Anda di halaman 1dari 8

Semester 7 (tujuh) HKI

2018
Tahammul al-Hadits (‫ )تحمل الحديث‬adalah
proses belajar atau pengambilan hadits dari
seorang guru dengan metode tertentu.
Para ulama hadits berbeda pandangan
tentang kebolehan belajar hadits bagi anak
kecil:
1. al-Qadli ‘Iyadl dan ulama hadits yang lain
menyatakan bahwa anak kecil boleh mempelajari
hadits jika telah berusia 5 (lima) tahun.
2. Imam Musa ibn Harun berpandangan bahwa
anak kecil yang telah mampu membedakan antara
sapi dan keledai boleh mempelajari hadits.
3. Pakar hadits klasik berpendapat bahwa standar
untuk kebolehan mempelajari hadits bagi anak
kecil adalah tamyiz (mampu diajak mengobrol).
Metode belajar hadits mempunyai 8 (delapan) varian:
1. Mendengar langsung dari seorang guru.
2. Membaca hadits di hadapan seorang guru.
3. Restu atau izin seorang guru kepada muridnya untuk
menyampaikan hadits tertentu.
4. Pemberian hadits oleh seorang guru kepada
muridnya.
5. Pemberian tulisan hadits oleh seorang guru kepada
muridnya.
6. Pemberitahuan sebuah hadits oleh seorang guru
kepada muridnya.
7. Wasiat seorang guru kepada muridnya untuk
menyampaikan hadits tertentu.
8. Menemukan sebuah hadits dalam sebuah kitab yang
otentik dan valid
Pengertian ada al-Hadits (‫ )أداء الحديث‬adalah
proses penyampaian hadits kepada orang lain
dengan metode tertentu.
Seseorang yang menyampaikan hadits
kepada orang lain, agar hadits yang
disampaikan dapat diterima, harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Beragama Islam.
2. Berakal dan telah baligh.
3. Adil.
4. Cerdas atau mempunyai daya ingat
yang kuat.
Redaksi yang digunakan dalam
penyampaian hadits disesuaikan dengan
metode belajar hadits yang ditempuh.
Referensi:
Kitab Ushul al-Hadits, ‘Ulumuhu wa
Musthalahu, halaman 227-250 (Beirut: Dar
al-Fikri, 1989), karya Dr. Muhammad ‘Ajaj
al-Khatib

Anda mungkin juga menyukai