunasan
pembayaran dilakukan pihak debitur pada bulan yang sama pada saat
terjadi transaksi dengan demikian kepada pembeli di berikan potongan
penjualan
c. Sebanyak 20 % dari tarnsaksi penjualan, dilakukan secara kredit
(piutang), lebih dari batas waktu 10 hari dengan pelunasan pembayaran
di lakukan oleh pihak debitur pada bulan yang sama dimana terjadinya
transaksi maka tidak di berikan discount
d. Sebanyak 10 % dari transaksi-transaksi penjualan, dilakukan secara
kredit (piutang), lebih dari batas waktu 10 hari, dengan pelunasan
pembayaran oleh pihak debitur pada bulan berikutnya dari bulan
terjadinya transaksi tersebut. Dengan demikian kepada pembeli yang
bersangkutan tidak akan diberikan potongan penjualan.
• Misalkan, Budget penjualan perusahaan januari 2018, untuk produk titan
direncanakan terjual sebanyak 115.000 botol dengan harga total penjualan
sebesar Rp. 481.200.000,-, sementara produk “adiva” direncanakan terjual
sebanyak 800.000 kaleng dengan total penjualan sebesar Rp. 204.300.000,-
• Berapakah piutang yang akan diperoleh perusahaan dari kedua produk
tersebut dan susunlah anggaran Piutangnya ?
PENYELESAIAN
Penjualan dg Potongan
Bulan Anggaran Penjualan (Rp) Potongan harga 5% Penerimaan neto
30%
Juli 18,000,000 5,400,000 270,000 5,130,000
Agustus 17,000,000 5,100,000 255,000 4,845,000
September 16,000,000 4,800,000 240,000 4,560,000
Oktober 19,000,000 5,700,000 285,000 5,415,000
Nopember 19,000,000 5,700,000 285,000 5,415,000
Desember 20,000,000 6,000,000 300,000 5,700,000
Total 32,700,000 1,635,000 31,065,000
C = 15% d = 10% e = 5%