0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan7 halaman
Pada percobaan ini, mahasiswa membuat sediaan steril infus glukosa 5,9% dengan menggunakan bahan glukosa monohidrat, norit, dan WFI steril. Sediaan yang dibuat dievaluasi memenuhi persyaratan seperti pH 6, volume 100 mL dan 500 mL, serta jernih dan bebas partikel.
Pada percobaan ini, mahasiswa membuat sediaan steril infus glukosa 5,9% dengan menggunakan bahan glukosa monohidrat, norit, dan WFI steril. Sediaan yang dibuat dievaluasi memenuhi persyaratan seperti pH 6, volume 100 mL dan 500 mL, serta jernih dan bebas partikel.
Pada percobaan ini, mahasiswa membuat sediaan steril infus glukosa 5,9% dengan menggunakan bahan glukosa monohidrat, norit, dan WFI steril. Sediaan yang dibuat dievaluasi memenuhi persyaratan seperti pH 6, volume 100 mL dan 500 mL, serta jernih dan bebas partikel.
Hilma Meylandi (SF16041) Ira Santya (SF16044) Maulida Juliyana (SF16059) Mey Leny Fitriawati (SF16062) Muhammad Fikri (SF16065) Putri Asha Meidina (SF16089) Rizka Nur Astuti (SF16104) Roid Aminul Mustofa (SF16107) Siti Amalia (SF16116) Siti Nur Azizah (SF16119) Tujuan dari praktikum pembuatan sediaan infus glukosa monohidrat kali ini adalah : ◦ Mahasiswa dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan steril infus glukosa. ◦ Mahasiswa dapat membuat sediaan steril infus glukosa dalam skala laboratorium sesuai dengan persyaratan sediaan steril yang telah ditentukan. Perhitungan Bahan Untuk Sediaan 100 mL (dilebihkan 10%) 5,9 ◦ Glukosa Monohidrat 5,9 % = x 100 mL = 5,9 g + (5,9 g x 10%) = 6,49 g 100 0,1 ◦ Norit 0,1 = x 100 mL = 0,1 g + (0,1 g x 10 %) = 0,11 g 100
◦ WFI Steril = ad to 110 mL
Perhitungan Bahan Untuk Sediaan 500 Ml (dilebihkan 10%) 5,9 ◦ Glukosa Monohidrat 5,9 % = x 500 mL = 29,5 g + (5,9 g x 10%) = 32,45 g 100 0,1 ◦ Norit 0,1 = x 500 mL = 0,5 g + (0,5 g x 10 %) = 0,55 g 100
◦ WFI Steril = ad to 550 mL
Hasil Evaluasi Sediaan
◦ Penetapan pH =6 ◦ Penetapan volume dalam wadah = 100 mL dan 500 mL ◦ Kejernihan larutan = Larutan jernih ◦ Bahan partikular dalam larutan = Larutan bebas partikular Formula yang digunakan untuk pembuatan sediaan tetes mata kali ini yaitu glukosa monohidrat, norit dan WFI steril. Glukosa monohidrat berfungsi sebagai zat aktif (zat yang akan memberikan efek terapi dalam sediaan). Norit sebagai zat yang berfungsi untuk membebaskan pirogen yang ada dalam sediaan. Sebelum digunakan karbon aktif harus diaktivasi terlebih dahulu. Aktivasi karbon aktif dilakukan dengan cara memasukkan karbon aktif ke dalam oven pada suhu 76C selama 24 jam. Karbon aktif diaktivasi agar dapat mendekomposisi tar dan dapat memperluas luas permukaan pori-pori dalam struktur karbon, aktivasi ini dapat dilakukan dengan panas, uap atau CO2 sebagai aktivator (Suhartana, 2006). Sedangkan fungsi WFI steril yaitu sebagai pelarut steril yang bertujuan untuk melarutkan bahan bahan lain dan untuk memenuhi volume sesuai yang tertera pada sediaan. Semua pengerjaan dilakukan secara aseptis, yang mana aseptis adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan kondisi steril. Sediaan infus yang sudah dibuat dilakukan evaluasi fisika yang meliputi penetapan pH, penetapan volume sediaan, kejernihan larutan dan pengecekan bahan partikulat dalam larutan. Untuk penetapan pH dilakukan sebelum sediaan steril ditambahkan karbon aktif dan dipanaskan pada suhu 80°C. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui perkiraan penurunan pH yang terjadi setelah sterilisasi akhir, sehingga sediaan tetap berada dalam rentang pH stabilnya yang mana menurut Depkes RI (1995) pH stabil sediaan infus yaitu 3,5-6,5. Selain itu menurut Kibbe (2000) yang mana jika pH sediaan yang lebih rendah yaitu (pH < 3,5) akan menyebabkan terbentuknya karamel. Sedangkan jika pH terlalu basa (pH > 6,5) dapat menyebabkan sediaan terdekomposisi dan berwarna coklat. Berdasarkan pernyataan diatas pH sediaan infus yang dibuat sudah sesuai literatur yaitu 6 karena masih memenuhi rentang pH sesuai persyaratan yang ada. Pengecekan pH sediaan infus harus diperhatikan untuk menjamin stabilitas sediaan, baik pada penampilan sediaan ataupun efek farmakologis zat aktif itu sendiri. Untuk penetapan volume sediaan dalam wadah hasil yang didapat sudah sesuai dengan yang tertera di kemasan yaitu 100 mL dan 500 mL. Sedangkan untuk pengecekan kejernihan larutan dan pengecekan bahan partikulat dalam larutan, didapat larutan obat yang dibuat jernih dan bebas partikel asing. Hasil yang didapat sudah sesuai literatur menurut Depkes RI (1995) yang menyatakan syarat sediaan infus yaitu harus jernih dan bebas partikel asing. Pada percobaan pembuatan sediaan steril infus glukosa kali ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : ◦ Pembuatan sediaan steril infus glukosa dimulai dengan sterilisasi alat dan bahan, penimbangan bahan obat, pencampuran bahan obat, evaluasi sediaan pewadahan sediaan dan sterilisasi akhir. ◦ Hasil evaluasi dari sediaan steril infus glukosa sudah memenuhi persyaratan dari literatur yang ada dan sudah sesuai dengan persyaratan sediaan steril infus. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kibbe, A. H. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients Third Edition. London : Pharmaceutical
Press.
Suhartana. 2006. Pemanfaatan Tempurung Kelapa sebagai Bahan Baku Arang Aktif dan Aplikasnya untuk Penjernihan Air Sumur di Desa Belor Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan. Jurnal Berkala Fisika. 9 (3) : 151-156.