Anda di halaman 1dari 22

Oleh : AMIN ZAINULLAH

Disampaikan pada acara Forum Group


Discussion (FGD) untuk penyusunan
Satuan Pekerjaan

BATU, 2 Desember 2019


Analisa Harga Satuan Pekerjaan pertama kali
dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda
No. 5372 A pada tanggal 28 Februari 1921, yang
kemudian disesuaikan dengan kemajuan
konstruksi sehingga kini menjadi Analisa SNI.
Analisa tersebut lebih dikenal dengan Analisa BOW
(Burgerlijke Openbaare Werken)
Burgerlijke =Dinas/Pemerintah
Openbare = Umum
Werken = Pekerjaan
alias Dinas Pekerjaan Umum
Analisa Harga Satuan pada jaman Belanda
didahului dengan perhitungan material yang
diperlukan, kemudian upah kerja dan
ditambahkan biaya sewa peralatan yang
pada waktu itu jumlah dan macam
perlatannya masih sangat terbatas.

Penentuan koefisien dilakukan dengan


penelitian sederhana namun bisa mencukupi
kebutuhan di lapangan.
Pada Analisa BOW no G-41

Kebutuhan material untuk membuat 1 m3


beton adalah:
340 kg Semen Portland
0,544 m3 Pasir cor
0,817 m3 Kerikil
Dari mana koefisien tersebut ?
 Para ahli analisa BOW membuat penelitian
tentang semen sebagai berikut:

 apabila kita memiliki semen normal 1 liter


(1dm3) , dan ditimbang maka beratnya adalah
1,25 kg. Jadi berat isinya adalah = 1,25 kg/liter

 Setiap 1 liter semen yang masih terurai secara


normal terdiri dari butiran sebesar 0,51 liter
(51%) dan udara 0,49 liter (49%)
KANDUNGAN BUTIRAN PADAT DAN UDARA PADA SEMEN
menurut “ANALISA BOW “

Udara 49%
Butiran 51%

Akan tetapi semen memerlukan air sebanyak 25% untuk


berubah menjadi padat, sehingga nantinya membentuk
batu (mengeras) dan jika dicampur pasir dan kerikil
akan menjadi beton yang memiliki kekuatan tekan tinggi
Campuran butiran semen 51% ditambah air
25 % akan menjadi batu semen sebanyak 76%
menguap

100 100

Sisa air yang tak


terserap semen
UDARA 76
49%
76%
51 larutan 50
air dan
Semen semen
padat mengendap
kemudian
51% membatu
0 0
1. Semen, bahan padat 51% + Air 25 %
= 76%, atau koefisien = 0,760

2. Pasir ( Ø 0- 4 mm) , bahan padat


60% + Air 7% = 67,5% atau koefisien
0,675

3. Kerikil (Ø >4 – 32 mm) , bahan padat


52% tidak memerlukan air , koefisien
0,520
1 m3 semen menjadi > 1 m3 x 0,760 = 0,760 m3

2 m3 pasir menjadi > 2 m3 x 0,675 = 1,350 m3

3 m3 kerikil menjadi > 3 m3 x 0,520 = 1,560 m3 +

Jumlah beton = 3,670 m3

Ternyata 1 m3 semen + 2 m3 pasir + 3 m3 kerikil bukan


menjadi 6 m3, tetapi hanya 3,67 m3 karena celah-
celah antara kerikil dengan kerikil diisi pasir dan
celah-celah pasir diisi pasta semen
Berapa air yang diperlukan ?
Sebenarnya air yang benar-benar ikut bereaksi (kebutuhan
minimal) untuk menjadikan beton hanya sebanyak :
- Dari kebutuhan PC = 0,25 x 272 liter = 68 liter
- Dari kebutuhan pasir = 0,075 x 544 liter = 40,8 liter +
Jumlah minimal = 108,8 liter

Dalam pelaksanaan sangat sulit membuat campuran dengan kadar air


semen sebanyak itu, untuk itu perlu ditambah, tetapi jumlah air juga tidak
boleh terlalu banyak, dibatasi oleh faktor air semen (f.a.s), kira-kira antara
0,40 - 0,60. Beton yang terlalu encer akan rendah mutunya, namun terlalu
kental juga berakibat kropos karena sulit dipadatkan.
Apakah faktor air semen itu ???
f.a.s adalah perbandingan berat air dengan berat semen yang
disarankan untuk membuat campuran beton.
Misal ditentukan f.a.s = 0,55 maka pada campuran 1 PC : 2 Ps : 3 Kr adalah :
Kebutuhan PC per m3 = 340 kg
Maka kebutuhan air = f.a.s x kebutuhan PC
= 0,55 x 340 kg = 187 kg
Karena berat isi air = 1 kg/liter, maka air yang diperlukan
= 187 liter.

Kita ketahui bahwa keperluan air sesungguhnya untuk campuran beton


adalah sebesar 108,8 liter, jadi air selebihnya sebanyak :
187 liter - 108,8 liter = 78,2 liter.
Hanyalah sebagai pengencer saja, yang akan diuapkan lagi setelah beton
dicor, atau dalam istilah kimia air sisa tersebut dinamakan
katalisator/pembantu.
Berapa banyaknya material yang diperlukan dalam 1 kali
pencampuran pada molen ???
Tergantung kapasitas molen !!! Baca/pelajari dahulu kapasitasnya. Kalau
tidak ada data, maka buatlah campuran eksperimen 1 : 2 : 3
takarlah dengan teliti. Setelah dimasukkan campurannya dan ditambah air
secukupnya (dengan feeling/perkiraan), maka tuanglah seluruh beton yang
sudah jadi dan takarlah . Misal dari hasil takaran mendapatkan volume 120
liter (0,12 m3), maka setiap kali pencampuran diperlukan material sebanyak :

PC = 0,12 x 340 kg = 40,8 kg


atau setara dengan 1 sak PC isi 40 kg
Pasir = 0,12 x 544 liter = 65,28 liter
atau setara dengan 2 kotak takaran isi 32 liter

Kerikil = 0,12 x 817 liter = 98,04 liter


atau setara dengan 3 kotak takaran isi 32 liter

Air = 0,12 x 187 liter = 22,44 liter


atau setara dengan 4,5 ember isi 5 liter
Agar bisa menjaga perbandingan campuran dengan baik,maka harus
dibuatkan kotak takaran yang kuat dari kayu, misalkan menggunakan basis
volume 1 sak isi 40 kg, sebagai berikut :

1 Sak PC isi 40 kg volumenya = 40/1,25 = 32 liter

Maka ukuran kotak takaran adalah sebagai berikut :


Panjang = 50 cm = 5 dm
Lebar = 40 cm = 4 dm
Tinggi = 16 cm = 1,6 dm

Volume = Panjang x Lebar x Tinggi = 5 dm x 4 dm x 1,6 dm


= 32 dm3 = 32 liter
Dari analisa mix design akan dihasilkan perbandingan
campuran.
Contoh :
Untuk membuat beton K-175 didaerah A, setelah menganalisa pasir
dan kerikil yang akan digunakan meliputi gradasi butirannya, berat
isinya, kekerasannya, maka dihasilkan campuran 1 PC : 2,5 Ps : 3,5 Kr

Kondisi ini barang kali untuk daerah B berbeda, karena mutu


agregatnya lebih rendah, berat isinya lebih ringan, tingkat
kekerasannya lebih lunak atau gradasinya berbeda dengan daerah
A, maka untuk membuat beton dengan K-175 pada Daerah B
barangkali diperlukan campuran 1 PC : 2,5 Ps : 3 Kr.
Angka - angka yang dikeluarkan pada hasil mix design sangat
berbeda antara satu dan lainnya.
Daftar G : Banyaknya bahan yang diperlukan untuk membuat 1 m3 Beton
Perbandingan campuran
1 PC 1 PC 1 PC 1 PC 1 PC
No Keperluan
bahan 1 ½ Ps 2 Ps 2 Ps 1 ½ Ps 3 Ps
2 ½ Kr 3 Kr 4 Kr 5 Kr 6 Kr
1 PC = Kg 415 340 298.5 250 212

2 Pasir = m3 0.48 0.54 0.48 0.50 0.50

3 Kerikil = m3 0.80 0.82 0.96 1.00 1.00

Anda mungkin juga menyukai