Anda di halaman 1dari 28

Teknologi

Pengolahan Karet

Disusun Oleh :
• Aufia Citra Rahfama
• Angelina Lestari Panjaitan
• Nurtiani
Pendahuluan
Karet merupakan bahan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis, karet
dihasilkan dari hasil ekstraksi beberapa pohon yang banyak tumbuh di
wilayah yang beriklim lembab, misalnya pohon Para (Hevea Brasiliensis) atau
yang biasa dikenal dengan pohon karet yang dikenal menghasilkan getah dan
menjadi karet. Karet juga merupakan salah satu komoditas yang paling
banyak diperdagangkan di dunia. Karet dihasilkan dari getah susu pohon saat
pohon terkena luka di kulitnya. Mengenai Sejarah dari karet dan siapa yang
pertama kali menmukan karet, Sekitar 3.500 tahun yang lalu, orang Indian
yang tinggal di wilayah Amerika Selatan sudah mengenal Karet yang
dihasilkan dari getah Pohon. Karet ini digunakan oleh bangsa Indian sebagai
Sejarah bahan baku dalam membuat bola untuk permainan yang disebut Tlachtlic.
Permainan ini merupakan perpaduan antara sepak bola dan bola basket.

Penemuan Permainan ini sudah lama dimainkan oleh Bangsa Indian dan Suku Aztec
Meksiko, khusus untuk suku Aztec sendiri mereka yang kalah dalam
permainan Tlachtlic akan dikorbankan kepada para dewa.Sejarah mengenai
Pohon Karet karet juga ditemukan dalam catatan Christopher Colombus seorang
penjelajah yang terkenal pada abad ke 15 ketika menjelajahi benua Amerika.
Dalam catatannya, ia mengatakan melihat para penduduk asli bermain
dengan bola karet.Karet kemudian mulai dikenal di Eropa pada tahun 1735
saat seorang matematikawan dan juga seorang penjelajah asal Prancis
bernama Charles Marie de La Condamine tertarik dengan getah yang keluar
dari pohon Para tersebut. Charles kemudian menamai getah tersebut dengan
nama Latex yang berarti Fluid atau cairan.
Kemudian pada tahun 1770, Josep Priestley (1733-1804)
seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris menemukan kegunaan
dari karet pertama kali. Ia menemukan bahwa karet dapat
digunakan untuk menghapus tulisan dari pensil. Ia kemudian
menamai benda tersebut dengan nama ‘Rubber‘ yang artinya
Karet. Pada tahun 1791, Samuel Peal membuat pakaian dan alas
kaki yang tahan air. Ia membuatnya dari bahan campuran karet dan
terpentin (getah pohon pinus). Kemudian pada abad ke 18, Thomas
Hancock dari Inggris menemukan karet vulkanisir. Di saat yang
sama Charles Goodyear seorang penemu asal Amerika juga
menemukan karet vulkanisir secara tidak sengaja. Proses vulkanisir
meningkatkan ketahanan dan fleksibilitas dari karet.
Pada tahun 1876, Henry Wickham kemudian membawa
ribuan bibit karet ke wilayah Asia Tenggara yang kemudian menjadi
wilayah penghasil utama karet. Pada tahun 1879, Gustave
Bouchardat (1842-1918) dikenal sebagai dokter dan ahli kimia asal
Prancis, menemukan karet sintetis. Karet sistetis ini membuat
produksi sepeda meningkat saat ban sistertis pertama di dunia
diproduksi pada tahun 1890. Mulai tahun 1909 beberapa jenis
karet sintetis telah ditemukan di seluruh dunia.
Karet (Rubber)

• Divisi : Spermatophyta
• Sub Divisi : Angiospermae
• Kelas : Dicotyledonae
• Ordo : Euphorbiales
• Famili : Euphobiaceae
• Genus : Hevea
• Spesies : Hevea braziliensis
Jenis – Jenis
Karet
• Tinggi tempat 0 - 200 meter diatas
permukaan laut
• Curah hujan 1.500 - 3.000
mm/tahun
• Bulan kering kurang dari 3 bulan
• Kecepatan angin maksimum 30
Persyaratan km/jam
Tumbuh • Kemiringan tanah kurang dari 10%
• Tekstur tanah lempung berpasir dan
Pohon Karet liat berpasir
• Batuan di permukaan maupun di
dalam tanah 15%
• pH tanah berkisar 4,3 - 5,0
• Drainase tanah sedang
1 2 3
Keunggulan Dapat tumbuh Mampu membentuk Dapat memberikan
Karet pada berbagai
kondisi dan jenis
ekologi hutan, yang
pada umumnya
terdapat pada daerah
pendapatan harian
bagi petani yang
mengusahakan.
lahan, serta masih lahan kering beriklim Prospek harganya juga
mampu dipanen basah, sehingga karet cukup baik walaupun
hasilnya meskipun cukup baik untuk sering
tanah tidak subur menanggulangi lahan berfluktuasi/tidak
kritis. stabil.
Proses Pengolahan Karet
Alam
Metode
Pengolahan RSS
Karet LATEKS
PEKAT
(RIBED
SMOKE
CRUMB
RUBBER
LATEKS
CREEPE

Mentah SHEET)
Tanaman karet digores/disayat pada kulit batangnya
akan mengeluarkan cairan pekat berwarna putih yang disebut
LATEKS.
Lateks ini akan kering dan menggumpal apabila
dibiarkan lebih dari 2 jam. Pohon karet ini baru boleh dipanen
(untuk diambil lateksnya) setelah berusia 5 tahun dan memiliki
usia produktif 25 sampai 30 tahun. Lateks akan diolah menjadi
bentuk baru (produk barang jadi). Lateks yang masih dalam
bentuk cairan menjadi bahan baku produk balon karet mainan,
permen karet, sarung tangan karet, kondom dan lain-lain.
Lateks yang sudah kering (membeku, sering disebut kompo)
menjadi bahan baku ban mobil, conveyor belt, karet pelindung
pada bodi mobil, dan lain-lain.
METODE RSS
(Ribed Smoke
Sheet)
Tahap
Selanjutnya ...
Hasil Akhir
Metode
Crum BAHAN BAKU
KARET (padatan)
PEREMAHAN PEMBLENDINGAN PENGERINGAN

Rubber
Bahan baku disortir dari benda-benda non
karet (kontaminasi) antara lain:
- tali plastik,
- pecahan mangkok lateks,
- tali rafia,
- scrap/getah tarik,
- potongan kayu,
- daun-daun,
- sobekan goni plastik, dan lain-lain.

Benda-benda (kontaminasi) ini akan dikumpulkan dan


dikembalikan ke pengirim.
Bahan Baku
1. Cup Lump (Lump Mangkok)
• Bekuan lateks yang menggumpal secara alami
• Waktu  kurang lebih 3 jam
• Kadar Karet Kering (KKK) sebesar 60% - 90%

2. SLAB
• Bekuan lateks yang menggumpal secara sengaja + asam semut (Formic
acid)
• Kadar Karet Kering (KKK) sebesar 30% - 60%
• Bantalan dengan ukuran 40 x 30 x 10 cm. Slab karakter mutu yang
kurang baik bila dibandingkan dengan Cup Lump.

Proses pengolahan perbandingan campuran antara Slab dan Cup


Lump. Perbandingan 1 Slab dan 3 Cup Lump memberikan hasil yang baik bagi
produk. Semakin banyak komposisi Cup Lump maka semakin baik juga karakter
mutu yang akan dihasilkan. Bahan baku (Slab dan Cup Lump) ini ditimbang
terlebih dahulu. Tujuan penimbangan untuk mengetahui berat basah bahan baku
yang masuk kedalam pabrik.
Laboratorium kemudian akan memeriksa kadar karet kering bahan
baku karet tersebut untuk dapat mengetahui berat kering yang diterima oleh
pabrik.
Proses Pengolahan
• BAK BLENDING I
Mempermudah pencampuran antara Slab dan Cup
Lump Diisi air yang fungsinya mencuci bahan baku.
Pencucian ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi. Air
akan diganti secara berkala (biasanya seminggu sekali)
untuk menjamin efektifitas pencucian bahan baku
• PREBREAKER
Bucket Conveyor, bahan baku dipindahkan dari Bak
Blending I ke mesin Prebreaker. Bahan baku tadi akan
diremahkan menjadi ukuran-ukuran yang lebih kecil.
Apabila ukuran sebelumnya seukuran "bantal tidur"
maka setelah lewat dari Prebreaker ukurannya akan menjadi
seukuran "jempol kaki"
• BAK BLENDING II
Remahan-remahan yang keluar dari
Prebreaker selanjutnya masuk ke dalam Bak
Blending II. Mirip dengan fungsi Bak Blending I
maka Bak Blending II juga berfungsi sebagai
pencampur. Seluruh remahan-remahan akan
Tahap diaduk sehingga diharapkan bahan baku menjadi
homogen.
Selanjutnya ... Air dalam bak blending yang menjadi
media pencampur. Maka bahan yang
sebelumnya memiliki karakter berbeda akibat
adanya Cup Lump dan Slab, jenis tanaman,
proses pertumbuhan, perawatan tanaman, akan
menjadi homogen (sama karakter mutunya
disetiap bagian produk).
• HAMMER MILL
 Untuk meremahkan bahan baku yang ada di Bak
Blending II  Remahan "jempol kaki“ mjd 0,5 - 1
Tahap cm
 Untuk memperluas bidang permukaan bahan baku
Selanjutnya ...  pencucian optimal
 Mekanisme "pemukulan".  memaksa kontaminasi
memisahkan diri dari bahan baku.
Tahap Selanjutnya ...
• BAK BLENDING III
Fungsinya hampir sama dengan fungsi
Bak Blending yang sebelumnya yaitu sebagai
pencampur dan pencuci untuk mengurangi
kontaminasi yang masih ada
Media transportasi dari Hammer Mill ke mesin
proses selanjutnya.
Proses mikro blanding bertujuan agar Mendapatkan
keseragaman bahan baku dengan proses mikro dan menjadikannya
dalam bentuk Proses ini mirip dengan proses membuat adonan
campuran beton, yakni dengan mengaduk semen, pasir, kerikil
sehingga didapatkan campuran yang homogen
Proses Mikro Blending adalah sebuah cara menggiling
remahan yang diatur sedemikian rupa sehingga remahan saling
"tindih" satu sama lain didalam penggilingan. Proses "saling tindih"
ini memaksa remahan-remahan karet untuk menjadi satu bagian
Penggilingan yang akhirnya akan menjadi bentuk lembaran.
Roll Gilingan Crepper dibuat berulir/motif bunga agar efek
Remahan pemerasan Agar remahan karet sudah menjadi sebuah kesatuan
maka perlu dilakukan penggilingan berulang-ulang. untuk
mendapatkan hasil yang homogen Penggilingan menyemprotkan air
sehingga kotoran-kotoran yang keluar oleh proses penggilingan
terbuang oleh proses pencucian
Operator Gilingan /"Operator Crepper“ bertugas untuk melipat
lembaran sebelum masuk kedalam Crepper. Lembaran yang terlipat
inilah yang akan membuat remahan-remahan karet saling "tindih"
pada saat digiling Crepper Finisher proses pelipatan lembaran tidak
diperlukan lagi.
Lembaran
lebar kurang lebih 60 cm, ketebalan 6 - 7 mm.

Lembaran yang mirip selendang ini digulung


kemudian dikirim ke Gudang Maturasi untuk proses
"Pemeraman".
1 buah gulungan memiliki berat kurang lebih 24 kg
(Berat sebelum maturasi) disebut "Blangket". Kadar Karet
Kering dalam Blangket yang baru dihasilkan adalah sekitar
70% (nilai sebelum maturasi).
Menyusun blangket-
blangket dalam Gudang Maturasi.
Proses Maturasi berlangsung
selamat 6 - 8 hari. Biasanya hasil
terbaik didapatkan ketika blangket
sudah dimaturasi selama 8 hari.
Maturasi yang lebih dari 8 hari juga
akan memberikan hasil yang lebih
baik.
Sebelum dilakukan
maturasi sebaiknya blangket di
drainase terlebih dahulu karena
blangket baru yang masih dalam
keadaan basah dapat menimbulkan
genangan air dan menyebabkan
kelembaban udara dalam gudang
menjadi tinggi. Maka semakin tinggi
kelembaban udara akan
membutuhkan waktu lebih dalam
untuk maturasi.
Selain itu proses
drainase juga dapat mengurangi
terjadinya cacat (white spot).

MATURASI Penyusunan
diidetifikasi
blangket
menurut
dapat
umurnya.
Papan identifikasi yang diletakkan
( PEMERAMAN ) disetiap kelompok blangket.
Mempertahankan nilai PRI & mengurangi Kadar Air dalam
Blangket. Biasanya K3 setelah maturasi selama 8 hari adalah
80 - 90%. Nilai PRI adalah ukuran dari besarnya sifat
plastisitas (keliatan/kekenyalan) karet yang masih tersimpan,
bila karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu
140 derajat Celcius.
Tujuan
Utama Pengujian PRI mengukur degradasi (penurunan) ketahanan
MATURASI karet mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi. Nilai lebih
dari 80% menunjukkan bahwa ketahanan karet mentah
terhadap oksidasi adalah besar. nilai PRI dapat diperkirakan
mudah tidaknya karet menjadi lunak dan lengket-lengket jika
lama disimpan atau dipanaskan. Hal ini penting nantinya
pada proses vulkanisasi karet pembuatan barang jadi, agar
diperoleh sifat karet yang lebih kuat dan teguh.
Rekapitulasi
Luas Areal,
Produksi &
Tenaga Kerja
Karet.
Anonim. 1982. “Standar International untuk Mutu dan Kemasan Karet Alam. Jakarta :
Departemen Perdagangan dan Koperasi.

Anonim. 2014. “Proses Pengolahan Karet Crumb


Rubber”.https://sites.google.com/site/gapoktanpetanikaretrakyat/classroom-
news/proses-pen golahan -karet-crumb-rubber. Diakses Sabtu 24 Oktober 2018.
Anonim. “Teknologi Pengolahan Karet Crumb
Rubber”. http://elnuhacenter.yolasite.com/reso
urces/karet/TEKNOLOGI%20PENGOLAHAN%20KARET%20CRUMB%20RUBBER.pptx.
Diakses Sabtu 24 Oktober 2018.
DAFTAR Abednego JG. 1989. “Pengolahan Karet Crepe”. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan.

PUSTAKA Nurazizah, Ulfa. 2013. “Proses Pengolahan Karet”. http://rafhaulfa.blogspot.co.id/2013/


05/contoh-makalah-pengolahan-karet-proses.html. Diakses Sabtu 24 Oktober 2018.

Panca Wardanu, Adha. 2010. “Teknologi Pengolahan Karet”. https://apwardhanu.word


press.com/politeknik-ketapang/teknologi-pengolahan-karet/. Diakses Sabtu 24 Oktober
2018.

Rahmawati, Irma. 2011. “Industri Karet dan


Pengolahannya”. http://irizlovely.blogspot.co.id/ 2011/08/industri-karet-dan-
pengolahannya.html. Diakses Sabtu 24 Oktober 2018.

Untung, Ony. 1996. “Peremajaan Karet Ala Goodyear”. Trubus no 324.

Anda mungkin juga menyukai