Anda di halaman 1dari 18

D R A WIJA

EN
MARHA
ATMAJA ULIAH
K
BAHAN ASI
BISNIS DAN HAM HUKUM
H A K AS
IA
MANUS H U KUM
A S
FAKULT
UN U D R 2014
NP A S A
TEMATIK
 Prinsip-prinsip Panduan Untuk Bisnis dan Hak
Asasi Manusia: Menerapkan Kerangka Perserikatan
Bangsa-bangsa “Perlindungan,penghormatan¸ dan
Pemulihan” (Komisi HAM PBB (2012),
 Regulasi Bisnis di sektor Perkebunan dan Hak
asasi Manusia (Mohamad Zaki Hussein 2013).
 Diskusi

MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 2


PRINSIP-PRINSIP PANDUAN UNTUK BISNIS DAN HAK ASASI
MANUSIA: MENERAPKAN KERANGKA PERSERIKATAN BANGSA-
BANGSA “PERLINDUNGAN,PENGHORMATAN¸ DAN PEMULIHAN”

Prinsip-prinsip panduan ini menetapkan norma-


norma berdasarkan prinsip-prinsip hukum internasional
dan harapan sosial, memberikan landasan tidak
hanya untuk masa depan pembuatan aturan oleh
negara-negara di tingkat nasional dan global, tetapi
juga kerangka otoritatif terhadap perilaku bisnis
yang akan dinilai dari titik ini ke depan.

MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 3


TIGA PILAR
Prinsip-prinsip panduan ini pada dasarnya terdiri dari tiga pilar yang
berbeda tetapi saling terkait, yaitu:
1. Kewajiban negara untuk melindungi hak asasi manusia, di mana
pemerintah harus melindungi individu dari pelanggaran hak asasi
manusia oleh pihak ketiga, termasuk bisnis, melalui kebijakan, peraturan,
dan peradilan yang sesuai.
2. Tanggung jawab perusahaan untuk menghormati hak asasi manusia,
bahwa perusahaan bisnis harus bertindak dengan uji tuntas untuk
menghindari dilakukannya pelanggaran atas hak pihak lain dan untuk
mengatasi akibat yang merugikan di mana mereka terlibat; dan
3. Kebutuhan untuk memperluas akses bagi korban mendapatkan
pemulihan yang efektif, baik melalui mekanisme yudisial maupun non-
yudisial.
MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 4
TIGA PILAR ...[2]
Setiap pilar merupakan elemen penting dalam sistem pencegahan
dan tindakan pemulihan yang saling terkait dan dinamis:
1. tugas Negara untuk melindungi karena hal ini terdapat dalam
setiap inti instrumen hukum hak asasi manusia internasional;
2. tanggungjawab korporasi untuk menghormati karena ini
merupakan harapan mendasar yang dimiliki masyarakat
terhadap bisnis dalam kaitan dengan hak asasi manusia; dan
3. akses atas pemulihan karena bahkan usaha-usaha yang telah
dilakukan secara bersama-sama tidak dapat mencegah semua
pelanggaran.

MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 5


UJI TUNTAS HAK ASASI MANUSIA (HUMAN RIGHTS DUE
DILIGENT )
Dalam rangka mematuhi dan melaksanakan Prinsip-Prinsip Panduan
ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan korporasi untuk
mengintegrasikan HAMdalam operasionalisasi bisnisnya, antara lain
korporasi harus melakukan uji tuntas hak asasi manusia (human
rights due diligent), dengan cara:
1. Mengembangkan komitmen kebijakan untuk menghormati hak
asasi manusia.
2. Menilai potensi dan dampak aktual hak asasi manusia.
3. Mengintegrasikan dan bertindak atas temuan penilaian tersebut.
4. Melakukan audit terhadap penanganan dampak yang terjadi.
5. Mengkomunikasikan bagaimana penanganan dampak yang terjadi.
MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 6
PRINSIP-PRINSIP UMUM.
Prinsip-Prinsip Panduan ini dibuat dalam pengakuannya
atas:
a) Kewajiban Negara untuk melindungi, menghormati, dan
memenuhi hak asasi manusia dan kebebasan dasar;
b) Peran perusahaan bisnis sebagai organ khusus dari
masyarakat yang melakukan fungsi-fungsi khusus,
sehingga harus mengikuti peraturan yang berlaku dan
menghormati hak asasi manusia;
c) Kebutuhan akan hak dan kewajiban yang sesuai dengan
pemulihan yang layak dan efektif ketika dilanggar.
MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 7
TUGAS NEGARA UNTUK MELINDUNGI
HAK ASASI MANUSIA
Prinsip-prinsip dasar:
1.Negara-negara harus melindungi dari pelanggaran HAM
oleh pihak ketiga, termasuk perusahaan bisnis, di dalam
wilayah dan/atau yurisdiksi mereka. Hal ini membutuhkan
diambilnya langkah-langkah yang pantas untuk mencegah,
menyelidiki, menghukum dan memulihkan pelanggaran
tersebut melalui kebijakan, legislasi, peraturan, dan sistem
peradilan yang efektif.
2.Negara-negara harus menyampaikan secara jelas harapan
atau ekspektasi bahwa seluruh perusahaan bisnis yang
berdomisili di dalam wilayah dan/yurisdiksi mereka
menghormati HAM di seluruh operasi mereka.
MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 8
AKSES ATAS PEMULIHAN (ACCESS TO REMEDY)
Prinsip Dasar,
 Sebagai bagian dari tugas untuk melindungi dari
pelanggaran hak asasi manusia terkait dengan bisnis,
 Negara harus mengambil langkah-langkah yang
layak untuk memastikan, melalui cara-cara
yudisial, administratif, legislatif atau lainnya,
 bahwa ketika pelanggaran demikian terjadi di dalam
wilayah dan/atau yurisdiksi mereka, mereka yang
terkena dampaknya memiliki akses atas
pemulihan yang efektif.
MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 9
PRINSIP HAM YANG DIAKUI DALAM REGULASI BISNIS DI
SEKTOR PERKEBUNAN
Pengakuan Pertama, terhadap tanah hak ulayat masyarakat hukum
adat.
Pengakuan ini terdapat dalam pasal 9 ayat (2) uu No. 18 Tahun 2004
tentang Perkebunan yang mensyaratkan pelaku usaha perkebunan untuk
melakukan musyawarah dengan masyarakat hukum adat, jika tanah yang
hendak digunakan adalah tanah hak ulayat masyarakat hukum adat.
Pengakuan ini juga terdapat dalam Pasal 3 uu No. 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok agraria (uuPa).
Pengakuan atas hak ulayat diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1999
tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak ulayat Masyarakat Hukum
adat.

MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 10


PRINSIP HAM YANG DIAKUI DALAM REGULASI BISNIS DI
SEKTOR PERKEBUNAN [2]
Pengakuan yang kedua adalah pengakuan terhadap
hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang
merupakan bagian dari hak untuk hidup dan terkait
dengan hak atas kesehatan.
Pengakuan ini terdapat dalam pasal 25 dan 26 uu
Perkebunan.
..................
Pengakuan ketiga adalah pengakuan secara implisit
terhadap hak-hak yang bisa terkena dampak dari
produk perkebunan yang membahayakan kesehatan
dan keselamatan manusia serta fungsi lingkungan
hidup. MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014
11
PRINSIP HAM YANG DIAKUI DALAM REGULASI BISNIS DI
SEKTOR PERKEBUNAN [3]

MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 12


POTENSI PELANGGARAN HAM DALAM REGULASI
BISNIS DI SEKTOR PERKEBUNAN
Pasca batalkannya Pasal 21 dan 47 oleh MK pada September 2011, setidaknya
masih ada satu pasal lagi dalam UU No 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
yang membuka peluang bagi terjadinya pelanggaran HAM, yakni Pasal 20 yang
membolehkan pelaku usaha untuk ”melakukan pengamanan usaha
perkebunan dikoordinasikan oleh aparat keamanan dan dapat melibatkan
bantuan masyarakat di sekitarnya.”
Ketentuan ini dapat melegitimasi penggunaan pasukan pengamanan swasta
untuk menghadapi masyarakat yang sedang bersengketa dengan pihak
korporasi perkebunan.
Banyak konflik agraria yang terjadi melibatkan kekerasan antara warga atau
petani dengan pasukan keamanan swasta atau pamswakarsa dari pihak
korporasi.
Bahkan konflik juga terjadi antara warga atau petani dengan buruh dari
korporasi perkebunan.
MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 13
POTENSI PELANGGARAN HAM DALAM REGULASI
BISNIS DI SEKTOR PERKEBUNAN [2]
 Potensi pelanggaran HaM juga terdapat dalam
Peraturan Menteri Negara agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 1999 tentang
Izin Lokasi.
 Peraturan Menteri agraria/Kepala BPN ini tidak
memiliki ketentuan yang mengatur bahwa
izin lokasi harus ditetapkan atas dasar
kesepakatan dengan warga pemegang hak
atas tanah di lokasi yang dimohon.
MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 14
POTENSI PELANGGARAN HAM DALAM
REGULASI BISNIS DI SEKTOR PERKEBUNAN [3]

MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 15


DISKUSI DAN TUGAS
 Pengakuan prinsip-prinsip HAM dalam regulasi
bisnis (di luar sektor perkebunan), dengan
menggunakan rujukan Prinsip-prinsip Panduan
Untuk Bisnis dan Hak Asasi Manusia: Menerapkan
Kerangka Perserikatan Bangsa-bangsa
“Perlindungan, penghormatan¸ dan Pemulihan”.
 Tugas dituangkan dalam bentuk Makalah dan
dikumpulkan pada saat Ujian Akhir Semester.

MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 16


BAHAN BACAAN
 Komisi HAM PBB (2012), Prinsip-Prinsip Panduan untuk Bisnis dan Hak Asasi
Manusia: Kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa
“Perlindungan,Penghormatan¸ dan Pemulihan”, Penterjemah: Christian
Donny Putranto, (Penerbit Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Jakarta).
 Mohamad Zaki Hussein (2013), Regulasi Bisnis Di Sektor Perkebunan dan
Hak asasi Manuisa, (Penerbit Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat,
Jakarta).
 Sophie Chao dan Marcus Colchester , Eds., 2011, Hak Asasi Manusia dan
Agribisnis Di Asia Tenggara: Pendekatan Hukum Plural terhadap Resolusi
Konflik, Penguatan Kelembagaan dan Pembaruan Hukum, Catatan Proses
Lokakarya di Bali, Indonesia 28 November – 1 Desember 2011, (Bali: Komnas
HAM, Forest Peoples Programme, dengan Rights and Resouces Initiative dan
Mitra Samdhana Institute dan RECOFTC – The Center for People and Forests).

MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 17


BISNIS DAN HAM

MARHAENDRA WIJA ATMAJA | 2014 18

Anda mungkin juga menyukai