Anda di halaman 1dari 44

DASAR-DASAR DAN

KONSEP TENAGA
KESEHATAN

Siti Faridah.,SST.,M.Kes
S ANKSI YG DAPAT JIKA
MELANGGAR SUMPAH DOKTER :
Allah SWT= Al-Maidah ayat 89
“ Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia
menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu
sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah
memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan
yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi
pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak.
Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka
kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah
kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu
langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu
bersyukur (kepada-Nya).”
Etika kedokteran islam terkumpul
dalam Kode Etik Kedokteran Islam
yang bernama Thibbun Nabawi, yang
mengatur hubungan dokter dengan
orang sakit dan dokter dengan
rekannya.

1. E TIKA D OKTER M USLIM TERHADAP K HALIK
Seorang Dokter Muslim haruslah benar-benar
menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah
semata. Dan betapa tidak berarti dirinya beserta
ilmunya tanpa ijin Allah SAW. Mengenai etika
terhadap Khalik disebutkan bahwa: Dokter
muslim harus meyakini dirinya sebagai khalifah
fungsionaris Allah dalam bidang kesehatan dan
kedokteran. Melaksanakan profesinya karena
Allah dan buah Allah. Hanya melakukan
pengobatan, penyembuhan adalah Allah.
Melaksanakan profesinya dengan iman supaya
jangan merugi.
2. E TIKA D OKTER M USLIM TERHADAP PASIEN
Hubungan antara dokter dengan pasien adalah
hubungan antar manusia dan manusia. Dalam
hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara
dokter dan pasien, karena masing-masing
mempunyai nilai yang berbeda. Masalah semacam
ini akan dihadapi oleh Dokter yang bekerja di
lingkungan dengan suatu sistem yang berbeda
dengan kebudayaan profesinya.
Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak
jarang dokter harus berjuang lebih dulu melawan
tradisi yang telah tertanam dengan kuat.
Sifat-sifat penting lain yang harus dimiliki oleh seorang Dokter Muslim dalam
hal penanganan pasien gawat darurat ialah :

A. Adanya belas kasihan dan cinta kasih terhadap sesama manusia,


perasaan sosial yang ditunjukkan kepada masyarakat.

B. Seorang dokter muslim dilarang membeda-bedakan antara pasien kaya


dan pasien miskin.

C. Sebagian besar waktunya harus dicurahkan kepada pasien,

D. Seorang dokter muslim harus lebih banyak mendengar dan lebih sedikit
bicara,

E. Seorang dokter muslim tidak boleh berkecil hati dan harus merasa
bangga akan profesinya karena semua agama menghormati profesi
dokter.

F. Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu


tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia
dan mampu untuk memberikannya
Kemudian dalam islam, kedokteran juga memiliki
prinsip kode etik. Adapun Prinsip kode etik
kedokteran Islam tersebut adalah:
 Taqwa
 Iman
 Otonomi
 Tidak ada yang dirugikan (non-malfeasance)
 Kebajikan
 Keadilan dalam penggunaan sumber daya yang ada
 Melakukan tindakan berdasarkan rasionalitas dan
keinginan diri sendiri
Islam mewajibkan untuk menolong pasien
dalam keadaan darurat tanpa melihat
kondisi keuangan dan kemampuan
membayar biaya tindakan medis.
Seperti dalam ayat al-qur’an yang
menegaskan:
“hendaklah kamu tolong-menolong dalam
kebajikan” (almaidah : 2)
 “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran”
(An-nahl : 90)
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang
berbuat zalim kepada manusia dan melampaui
batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu
mendapat azab yang pedih” (As-syuura : 42)
 "Kenapa kamu tidak tolong menolong?"
(Ash Shaaffaat : 25)
 “Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka” Al-Fath : 29
 “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai
kelebihan dan kelapangan di antara kamu
bersumpah bahwa mereka (tidak) akan
memberi (bantuan) kepada kaum
kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan
orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah,
dan hendaklah mereka mema'afkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”
(an-nur : 22)
 Jelaslah bahwa etika dokter, Tenaga Medis
dan Paramedis pada saat menemui pasien
kritis dan butuh pertolongan harus
mendahulukan kepentingan pasien sesuai
dengan Sifat-sifat Tenaga Medis dan
Paramedis yang telah disebutkan diatas
yaitu Beriman dan Tulus ikhlas karena
Allah dan juga dalam prinsip kode etik
kedoketran dalam islam yaitu Tidak ada
yang dirugikan (non-malfeasance) dan
Kebajikan.
 Pada pelayanan gawat darurat,
 umah sakit harus Ketersediaan tenaga
kesehatan dalam jumlah memadai sebagai
syarat yang harus dipenuhi oleh IGD. Selain
dokter jaga yang siap di IGD, rumah sakit juga
harus menyiapkan spesialis lain (bedah, penyakit
dalam, anak, dll) untuk memberikan dukungan
tindakan medis spesialistis bagi pasien yang
memerlukannya. Dokter spesialis yang bertugas
harus siap dan bersedia menerima rujukan dari
IGD. Jika dokter spesialis gagal memenuhi
kewajibannya maka tanggungjawab terletak
pada dokter itu dan juga rumah sakit karena
tidak mampu mendisiplinkan dokternya.
 Ketentuan tentang pemberian pertolongan
dalam keadaan darurat telah tegas diatur
dalam pasal 51 UU No.29/ 2004 tentang Praktik
Kedokteran, di mana seorang dokter wajib
melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan.
 Selanjutnya, walaupun dalam UU
No.23/1992tentang Kesehatan tidak
disebutkan istilah pelayanan gawat darurat
namun secara tersirat upaya penyelenggaraan
pelayanan tersebut sebenarnya merupakan hak
setiap orang untuk memperoleh derajat
 Selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa “Pemerintah
bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”
termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang
mampu. Tentunya upaya ini menyangkut pula
pelayanan gawat darurat, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat (swasta). Rumah sakit di Indonesia
memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai
salah satu persyaratan ijin rumah sakit. Dalam
pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan
untuk meminta uang muka sebagai persyaratan
pemberian pelayanan.
A DA BEBERAPA UPAYA PENYELESAIAN MASALAH
PELAYANAN GAWAT DARURAT, YAITU SEBAGAI
BERIKUT:

1. Meningkatkan kegiatan pendidikan kesmas,


sehingga satu pihak pemahaman masyarakat
terhadap pelayanan gawat darurat dapat
ditingkatkan, dan dipihak lain keterampilan
masyarakat menanggulangi (self medication)
masalah-masalah kesehatan sederhana dapat
ditingkatkan
2. Menambah jumlah sarana kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan,
termasuk pertolongan pertama.
3. Menggalakkkan program asuransi
kesehatan, terutama yang menganut sistem
pembayaran pra-upaya.
 Sudah jelaslah bahwa tidak ada perihal
yang menghalangi seorang dokter
ataupun tim medis untuk tidak
memberikan pertolongan dan
pelayanan medis kepada pasien gawat
darurat. Selain melanggar hukum dan
UU yang telah ditetapkan, hal tersebut
juga melanggar dari ketentuan Allah
yang memerintahkan bahkan
mewajibkan untuk tolong-menolong.
PROFESINALISME BIDAN DALAM ISLAM

PENGERTIAN PROFESI
• Pekerjaan yang memiliki pengetahuan khusus,
melaksanakan cara yang disepakati, merupakan
ideologi, terikat pada kesetiaan yang diyakini, dan
melalui pendidikan perguruan tinggi.

PENGERTIAN PROFESIONAL
• Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang
dimiliki dan manusiawi secara penuh tanpa
mementingkan kepentingan pribadi melainkan
mementingkan kepentingan klien serta menghargai
klien.
PROFESIONALISME BIDAN ISLAMI
• Bidan dalam memberi pelayanan sesuai dengan
dasar-dasar dan syariat Islam berdasarkan ilmu
yang dimiliki tanpa mementingkan kepentingan
pribadi melainkan kepentingan klien.
• Profesionalisme sangat diperlukan untuk
keberhasilan suatu perusahaan, organisasi dan
lembaga. Perusahaan, organisasi dan sejenisnya
tersebut kalau ingin berhasil program-program,
maka harus melibatkan orang-orang yang mampu
bekrja secara profesional. Tanpa sikap dan prilaku
profesional maka lembaga, organisasi tersebut
tidak akan memperoleh hasil yang maksimal,
bahkan bisa mengalami kebangkrutan.
BIDAN SEBAGAI JABATAN PROFESIONAL
• Dalam memberikan pelayanan harus memiliki
dasar-dasar pedoman ilmu pengetahuan, dan
berdasarkan hukum
Jabatan profesional harus didasari oleh dasar dan
hukum Islam.

Nilai-Nilai Islam yang Mendasari Profesionalisme


. Sifat Kejujuran (shiddiq).
1
Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling
penting untuk membangun profesionalisme.
Hampir semua bentuk uasha yang dikerjakan
bersama menjadi hancur, karena hilangnya
kejujuran. Dan sifat ini pula yang selalu di ajarkan
oleh islam melalui al-Qur’an dan sunah Nabi.
2. • Sifat Tanggung Jawab (amanah).
Sikap bertanggung jawab juga merupakan sifat akhlak
yang sangat diperlukan untuk membangun
profesionalisme.
3. • Sifat Komunikatif (tabligh).
Salah satu ciri profesional adalah sikap komunikatif
dan transparan.
4. • Sifat Cerdas (fathanah).
Salah satu ciri profesional adalah sikap komunikatif
dan transparan. Dengan kecerdasannya seorang
profesional akan dapat melihat peluang dan
menangkap peluang dengan cepat dan tepat.
Nilai-Nilai Islam yang Mendasari Pengembangan
Profesionalisme
1. Bersikap positif dan berfikir positif (husnuzh zhan )
Berpikir positif akan mendorong setiap orang
melaksanakan tugas-tugasnya lebih baik. Hal ini
disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif
mendorong seseorang untuk berfikir jernih dalam
menghadapi setiap masalah.
2. Memperbanyak shilaturahhim.
Dalam Islam kebiasaan shilaturrahim merupakan bagian
dari tanda-tanda keimanan. Namun dalam dunia profesi,
shilaturahhim sering dijumpai dalam bentuk tradisi lobi.
Dalam tradisi ini akan terjadi saling belajar.
3. Disiplin waktu dan menepati janji.
Begitu pentingnya disiplin waktu, al-Qur’an menegaskan
makna waktu bagi kehidupan manusia dalam surat al-Ashr,
yang diawali dengan sumpah ”Demi Waktu”. Begitu juga
menepati janji, al-Qur’an menegaskan hal tersebut dalam
ayat pertama al-Maidah, sebelum memasuki pesan-pesan
penting lainnya.
4. Bertindak efektif dan efisien.
Bertindak efektif artinya merencanakan , mengerjakan dan
mengevaluasi sebuah kegitan dengan tepat sasaran.
Sedangkan efisien adalah penggunaan fasilitas kerja
dengan cukup, tidak boros dan memenuhi sasaran, juga
melakukan sesuatu yang memang diperlukan dan berguna.
Islam sangat menganjurkan sikap efektif dan efesien.
5 . Memberikan upah secara tepat dan
cepat.
Ini sesuai dengan Hadist Nabi, yang
mengatakan berikan upah kadarnya,
akan mendorong seseorang pekerja atau
pegawai dapat memenuhi kebutuhan diri
dan keluarganya secara tepat pula.
Aktualisasi Profesionalisme dalam Perspektif
Islam
1. Pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan
kesadaran dan pengetahuan yang memadai
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabnya. (QS. al-
Isra/17:36).
2. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian.
Seperti sabda Nabi : Apabila suatu urusan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulah saat kehancuran. (Hadist Bukhari).
3. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik.
Dalam Islam, amal, dan kerja harus dilakukan
dalam bentuk yang shalih. Sehingga makna amal
shalih dapat dipahami sebagai kerja sesuai
standar mutu, baik mutu dihadapan Allah
maupun dihadapan manusia rekan bidan
sejawatnya
4. Dilaksanakan dengan penuh tanggunga
jawab.
Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh
Allah, Rasulullah, dan masyarakatnya, oleh
karena itu harus dilaksanakan dengan
penuh tanggunga jawab.
5. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan
etos kerja yang tinggi
6. Pengupahan harus dilakukan secara tepat
AKHLAK PRIBADI BIDAN DALAM ISLAM

1. Salimul Aqidah
Memiliki akidah yang bersih sehingga dalam menghadapi klien
selalu berusaha menunjukan sikap empati dengan
mengedepankan professionalisme yang sejalan dengan aqidah
Islam yang kuat.
2. Shahihul ibadah
Memberikan pelayanan terbaik kepada klien bukan semata-mata
ingin mendapatkan penghargaan, pujian atau pemberian yang
bersifat materi dari klien tetapi lebih dari itu adalah untuk
beribadah dan mencari Ridho Allah SWT.
3. Mathinul Khuluq
Memberikan pelayanan kepada klien dengan integritas profesi
yang memiliki kekuatan ahlaq yang Islami yang berorientasi pada
pelayanan terbaik bagi klien.
4. Mutsaqqoful Fikri
Memberikan pelayanan keperawatan kepada klien dengan
menggunakan evidence base yang jelas yang dapat
dipertanggungjawabkan secara professional sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi.
5. Qowiyyul Jismi
Memberikan pelayanan kepada klien harus memiliki jasmani yang
sehat yang tidak beresiko negatif bagi klien maupun bagi perawat
itu sendiri

6. Qodirun Alal Kasbi


Berhubungan dengan klien dengan mempertimbangkan
kemampuan dirinya dalam memberikan pelayanan secara
professional, sehingga perawat tidak memberikan pelayanan di
luar kompetensinya sebagai seorang perawat.
7. Munazhzhamun Fi Syuunihi
Bekerja memberikan pelayanan kepada klien dengan
konsep yang sistematis dimulai dari Pengumpulan dan
analisa data, penentuan diagnosa keperawatan,
merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi
keberhasilan asuhan keperawatan.
8. Mujahadatun Linafsihi
Dalam berhubungan dengan klien harus mampu
mengendalikan hawa nafsunya sehingga selalu
memandang pasien dengan holistic mencakup
kebutuhan Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual, dan bekerja
dengan mengedepankan empati.
9. HaritsunAla Waqtihi
Dalam memberikan pelayanan kepada klien harus
menghargai waktu dalam semua fase hubungan dengan
pasien dimulai dari fase pra interaksi, orientasi, interaksi
dan terminasi.
10. Nafi’un Lighoirihi
Memberikan pelayanan terbaiknya kepada klien harus
mampu mampu membangun sebuah persepsi yang
dirasakan sebagai sebuah manfaat yang secara langsung
dapat dirasakan oleh klien sehingga perawat dapat
menjadi seorang care giver, advocate, educator, konselor,
kolaburator, coordinator, dan researcher yang dapat
membantu klien dalam upaya mencapai tujuannya untuk
hidup sehat secara optimal.
LANDASAN KERJA DAN PERILAKU BID AN
1. Iman-Islam-Ihsan
a. Percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
para rasul-Nya, hari kebangkitan dan qadha (peraturan) dan
qadar atau kuasa-Nya
b. Merepresentasikan Keimanannya dengan amal shaleh sesuai
dengan syariat Islam
c. Bekerja dengan konsep Iman dan menggunakan prinsip Ihsan
sebagai fungsi control mandiri atas prestasi kinerja yang
dicapainya sebagai representasi dari Iman.
d. Mendirikan dan menjaga shalatnya dan shalat kliennya dalam
kondisi apapun sesuai syariah
2. Taqwa
Bekerja dengan professional untuk melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Bekerja dengan senantiasa mengendalikan
dorongan emosi dan penguasaan kecenderungan
hawa nafsunya dengan memenuhi dorongan itu
dalam batas yang diperkenankan oleh ajaran
agama.
Bekerja dengan melakukan tindakan yang baik,
misalnya berlaku benar, memegang amanah, adil,
dapat dipercaya, dapat menyesuaikan diri dan
bergaul dengan orang lain, serta menghindari
permusuhan dan kezaliman.
3. Ilmu ( Professionalime )
a.. Berupaya menerapkan konsep, teori dan prinsip dalam keilmuan yang
terkait dalam asuhan keperawatan dengan mengutamakan pedoman pada
Al-Qur’an dan Hadits.
b. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan
Islami melalui kegiatan-kegiatan pengkajian yang berdasarkan bukti
(evidence-based Healthcare).
c. Mempertanggungjawabkan atas segala tindakan dan perbuatan dengan
berdasarkan bukti (evidence-based Healthcare).
d. Berlaku jujur, ikhlas dalam memberikan pertolongan kepada pasien baik
secara individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat dan semata-mata
mengharapkan ridho Allah.
e. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada asuhan keperawatan yang berdasarkan bukti
(evidence-based Healthcare).
CIRI KHAS BIDAN ISLAMI
1. Berpakaian wanita Islami
• Seragam menutupi seluruh badan selain wajah dan
kedua telapak tangan
• Tidak ketat sehingga masih menampakkan bentuk tubuh
yang ditutupinya.
• Tidak tipis temaram sehingga warna kulit masih bisa
dilihat.
• Tidak menyerupai pakaian laki-laki
• Tidak berwarna mencolok sehingga menarik perhatian
orang.
• Dipakai bukan dengan maksud memamerkannya.
2. Berhubungan baik dengan sesama muslim
• Memberi bantuan harta dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya.
• Menyebarkan salam
• Menjenguknya jika ia sakit
• Menjawabnya jika ia bersin
• Mengunjunginya karena Allah
• Memenuhi undangannya
• Tidak menyebut-nyebut aibnya dan menggunjingnya,
secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi
• Berbaik sangka kepadanya.
• Tidak
boleh memata-matai dan mengawasinya,
baik dengan mata maupun telinga
• Tidak membocorkan rahasianya
• Menampakkan perhatian dan kasih sayang
kepadanya
• Tidak mengghibahnya dan membelanya jika ada
seseorang yang mengghibahnya.
• Memaafkan kesalahan-kesalahannya
• Mendo’akannya dari tempat yang jauh
3. Berhubungan baik dengan non muslim
 Berbuat adil dan baik pada orang non muslim.
 Boleh membantu orang non muslim yang
menderita
 Jangan menghina orang non muslim
 Wanita Islam dilarang menikah dengan laki-laki
non muslim
 Tidak boleh memberi salam kepada orang non
muslim
 Apabila orang non muslim itu memberi salam,
maka jawablah hanya dengan ucapan ‘
Wa’alaikum’
4. Hijab
• Perawat wanita memberikan asuhan
keperawatan secara langsung pada pasien
wanita
• Perawat wanita boleh memberikan asuhan
keperawatan secara langsung pada pasien
laki-laki dalam kondisi khusus atau
kegawatdaruratan dimana tidak ada lagi
perawat laki-laki yang memungkinkan untuk
memberikan bantuan
• Perawat laki-laki boleh memberikan asuhan
keperawatan secara langsung pada pasien
wanita dalam kondisi khusus atau
kegawatdaruratan dimana tidak ada lagi
perawat wanita yang memungkinkan untuk
memberikan bantuan
• Perawat memisahkan penempatan ruang
perawatan antara pasien wanita dengan
pasien laki-laki dewasa, kecuali pasien anak
usia 0-7 tahun.
W ASSALAMU ’ ALAIKUM
WAROKHMATULLOHI
WABAROKAATUH

Anda mungkin juga menyukai