Semen Pemboran
Semen Pemboran
Indra Bayu
113130099
Outline
• Fungsi penyemenan
• Tipe penyemenan
• Klasifikasi semen pemboran API
• Komposisi semen
• Bahan aditif semen
• Sifat fisik Bubur semen
Semen
Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses pencampuran
(mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen (slurry) melalui casing
sehingga mengalir ke atas melewati annulus di belakang casing sehingga casing
terikat ke formasi . Pada umumnya penyemenan bertujuan untuk melekatkan
casing pada dinding lubang bor, melindungi casing dari masalah-masalah mekanis
sewaktu pemboran berlangsung (seperti torsi yang tinggi dan lain-lain), melindungi
casing dari fluida formasi yang bersifat korosif dan untuk memisahkan zona yang
lain di belakang casing. Penyemenan merupakan faktor yang paling penting dalam
operasi pemboran sehingga dapat mereduksi kemungkinan-kemungkinan
permasalahan secara mekanis sewaktu melakukan pemboran pada trayek
selanjutnya.
Fungsi Penyemenan
Adapun tujuan dari penyemenan yang kita lakukan antara lain :
• Melindungi dan melekatkan casing pada dinding formasi.
• Menutup daerah hilang sirkulasi dan mengisolasi lapisan dibelakang casing
agar tidak terjadi komunikasi antar lapisan.
• Mencegah penyusupan gas atau fluida formasi yang bertekanan tinggi ke celah
antara casing dan formasi, yang dapat menimbulkan masalah yang yang
membahayakan dipermukaan.
• Menutup sumur yang akan ditinggalkan.
• Memperbaiki casing yang rusak.
• Memperbaiki kesalahan pada waktu perforasi.
Tipe Penyemenan
Operasi penyemenan yang tidak sempurna dapat menimbulkan banyak
masalah, antara lain sulitnya mengontrol produksi pada tiap-tiap lapisan formasi
produktifnya. Oleh karna itu type penyemenan terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Primary Cementing adalah penyemenan yang pertama kali dilakukan setelah casing
diturunkan kelubang sumur. Primary Cementing juga terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu :
• Penyemenan Intermediate.
atau kerusakan pada casing atau juga memperbaiki penyemenan pada Primary
(Abandonment Well) Dan menutup zona air dibawah zona produksi minyak.
Klasifikasi Semen Pemboran
Dilihat dari fungsinya, semen dapat diklasifikasikan atau dikelompokan
menjadi beberapa tipe menurut API (API spec. 10) yaitu :
• Kelas B : Digunakan untuk sumur sampai kedalaman 1830 meter (6000 ft) apabila
kondisi formasi membutuhkan tahan sulfat sedang sampai tahan sulfat tinggi.
• Kelas C : Digunakan pada sumur dengan kedalaman 1830 meter (6000 ft) apabila
kondisi membutuhkan sifat kekuatan awal yang tinggi.
• Kelas D : Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 1830 meter (6000 ft) sampai
kedalaman 3050 meter (10000 ft) dengan kondisi suhu dan tekanan sedang.
Klasifikasi Semen Pemboran
• Kelas E : Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 3050 meter (10000 ft) sampai
kedalaman 4270 meter (14000 ft) dengan kondisi suhu dan tekanan tinggi.
• Kelas F : Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 3050 meter (10000 ft) sampai
kedalaman 4880 meter (16000 ft) dengan kondisi suhu dan tekanan tinggi.
• Kelas G : Digunakan sebagai semen pemboran dasar untuk kedalaman 2440 meter
(8000 ft), atau dapat digunakan dengan akselerator dan retarder untuk
memperoleh batas jangkauan kedalaman sumur dan suhu yang lebuh luas.
Klasifikasi Semen Pemboran
• Kelas H : Digunakan sebagai semen pemboran dasar untuk kedalaman sampai
2440 meter (8000 ft) dan dapat digunakan dengan penambahan akselerator dan
retarder untuk memperoleh batas jangkauan suhu dan kedalaman sumur yang
lebih luas.
• Kelas J : Digunakan untuk semen dasar pemboran untuk kedalaman 3660 meter
(12000 ft) samapai kedalaman 4880 meter (16000 ft) pada kondisi suhu dan
tekanan yang amat tinggi atau dapat digunakan dengan penambahan akselerator
dan retarder untuk memperoleh batas jangkauan sumur dan suhu yang lebih
besar.
Komposisi Semen Pemboran
Pada umumnya terdapat 4 (empat) senyawa kimia yang berperan sebagai
senyama aktif dalam semen. Bila semen mengalami hidrasi, sennyawa ini
memberikan pengaruh besar dalam pembentukan kekuatan semen keringnya.
Senyawa-senyawa tersebut antara lain :
• Tricalcium Aluminate (C3A)
C3A terbentuk dari perpaduan CaO dan Al2 O3.
• Meningkatkan kekuatan.
e. Friction Reducer
a. Thickening Time
Thickening time ialah waktu yang diperlukan bubur semen untuk
mencapai harga konsistensi 100 Bc. Persamaan umum :
Bc = (T - 78 x 2)/20
Keterangan :
Rapat jenis dari bubur semen ( slurry) ditentukan oleh perbandingan campuran air dan bubuk
semen, dimana makin tinggi kadar air maka makin kecil harga kerapatan bubur semen. Dapat
Keterangan :
o Ga = berat aditif
o Gw = berat air
o Vw = volume air
o Va = volume aditif
Sifat Fisik Bubur Semen
c. Filtration Loss
Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dan suspensi semen kedalam
formasi permeable yang dilaluinya. Ciran ini disebut dengan filtrat, filtrate
kehilangan filtrate ini tidak boleh terlalu banyak, karena akan menyebabkan
suspensi semen kekurangan air.
Water cement ratio ialah perbandingan air yang dicampur dengan bubuk semen
sewaktu suspensi semen dibuat. Jumlah air yang dicampurkan tidak boleh lebih
atau kurang, karena akan mempengaruhi baik buruknya ikatan semen nantinya.
Sifat Fisik Bubur Semen
e. Waiting On Cement
Shear bond strength didefinisikan kekuatan semen dalam menahan berat casing.
Harga shear bond strength ini dapat dihitung dengan cara mengukur gaya tekan
(compressive strengt)
Sifat Fisik Bubur Semen
g. Compressive Strength
Kekuatan pada semen dapat dibagi menjadi dua, yaitu compressive strength
vertical.
Pada temperatur tinggi akan terjadi gangguan pada kekuatan semen seiring
dengan bertambahnya suhu, hal ini lebih dikenal dengan “strength retrogetion”.
Hal ini mengubah komposisi komponen semen dan menyebabkan kekuatan dari
semen hilang.
Sifat Fisik Bubur Semen
h. Viskositas
Pengukuran viskositas pada bubur semen menggunakan istilah konsistensi karena bubur
semen merupakan fluida non-newtoian. Harga konsistensi ini dapat dipengaruhi oleh kadar
air dalam bubur semen dan dapat pula diubah dengan menggunakan bahan adiktiv
i. Hidrasi Semen
Hidrasi semen Portland adalah suatu reaksi kimia yang berurutan antara clinker, kalsium
sulfat dan air sampai akhirnya suspensi semen mengeras. Akan Tetapi ada beberapa
yaitu :
k = O x w x c x L x 2 / A x 200
Keterangan :
K = Permeabilitas, md
O = Ukuran orifice
L = Panjang sample, cm
C = Mercury reading
A = Luas permukaan, cm²
W = Water reading
200 = Konstanta yang ditentukan waktu kalibrasi orifice