Airway Breathing
Circulation Dissability
Penilaian dengan cepat status Evaluasi terhadap keadaan
hemodinamik (tingkat kesadaran, neurologis secara cepat.
warna kulit dan nadi). Hal yang dinilai adalah tingkat
Perdarahan eksternal harus cepat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
dinilai, dan segera dihentikan bila Penurunan tingkat kesadaran perlu
ditemukan, dengan cara menekan diperhatikan pada empat
pada sumber perdarahan baik kemungkinan penyebab yaitu,
secara manual maupun dengan Penurunan oksigenasi atau/dan
menggunakan perban elastis. penurunan perfusi ke otak, Trauma
Bila terdapat gangguan sirkulasi pada sentral nervus sistem, Pengaruh
harus dipasang sedikitnya dua IV obat-obatan dan alkohol, Gangguan
line, yang berukuran besar. atau kelainan metabolik.
Kemudian lakukan pemberian
larutan Ringer laktat sebanyak 2 L
sesegera mungkin
Primary Survey
Hemoglobin, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED)
meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
Pemeriksaan laboratorium ini juga penting untuk mengetahui adanya infeksi atau
komplikasi yang terjadi. Jika terjadi infeksi, akan ditandai dengan peningkatan
leukosit. Ca dan P meningkat saat masuk masa penyembuhan.2
Etiologi
Trauma
Tenaga yang melawan tulang lebih besar dari pada kekuatan tulang
Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
Usia penderita, kelenturan tulang, jenis tulang
Kekuatan langsung: pemukulan, penghancuran >> hasil berbeda
Mekanisme Trauma
Fraktur >> pajanan pada sum-sum tulang >>
ketokolamin >> perdarahan
Kenaikan tekanan dalam tulang >> defect
neuromuskular
Kemampuan fisiologis setelah patah tulang
Manifestasi Klinis
Nyeri terus menerus
Deformitas
Krepitasi
pembengkakan
Komplikasi
Kerusakan Saraf
Iskemik
Nekrosis Avaskuler
Kompartemen sindrom
Penatalaksanaan di UGD
A. Vulnus Laserasi Regio Frontal Jika selesai penjahitan:
Teknik perawatan luka: Gentamisin oral
Desinfeksi sekitar luka dengan cairan 80 mg tiap 8 jam
desinfektan seperti povidone iodine 10%
dan alkohol 70%. 4,5 mg/kgBB/hari yang dibagi
Lakukan tindakan anestesi dengan dalam tiga dosis
lidocain atau xylocain 0.5-1%. Ampisilin
Lakukan tindakan irigasi (pembilasan) Oral 250 – 500 mg tiap 6 jam
pada luka dengan menggunakan cairan
NaCl 0.9%. Parenteral 250 – 500 mg IM atau IV
tiap 6 jam6
Setelah itu dilakukan tindakan
debridement (wound excision) dengan
melakukan pengguntingan pada bagian
tepi luka yang tidak rata.
Rawat perdarahan dengan melakukan
tindakan kompresi lokal.
Setelah itu baru mulai penjahitan luka
Penatalaksanaan di UGD
B. Fraktur Tertutup Tibia 1/3 Retention, immobilisasi fraktur:
tengah mempertahankan posisi reduksi dan
memfasilitasi union sehingga terjadi
Recognition: mengetahui dan penyatuan, immobilisasi dapat
menilai keadaan fraktur dengan dilakukan dengan fiksasi eksterna
anamnesis, pemeriksaan klinik meliputi pembalut gips, bidai, traksi,
dan radiologis. dan fiksasi interna meliputi implant
Reduction: reduksi fraktur logam seperti screw.
apabila perlu, restorasi fragment
fraktur sehingga didapatposisi Rehabilitation :mengembalikan
yang dapat diterima. aktifitas fungsional semaksimal
mungkin.
Terapi
Terapi operatif:
Reposisi tertutup – Fiksasi eksterna
Terapi secara farmakologist, dapat Setelah reposisi baik berdasarkan
dilakukan dengan:
control radiologis intraoperatif maka
Diberi obat golongan analgesik-opioid dipasang alat fiksasi eksterna.
yang memiliki sifat seperti opium,
diantaranya adalah morfin, kodein, Reposisi tertutup dengan control
tebain, dan papaverin. radiologis diikuti fiksasi interna
Cara ini sekarang terus
dikembangkan menjadi “close
nailing” pada fraktur femur dan
tibia, yaitu pemasangan fiksasi
interna intra meduller (pen) tanpa
membuka frakturnya.
Terapi
ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
Keuntungan cara ini adalah memberikan reposisi anatomis total dan mobilisasi dini tanpa
fiksasi luar.
(1) fraktur dengan kemungkinan bahaya avaskular yang tinggi seperti fraktur pada talus;
(2) fraktur yang tidak bisa di reposisi tertutup, seperti fraktur dislokasi;
(3) fraktur yang dapat di reposisi tapi sulit dipertahankan, seperti fraktur antebrachii dan
pergelangan kaki; dan
(4) fraktur yang dengan operasi memberikan pengalaman yang lebih baik, seperti fraktur
femur dan tibia.
Prognosis & Pencegahan
Pada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta
tatalaksana dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika
penanganannya cepat, maka prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga
sebaliknya.
Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk. Bahkan
jikalau parah, tindakan yang dapat diambil adalah cacat fisik hingga
amputasi. Selain itu penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih
bagus prognosisnya disbanding penderita dengan usia lanjut.
Kesimpulan