Anda di halaman 1dari 32

MANFAAT DAN BAHAYA ZAT ADITIF PADA

BAHAN MAKANAN
(Kimia Bahan Makanan)

Oleh
Yandri A.S.

JURUSAN KIMIA FMIPA


UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
PENDAHULUAN
Zat aditif: adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu
pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Termasuk ke dalamnya
adalah pewarna, penyedap rasa dan aroma, pemantap, antioksidan,
pengawet, pengemulsi, antigumpal, pemucat, dan pengental (Peraturan
Menteri Kesehatan R.I. No. 329/Menkes/PER/XII/76).

Zat aditif:
a. Ditambahkan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu,
misalnya untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa,
pengawetan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain-lain
b. Aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam
jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan, misalnya
terbentuknya asam laktat, alkohol dan lain-lain.
Pengawetan: Semua metode yang digunakan dengan tujuan untuk
memperpanjang masa simpan bahan makanan.

Sebab-sebab kerusakan bahan makanan:


a. Mikroorganisme
b. Reaksi biokimiawi(enzimatis)
c. Reaksi kimia: misalnya ketengikan pada lemak
d. Kerusakan fisis
e. Kadar air
f. Serangga
Cara-cara Pengawetan:
a Pengeringan
b. Temperatur tinggi: sterilisasi, pengalengan.
c. Temperatur rendah: chilling (0 oC ) ; freezing (- 40 oC).
d. Ultra filtrasi: penyaringan
e. Garam
f. Gula
g. Asap: aldehid, asam-asam organik, alkohol, fenol.
h. Bahan pengawet Kimia ( zat aditif yang ditambahkan
ke dalam bahan makanan)
Zat pengawet kimia:
Pengawet digunakan dalam bahan makanan olahan dengan
dua fungsi:
(1) dirancang untuk mencegah oksidasi;
(2) untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Kedua fungsi tersebut penting untuk pengawetan, pengangkutan,


penyimpanan, dan stabilitas zat makanan dalam suplai bahan
makanan manusia.

Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik dalam


bentuk asam atau garamnya.
Zat pengawet organik:
1. Asam sorbat : untuk mencegah pertumbuhan kapang dan bakteri(pH 6,5)
(mencegah kerja enzim dehidrogenase terhadap asam lemak)
2. Asam propionat: efektif terhadap kapang dan beberapa khamir pada
pH di atas 5.
3. Asam benzoat: digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan
bakteri. Benzoat efektif pada pH 2,5-4,0.
4. Cuka(larutan 4% asam asetat dalam air): digunakan sebagai pengawet
dalam roti untuk mencegah pertumbuhan kapang.
5. Etilen oksida dan propilen oksida: bersifat membunuh semua mikroba
termasuk spora dan virus. digunakan sebagai fumigan terhadap
bahan-bahan kering seperti rempah-rempah, tepung, dan lain-lain
6. Antioksidan: digunakan untuk mencegah oksidasi lipida, terutama
asam lemak tidak jenuh ( misalnya butil hidroksi anisol dan butil hidroksi
toluen; BHA dan BHT).
Beberapa Zat Pengawet Spesifik
OH OH CH2-COO-
-OOC-CH CH2-COO
C(CH3)3 2
N
+
CH
(CH3)3C C(CH3)3
CH
OMe CH3
butylated butilated +N
hydroxyanisole hydroxytoluene - OOC-CH
2
CH2-COO -
(BHA) (BHT) CH2-COO
etylenediamine tetraacetate (ion)
CH3-CH2-COO - OH
COO- COO-
ion propionat
HO OH
CH3-CH=CH-CH=CH-COO -
ion sorbat
OH COOC3H7
ion benzoat p-hidroksi benzoat propilgalat
(paraben) (antioksidan)

NO2- NO3- SO2 SO3- S2O32-

nitrit nitrat sulfur sulfit metabisulfit


dioksida
Zat pengawet anorganik:
1. Sulfit: digunakan dalam bentuk gas SO2, garam Na, atau K-
sulfit, bisulfit, dan metabisulfit. Membentuk senyawa yang tak
dapat difermentasi oleh enzim mikroba, mereduksi ikatan
disulfida enzim, dan bereaksi dengan keton membentuk
hidroksisulfonat yang dapat menghambat mekanisme
pernafasan. Gejala sesak nafas ditunjukkan oleh penderita
asma.
2. Nitrit dan nitrat : digunakan terutama dalam pengolahan
daging sebagai antibakteri yang kuat atau potensial terutama
untuk mencegah pembusukan. Penggunaan nitrit bereaksi
dengan amina sekunder, seperti prolina atau derivat poliamin
yang ada dalam bahan makanan pada kondisi pH sama dengan
lambung dan membentuk nitrosamin(karsinogen).
Mekanisme Pembentukan Nitrosamin
POLIAMINA DAGING
SAYURAN NH2
dan H2N
NH2
DAGING OLAHAN
BAHAN MAKANAN H2N PROTEIN
ataudari
BAKTERI SALURAN
PENCERNAAN pencernaan

H3C
CH3
CH3 H2C AMIN
H3C CH2
NH N COOH KEDUA
NH N H
H
DMA DEA PIPERIDINA PROLINA
Nitrit NITRIT (NO2-) diserap ke dalam tubuh
pH-3 SALIVA
NITRAT melalui N2O2 atau hemoglobin
bakteri saluran pencernaan
H2NO2- metemoglobin
(Fe3+)
H3C CH3
N O2
NITROSAMIN N COOH
(karsinogen)
N N
O O pengangkutan O2

diserap
Toksisitas dan status beberapa bahan makanan tambahan
Tambahan Konsentrasi yang Sifat keracunan Status sekarang
diizinkan

BHT/BHA 0,02% lemak 0,01% diet anjing, 1 tahun, tidak ada GRAS
pengaruh; 2% diet, tikus, 6 bulan, tidak
ada pengaruh; oral LD50, tikus, 4-5 g/kg
berat badan (bb)
Propionat Tidak ada batas 1-3 g/hari, tikus, tidak ada pengaruh GRAS
maksimal terhadap umur (life-span); (secara
alamiah dalam beberapa keju; sampai
1%)
Sorbat Tidak ada batas 8% diet, tikus, 90 hari tidak ada pengaruh GRAS
maksimal nyata; oral LD50, tikus: 4-5 g/kg berat
badan
Benzoat Maks 0,05-0,1% Tidak ada keracunan akut, manusia; 8% Dalam tinjauan;
diet, tikus, menurunkan pertambahan diharapkan
berat badan, membesarkan ginjal dan hati, regulasi
cepat mati
Parabens Maks 0,1% Diet 0,05-0,1%, anjing, 1 tahun, tidak ada GRAS
pengaruh; oral LD50, mencit: 2-3,7 g/kg
berat badan
Nitrat/nitrit Maks 0,02-0,05% Oral MLD, tikus, 200 mg/kg bb; oral Sedang ditinjau
MLD, anjing: 330 mg/kg bb

SO2/sulfit Maks 0,05% 0,05-1,0 g/hr, anjing, 1-12 bulan tidak ada GRAS (kecuali
perubahan gross mikroskopis; >0,1% untuk bahan
tikus, desktruksi tiamin. 1 g/hari manusia, makanan tinggi
menurunkan dayaguna protein dan lemak; tiamin)
4-5 g: muntah
Pewarna Bahan Makanan
Secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang
sangat menentukan. Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak, dan
teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang
tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna
yang seharusnya

Warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau


kematangan.
Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai
dengan adanya warna yang seragam dan merata.
Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna,
yaitu:
1. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan misalnya
klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan
warna merah pada daging.
2. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna
coklat, misalnya warna coklat pada kembang gula karamel atau roti yang
dibakar.
3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard, yaitu antara gugus
amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi; misalnya susu bubuk
yang disimpan lama akan berwarna gelap.
4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna
hitam, atau coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam
serta enzim, misalnya warna gelap permukaan apel atau kentang yang
dipotong.
5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik,
yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan.
Beberapa sifat pigmen alami
Jumlah Dapat larut
Jenis pigmen senyawa Warna Sumber dalam Kestabilan

Antosianin 120 Jingga, merah, Tanaman Air Peka pada


biru perubahan pH,
panas
Flavonoid 600 Tak berwarna, Umumnya Air Tahan panas
kuning tanaman
Leukoantosianin 20 Tak berwarna Tanaman Air Tahan panas

Tanin 20 Tak berwarna, Tanaman Air Tahan pans


kuning
Betalin 70 Kuning, merah Tanaman Air Peka terhadap
panas
Kuinon 200 Kuning sampai Tanaman, Air Tahan panas
hitam bakteri,
alga
Xanton 20 Kuning Tanaman Air Tahan panas

Karotenoid 300 Tak berwarna, Tanaman Lemak Tahan panas


kuning, merah
Klorofil 25 Hijau, coklat Tanaman Lemak, air Peka terhadap
panas
Pigmen heme 6 Merah, coklat Hewan Air Peka terhadap
panas
Pigmen
Klorofil: Ada dua jenis klorofil yang telah berhasil diisolasi, yaitu
klorofil a dan klorofil b. Keduanya terdapat dalam tanaman dengan
perbandingan 3 : 1.
Klorofil a mengandung atom magnesium yang diikat oleh nitrogen
dari dua cincin pirol dengan ikatan kovalen serta oleh dua buah
atom nitrogen dari dua cincin pirol lain melalui ikatan koordinat
kovalen.
Klorofil yang berwarna hijau dapat berubah menjadi hijau
kecoklatan dan mungkin menjadi coklat akibat substitusi
magnesium oleh hidrogen membentuk feofitin (klorofil yang
kehilangan magnesium). Reaksi tersebut berjalan cepat pada
larutan yang bersifat asam.
- fitol
klorofil klorofilid

- Mg - Mg

- fitol
feofitin feoforbid

Blair dan Ayres (1943) mengamati perubahan warna kapri yang dikalengkan.
Ternyata selama proses pengalengan, pH kapri turun dari 6,6 menjadi 6,1 dan
warna yang hijau menjadi pucat kecoklat-coklatan Bila pH dinaikkan
perubahan warna dapat dicegah.

Selama pemasakan bayam dan petsai, terbentuk asam-asam organik yang


dapat menurunkan pH. Bila tutup dibuka, asam-asam itu akan teruapkan ke
luar dan warna hijau dapat lebih dipertahankan.
Mioglobin dan hemoglobin:
Hemoglobin mempunyai BM sekitar 68.000 dan terdiri dari protein
yang disebut globin. Pada molekul tersebut terikat empat gugusan
heme. Molekul globin terdiri dari empat rantai peptida yang
tersusun dalam bentuk konfigurasi tetra-hedral.
Zat kimia warna daging adalah pigmen heme atau tepatnya pigmen
mioglobin. Dalam daging ternak jumlah besi yang ada sebagian
besar terdapat pada mioglobin.
Proses curing daging melibatkan pemberian nitrat dan garam
dapur. Pada umumnya proses curing terjadi kaarena: Reaksi
biologis yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan NO2 yang
mampu mereduksi feri menjadi fero; Terjadinya denaturasi globin
oleh panas. Bila daging yang di-curing dipanaskan pada suhu 150F
atau lebih, maka terjadi proses denaturasi tersebut. Hasil akhir
curing daging membentuk pigmen nitrosilmioglobin bila tidak
dimasak, dan nitrosilhemokromogen bila telah dimasak.
Perubahan warna pigmen mioglobin

Oksimioglobin
Prot - Fe2+ - Porf.
NO hemokromogen
Porf. = Porfirin
pink O2
merah terang
+ O2 - O2

NO mioglobin Oksimioglobin
Protein - Fe2+ - Porf. Prot - Fe2+ - Porf. oksidasi Metmioglobin
merah Prot - Fe2+ - Prf.
NO (pink) HNO2 reduksi
H2O coklat
ungu merah

denaturasi

Heme Hemin
Protein + Fe2+ - Porf. Fe3+ - Porf.
oksidasi
coklat
Karotenoid
Karotenoid merupakan pigmen berwarna kuning, oranye, merah
oranye, serta larut dalam minyak (lipida). Karotenoid
terdapat dalam kloroplas (0,5% bersama-sama dengan
klorofil (9,3%), terutama pada bagian permukaan atas daun,
dekat denngan dinding sel-sel palisade.
Karotenoid terdapat dalam buah pepaya, kulit pisang, tomat,
cabai merah, mangga wortel, ubi jalar, dan pada beberapa
bunga yang berwarna kuning dan merah. Diperkirakan lebih
dari 100 juta ton karoteoid diproduksi setiap tahun di alam.
Karotenoid merupakan senyawa yang mempunyai rumus kimia
sesuai atau mirip dengan karoten. Karoten sendiri
merupakan campuran dari beberapa senyawa, yaitu -, -,
dan -karoten. Karoten merupakan hidrokarbon atau
turunannya yang terdiri dari beberapa unit isoprena (suatu
diena). Sedangkan turunannya yang mengandung oksigen
disebut xantofil.
Karotenoid yang banyak terdapat di alam dan bahan makanan
adalah -karoten dan likopen yang merupakan molekul serupa,
perbedaannya terletak pada cincin pada karbon ujung. Pada
karoten cincinnya tertutup, sedang pada likopen terbuka.

H3C
CH3 CH3 CH3
H3C

CH3
CH3 CH3 CH3
CH3
cincin -ionon -karoten cincin -ionon

H3C
CH3 CH3 CH3 H3C

CH3 CH3 CH3 CH3


CH3
likopen
Antosianin
Antosianin dan antoxantin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada
umumnya larut dalam air. Flavonoid mengandung dua cincin benzena yang
dihubungkan oleh tiga atom karbon. Ketiga karbon tersebut dihubungkan oleh
sebuah atom oksigen sehingga terbentuk cincin di antara dua cincin benzena.

Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai pada bunga,
buah-buahan, dan sayur-sayuran. Dalam tanaman terdapat dalam bentuk
glikosida, yaitu membentuk ester dengan monosakarida (glukosa, galaktosa,
ramnosa, dan kadang-kadang pentosa). Sewaktu pemanasan dalam asam mineral
pekat, antosianin pecah menjadi antosianidin dan gula.

O O O

OH OH
O O O

flavonol flavanonol isoflavon


Antoxantin
Antoxantin termasuk kelompok pigmen flavonoid yang berwarna kuning dan larut
dalam air. Antoxantin juga merupakan suatu glikosida dengan satu atau dua
monosakarida (ramnosa dan glukosa). Pemanasan dalam asam encer akan
memecahnya menjadi flavon atau turunannya (flavonol, falvanonol, atau
isoflavon) dan monosakarida.

Antoxantin banyak terdapat dalam lendir sel daun yang kebanyakan tidak
digunakan sebagai makanan. Beberapa flavon yang dikenal adalah kuersetin
(kulit bawang, teh), hesperin (jeruk, lemon), dan apigenin (dajlia kuning).
Antoxantin berbeda dengan pigmen kuning/jingga (karotenoid) karena sifatnya
larut dalam air, sedangkan karotenoid larut dalam lipida.
3'
2' 4'
1
8
O 5'
7 1'
2 6'
6 4 3
5
O flavon
Tanin
Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat
tidak berwarna sampai berwarna kuning atau coklat. Asam tanat
mempunyai BM 1.701 terdiri dari sembilan molekul asam galat dan
sebuah molekul glukosa.

Beberapa ahli pangan berpendapat bahwa tanin terdiri dari


katekin, leukoantosianin, dan asam hidroksi yang masing-masing
dapat menimbulkan warna bila bereaksi dengan ion logam.
Senyawa-senyawa yang dapat bereaksi dengan protein dalam proses
penyamakan kulit kemungkinan besar terdiri dari katekin dengan
BM yang sedang, sedangkan katekin dengan BM rendah banyak
ditemukan pada buah-buahan dan sayuran.

Katekin dan epikatekin merupakan isomer, yaitu pada katekin


hidroksil-hidroksil pada cincin piran bergeometri trans, sedangkan
epikatekin bergeometri cis (pada karbon nomor 2 dan 3).
OH OH
OH OH
OH OH
HO O HO O

OH OH
OH OH OH

katekin/epikatekin leukoantosianin
(flavan-2,3-diol)

Di dalam teh terdapat katekin dan epikatekin yang teresterifikasi


dengan asam galat. Sedang katekin dan leukoantosianin banyak
terdapat pada jaringan tanaman apel, anggur, almond, dan pear.
Leukoantosianin dalam buah apel merupakan suatu dimer dari dua
molekul 1-epikatekin.
Penggunaan zat pewarna dalam bahan makanan
Bahan pewarna berasal dari diet asli orang Amerika. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata anak Amerika mengkonsumsi sekitar 35
mg/hari. Sumber yang paling penting adalah minuman tidak beralkohol, es
krim, dan gula-gula, tablet vitamin; obat-obat untuk anak-anak juga
mempunyai kontribusi yang nyata.

Beberapa pewarna yang semula diizinkan dalam bahan makanan sudah


dihilangkan dari Daftar GRAS (Gambar 3). Sejak tahun 1974 ada tiga warna
merah, dua warna kuning, satu warna hijau, satu warna ungu dan satu warna
hitam (hampir semua terbuat dari coal tar/hasil destilasi bituminous) sudah
tidak digunakan lagi termasuk FDC Reds 2 dan 4.

Sebab-sebab dilarangnya atau rendahnya kadar yang diizinkan adalah


karena sudah dibuktikan pada ternak bahwa zat-zat tersebut dapat
menyebabkan kematian yang cepat, kanker, atau gejala keracunan lain.
Umpamanya violet no. 1 dilarang dalam tahun 1973 oleh (hasil) penelitian
orang Jepang yang menunjukkan bahan dapat menyebabkan kanker pada
tikus dari level 5% dalam diet
Pewarna juga sudah disimpulkan sebagai penyebab hiperaktif-nya beberapa
anak-anak yang diketahui sangat kompleks sifatnya, banyak hal yang
mempengaruhinya dan asal-usulnya kurang banyak diketahui.
Juga, banyak di antara anak hiperaktif tersebut menderita alergi. Diketahui
bahwa pentingnya (relatif) reaksi alergi dan faktor diet (selain daripada
pewarna) terhadap sifat hiperaktivitas, belum dievaluasi.
Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam makanan dikenal
sebagai permitted color atau certified color. Untuk penggunaannya zat
warna tersebut harus menjalani tes dan prosedur penggunaan yang disebut
proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia,
toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut

Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan


arsen tidak boleh lebih dari 0,00014% dan timbal tidak boleh lebih dari
0,001%, sedangkan logam berat lain tidak boleh ada. Zat pewarna bagi
makanan yang diizinkan di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut.
Zat pewarna yang diizinkan di Indonesia
Warna Nama Nomor indeks warna
I. Zat warna alam
Merah Alkanat 75520
Merah Cochineal red (karmin) 75470
Kuning Annato 75120
Kuning Karoten 75130
Kuning Kurkumin 75300
Kuning Safron 75100
Hijau Klorofil 75810
Biru Ultramarin 77007
Coklat Karamel -
Hitam Carbon black 77266
Hitam Besi oksida 77499
Putih Titanium dioksida 77891
II. Zat warna sintetik
Merah Carmoisine
Merah 14720
Amaranth 16185
Merah Erythrosin
Oranye 45430
Sunsetyellow FCF 15985
Kuning Tartrazine
Kuning 19140
Queneline yellow 47005
Hijau Fast green FCF
Biru 42053
Brilliant blue FCF 42090
Biru Indigocarmine (indigotine)
Ungu 42090
Violet GB 42640
Produk olahan yang menggunakan zat pewarna
Konsentrasi ppm
Sedang Rata-rata
Kembang gula dan biskuit 10-400 100
Minuman (cair/tepung) 5-200 75
Dessert powder 5-600 140
Serelia 200-500 350
Makanan hewan piaraan 100-400 200
Roti 10-500 50
Es krim 10-200 30
Sosis (permukaan) 40-250 125
Makanan kecil 15-500 200
Penggunaan zat pewarna dalam minuman
Rasa Zat pewarna Konsentrasi (ppm)
Orange FD & Yellow no 6 54
Red no 2 atau
FD & C Yellow no 6 54
Red no 40
Cherry FD & C Red no2 atau 50
FD & C Red no 40 80
Raspberry FD & C Red no2 45
Blue no 1
Violet no 1
Grape FD & C Red no 2 55
Blue no 1
Yellow no 5 atau
FD & C Violet no 1 30
Yellow no 6
Strawberry FD & C Red no 2 50
Yellow no 6 atau
FD & C Red no 40 40
Lime FD & C Yellow no 5 20
Blue no 1
Lemon FD & C Yellow no 5 20
Cola Karamel 400
Root beer Karamel 400
Cara mengidentifikasi zat aditif dalam bahan makanan:
1. Test boraks: Zat makanan yang diperkirakan mengandung boraks
dimasukkan ke dalam cawan penguap ditambah metanol, kemudian
dibakar dan diamati nyalanya. Nyala hijau muda menunjukkan zat
makanan tersebut positif mengandung boraks.
2. Test salisilat: 1 ml larutan sampel ditambah 2 tetes FeCl3, terjadi
warna ungu, menunjukkan test positif terhadap salisilat.
3. Test sulfit: 10 gram cuplikan bahan makanan digerus dalam lumpang,
tambahkan 25 ml air suling, aduk dan saring. Filtratnya diperiksa
adanya ion sulfit: 5 ml filtrat dalam tabung reaksi ditambah 5 tetes air
brom panaskan sampai mendidih dan didinginkan. Kemudian
tambahkan 5 tetes HCl 5 M dan 5 tetes BaCl2 1 M, jika terbentuk
endapan putih BaSO4, menunjukkan test positif terhadap sulfit.
4. Test formaldehida dan salisilat: 5 gram contoh dilarutkan dalam 50
ml air suling ditambah 1-2 ml asam asetat 4 N, lalu dikocok dalam
corong pemisah dengan 2 kali 20 ml eter. Kemudian eter diuapkan
dalam cawan gelas hingga kering.
Residu ditambah dengan 10-20 ml air suling. Sebagian larutan ditambah
beberapa tetes larutan 10% FeCl3, jika terbentuk warna lembayung
menunjukkan adanya asam salisilat.
Ke dalam 3 ml asam sulfat pekat yang ditambah 2 tetes larutan 10%
FeCl3, dituangkan perlahan-lahan sejumlah yang sama, dengan larutan
dalam air dari contoh. Jika terbentuk warna merah lembayung
menunjukkan adanya sejumlah kecil formaldehida.
5. Test asam benzoat secara kwalitatif: 10-20 gram contoh ditambah
40 ml air panas dan 5 ml 0,25 N NaOH dan dipanaskan dalam penangas
air lalu didinginkan. Setelah itu disaring dan ditambah CaCl2 10%,
dipanaskan dan disaring. Ditambahkan H3PO4 dan dikocok dengan eter
dalam corong pemisah. Larutan eter ditampung dalam 2 pinggan
porselen. Residu yang pertama ditambah 10 tetes H2SO4 pekat dan 1
tetes HNO3 pekat dan dimasukkan ke dalam tabung kimia. Tabung kimia
dimasukkan ke dalam penangas gliserol suhu 110-120 0C selama 10 menit.
Tabung ditiup hingga NO2 keluar. Kemudian diencerkan dengan air dan
ditambah NH4OH hingga alkalis. Didihkan, dinginkan dan ditambah
perlahan-lahan ammonium sulfida kuning. Adanya warna merah coklat
6. Test zat warna: Sebanyak 50-100 ml sirop yang sudah
diencerkan dengan perbandingan 1:4 dimasak selama 10
menit dengan 5-20 ml larutan kalium bisulfit 10% dan 3-4 cm
benang wol putih yang tidak berlemak. Setelah 10 menit
dimasak, benang diangkat dan dicuci sampai bersih dengan
air panas. Benang dikeringkan dan dipotong-potong.
Sepotong benang wol yang sudah kering ini ditetesi dengan
amonia. Bila benang wol berubah menjadi hijau kotor, maka
zat warna yang dipakai adalah zat warna alam. Untuk
pemeriksaan lebih lanjut dilakukan sebagai berikut:
Keempat benang wol ditetesi masing-masing dengan HCl
pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10%, amonia 12%. Lalu
dibandingkan perubahan warna benang wol tersebut dengan
daftar perubahan warna dari berbagai macam pereaksi.
Prinsip identifikasi nitrit dan nitrat dalam air

Nitrit: Penentuan secara kolorimetri menurut metoda


GRIES secara diazotasi dan kopulasi dari amin aromatik
dan amin lainnya menjadi senyawa yang berwarna

Nitrat: Penentuan secara kolorimetri dengan pereaksi


fenol dari GRANDVAL – LAYOUX, reaksi nitrasi fenol
dengan adanya asam sulfat pekat. Setelah penambahan
amonium hidroksida terbentuk turunan nitrofenolsulfonat
yang berwarna kuning

Anda mungkin juga menyukai